Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174448 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deby Andrea Sunyoto
"Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang mempunyai tugas untuk menyediakan data dan informasi statistik yang berkualitas. Hal ini merupakan tantangan bagi BPS untuk selalu meningkatkan mutu penyediaan data dan informasi statistik sekaligus mutu pelayanannya. Untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas instansi maka perlu melakukan pengukuran performansi secara berkala sehingga dapat diketahui pencapaian terhadap visi dan misi.
Metode pengukuran kinerja organisasi BPS pusat menggunakan pendekatan dari 4 perspektif yaitu Perspektif Pelanggan, Perspektif Stakeholder, Perspektif Bisnis Proses, dan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran. Penerjemahan strategi (visi dan misi) menghasilkan 14 sasaran strategis dan 20 KPI yang akan digunakan sebagai ukuran didalam scorecard serta 25 rencana aksi.
Hasil pembobotan kepentingan dengan menggunakan AHP diperoleh hasil lebih memfokuskan kepada perspektif proses bisnis internal 37,7%, perspektif pembelajaran & pertumbuhan 30,8%, kemudian perspektif pelanggan dan perspektif stakeholder yang memiliki kepentingan yang sama 15,7%.

Central Bureau of Statistics is a non-ministry government institution that has the task to provide statistical data and information quality. This is a challenge for the BPS to always improve the quality of the provision of data and statistical information as well as quality of service. To make repairs and improve the quality of institutions is necessary to conduct periodic performance measurement so that it can be seen the achievement of the vision and mission.
Organizational performance measurement method using the approach of Connecticut from four perspectives: Customer Perspective, Stakeholder Perspective, Business Process Perspective, and Learning and Growth Perspective. Translating of strategy (vision and mission) to produce 14 goals of strategic and 20 the KPIs to be used as a measure in the scorecard and 25 action plans.
The result of interest by using the AHP weighting obtained result is more focused on internal business process perspective 37.7%, learning & growth perspective 30.8%, then the customer perspective and the perspective of stakeholders who have interests similar 15.7%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51799
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faishal Dwi Ismail
"Kualitas pelayanan menjadi penting bagi perusahaan penyedia jasa maupun bagi pengguna jasa pada kondisi persaingan yang semakin ketat. Kualitas pelayanan yang baik akan memberikan dampak pada tingkat kepuasan pelanggan. Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan dapat memberikan gambaran sejauh mana level puasnya pelanggan yang menggunakan jasa, selain bisa memberikan evaluasi bagi penyedia jasa.
Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat kepuasan pelanggan yang dibuat dalam bentuk Customer Satisfaction Index. Penelitian ini ditujukan bagi pelanggan 3 produk seluler yang ada di indonesia, yaitu ; Simpati, IM3, dan XL.
Penelitian ini melakukan survei kepuasan pelanggan yang dilakukan terhadap 1155 responden di Jadebotabek. Survei yang dilakukan berdasarkan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode Servperf dan Proses Hirarki Analitik (AHP).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kepuasan pelanggan (Customner Satisfaction Index) masing-masing produk berbeda. Customer Satisfaction index dari tiap faktor yang membangunnya pun berbeda. Customer Satisfaction Index berturut-turut untuk Simpati, IM3, dan XL adalah : 72,52%, 72,35%, dan 68,97%.

Service quality has become important for providers and service users on the condition of tight competition. Good service quality will have an impact on the level of customer satisfaction. Measuring the level of customer satisfaction provide a good illustration how far the level of customer satisfaction using the services, in addition to providing evaluation services providers.
The purpose of this research is to measure customer satisfaction levels which shown in the form of Customer Satisfaction Index. This research is intended to 'big three' cellular products in Indonesia: Simpati, IM3, and XL.
This research did customer satisfaction survey conducted on 1155 respondents in Jadebotabek. Surveys are conducted based on any factors that could affect customer satisfaction. The methods used are Servperf and Analytic Hierarchy Process (AHP).
From the research that the level of customer satisfaction (Customner Satisfaction Index) each different product. Customer Satisfaction index is built for each factor is different too. Customer Satisfaction Index in a row for Sympathy, IM3, and XL are: 72.52%, 72.35% and 68.97%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51813
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ershabella Christy
"Skripsi ini membahas langkah-langkah perbaikan proses bisnis dengan menggunakan metode Business Process Reengineering (BPR). Proses bisnis yang menjadi objek adalah finished good quality release di divisi Quality Food Safety. Hasil akhir dari studi ini adalah sebuah strategi bisnis yang merupakan solusi dari permasalahan yang terjadi dalam proses ini.
Dalam pencapaian solusi, dilakukan proses evaluasi, rekayasa ulang, dan perbaikan sistem ERP (Enterprise Resource Planning). Untuk memprediksi implementasi perbaikan, digunakan perangkat lunak Oracle®. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa solusi yang diajukan dapat menurunkan process lead time dan meningkatkan kuantitas quality report yang dirilis.

