Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71985 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Eka Setiawan
"Kerugian Tekanan dalam pipa tergantung dari viskositasnya. Viskositas tidak hanya diperngaruhi oleh temperatur tetapi juga dipengaruhi oleh subtansi isi dalam fluidanya. Penelitian ini penting untuk memahami karakteristik aliran dalam fluida. Tujuan dari riset ini adalah untuk menganalisis efek dari campuran air dengan penambahan Multiwalled Carbon Nanotube dengan konsentrasi 1% dan 4%. Dengan menggunakan pipa kapiler, hubungan antara head dan debitditampilkan dengan jelas,dimana aliran dalam pipa 650 x 2 dengan head 0.85 meter. Fenomena ini harus diteliti lebih lanjut dimana peningkatan viskositas tidak hanya diikuti oleh degradasi dari kapasitas aliran.

The head loss in pipe depends on its visvosity. The viscosity is influenced by not only temperature, but also substances of its fluid. The research is important to do in order to know the characteristic of its flow. The purpose of this research is to analyze the effects of the mixing between the fluid and the MultiWalled Carbon Nanotube which has 1% and 4% concentrate. By using capillary pipe, the relationship between head and flow capacities shown, where 650 x 2 pipes. This phenomenon needs a continuity study concerning on the creasing of the viscositiy which is not followed only by the degradation of its capacities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52172
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Jasmine
"Nanofluida memiliki nilai konduktivitas termal yang baik sehingga baik untuk digunakan sebagai media pendingin bagi perlakuan panas baja. Nanofluida pada penelitian ini akan menggunakan nanopartikel carbon nanotube dan akan ditambahkan surfafktan berupa Sodium Dodecyl Benzene Sulphonate atau SDBS untuk membantu menstabilkan nanofluida. Untuk mengkarakterisasi nanopartikel dilakukan pengujian Field-Emission Scanning Electron (FE-SEM) dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) untuk melihat bentuk struktur carbon nanotube serta mengetahui komposisi dari carbon nanotube dan didapatkan hasil berupa 100% Wt% C. Nanofluida lalu difabrikasi dengan cara menimbang serbuk carbon nanotube as-received dengan variabel konsentrasi 0,01%, 0,03%, dan 0,05% dan dimasukkan ke dalam beaker 100 mL. Variabel dari konsentrasi surfaktan SDBS yang digunakan adalah 0%, 10%, 20%, dan 30%. Dispersi dari nanopartikel lalu dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan berupa nanopartikel dan surfaktan serta air distilasi lalu diultrasonifikasi selama 15 menit untuk melarutkan fluida. Setelah itu dilakukan pengujian konduktivitas termal sebanyak 10 kali menggunakan alat pengukur konduktivitas termal KD2 pada masing-masing variabel lalu dirata-rata. Selain itu dilakukan juga pengujian Zeta Potensial untuk melihat nilai potensial zeta dari nanofluida yang menujukkan kestabilan dari nanofluida sendiri. Semakin stabil suatu nanofluida, semakin baik ia dalam menghantarkan atau mengkonduksi panas.

Nanofluids have good thermal conductivity, so they are good for use as a cooling medium for steel heat treatment. Nanofluids in this research will use carbon nanotube nanoparticles and surfafktan in the form of Sodium Dodecyl Benzene Sulphonate or SDBS will be added to help stabilize the nanofluids. To characterize nanoparticles, Field-Emission Scanning Electron (FE-SEM) and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) tests were performed to see the structure of carbon nanotubes and to determine the composition of carbon nanotubes and the results were 100% Wt% C. Nanofluids then fabricated by weighing as-received carbon nanotube powder with variable concentrations of 0.01%, 0.03%, and 0.05% and put into a 100 mL beaker. Variables of SDBS surfactant concentrations used were 0%, 10%, 20%, and 30%. The dispersion of the nanoparticles is then carried out by mixing the materials in the form of nanoparticles and surfactants and distilled water and then ultrasonification for 15 minutes to dissolve the fluid. After that the thermal conductivity test was conducted 10 times using a KD2 thermal conductivity meter on each variable then averaged. Potential Zeta testing is also carried out to see the zeta potential value of the nanofluid that shows the stability of the nanofluid itself. The more stable a nanofluid is, the better it is at delivering or conducting heat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okky Anugrah Putra
"Dalam transportasi fluida menggunakan pipa, koefisien gesek merupakan besaran yang sangat penting karena berkaitan dengan konsumsi energi. Pipa berpenampang seperti pipa spiral digunakan untuk pencampuran fluida kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis perubahan nilai koefisien gesek pada sejumlah pipa dengan penambahan nano partikel Al2O3 yang dicampurkan ke dalam air sebagai fluida dasar. Pipa yang digunakan adalah pipa bundar (D=3 mm) dan pipa spiral (Diameter hidrolis = 6 mm) . Variasi konsentrasi yang dipakai adalah 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm. Variasi lamanya waktu pencampuran adalah 30, 60, dan 90 menit. Hasil dari penilitian ini adalah tidak ditemukannya pengurangan koefisien gesek di rentang nilai Reynolds 5000-10000.

