Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197494 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadi Yahya Aldin Fadhlollah
"Lifecycle biodiesel memiliki emisi gas rumah kaca yang lebih besar dibandingkan dengan emisi gas rumah kaca petroleum diesel. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh skenario produksi terhadapa dampak lingkungan biodieseldi Indonesia. Lifecycle biodiesel memiliki rasio energi primer sebesar 0,59 dan rasio energi fosil yang dihasilkan sebesar 3,07.
Padang rumput menghasilkan net emisi gas terkecil dibandingkan dengan hutan tropis dan hutan gambut. Pada variasi pemanfaatan produk samping, skenario A memiliki nilai rasio eco-eficiency terbesar yaitu 1,481 dibandingkan dengan skenario B sebesar 0,379. Jika harga jual biodiesel lebih tinggi daripada minyak goreng, maka emisi gas rumah kaca lifecycle meningkat dengan bertambahnya alokasi pangan.

The greenhouse gas emission of biodiesel lyfecycle is bigger than petroleum diesel. this research is emphasizing on the effect of biodiesel production scenario to Indonesian Biodiesel environment. Biodiesel lifecycle has primary energy ratio 0.59 and fossil energy ratio 3.07.
Degraded land produces the least nett emission gas compared to tropical jungle dan peadlane. In varying by-product utilization, scenario A yields the highest eco-efficiency ratio, 1.481 compared to scenario B, which is only 0.379. If the biodiesel selling price were higher than cooking oil than the greenhouse gas emission would increase as long as the food allocation does.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Zahira
"Biodiesel merupakan merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengurangi penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi. Bahkan kini penggunaan biodiesel dengan basis minyak kelapa sawit telah mulai dikomersilkan. Namun penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel erat kaitannya dengan isu-isu lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis besar emisi dan dampak lingkungan yang dihasilkan dalam produksi biodiesel, sekaligus membandingkan dampaknya dengan dampak lingkungan solar. Analisis dilakukan dengan metode Life Cycle Assessment (LCA) dengan menggunakan perangkat lunak SimaPro. Data yang digunakan merupakan data primer perusahaan dengan dilengkapi data sekunder dari literatur serta database global. Pendekatan batasan sistem yang diterapkan adalah cradle-to-gate, yaitu dimulai dari tahap kebun benih, pembibitan, perkebunan, pabrik kelapa sawit, stasiun penyimpanan, dan pabrik rafinasi. Metode analisis dampak lingkungan yang digunakan adalah metode ReCiPe 2016 midpoint (H). Berdasarkan perhitungan, dampak lingkungan global warming potential yang dihasilkan 1 ton biodiesel sebesar 959,56 kg CO2-eq. Dibandingkan dengan nilai GWP solar, apabila dilakukan penggantian bahan bakar komersil menjadi B20 didapatkan perhitungan bahwa akan terjadi penurunan dampak GWP sebesar 13% atau 2,46 juta ton CO2-eq selama satu tahun di Indonesia. 

Biodiesel is considered as a viable alternative solution to reduce the consumption of fossil fuel-based fuels. The utilization of biodiesel derived from palm oil has started to be commercialized. However, the use of palm oil as a feedstock for biodiesel production is closely associated with environmental issues. This study aims to analyze the magnitude of emissions and environmental impacts generated in biodiesel production and compare them with the environmental impacts of conventional diesel fuel. The analysis is conducted using the Life Cycle Assessment (LCA) method with the SimaPro software. The data used include primary data from the company, supplemented with secondary data from literature and global databases. The system boundary applied in this study is cradle-to-gate, starting from the seed production, nursery, estate, palm  oil mill, bulking, and refinery. The environmental impact assessment method used is the ReCiPe 2016 midpoint (H). Based on the calculations, the global warming potential (GWP) impact generated by 1 ton of biodiesel is estimated at 959.56 kg CO2-eq. When compared to the GWP value of conventional diesel fuel, replacing commercial fuel with a blend of 20% biodiesel (B20) would result in a 13% reduction in GWP impact, equivalent to 2.46 million tons of CO2-eq over one year in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irshara Amoura Kinsy
