Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108349 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lifinia Anggun Puspita
"Penelitian ini membahas tentang variasi kondisi perlakuan awal terhadap limbah kertas bebas tinta dalam rangka mengekstrak gula dari lignoselulosa. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan parameter banyaknya perolehan gula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya intensitas radiasi, lamanya waktu radiasi, dan jenis pelarut berpengaruh pada banyaknya gula yang diperoleh. Perolehan gula tertinggi didapat pada intensitas radiasi 450 Watt selama 12 menit dengan pelarut HCl 1,63 M dengan perolehan gula sebesar 219,3 mg/g kertas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa metode ekstraksi terbantukan-gelombang mikro menghasilkan gula lebih banyak dalam waktu lebih sedikit dibandingkan metode ekstraksi pemisahan gula dari lignin dengan HCl 1,63 M.

The focus of this study was about variation of pretreatment condition to waste paper in order to extract sugar from lignocellulose. This research was quantitative with the amount of sugar obtained as parameter. The results showed that the radiation intensity, range of radiation time, and the solvent type affected the amount of sugar obtained. The highest amount of sugar was obtained at radiation intensity of 450 Watt for 12 minutes with HCl 5%wt as solvent. This research also led to a fact that Microwave-assisted Extracion method gave higher sugar amount in less time than the sugar extraction from lignin with acid method using HCl 1,63 M."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51831
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faizatul Falah
"Pemanfaatan beton dan mortar sebagai bahan untuk konstruksi jalan semakin meningkat. Tetapi dalam pelaksanaannya memerlukan waktu pengerasan yang lama sehingga menyebabkan timbulnya masalah diantaranya kemacetan jalan. Untuk itu perlu adanya aditif (bahan tambahan) yang dapat mempersingkat waktu pengerasan mortar.
Bahan berlignoselulosa diantaranya tandan kosong kelapa sawit (tkks) semakin banyak diupayakan sebagai bahan baku bioetanol generasi kedua. Pretreatment bahan berlignoselulosa untuk memisahkan lignin dari selulosa dan hemiselulosa dapat dilakukan dengan menggunakan basa, asam encer atau steam explosion. Lignin yang terkandung dalam bahan akan dibuang sebagai limbah cair setelah pretreatment. Upaya pemanfaatan lignin menjadi produk bernilai tambah perlu dilakukan untuk meminimalisasi limbah karena lignin sulit terdegradasi dalam kondisi anaerob dan mengurangi biaya produksi. Salah satu cara pemanfaatan lignin adalah sebagai additive (zat tambahan) yang berfungsi sebagai plasticizer dan water reducer pada pembuatan mortar dan beton.
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah lignin dari pretreatment bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit (tkks) sebagai bahan tambahan (additive) pada adukan semen (mortar). Aditif dapat diperoleh dengan cara mengisolasi lignin tersebut pada berbagai konsentrasi dan suhu. Isolat lignin yang dihasilkan dari limbah bietanol digunakan sebagai admixture pada mortar sebagai pengurang air (water reducer). Adukan semen (mortar) yang dihasilkan diuji berdasarkan SNI 03-1972-1990 dan 03-1974-1990. Lignin dari tkks ternyata dapat digunakan sebagai water reducer pada adukan semen dengan peningkatan workability sebanyak 24,4% dibanding kontrol.
Penambahan lignin dari tkks dapat meningkatkan kuat tekan dari mortar pada usia mortar 7 dan 28 hari dibandingkan mortar dengan lignosulfonat komersial dan kontrol pada berbagai faktor air semen. Waktu pengerasan mortar dengan aditif dari lignin meningkat secara cepat yaitu mencapai hingga 80% pada usia mortar 7 hari sehingga waktu curing yang dibutuhkan lebih singkat. Peningkatan kuat tekan tertinggi dengan nilai slump yang baik diperoleh pada penambahan 1% lignin dan faktor air semen 0,45 dengan nilai slump 112mm dan kuat tekan 7 hari 27,88 N/mm2 serta 38,81 N/mm2 pada umur mortar 28 hari, sehingga memenuhi standar beton mutu tinggi.

The use of concrete and mortar as a material for road construction is increasing, but its implementation requires a long time of concrete hardening, causing problems such as traffic jams. An additive that can shorten the time of hardening of mortar is needed to reduce such problems.