On fluid transportation using pipes, friction factor is an important thing because it influences energy consumption. Special pipes, like spiral pipe, are used for mixing the fluids. The purpose of this research is to analyze friction factor?s change caused by adding Al2O3 nano particles to water as base fluid. This research used two kinds of pipe, circular pipe (inner diameter=3 mm) and spiral pipe (diameter of hydrolic = 6 mm). The variation of concentration are 100 pm, 200 ppm, and 300 ppm. The variations of mixing time are 30, 60, and 90 minutes. The results of this research is there is no drag reduction on any pipe on Reynolds number between 5000 and 10000."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradila Khairani
"Pada proses perlakuan panas baja, tahap pendinginan merupakan tahapan krusial yang menentukan kekerasan dari baja tersebut. Pada proses ini dibutuhkannya media pendingin yang dapat memberikan laju pendinginan yang tinggi seperti thermal fluids. Pada penelitian ini, digunakan partikel Multi-Walled Carbon Nanotube (MWCNT) yang berukuran 5820 d.nm dengan oli 5W-40. Proses sintesis thermal fluids dilakukan dengan metode dua-tahap yaitu dengan mencampurkan variasi konsentrasi partikel sebesar 0,1 w/v%; 0,3 w/v%; dan 0,5 w/v% ke dalam fluida, yang selanjutnya ditambahkan dengan variasi surfaktan yaitu SDBS, PEG, dan CTAB sebesar 3 w/v% untuk meningkatkan kestabilannya. Thermal fluids kemudian dilakukan karakterisasi untuk mengetahui kestabilan, viskositas, dan konduktifitas termalnya. Selanjutnya akan digunakan baja S45C yang diberi perlakuan panas dengan cara memanaskan baja hingga temperature 900oC dengan waktu penahanan (holding time) selama satu jam, yang kemudian dilakukan pendinginan pada media pendingin nanofluida. Baja hasil pendinginan kemudian dilakukan pengujian mikrostruktur dan kekerasannya. Secara keseluruhan karakterisasi thermal fluids dengan MWCNT, penggunaan surfaktan CTAB memberikan hasil yang paling optimal pada kestabilan, viskositas, dan konduktifitas termal dari thermal fluids, yaitu 74,6mV, 138,6 cP, and 0,17 Wm-1C-1 secara berurutan. Kekerasan tertinggi baja yang dapat dicapai pada thermal fluids dengan MWCNT yaitu dengan penggunaan surfaktan dimana nilai kekerasan berkisar di 28 HRC.