The focus of this study is to conduct business process improvement using Business Process Reengineering (BPR). The objective process is finished good on time release in Quality Food Safety Division. The deliverable key of this study is some comprehensive business strategies which are the solutions of the root problems.
To achieve the goal, evaluation, reengineering, and improvement the ERP system are conducted. To visualize the predicted implementation, a simulation model is built using software Oracle®. The output of simulation showed that proposed solution could effectively reduce the process lead time and increase the number of quality release.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soleh Ashari
"Revolusi industri 4.0 ditandai dengan dimulainya era digitalisasi dunia usaha. Kondisi ini menuntut semua sektor industri bertransformasi melalui digitalisasi proses bisnis. Advanced Metering Infrastructure (AMI) adalah representasi dari transformasi digital teknologi peralatan dan layanan pelanggan yang disampaikan oleh perusahaan utilitas di industri kelistrikan dan sekaligus merupakan inti dari sistem Smart Grid. Dengan dimulainya tahap komersialisasi infrastruktur AMI ke pelanggan di Jakarta, Perusahaan Listrik Negara atau PT PLN (Persero) selaku perusahaan pengelola usaha penyediaan tenaga listrik di Indonesia telah berhasil membangun ekosistem infrastruktur AMI pada tahun 2021. Komersialisasi pembangunan infrastruktur AMI dilakukan secara bertahap sesuai dengan target dan kemampuan pendanaan perusahaan. Diperlukan metode yang tepat dalam fase pengembangan ekosistem AMI agar PT PLN dan pelanggan dapat memaksimalkan fitur dan manfaat teknologi AMI di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembuatan skala prioritas dalam hal pemilihan lokasi pembangunan ekosistem pelanggan AMI. Dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), ditemukan metode pemilihan lokasi pembangunan ekosistem AMI dengan memprioritaskan beberapa hal. Berdasarkan expert judgement dengan total rasio inkonsistensi gabungan sebesar 0,01 diketahui bahwa PLN dapat memprioritaskan lima kriteria penentuan lokasi yaitu permasalahan penyalahgunaan energi listrik (C12) sebesar 10,3%, permasalahan piutang (Bad Debt) (C13) dengan 9,7%, Ketepatan GIS Mapping Pelanggan (C44) sebesar 8,9%, jumlah pelanggan per gardu (C42) sebesar 5,9%, dan kondisi dan aksesibilitas infrastruktur komunikasi (C46) sebesar 5,9% untuk mengoptimalkan ekosistem pelanggan Advanced Metering Infrastructure (AMI).