"Produksi Bahan Bakar Nabati (BBN) di Indonesia, terutama biodiesel, sudah banyak dilakukan menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit. Namun hal tersebut menimbulkan kompetisi dengan kebutuhan pangan. Saat ini mulai dikembangkan pembuatan BBN dengan menggunakan minyak nabati non-pangan, seperti minyak nyamplung. Proses produksi BBN menghasilkan emisi dan dampak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan besar emisi gas dan dampak lingkungan dari produksi BBN berbasis kelapa sawit dan nyamplung, serta menentukan alternatif bahan baku yang paling ramah lingkungan. Analisis dilakukan dengan metode Life Cycle Assessment (LCA) menggunakan perangkat lunak OpenLCA. Batasan sistem pada penelitian ini adalah cradle to gate yang meliputi tahap pembukaan lahan sampai dengan tahap distribusi produk. Emisi gas yang dihasilkan dalam produksi BBN adalah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) berupa CO2 N2O, dan CH4, serta emisi gas polutan berupa CO, NOx, SOx, dan NMVOC. Hasil yang diperoleh menyatakan produksi BBN dengan bahan baku minyak nyamplung merupakan yang paling ramah lingkungan, dengan emisi terbesar adalah CO2 senilai 15129,05 kg CO2/ton BBN dan emisi terkecil adalah N2O senilai 9,3E-06 kg N2O/ton BBN. Potensi dampak lingkungan terbesar yang dihasilkan adalah Global Warming senilai 15647,30 kg CO2 eq, Human Toxicity senilai 50,89 kg 1,4-DB eq, dan Acidification senilai 21,21 kg SO2 eq.

Biofuel production in Indonesia, especially biodiesel, has been carried out using palm oil as the raw material. However, this has created competition with food needs. Therefore, currently biofuel production is being developed with non-food vegetable oil, such as nyamplung oil. The biofuel production process produces emissions and environmental impacts. This study aims to analyze the comparison of gas emissions and environmental impacts of biofuel production from palm oil and nyamplung oil, and determine the most environmentally friendly raw material. The analysis was conducted using Life Cycle Assessment (LCA) method with OpenLCA software. The scope in this study is cradle to gate, start from land clearing process until product distribution. Gas emissions produced in biofuel production are GHG emissions in the form of CO2 N2O, and CH4, and pollutant gas emissions in the form of CO, NOx, SOx, and NMVOC. The result showed that biofuel production from nyamplung oil is the most environmentally friendly, with the largest emissions produced is CO2 worth 15129,05 kg CO2/ton biofuel and the smallest is N2O worth 9,30E-06 kg N2O/ton biofuel. The biggest environmental impact produced was Global Warming 15647,30 kg CO2 eq, Human Toxicity 50,89 kg 1.4-DB eq, and Acidification 21,21 kg SO2 eq.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Agradhyasto
"Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang mempunyai jejak emisi yang besar. Deforestasi, penggunaan pupuk yang berlebihan, hingga limbah yang kurang baik dimanfaatkan menjadi masalah yang mengganggu. Limbah kelapa sawit berupa POME atau palm oil mill effluent merupakan limbah cair yang hnaya dimanfaatkan menjadi pupuk. Sementara, terdapat potensi yang besar untuk mengubah POME menjadi sebuah produk yang lebih berharga yaitu biogas. Hal ini dapat didukung dengan analisis siklus hidup atau LCA sebagai pengukur emisi yang hadir dalam setiap tahapan perkebunan kelapa sawit. Analisis LCA yang dilakukan meliputi seluruh tahapan proses dimulai dari pembukaan lahan hingga pembuatan biogas dengan berbagai parameter seperti pemanasan global, ekotoksisitas lingkungan, eutrofikasi hingga penggunaan air. Berdasarkan analisis yang dilakukan, emisi tertinggi dihasilkan oleh perkebunan. Salah satu dampak dari perkebunan sawit adalah lepasnya emisi yang setara dengan 20 ton CO2 per tahun. Emisi yang dihasilkan dapat dikurangi dengan beberapa cara yang diantaranya adalah penggunaan kembali limbah kelapa sawit, termasuk biogas. Pembuatan biogas dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca hingga 85% lebih rendah daripada membiarkan POME di dalam bak terbuka. Penggantian Biogas menjadi bahan bakar untuk menghasilkan listrik dapat menurunkan emisi hingga menjadi 9,9% dibandingkan diesel. Pengurangan penggunaan pupuk kimia dapat mengurangi dampak hingga emisi 6% dari jumlah penggunaan awal.