In the heat treatment process of steel, the cooling (quenching) stage is a crucial step that determines the hardness of the steel. This step requires a quenching medium that can provide a high cooling rate such as thermal fluids. In this research, thermal fluids using Multi-Walled Carbon Nanotubes (MWCNT) particles with a size of 5820 d.nm and 5w-40 oil were used. The thermal fluids synthesis process was carried out by the two-step method, mixing variations of 0,1 w/v%; 0,3 w/v%; and 0,5 w/v% particle into the fluid, then adding them with variations of 3 w/v% surfactants namely SDBS, PEG, and CTAB to increase stability. The thermal fluids were then characterized to determine their stability, viscosity, and thermal conductivity. Furthermore, S45C steel will be used, and heat treated to a temperature of 900oC with a holding time of one hour, which then quenched in a nanofluid cooling medium. The quenched steel is then tested for its microstructure and hardness. Overall, the use of CTAB surfactants gave the most optimal results on the stability, viscosity, and thermal conductivity of thermal fluids, which is 74,6mV, 138,6 cP, and 0,17 Wm-1C-1consecutively. The highest hardness of steel can be achieved in thermal fluids with surfactants (PEG, SDBS, and CTAB) where the hardness values range around 28 HRC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Ayu Kinasih
"Produk elektronik mengalami perkembangan yang cukup pesat di era modern ini. Namun, produk elektronik tersebut bukanlah teknologi yang tahan lama, melainkan mendorong konsumen untuk mengganti barang elektroniknya dalam kurun waktu yang lebih cepat sehingga menyebabkan peningkatan limbah elektronik. Di dalam produk elektronik, terdapat komponen yang memiliki peranan penting yang disebut dengan Printing Circuit Board. PCB akan menjadi sampah berbahaya ketika sudah menjadi E-waste jika dibiarkan menumpuk begitu saja. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pembuatan nanofluida berbahan dasar nanopartikel dari PCB dengan fluida dasar air dan penambahan surfaktan CTAB yang dimana nanofluida tersebut akan digunakan sebagai media pendingin pada baja AISI 4140. Dalam penelitian ini, nanopartikel dikarakterisasi dengan X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), dan Particle Size Analyzer (PSA). Nanopartikel yang digunakan adalah dengan persentase 0%, 0,1%, 0,3%, dan 0,5% dan akan disintesis menjadi nanofluida dengan metode 2 tahap, kemudian akan ditambahkan surfaktan Cetyl Trimethylammonium Bromide (CTAB) sebesar 0%, 3%, 5% dan 7% dengan tujuan untuk menstabilkan nanofluida. Setelah itu dilakukan dispersi nanopartikel kedalam fluida dasar dengan menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit. Kemudian dilakukan proses pendinginan cepat menggunakan baja AISI 4140 dengan nanofluida sebagai media pendingin dengan suhu austenisasi 900oC. Karakterisasi yang dilakukan pada baja AISI 4140 adalah Optical Emission Spectroscopy (OES), Optical Microscropy (OM), dan Rockwell C. Hasil yang didapatkan adalah penambahan nanopartikel pada nanofluida dapat meningkatkan laju pendinginan yang terjadi sehingga menghasilkan mikrostruktur martensite yang merata, dimana variabel pada konsentrasi 0,3% nanopartikel dengan 0% surfaktan memiliki laju pendinginan yang paling cepat. Namun, penambahan surfaktan CTAB tidak terlalu memberi perubahan yang signifikan pada laju pendinginan, melainkan penambahan surfaktan memberikan hasil yang fluktuatif dan hal ini dapat terjadi dikarenakan surfaktan mengalami aglomerasi dan membuat adanya endapan pada nanofluida sehingga memperlambat kecepatan pendinginan pada nanofluida dan mempengaruhi mikrostruktur yang terbentuk. Hasil optimal dari nilai kekerasan diperoleh dari variabel variabel 0% surfaktan dengan 0,1% nanopartikel sebesar 55 HRC dengan mikrostruktur yang terbentuk adalah full martensite.