The industrial revolution 4.0 is marked by the commencement of the digitalization era of the business sector. This condition requires all industrial sectors to transform through the digitalization of business processes. Advanced Metering Infrastructure (AMI) is a representation of the digital transformation of equipment technology and customer service delivered by utility companies in the electricity industry and is at the same time the core of the Smart Grid system. With the start of the commercialization phase of AMI infrastructure to customers in Jakarta, the State Electricity Company or PT PLN (a limited liability company) as the company managing the electricity supply business in Indonesia has successfully built an AMI infrastructure ecosystem in 2021. The commercialization of AMI infrastructures takes place in stages in accordance with the company's targets and funding capabilities. The right method is needed in the development phase of the AMI ecosystem so that PT PLN and customers can maximize the features and benefits of AMI technology in the future Therefore, it is necessary to make a priority scale in terms of choosing the location for the development of the AMI ecosystem. By using Analytic Hierarchy Process (AHP) method, a method for selecting AMI ecosystem development location was found by prioritizing several things. Based on expert judgment with a total overall inconsistency value of 0.01 it is known that Jakarta's PLN must prioritize five subcategories are theft loss’s chance (C12) with 10,3%, corporation's bad debt problems (C13) with 9.7%, Customer GIS Mapping Accuracy (C44) by 8.9%, the number of customers per substation (C42) by 5.9%, and the Condition-Accessibility of Communication Infrastructure (C46) of 5.9% to optimize the Advanced Metering Infrastructure (AMI) customer ecosystem"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Andriansyah
"Pemeringkatan industri rumah sakit berdasarkan kinerja merupakan sumber informasi yang berharga bagi berbagai stakeholder dalam industri tersebut. Agar pemeringkatan terhadap berbagai nlmah sakit dapat dilakukan, maka diperlukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja rumah sakit. Kinerja setiap rumah sakit kemudian diukur relatif terhadap faktor-faktor tersebut kemudian dibandingkan dengan kinexja nlmah sakit lain untuk mengetahui peringkat suatu rumah sakit dalam industri rumah sakit secara keseluruhan.
Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) digunakan untuk memexingkatkan rumah sakit berdasarkan kinerjanya. Langkah awal yang dilalcukan adalah mengidentiiikasi herbagai ul-curan kinerja rumah sakit yang dibagi ke dalam kriteria dan subkriteria. Perbandingan berpasangan kemudian dilalcukan untuk mengetahui bobot masing-masing kriteria dan subkriteria. Berikutnya dilakukan perhitungan lconsistensi pada setiap matriks perbandingan berpasangan sebagai bentuk valiclasi dari model yang telah terbentuk. Langkah akhir penyelsaian model adalah dengan membuat skala intensitas untuk setiap subkxiteria pada model.
Model pengukuran kinerja yang terbenmk terdiri dari delapan kliteria utama dan 34 subkriteria. Setiap matriks perbandingan berpasangan memiliki rasio konsistensi kurang dad 10%, sehingga model bersifat konsisten. Aspek-aspek kualitatif memiliki bobot lebih besar daripada aspelc kuantitalif dalam penentuan kinerja rumah sakit. Penclilian Icbih lanjut untuk menentukan interval skala intcsitas untuk masing-masing subkriteria masih diperlukan.

Hospital performance rating is valuable information for stakeholders of hospital industry. ln order to rate hospitals, we need to identiU factors that contribute to the overall performance of hospital, namely hospital performance measures. Perfomance of a hospital is then measured relative to the performance measures and is compared to another hospital’s performance. From the comparison process, we obtain hospital perfomiance rating within the industry.
The Analytic Hierarchy Process is carried out to rate hospitals based on their performance. The iirst step is to identify hospital perfomiance measures that are divided into criteria and sub criteria. Pairwise comparison is then applied to generate weights for criteria as well as sub criteria. Next, consistency ratio calculation for each pairwise comparison matrix is needed to validate the performance measurement model. Finally, rating intensities are constructed for sub criteria in the model.
As a result, performance measurement model for hospital rating consists of 8 criteria and 34 sub criteria. All of the pairwise comparison matrixes have consistency ratio value less than 10%, meaning that the model is consistent. It seems that qualitative performance measures affect hospital performance greater than quantitative performance measures, as can be seen from their relative weights.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Marsudi
"Balanced scorecard merupakan seperangkat target kinerja dan sebuah pendekatan kepada pengukuran kinerja, dari sisi keuangan dan nonkeuangan, dengan keempat perspektifnya yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis intemal serta pembelajaran dan pertumbuhan, yang menekankan pada pencapaian semua tujuan organisasi yang berhubungan dengan tujuan primer dan tujuan sekunder, sehingga tercapai keseimbangan.
Perancangan balanced scorecard di PT XYZ dilakukan dengan merumuskan sasaran strategis pada setiap perspektif dan menentukan ukuran pencapaiannya, yang diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Sasaran strategis kemudian diberi prioritas kepentingan menurut para pembuat keputusan di perusahaan. Pemberian prioritas dilakukan dengan melode proses hirarki analitik.
Hasil dari penelitian ini adalah berupa rancangan balanced scorecard, yang terdiri dari sasaran strategis, ukuran pencapaian sasaran strategis dan inisiatif strategis pada keempat perspektif balanced scorecard, dengan pemberian bobot pada sasaran strategis masing-masing perspektif yang memudahkan pemisahan melihat prioritas dari pencapaian sasaran-sasaran strategis tersebut. Prioritas perspektif balanced scorecard di PT. XYZ berdasarkan bohot adalah perspektif keuangan (O.467), pelanggan (0.303), proses bisnis internal (0.164) dan pembelajaran dan pertumbuhan (0.066).