Oil palm is one of the crops that has a significant emission footprint. Deforestation, excessive fertilizer use, and poor waste management are among the troubling issues. Palm oil mill effluent (POME), which is the liquid waste from palm oil mills, is typically only utilized as fertilizer. However, there is great potential to convert POME into a more valuable product, namely biogas. This can be supported by conducting a life cycle analysis (LCA) as a measure of emissions throughout every stage of the oil palm plantation. The LCA analysis encompasses the entire process from land clearing to biogas production, considering various parameters such as global warming potential, environmental ecotoxicity, eutrophication, and water usage. Based on the analysis, the highest emissions are generated by the plantations themselves. One of the impacts of oil palm plantations is the release of emissions equivalent to 20 tons of CO2 per year. These emissions can be reduced through various means, including the reuse of oil palm waste, including biogas. Biogas production can reduce greenhouse gas emissions by up to 85% compared to letting POME remain in open ponds. Substituting biogas as a fuel source for electricity generation can reduce emissions by up to 9.9% compared to diesel. Reducing the use of chemical fertilizers can also mitigate impacts, resulting in a 6% reduction in emissions compared to the initial usage level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindi Anggraini
"Skripsi ini membahas analisis rancangan kebijakan industri biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit di Indonesia yang mengadopsi dari kesuksesan sistem kebijakan Brazil. Model sistem dinamis digunakan untuk mendapatkan proyeksi dari setiap alternatif kebijakan. Selain itu teori analisis kebijakan menjadi dasar dalam menganalisis setiap alternatif kebijakan dan dampaknya terhadap indikator keberlanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang berfokus kepada perusahaan Kelapa Sawit-CPO dan perusahaan Biodiesel memberikan dampak yang paling baik terhadap indikator keberlanjutan namun memerlukan biaya pemerintah yang paling besar. Beberapa alternatif kebijakan dianalisis untuk menjadi bahan pertimbangan mengenai kebijakan pemerintah terhadap industri biodiesel di Indonesia.

The focus of this study is to analyze policy design for palm oil biodiesel industry in Indonesia which adopt and learn from Brazil policy success strory. System Dynamis model is used to obtain projection of every alternative policy. Besides that, policy analysis is a basic to analyze every alternative policy and its outcome as sustainable indicators.
This study shows that alternative policy which focuses on both company, palm plantation-CPO mills and biodiesel plant, gives best sustainable indicators outcome, though it costs a lot by government. Some alternative policy are analyzed to be considered in government policy for biodiesel ndustry.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52063
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Numa Salsabila
"Peningkatan global warming akibat bahan bakar fosil mendorong penggunaan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel, seperti biogasoline, bioavtur, bioLPG, dan renewable diesel sebagai alternatif dari bahan bakar fosil untuk kehidupan sehari-hari. BBN bersifat lebih ramah lingkungan dan ketersediaan bahan bakunya melimpah di Indonesia, seperti minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati pangan dan minyak kemiri sunan sebagai minyak nabati non-pangan yang memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan minyak nabati lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tahapan daur hidup produksi BBN yang menghasilkan dampak lingkungan dan menentukan skenario alternatif bahan baku pada produksi BBN yang berdampak paling minimum. Metode yang digunakan adalah Life Cycle Assessment (LCA), dengan lingkup cradle-to-gate yang meliputi tahap pembukaan lahan, perkebunan, ekstraksi minyak, sintesis BBN, dan transportasi distribusi. Software OpenLCA dengan database Bioenergiedat digunakan dalam menganalisis dampak lingkungan dalam memproduksi 1 ton BBN. Alternatif bahan baku yang digunakan adalah buah sawit dan buah kemiri sunan hasil perkebunan serta minyak sawit dan minyak kemiri sunan dari pemasok minyak. Analisis ditinjau dari aspek emisi, yaitu CO2, CH4, N2O, CO, NOx, SOx, dan NMVOCs, serta aspek dampak terendah yang dihasilkan dari produksi BBN dengan keempat alternatif bahan baku. Minyak kemiri sunan merupakan bahan baku yang paling ramah lingkungan dengan emisi terendah, dimana CO2 (18859.45 kg) dan NOx (42.41 kg) adalah emisi dengan nilai tertinggi. Potensi dampak lingkungan tertinggi dari produksi BBN dengan minyak kemiri sunan adalah global warming potential (GWP) (16400.4 kg CO2 eq/ton BBN), Human toxicity (50.9 kg 1,4-DB eq/ton BBN), dan acidification (21.21 kg SO2 eq/ton BBN). Kontribusi dampak terbesar adalah tahapan sintesis BBN dengan persentase lebih dari 50% di setiap kategori dampak yang sebagian besar disebabkan oleh penggunaan diesel. Solusi yang direkomendasikan dalam mengurangi dampak terhadap lingkungan adalah dengan pengalihan penggunaan diesel menjadi renewable diesel sebagai bahan bakar pada produksi BBN.