Electronic products have developed quite rapidly in this modern era. However, these electronic products are not durable technologies, but rather encourage consumers to replace their electronic goods in a faster period of time, leading to an increase in electronic waste. In electronic products, there is an important component called Printing Circuit Board. PCBs will become hazardous waste when they become E-waste if left to accumulate. Therefore, in this study, nanofluids based on nanoparticles from PCBs were made with a water base fluid and the addition of CTAB surfactants where the nanofluids will be used as a cooling medium for AISI 4140 steel. In this study, nanoparticles were characterized by X-Ray Fluorescence (XRD), X-Ray Diffraction (XRD), and Particle Size Analyzer (PSA). The nanoparticles used are with percentages of 0%, 0.1%, 0.3%, and 0.5% and will be synthesized into nanofluids with a 2-stage method, then Cetyl Trimethylammonium Bromide (CTAB) surfactant will be added at 0%, 3%, 5% and 7% with the aim of stabilizing the nanofluids. After that, the nanoparticles were dispersed into the base fluid using a magnetic stirrer for 15 minutes. Then the rapid cooling process is carried out using AISI 4140 steel with nanofluid as a cooling medium with an austenization temperature of 900oC. The characterization performed on AISI 4140 steel is Optical Emission Spectroscopy (OES), Optical Microscropy (OM), and Rockwell C. The results obtained are the addition of nanoparticles to nanofluids can increase the cooling rate that occurs so as to produce a good and evenly distributed microstructure, where the variable at a concentration of 0.3% nanoparticles with 0% surfactant has the fastest cooling rate. However, the addition of CTAB surfactant does not really give a significant change in the cooling rate, but the addition of surfactant gives fluctuating results and this can occur because the surfactant agglomerates and makes deposits on the nanofluid so that it slows down the cooling speed of the nanofluid and affects the microstructure formed. The optimal result of the hardness value is obtained from the variable 0% surfactant with 0.1% nanoparticles of 55.36 HRC with the microstructure formed is full martensite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldy Nazar
"Hasil beberapa penelitian menunjukan bahwa nanofluida memiliki karakteristik termal yang lebih baik dibandingkan dengan fluida konvensional (air). Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini sedang berkembang pemikiran untuk menggunakan nanofluida sebagai fluida perpindahan panas alternatif pada sistem pedingin reaktor. Sementara itu, konveksi alamiah di dalam pipa anulus vertikal merupakan salah satu mekanisme perpindahan panas yang penting dan banyak ditemukan pada reaktor riset TRIGA, reaktor daya generasi baru dan alat konversi energi lainnya. Namun disisi lain karakteristik perpindahan panas nanofluida di dalam pipa anulus vertikal belum banyak diketahui. Oleh karena itu penting dilakukan secara berkesinambungan penelitian-penelitian untuk menganalisis perpindahan panas nanofluida di dalam pipa anulus vertikal. Pada penelitian telah dilakukan analisis numerik menggunakan program computer CFD (computational of fluids dynamic) terhadap karakteristik perpindahan panas konveksi alamiah aliran nanofluida Al2O3-air konsentrasi 2% volume di dalam pipa anulus vertikal. Hasil kajian ini menunjukkan terjadi peningkatan kinerja perpindahan panas (bilangan Nuselt- NU) sebesar 20,5% - 35%. Pada moda konveksi alamiah dengan bilangan 2,4708e+09 £ Ra £ 1,9554e+13 diperoleh korelasi empirik untuk air adalah dan korelasi empirik untuk nanofluida Al2O3-air adalah"
620 JTRN 18:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Maharani Fadli
"Kecepatan pendinginan dalam perlakuan panas berperan penting dalam menghasilkan mikrostruktur yang memengaruhi sifat mekanis dari baja. Konduktivitas termal yang rendah dari fluida yang umumnya digunakan dalam quenching menyebabkan penurunan efisiensi dalam transfer panas. Salah satu pengembangan fluida media quenching untuk meningkatkan konduktivitas termal adalah melalui suspensi partikel padatan kecil dalam fluida. Pada penelitian ini, dilakukan pendinginan baja AISI 4140 menggunakan fluida dengan penambahan partikel hasil pengolahan PCB. Variasi konsentrasi dari partikel PCB, yaitu sebesar 0%, 0,3%, 0,5%, dan 0,7%. Partikel PCB akan didispersikan oleh Cocamidopropyl Betaine dengan variasi konsentrasi 0%, 3%, 5%, 7%. PCB disintesis melalui crushing dengan disc mill, leaching oleh HCl 1 M, pirolisis pada 500oC, dan planetary ball milling selama 20 jam. Untuk karakterisasi partikel PCB dilakukan pengujian PSA, XRF, dan XRD. Setelah milling, diketahui ukuran partikel menurun dari 704 nm menjadi 589,1 nm. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi partikel PCB dan CAPB, dilakukan pemanasan baja AISI 4140 hingga suhu di atas 900oC lalu didinginkan menggunakan fluida yang telah disintesis. Hasil yang diperoleh meliputi kurva pendinginan, data kekerasan, dan foto struktur mikro. Kenaikan kekerasan baja paling tinggi diperoleh pada fluida dengan konsentrasi partikel 0,3% dan 5% CAPB, yaitu sebesar 45,31 HRC dengan fasa martensite dan bainite.