Utilization of lignocellulose as bioethanol raw materials has been increasing. Empty palm fruit bunch (epfb) are among of them. The lignocellulosic materials should undergo some pretreatment process to separate lignin from cellulose and hemicellulose, this could be done by using alkaline solution, acid solution or steam explosion Efforts to use lignin into value added products needs to be done to minimize waste due to lignin degradation in anaerobic conditions is difficult and to reduce production costs. One way to utilize lignin is as an additive that serves as a plasticizer and water reducer in the manufacture of mortar and concrete.
This study aims to utilize the waste lignin from bioethanol pretreatment from oil palm empty fruit bunches (epfb) as a mortar additive. Additives can be obtained by isolating lignin at various concentrations and temperatures. Isolates produced from waste lignin were then used as an admixture in mortar as a water reducer. The mortars generated were then tested based on SNI 03-1972-1990 and 03-1974-1990. Lignin from epfb can be used as a water reducer in mortar with improved workability as much as 24.4% compared to controls.
The addition of lignin from epfb could also increase the compressive strength of mortar at the age of 7 and 28 day mortar compared to commercial lignosulfonate and control on the various water cement ratio. Setting time of mortar with additives of lignin increased rapidly, reaching up to 80% at the age of 7 days so that mortar curing time required is shorter. The highest improvement of compressive strength with suitable workabiliy was reached by 1% lignin addition and 0,45 water cement ratio with 112mm of flow and compressive strength 27,88 N/mm2 at 7 days and 38,81 N/mm2 at 28 days, suitable for high quality concrete.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30498
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Amalia Husnil
"Tesis ini membahas pengaruh perlakuan paparan gelombang mikro dengan variasi daya dan waktu paparan gelombang mikro terhadap kandungan bambu yang larut dalam air, jumlah gula pereduksi, dan konsentrasi etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan gelombang mikro mampu meningkatkan persentase kandungan larut air. Hal ini semakin diperkuat dengan hasil gula pereduksi dan etanol yang lebih tinggi pada substrat yang telah mengalami perlakuan gelombang mikro dibanding substrat yang tidak mengalami perlakuan.

This thesis explains the effect of microwave exposure with power and time variation on water soluble content of bamboo, reducing sugars and also yields of ethanol. Experimental data shows that microwave exposure could increase the water soluble content of bamboo. This result is emphasized with result of reducing sugars and ethanol yield that higher in substrate that had been exposed on microwave radiation."
2009
T25899
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifliani (edit)
"ABSTRAK
This study aims to determine the most effective compound used to hydrolyze soy husk waste to produce reducing sugar as raw material for bioethanol fermentation. The study was conducted at the Laboratory of Bioprocess PPPTMGB LEMIGAS in April-September 2015. The method used is experiment using a randomized block design consisting of two factors. The first factor is the type of compounds used in the process of hydrolysis, namely H2SO4, HCl, NaOH, and NH3. The second factor is the concentration of hydrolyze compound 0.2%, 0.4%. 0.6%, 0.8%, and 1% (v/v) and every treatment repeated 4 times. Parameters measured were content of reduced sugar hydrolysis product, and secondary data that content of cellulose and hemicellulose also the density of ethanol. Concentration of reducing sugar from hydrolysis of soybean husk is analyzed by two-way ANOVA test. ANOVA analysis result indicate that the best hydrolysis compounds in hydrolizing soybean husk is HCl with the optimum concentration is 0,4%. And there are interactions between treatment of compound used to hydrolyze as well as concentration on reducing sugar concentration (mg/mL) as product from soybean husk waste hydrolysis. Post-hoc test showed that HCl 0,4% produce the highest concentration of reducing sugar at 31.23 mg/mL."
Jakarta: Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS", 2017
665 LPL 51:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurul Fajry Maulida
"Anthocyanin has various biological activities such as antioxidative, antiiflammation, neuroprotective, and periductal antifibrosis effect. To obtain anthocyanin from Myrmecodia pendens tubers optimally, it needs to be extracted with appropriate method. Microwave-Assisted Extraction (MAE) method was chosen because of its brief extraction time, saving solvents, and cheap compared to conventional extraction methods. Response Surface Methodology (RSM) was used to arrange the experiment design and to determine the optimum condition of MAE in order to obtain anthocyanin concentration. The purpose of this study was to determine the optimum condition of MAE in obtaining anthocyanin concentration from Myrmecodia pendens using RSM. The research methods included the experiment design arrangement, samples preparation, extraction using MAE, anthocyanin concentration measurement with spectrophotometer UV/Vis, and data analysis by RSM. The factors in this experiment design were solvent concentration, ratio, time, and power. The analysis result of optimum condition obtained was the condition with solvent concentration of ethanol 80%, solid-liquid ratio 1:8, extraction time 3 minutes, and MAE power 10%, by desirability index 0.877 and anthocyanin concentration 3,807.31 mg/L cyanidin-3-glucoside equivalents.