Increased global warming due to fossil fuels encourage the use of biofuels, such as biogasoline, bioavtur, bioLPG, and renewable diesel as an alternative to fossil fuels for daily life. Biofuel is more environmentally friendly and high availability of raw materials in Indonesia, such as palm oil as edible vegetable oil and blanco airy shaw oil as non-edible vegetable oil which has the highest productivity compared to other vegetable oils. This study was conducted to analyze the emissions and environmental impacts caused by the life cycle of biofuel production. Also, to determine which raw material produce the least emissions and impacts from biofuel production process. The method used is Life Cycle Assessment (LCA), with a cradle-to-gate scope that includes the stages of land clearing, plantation, oil extraction, biofuel synthesis, and transportation distribution. OpenLCA software with Bioenergiedat database is used in analyzing environmental impacts in producing 1 ton of biofuel. Alternatives of raw material used are palm fresh fruit bunches and blanco airy shar fruit from plantation, and also palm oil and blanco airy shaw oil. The analysis is examined from the aspect of emissions, namely CO2, CH4, N2O, CO, NOx, SOx, and NMVOCs, as well as the lowest impact aspects resulting from biofuel production with the four alternatives of raw material. The result is blanco airy shaw oil turns out to be the most environmentally friendly raw material with the lowest emissions, where CO2 (18859.45 kg) and NOx (42.41 kg) have the highest emission values. The highest potential environmental impact of biofuel production using blanco airy shaw oil is global warming potential (GWP) (16400.4 kg CO2 eq/ton BBN), Human toxicity (50.9 kg 1.4-DB eq/ton BBN), and acidification (21.21 kg SO2 eq/ton BBN). The biggest impact contribution is the synthesis of biofuel process with a percentage of more than 50% in each impact category, which is mostly caused by the use of diesel fuel. The recommended solution to reduce the impact on the environment is by diverting the use of diesel to renewable diesel as fuel in biofuel production."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita
"Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi minyak kelapa sawit sebesar 60% dari produksi minyak kelapa sawit dunia. Salah satu produk industri kelapa sawit yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah minyak goreng. Tingginya produksi dan konsumsi minyak goreng menjadikan produk ini sebagai salah satu komoditi yang esensial untuk menunjang kehidupan masyarakat. produksi minyak kelapa sawit menjadi kontroversi karena prosesnya yang menimbulkan kerusakan lingkungan seperti deforestasi, pelepasan gas rumah kaca, dan pencemaran ekosistem perairan. Selain itu, kemasan plastik minyak goreng yang terbuat dari bahan baku tak terbarukan juga menambah dampak terhadap kerusakan lingkungan. Untuk dapat mengatasi masalah ini dan menuju produksi minyak goreng yang berkelanjutan, penelitian ini menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan oleh produksi satu liter minyak goreng dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Penelitian ini menganalisis dampak produksi minyak goreng dalam tiga jenis kemasan terhadap sepuluh kategori dampak lingkungan. Secara keseluruhan, dampak lingkungan terbesar dihasilkan oleh proses produksi minyak goreng. Proses yang paling banyak menjadi hotspot dalam kesepuluh kategori dampak adalah proses transportasi, penggunaan listrik, dan penggunaan pupuk. Jenis kemasan botol merupakan jenis kemasan yang paling banyak memiliki nilai dampak tertinggi dari sepuluh kategori yang dinilai.