Quenching plays an important role in producing microstructures that affect the mechanical properties of steel. The low thermal conductivity of fluids commonly used in quenching leads to decreased efficiency in heat transfer. One of the developments in quenching media fluids to improve thermal conductivity is through the suspension of small solid particles in the fluid. In this study, AISI 4140 steel was quenched using a fluid with the addition of PCB particles. The concentration variations of PCB particles are 0%, 0.3%, 0.5%, and 0.7%. PCB particles will be dispersed by Cocamidopropyl Betaine with concentration variations of 0%, 3%, 5%, 7%. PCB was synthesized through crushing with a disc mill, leaching by 1 M HCl, pyrolysis at 500oC, and planetary ball milling for 20 hours. To characterize the PCB particles, PSA, XRF, and XRD tests were conducted. After milling, the particle size decreased from 704 nm to 589.1 nm. To determine the effect of PCB and CAPB particle concentration, AISI 4140 steel was heated to temperatures above 900oC and then cooled using the synthesized fluid. The results obtained include cooling curves, hardness data, and microstructure photos. The highest increase in steel hardness was obtained in fluids with particle concentrations of 0.3% and 5% CAPB, which amounted to 45.31 HRC with martensite and bainite phase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddie Susanto
"Peningkatan kekerasan pada material baja karbon dapat dilakukan dengan perlakuan panas quenching, pada baja karbon menengah hanya sedikit waktu yang diizinkan untuk mencapai fasa martensit sehingga medium quench dengan konduktivitas termal tinggi dibutuhkan. Multi wall carbon nanotube (MWCNT) memiliki konduktivitas termal yang sangat tinggi dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDAX), lalu disintesis menjadi nanofluida dengan penambahan surfaktan Polyethylene Glycol (PEG) dan dilarutkan dalam air distilasi. Nanofluida di ultrasonikasi selama 15 menit untuk mencegah aglomerasi dan dilakukan pengujian konduktivitas termal serta zeta potensial yang bertujuan untuk mengukur kestabilan nanofluida. Variasi konsentrasi nanopartikel sebesar 0.1%, 0.3%, dan 0.5% dan untuk surfaktan sebesar 0%, 3%, 5%, dan 7%. Setelahnya, nanofluida digunakan sebagai medium quench dengan waktu pencelupan 4 menit dan sampel pada baja S45C dilakukan pengujian mikrostruktur dan kekerasan. Pada hasil didapatkan data bahwa penambahan nanopartikel tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konduktivitas termal dan surfaktan PEG cenderung menurunkan nilai konduktivitas termal. Pada semua sampel yang telah dilakukan perlakuan panas diikuti dengan quench terbentuk martensite, tetapi nilai konduktivitas termal juga tidak berbanding lurus dengan kemampuan medium quench untuk meningkatkan kekerasan. Konsentrasi MWCNT 0,3% dengan surfaktan 0% menunjukan nilai konduktivitas tertinggi, sedangkan untuk hasil kekerasan tertinggi dicapai oleh media quench air.

Hardening on carbon steel material can be achieved with heat treatment quenching, for medium carbon steel only a little time is allowed to attain martensite phase therefore high thermal conductivity quench medium is needed. Multi wall carbon nanotube (MWCNT) has very high thermal conductivity was characterized with Scanning Electron Microscope (SEM) and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDAX), then it synthesized as nanofluids by adding some polyethylene glycol (PEG) surfactant and dissolved in distilled water. Nanofluids were ultrasonicated for 15 minutes to prevent agglomeration and tested for thermal conductivity also for zeta potential to measure nanofluids stability. Nanoparticle concentration varies from 0.1%, 0.3%, and 0.5% and for surfactants varies from 0.0%, 3%, 5%, and 7%. Afterward, nanofluids were used as a quench medium with immersion time of 4 minutes and for S45C steel samples were tested for its microstructure and hardness. The results show nanoparticle addition not significantly affecting the thermal conductivity and PEG as surfactant tends to decrease thermal conductivity. On all heat-treated samples followed by quench martensite phase are obtained, however thermal conductivity values are also not directly proportional to quench medium ability to increase the hardness. 0,3% MWCNT along with 0% PEG concentration give the highest thermal conductivity result, while for hardness achieved by using water quench medium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresnodrianto
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh nanofluida sebagai salah satu media pendinginan cepat dalam proses perlakuan panas dari baja S45C. Pembuatan nanofluida dilakukan dengan mencampurkan nano partikel karbon yang dilakukan proses penggilingan dengan 500 rpm selama 15 jam dengan fluida dasar air distilasi menggunakan metode Ultrasonic.Partikel karbon yang digunakan dalam pembuatan nanofluida adalah sebesar 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, dan 0.5 w/v. Sampel karbon dikarakterisasi dengan menggunakan SEM-EDS dan pengujian XRD. Nanofluida dikarakterisasi menggunakan PSA dan Pengujian Konduktivitas Termal. Sampel baja S45C dikarakterisasi menggunakan OES, serta uji kekerasan Vickers dan pengamatan mikrostruktur sebelum dan sesudah proses pendinginan cepat dlakukan.Hasil yang didapatkan secara umum menunjukkan peningkatan tingkat kekerasan dan konduktivitas termal dengan penambahan nanofluida. Namun, penggunaan nanofluida dengan jumlah partikel berlebih dapat menurunkan hasil yang didapat.