Antosianin memiliki berbagai aktivitias biologis seperti efek antioksidatif, antiinflamasi, neuroprotektif, dan antifibrosis periduktal. Salah satunya umbi Myrmecodia pendens, diketahui mengandung antosianin. Untuk memperoleh antosianin dari umbi Myrmecodia pendens tersebut secara optimum perlu dilakukan ekstraksi dengan metode yang sesuai. Metode ekstraksi berbantu gelombang mikro (MAE) dipilih karena waktu ekstraksinya yang singkat, hemat pelarut, dan murah dibandingkan dengan metode ekstraksi konvensional. Metode permukaan respon (RSM) digunakan untuk merancang desain eksperimen dan menentukan kondisi optimum MAE dalam memperoleh kadar antosianin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi optimum MAE dalam memperoleh kadar antosianin dari umbi Myrmecodia pendens menggunakan RSM. Metode penelitiannya meliputi pembuatan desain eksperimen, persiapan sampel, ekstraksi dengan MAE, penentuan kadar antosianin menggunakan spektrofotometer UV/Vis, dan analisis data menggunakan RSM. Faktor dalam desain eksperimen ini antara lain konsentrasi pelarut, rasio, waktu, dan daya. Hasil analisis, kondisi optimum diperoleh dengan faktor konsentrasi pelarut etanol 80%, rasio sampel terhadap pelarut 1:8, waktu ekstraksi 3 menit, dan daya alat MAE 10%, dengan indeks desirability 0,877 dan kadar antosianinnya sebesar 3.807,31 mg/L ekuivalen sianidin-3-glukosida."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Nuriansyah
"Solanesol adalah alkohol terpen alifatik yang terdiri dari sembilan unit isoprene dan ditemukan pada tanaman Solanaceae seperti tembakau (Nicotiana tabacum). Kandungan vitamin K dan koenzim Q10 pada solanesol memiliki berbagai manfaat seperti sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan sifat anti-mikrobial. Solanesol memiliki rantai karbon C45, dan sejauh ini masih sulit untuk di sintesis. Oleh karena itu banyak peneliti masih menggunakan ekstraksi untuk memperoleh solanesol. Seiring perkembangan teknologi, metode ekstraksi modern seperti ekstraksi berbantuan gelombang mikro diperkenalkan untuk menawarkan ekstraksi dalam waktu yang lebih singkat dengan kebutuhan pelarut yang lebih sedikit. Dalam ekstraksi solanesol dengan metode ekstraksi berbantuan gelombang mikro, terdapat beberapa parameter yang dapat menentukan efektivitas hasil ekstraksi diantaranya adalah durasi ekstraksi, daya gelombang mikro, dan rasio umpan per pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum metode ekstraksi berbantuan gelombang mikro untuk mengekstraksi solanesol dari daun tembakau dengan variabel bebas berupa rasio umpan per pelarut 0,15; 0,25 dan 0,35 gr/ml, durasi ekstraksi 0,5; 1 dan 1,5 menit serta daya gelombang mikro sebesar 200, 400 dan 600 Watt. Analisis yang dilakukan dengan HPLC untuk mengevaluasi kandungan solanesol yang terekstraksi melalui pengaruh kadar air, durasi ekstraksi dan daya gelombang mikro. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstraksi solanesol paling optimal dengan metode ekstraksi berbantuan gelombang mikro pada daya gelombang mikro 200 Watt, rasio umpan per pelarut 0,25 gr/ml dan durasi 1,5 menit dengan berat kering solanesol sebesar 1,3% (b/b).