Indonesia is the largest palm oil producing country in the world with palm oil production of 60% of the world's palm oil production. One of the products of the palm oil industry that is most widely used by the community is cooking oil. The high production and consumption of cooking oil makes this product one of the essential commodities to support people's lives. The production of palm oil is controversial because the process causes environmental damage such as deforestation, the release of greenhouse gases, and pollution of aquatic ecosystems. Alongside the problem mentioned, the plastic packaging that are made of unrenewable resources will also add some environmental problems. To be able to overcome this problem and lead to sustainable cooking oil production, this study analyzes the environmental impact produced by the production of one liter of cooking oil using the Life Cycle Assessment (LCA) method. This study will analyze the environmental impacts of cooking oil production in three types of packaging on ten environmental impact categories. The cooking oil production gives the most environmental impact. The process that have the most hotspots of all categories are transportation, electricity, and fertilizer usage. The bottle type of packaging has the highest rank of all impact categories."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julliana Isnuuntari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total biaya ekonomi produksi biodiesel minyak kelapa sawit. Biaya produksi dihitung dari tahap penanaman kelapa sawit di perkebunan, pengolahan menjadi minyak kelapa sawit dan pengolahannya menjadi biodiesel serta distribusi ke depo Pertamina. Pada tingkat perkebunan mengasumsikan luas lahan tanam 6.000 ha di Provinsi Riau. Total biaya ekonomi produksinya yaitu Rp 1.023/kg, dengan komponen biaya terbesar yaitu biaya tenaga kerja (41%) dan biaya material (27%). Biaya lingkungan dan biaya sosial yang merupakan eksternalitas negatif dari perkebunan sawit adalah Rp 169/kg (16%). Pada pabrik kelapa sawit dilakukan perhitungan pada 4 skala pabrik, dan total biaya produksi rata-rata terendah adalah skala 45 ton/jam, yaitu Rp 5.511/kg. Komponen biaya terbesarnya yaitu biaya proses (65%) dan biaya material (22%). Pada pabrik biodiesel dilakukan perhitungan pada 2 skala pabrik, dan biaya produksi rata-rata terendah adalah skala 300 ton per day yaitu Rp 9.721/kg. Secara total biaya ekonomi produksi biodiesel dari kelapa sawit mulai dari tahap penanaman sampai distribusi adalah Rp 9.971/kg, dengan komponen biaya terbesar yaitu biaya material (64%) dan biaya proses (30%). Perhitungan rinci komponen biaya produksi ini menghasilkan beberapa masukan bagi kebijakan efisiensi biaya produksi biodiesel guna meningkatkan ketahanan energi nasional melalui pemanfaatan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar fosil.

This study aims to calculate the total economic cost of biodiesel production from palm oil. The production cost is calculated from the plantation level, the conversion into oil palm, the conversion into biodiesel and finally the distribution of biodiesel to Pertamina?s depot. At the plantation level, the study assumes a planting area of 6.000 hectares in Riau Province, resulting in the cost of Rp 1.023/kg with the largest components being the cost of labor (41%) and materials (27%). Environment and social cost as negative externalities incurred by oil palm plantation is Rp 169/kg (16%). In the palm oil mill stage, calculation is done on 4 different mill sizes, and the lowest total average production cost is a mill with capacity of 45 ton/hour, Rp 5.511/kg; the largest cost being processing costs (65%), and materials cost (22%). In the biodiesel plant stage, calculation was done on 2 different plant sizes and the lowest total average production cost is a plant with capacity of 300 ton per day. In total, the economic cost of biodiesel production form palm oil from the planting and distribution stages is Rp 9.971/kg, with the largest cost being materials cost (64%) and processing cost (30%). The detailed calculation on production cost results in a list of policy recommendations to enhance the efficiency of biodiesel production in order to improve national energy security through the use of biodiesel as substitute for fossil fuels."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Santoso
"Indonesia di masa yang akan datang diprediksi akan mengalami krisis energi nasional sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil. Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber energi fosil adalah dengan mencari sumber energi terbarukan. Mikroalga mempunyai potensi besar sebagai sumber energi terbarukan karena mikroalga mempunyai keuntungan akibat produktivitas yang tinggi dan ramah lingkungan. Walaupun demikian biaya produksi biomassa mikroalga masih tinggi dan nilai NER (net energy ratio) relatif rendah apabila dibandingkan biaya produksi dan NER biomassa yang lain seperti minyak kelapa sawit, biji jarak dan jenis umbi-umbian.