This research is conducted to know the effet of Nanofluids as a quench medium in the heat treatment process of S45C steel. Nanofluids are created by mixing carbon nano particles that had been milled in 500 rpm for 15 hours with distilled water as the base fluid using Ultrasonic. Carbon particles of 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, and 0.5 w v were used in creating the nanofluid. Carbon sample are characterized with SEM EDS and XRD testing. Nanofluid are characterized with PSA and thermal conductivity test. S45C steel are characterized with OES, and also Vickers hardness testing and metallographic observation before and after the quenching process. Thv results of mentioned testing generally indicate an increase in hardness and thermal conductivity with the use of nanofluid. However, the use of nanofluid with extensive carbon particle can reduce the result in general."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Hossein Mohammadi Nasrabadi
"Seiring dengan perkembangan teknologi, cairan pendingin konvensional menjadi kurang efektif untuk teknologi baru terutama dalam hal pendinginan saluran mikro. Oleh karena itu, para ilmuwan mencoba memanfaatkan nanofluida yang merupakan campuran nanopartikel dan cairan dasar. Ada begitu banyak penelitian terhadap konduktivitas termal nanofluida tetapi madih sedikit studi eksperimen untuk menyelidiki perpindahan panas konvektif dari fluida baru ini. Dengan demikian, simulasi numerik aliran nanofluida sangat penting dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apa yang terjadi pada koefisien perpindahan panas konveksi dan bilangan Nusselt di bawah kondisi batas yang berbeda dengan bantuan pendekatan CFD. Untuk memahami sepenuhnya fenomena ini, simulasi CFD dilakukan untuk aliran satu fase dan aliran dua fase. studi menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas konvektif Al2O3/Air selalu lebih tinggi daripada air murni dan nilai ini menjadi lebih tinggi dengan meningkatnya konsentrasi Al2O3 terutama dalam kasus aliran dua fase yang memberikan koefisien konveksi tertinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa bilangan Nusselt nanofluida aliran dua fase lebih rendah daripada air dan celah ini menjadi lebih besar karena konsentrasi Al2O3 menjadi lebih tinggi, menunjukkan bahwa peningkatan konduktivitas lebih tinggi daripada konveksi.

The technology is advancing day by day and conventional fluids are becoming less effective for the new technologies especially in the case of microchannel cooling. Due to this issue scientists have come up with the idea of nanofluids which is a mixture of nanoparticles and a base fluid. There are so many attentions toward the thermal conductivity of nanofluids but there is lack of experiment to investigate the convective heat transfer of these new fluids. Thus, Numerical simulation of nanofluid flows is of great importance and the aim of this study is to examine that what happens to the convective heat transfer coefficient and Nusselt number under different boundary condition by the help of CFD approaches. In order to fully understand this phenomenon, the CFD simulations are carried out for both Single – phase flow and two – phase flow. the study shows that the convective heat transfer coefficient of Al2O3/ Water is always higher than pure water and this value becomes higher as the concentration of Al2O3 increases especially in the case of two – phase flow which gives the highest convection coefficient. This study also found that the Nusselt number of two – phase flow nanofluids is lower than water and this gap becomes larger as the concentration of Al2O3 becomes higher, indicating that the enhancement in conductivity is higher than convection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>