Balanced scorecard is a set of performance target and an approach to performance measurement, financial and nonfinancial, with four perspectives: financial, customer, internal business, and learning and growth, that stresses meeting all the organization's objectives, hence the balance.
The Balanced scorecard designed process at PT XYZ is started by generate the strategic targets in four perspectives balanced scorecard and determine the key performance indicator, that formulated based on the company's vision and strategies. The strategic target is given priority by the decision maker in the company. The giving priority process uses the analitical herarchy process (AHP) method.
The result of this reseacrh is the balanced scorecard design, that consists of strategic targets, key performance indicators and strategic initiatives in four perspectives balanced scorecard. lt includes the weighting of the strategic targets, that helps the company to analyze the priority and achieves its. The priorities of balanced scorecard 's perspectives at PT XYZ, based on weighting, are financial perspective (0.467), customer ( 0.303), internal business process (0, 164) and learning and growth ( 0.066).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Iwan Setiawan
"Persaingan dalam industri pertambangan yang ketat di Indonesia yang merupakan negara yang mempunyai potensi mineral ketiga terbesar di dunia membuat suatu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor kunci yang menentukan keberhasilannya dalam bisnis. Selain itu perlu ada suatu model yang dapat menilai tingkat keberhasilan perusahaan itu dengan faktor-faktor itu sebagai indikator.
Dalam penelitian ini dirancang model untuk melakukan rating kinenja perusahaan pertambangan dengan metode Analytic Hierarchy Process. Pertama-tama kriteria dan sub kriteria sebagai indikator kinerja perusahaan pertambangan dipilih dan dibobotkan oleh para ahli pertambangan, lalu dibuat model rating untuk perusahaan pertambangan berdasarkan kriteria dan sub kriteria itu. Hasil yang diperoleh adalah model rating kinerja perusahaan pertambangan. Suatu contoh rating untuk perusahaan pcrtambangan batubara dibuat untuk menjelaskan kegunaan model itu.

The competition in mining industry in Indonesia, that has the third highest mineral potential in the world, is forcing the companies to understand the key factors of its business success. There is also a need for a model that can rate the companies’ success using the factors as indicators.
In this research, a performance rating model for mining company is designed using Analytic Hierarchy Process. First, the criteria and sub criteria as performance indicators is chosen and weighted by mining experts, and then a rating model is constructed based on the criteria and sub criteria. The result is a performance rating model for mining company. An example of coal mining company rating is illustrated to explain the use of the model.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adriento Ario Seto
"Di dalam melakukan suatu proses distribusi, maka di akan ada banyak resiko-resiko yang dapat menghambat proses distribusi tersebut. Resiko-resiko tersebut dapat berasal dari luar maupun dari dalam perusahaan. Dengan merencanakan proses bisnis dan manajemen resiko yang baik dalam distribusi maka resiko-resiko tersebut dapat ditekan seminimal mungkin sehingga memperkecil kemungkinan kerugian bagi perusahaan. Pada penelitian ini dilakukan pemetaan proses bisnis pada proses distribusi Demajors. Setelah itu dilakukan identifikasi dan analisis resiko untuk mengetahui resiko-resiko yang dapat muncul selama proses distribusi.
Hasil identifikasi dan analisis resiko tersebut kemudian menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki proses bisnis distribusi Demajors demi memperkecil resiko. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan perbaikan proses bisnis distribusi dengan metode pengukuran resiko ini dapat memperkecil resiko-resiko yang dapat muncul selama proses distribusi CD di Demajors.

In a distribution process there will be a lot of risks that could interfere the distribution process. The source of those risks can be from outside or inside the company. With business process planning and risk management those risks could be minimized so the loss could be prevented also. In this research, there will be a business process mapping of distribution process in demajors. Then, there will be an identification and risk analysis to know the risks along the distribution process.
The output of risk identification and risk analysis will be the input for business process improvement to minimize risks of Demajors's distribution activity. For conclusion, business process improvement with risk assessment methodology could minimize the risks along Demajors distribution process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50340
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>