Berdasarkan hasil studi literatur terungkap bahwa metode perhitungan LCA (life cycle assessment) pada proses produksi biodiesel belum memperhitungkan variabel komoditas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi metode perhitungan LCA dengan menambahkan variabel komoditas lingkungan yaitu biaya sosial, nilai lahan dan biaya lingkungan. Penentuan biaya sosial dihitung berdasarkan nilai potensi konflik sosial yang mungkin terjadi. Nilai potensi konflik sosial diperkirakan dari prosentase nilai investasi total berdasarkan studi dari beberapa sumber. Nilai lahan dihitung dari nilai hasil produksi lahan dan nilai fungsi ekologis lahan. Nilai lingkungan dihitung berdasarkan biaya (nilai kerugian) akibat pencemaran udara. Nilai pencemaran udara ini dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Environmental Priority Strategy (EPS) versi 2000 yang sudah disetarakan dengan elastisitas lingkungan Indonesia.
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel komoditas lingkungan yang ditambahkan pada perhitungan LCA metode modifikasi menyebabkan harga produksi biodiesel untuk mikroalga dan kelapa sawit masing-masing naik 3% dan 18% sehingga harganya menjadi Rp. 9.292/liter dan Rp. 9.546,-/liter. Hasil perhitungan NER pada metode LCA existing, dan LCA modifikasi pada produksi biodiesel mikroalga adalah 0,62 ± 0,078 dan 0,60 ± 0,075, sedangkan pada produksi biodiesel kelapa sawit adalah 4,17 ± 0,79 dan 3,22 ± 0,61. Dengan demikian selisih nilai NER antara metode existing dan metode modifikasi pada biodiesel mikroalga adalah 0,021 ± 0,002 dan pada kelapa sawit adalah 0,952 ± 0,181. Rendahnya nilai selisih NER pada biomassa mikroalga menunjukkan bahwa proses produksi biodiesel dari biomassa ini cenderung lebih ramah lingkungan. Hasil perhitungan t-test untuk masing-masing nilai NER mikroalga dan kelapa sawit pada metode LCA existing dan metode modifikasi menunjukkan nilai yang berbeda nyata (signifikan). Demikian juga berdasarkan perhitungan t-test untuk selisih nilai NER LCA existing lebih kecil pada biomassa mikroalga daripada kelapa sawit. Hasil ini membuktikan bahwa perhitungan LCA modifikasi yang memasukkan variabel lingkungan menunjukkan bahwa metode modifikasi memberikan hasil yang signifikan pada proses produksi yang ramah lingkungan (non-eksploitatif) dibandingkan yang tidak ramah lingkungan (eksploitatif).
Hasil analisis keberlanjutan proses produksi biodiesel mikroalga yang dinyatakan dalam nilai total indeks keberlanjutan biomassa adalah sekitar 51,56%, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses produksi biodiesel mikroalga mempunyai prospek besar sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan di Indonesia.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carissa
"Skripsi ini membahas potensi dampak lingkungan dari rantai suplai industri biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit. Metode life cycle assessment digunakan untuk mempelajari dampak lingkungan yang dihasilkan dari tiga unit utama dalam rantai suplai ini yaitu perkebunan, mill CPO, dan pabrik biodiesel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit perkebunan menyumbang potensi dampak lingkungan yang terbesar. Selain itu, potensi dampak lingkungan terbesar adalah kontribusi terhadap pemanasan global yang sumbernya didominasi oleh emisi dari unit perkebunan. Sejumlah skenario input pada perkebunan dipelajari untuk dapat mengevaluasi skenario terbaik dalam hal kelas lahan, luas lahan, teknik pembukaan lahan serta tipe lahan.

The focus of this study is to analyze potential environmental impact in the supply chain of palm oil biodiesel industry. Life cycle assessment is applied to analyze impacts, produced by the three main units, which are plantation, CPO mill, and biodiesel plant. This study shows that plantation gives biggest contribution to environmental impact. The biggest potential environmental impact is the contribution to global warming which emissions are produced mostly from the plantation. A number of input scenarios are assessed to evaluate the best scenario in term of land quality, land area, deforestation, and type of land."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>