Solanesol is an aliphatic terpene alcohol consisting of nine isoprene units, mainly found in Solanaceae plants such as tobacco (Nicotiana tabacum). The content of vitamin K and coenzyme Q10 in solanesol has various benefits such as antioxidant, anti-inflammatory, and anti-microbial properties. Solanesol has a C45 carbon chain, and so far it is still difficult to synthesize. Therefore, many researchers still use extraction technique to obtain solanesol. As technology develops, modern extraction methods such as microwave-assisted extraction (MAE) are introduced to offer shorter durations with less solvent requirements. In the extraction of solanesol with the MAE method, there are several parameters that can determine the effectiveness of the extraction result such as duration, microwave power and feed per solvent ratio. This study aims to obtain the optimum conditions for the MAE method for extracting solanesol from tobacco leaves with independent variables such as feed per solvent ratio 0,15; 0,25 and 0,35 gr/ml, duration of 0,5; 1 and 1,5 minutes and microwave power of 200, 400 and 600 Watts. The analysis that will be carried out is by using HPLC to evaluate the extracted solanesol content through the effect of feed per solvent ratio, duration and microwave power. Based on the research that has been done, it was found that the most optimal solanesol extraction using the MAE method was at 200 Watt microwave power, the feed per solvent ratio of 0.25 gr/ml and a duration of 1.5 minutes with solanesol dry weight of 1,3% (w/w)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldhi Saputro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan selulosa dari limbah sekam padi menjadi kertas transparan sebagai pengganti substrat berbasis kaca pada aplikasi elektronik khususnya sel surya. Preparasi selulosa dari sekam padi dilakukan dengan metode perlakuan kimia awal menggunakan alkalinisasi dilanjutkan dengan pemutihan. Selulosa yang telah terisolasi dilanjutkan dengan perlakuan hidrolisis asam sulfat dan perlakuan mekanik penggilingan menggunakan blender konvensional. Mikro/nano selulosa terfibrilisasi difabrikasi menjadi kertas dengan teknik filtrasi vakum dilanjutkan pengeringan pada temperatur 90-100 oC selama 20-30 menit. Hasilnya dikarakterisasi dan dikomparasi untuk diketahui komposisi persenyawaan, morfologi permukaan, kristalinitas, perilaku termal dan opasitasnya. Hasil karakterisasi menunjukan perlakuan kimia awal alkalinisasi diikuti pemutihan mampu mengisolasi selulosa dari sekam padi. Hasil perlakuan mekanik penggilingan menunjukan waktu 30 menit merupakan parameter optimal untuk menghasilkan mikro selulosa terfibrilisasi dengan indeks kristalinitas yang tinggi sebesar 70,1 dan temperatur degradasi sebesar 320 oC. Sementara hasil perlakuan hidrolisis asam menunjukan konsentrasi asam sulfat 60 merupakan parameter optimal untuk menghasilkan mikro/nano selulosa terfibrilisasi dengan indeks kristalinitas tertinggi sebesar 73.5 dan temperatur degradasi sebesar 340 oC. Sedangkan hasil pengujian opasitas menunjukan perlakuan mekanik dengan waktu 20 menit menghasilkan transparansi tertinggi yaitu 5-6 dibandingkan dengan perlakuan lain. Namun, hasil tersebut masih tertinggal jauh dibandingkan dengan kaca silika dan polietilen tereftalat PET dari botol plastik.

ABSTRAK
The aims of this study to utilize cellulose from rice husk waste into transparent paper instead of glass based substrate for electronic applications, especially solar cells. Initial preparations were performed to isolate cellulose from rice husks. Cellulose preparation of rice husk was carried out by an initial chemical treatment method using alkalinization followed by bleaching. The isolated cellulose were treated by hydrolysis of sulfuric acid and mechanical grinding treatment using conventional blender. Micro nano fibrillated cellulose were fabricated into paper by vacuum filtration and drying at temperatures of 90 100 oC for 20 30 minute. All samples were characterized and comparable for known composition compounds, surface morphology, crystallinity, thermal behavior and opacity. The results showed that initials chemical treatments were able to isolate cellulose from rice husks. The results show the grinding mechanical treatment within 30 minutes is the optimal parameters for generating micro fibrillated cellulose with high crystallinity index by 70.1 and amounted degradation temperature resistance around 320 oC. While the result of acid hydrolysis treatment shows 60 sulfuric acid concentration is the optimal parameter to produce micro nano fibrillated cellulose with highest crystallinity index of 73.5 and degradation temperature resistance around 340 oC While the results of opacity testing showed mechanical treatment with a time of 20 minutes resulting in the highest transparency of 5 6 compared with other treatments. However, these results are still far behind compared with silica glass and polyethylene terephthalate PET from plastic bottles."
2017
S67183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Limbah fotografi mengandung perak dalam jumlah besar, yaitu 3000 - 8000
ppm. Bila perak dari limbah ini dapat dipisahkan, didapat dua keuntungan
sekaligus: mengurangi limbah dan bila diolah lebih lanjut akan didapat perak dalam
bentuk mumi. Ekstraksi cair-cair (solvent extraction) dapat diterapkan dalam
mengolah perak dari limbah fotografi. Metode ini merupakan metode pemisahan
berdasarkan perbedaan koefisen distribusi suatu zat yang berada dalam 2 larutan
berbeda. Larutan Ekstraktan yang dipakai adalah senyawa Dithizone yang
dilarutkan dalam Chloroform. Larutan ini nantinya membenluk senyawa chelate
logam dengan perak yang akan mengurangi kadar perak dalam limbah fotografi.
Penelitian memperhatikan 3 variabel yang berkorelasi dengan persentase
ekstraksi, yailu molaritas ekstraktan, waktu dan pH. Dalam penelitian, terlihat
bahwa waktu, molaritas ekstraktan dan pH merupakan variabel yang rnempengaruhi
persentase ekstraksi. Secara umum proses ekstraksi semakin baik bila konsentrasi
larutan ekstraktan dan waktu meningkat serta dalam kondisi pH saat perak hampir
terhidrolisis.
Bisa disimpulkan dari penelitian, ekstraksi yang didapat dari penelitian
dapat mencapai lebih dari 90%. Titik optimal ekstraksi dicapai pada saat 0,08 M
larutan ekstraktan mengekstrak Iimbah dalam waktu 2 jam dan kondisi pH 9 dengan
persentase ekstraksi sebesar 99,7%. Dari sini terlihat bahwa metode ekstraksi
merupakan metode yang tepat untuk pengolahan Iimbah fotografi. Namun
dibutuhkan langkah selanjutnya, yaitu mendapatkan perak murni dari larutan yang
telah dipisahkan dari proses ekstraksi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Konsumsi kertas dalam beberapa tahun ini semakin meningkat dan pengelolaan dari limbah kertas itu sendiri belum diolah dengan baik. Limbah kertas yang dihasilkan, sebagian dijual kembali sebagai kertas bekas dan Sisanya dibakar.
Pengelolaan Iimbah kertas dengan Cara tersebut tentunya belum dapat mengatasi permasalahan akan Iimbah kertas, terutama dari segi atau dampak terhadap lingkungan. Selulosa yang merupakan komponen utama dari limbah kertas, dapat dikonversi menjadi etanol. Perubahan selulosa menjadi gula dapat dilakukan menggunakan mikroorganisme yang berupa jamur Trichoderma harzianum.
Penggunaan jamur Trichoderma harzianum ini memiliki beberapa keuntungan yaitu ekonomis dan tidak berbahaya terhadap lingkungan.
Penelitian ini mencoba untuk menghidrolisis limbah kertas menggunakan Trichoderma harzianum untuk memecah molekul-molekul selulosa menjadi glukosa, yang selanjutnya dapat diferrnentasikan menjadi etanol. Penelitian ini terbagi rnenjadi 2 tahap, yaitu percobaan awal rnenggunakan H2804 dan percobaan utama rnenggunakan Trichoderma harzianum.
Penelitian awal dengan menggunakan H2304 dilakukan dengan 2 variasi, yaitu variasi preparasi kertas dan variasi jenis kertas. .Iumlah etanol terbesar yang diperoleh untuk variasi preparasi kertas adalah 0,06 ml EtOH/gram kertas atau 4,7 % berat etanol. Jumlah etanol terbesar yang diperoleh untuk variasi jenis kertas adalah 0,2036 mL EtOH1'gram kertas atau 16,1 % berat etanol.
Penelitian utama dengan menggunakan Trichoderma harzianum dilakukan dengan variasi lama hidrolisis dan lama fermentasi. Jumlah etanol terbesar untuk variasi lama hidrolisis diperoleh pada hidrolisis selama 12 jam, yaitu 0,1424 mL EtOH/g kertas atau 11,23 % berat etanol. Jumlah etanol terbesar untuk variasi lama ferrnentasi diperoleh pada lama fermentasi selama 5 hari, untuk Trichoderma harzianum yang dibeli rnenghasilkan 0,1555 mL EtOH/gram kertas atau 12,27 %
berat etanol, sedangkan untuk Trichoderma harzianum yang dibiakkan sendiri menghasilkan 0,2346 mL EtOI-I/gram kertas atau 18,51 % berat etanol.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>