Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54762 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wawan Anwar
"Novel Burung-burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya adalah karya penting dalam kesusastraan Indonesia. Novel itu sudah mengalami beberapa kali cetak ulang. diteriemahkan ke dalam sejumlah Bahasa. dibicarakan para kritikus. dan mendapatkankan sejumlah penghargaan. Novel Burung-burung Manyar akan dikaji dalam tesis ini dengan permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah kedudukan dan pesan setiap tokoh dalam novel yang diteliti?
2). Bagaimanakah tokoh, khususnva tokoh utama. memandang masalah kebangsaan?
3). Bagaimanakah kaitan antara gagasan kebangsaan dalam novel yang diteliti dengan gagasan kebangsaan Sutan Sjahrir yang terdapat dalam esei-esei 8 intelektual Indonesia dan 6 esei Mangunwijaya? Berpijak pada tiga masalah itu, intinya tesis ini bertujuan menemukan gagasan kebangsaan Indonesia dalam novel Burung-burung Manyar kaitannya dengan gagasan kebangsaan dalam 6 esei Mangunwijaya dan 8 esei intelektual Indonesia yang membahas pemikiran Sutan Sjahrir. Adapun basil penelitian adalah seperti di bawah ini.
Teto dan Atik adalah penggerak cerita novel Burung-burung Manyar karya Y.B. Mangumwijava. Novel itu mengisahkan perjalanan dua manusia yang sama-sama memiliki cita-cita (karsa) memperjuangkan sesuatu yang diyakininva. Selain menggerakkan cerita;. Teto dan Atik menggulirkan gagasan kebangsaan Indonesia. Baik dar segi peran yang dimainkan maupun gagasan kebangsaan yang digulirkannya, kedua tokoh utama ini memiliki persamaan dan perbedaan.
Teto dan Atik sama-sama memperjuangkan kemerdekaan manusia baik sebagai individu maupun sebagai bangsa. Mereka percaya pada rasionalitas untuk menyelesaikan masalah, terutama dalam mempejuangkan kemerdekaan manusia dan mengenyahkan mental fasis Jepang dan feodal Jawa. Mereka menolak segala bentuk penindasan dan menghargai kesetaraan dengan landasan nilai kemanusiaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T37515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hodijah
"Komunikasi ayah dan anak merupakan bentuk relasi sepanjang hidup. Dalam keluarga, ayah memegang peran penting dalam pembentukan kepribadian anak. Ayahku (Bukan) Pembohong karangan Tere-Liye merupakan salah satu karya sastra yang memuat kedekatan hubungan ayah terhadap anak melalui wacana persuasif. Skripsi ini secara khusus membahas strategi persuasi yang digunakan tokoh Ayah terhadap Dam, sejak kecil hingga dewasa, melalui dongeng dan percakapan. Penelitian kualitatif ini menggunakan model analisis wacana kritis Norman Fairclough yang dihubungkan dengan teori persuasi Ehninger, Monroe, dan Gronbeck. Hasil penelitian tahapan persuasif yang dibangun melalui percakapan menampilkan perubahan relasi kuasa dan pembentukan identitas tokoh ayah dan anak sepanjang cerita.

Communication between father and son is a long-life relationship. In a family, a father holds a significant role in his children's character building. Ayahku (Bukan) Pembohong written by Tere-Liye is one of many novels that show father and children relationship by using persuasive discourse. The focus of this study is the persuasion strategies that the Father applies to Dam, since Dam was still child until he becomes an adults, especially by usinng tales and conversations. This qualitative research uses critical discourse analysis model from Norman Fairclough's theory that related to Ehninger. Monroe, and Gronbeck's persuasion theory. The result of the persuasive stage applied in the story shows the changing of power relation and the building of the father and the son's character all along the storyline.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiyadi
"Majalah Budaya Jaya merupakan majalah kebudayaan umum yang diterbitkan secara bulanan oleh Dewan Kesenian Jakarta sejak tahun 1968 hingga tahun 1979. Baik majalah maupun dewan kesenian tersebut berdiri berkat kebijaksanaan kebudayaan dari Gubernur Jakarta pada saat itu, yaitu Ali Sadikin. Karangan dalam jenis esai mempunyai rubrik tersendiri dan sesuai dengan misi Budaya Jaya, esai yang dimuat sangat beragam: taxi, musik, teater, dan seni atau budaya secara umum. Akan tetapi, tulisan dalam bentuk esai sastra kerap kali muncul dalam setiap terbitannya. Oleh sebab itu, masalah yang hendak diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai gambaran esai sastra Indonesia, khususnya yang menyangkut esai, objek esai, dan kecenderungan konteks esai yang ditulis dalam Budaya Jaya.
Sumber data penelitian adalah semua majalah Budaya Jaya yang pernah diterbitkan sejak tahun 1968 hinggga 1979, yaitu 134 edisi yang di dalamnya terdapat tulisan esai sastra Indonesia sebanyak 73 judul. Penelitian memanfaatkan kerangka teori yang dikemukakan oleh Donald Keesey dalam buku Context for Criticism. Keesey memang tidak membahas esai secara khusus, melainkan pada kritik sastra. Namun, ada beberapa alasan yang memungkinkan kerangka teori Keesey digunakan dalam penelitian ini. Pertama, kritik dan esai sastra memiliki hubungan yang sangat berat karena keduanya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Kedua, dalam tradisi kesusastraan Indonesia, sesuai dengan pendapat H.B. Jassin, kritik merupakan bagian dari esai sastra. Menurut Keesey, skema dapat membantu kita dalam mendefinisikan, menganalisis, dan membandingkan konteks yang beragam sesuai dengan interpretasi esai pada saat menulis esai sastra.
Berdasarkan skema Keesey kita dapat mengelompokkan lima kecenderungan esai sastra, sesuai dengan konteks yang menjadi orientasinya, yaitu konteks pengarang, konteks pembaca, konteks realitas, konteks karya sastra itu sendiri dan konteks karya sastra lainnya.
Berdasarkan analisis didapatlah kenyataan bahwa esai sastra yang terdapat dalam Budaya Jaya (1968-1979) beragam apabila ditinjau dari aspek esais, objek esai, dan kecenderungan konteks esai sastranya. Para esais sebagian besar berkelahiran antara tahun 1930-1940-an, yang berarti mereka berusia sekitar 30-40 tahunan. Sebagian besar berjenis kelamin pria dan terdapat pula beberapa esais yang berkewarganegaraan asing.
Para esais sastra dalam Budaya Jaya masih menampakkan latar profesi kewartawanan atau jurnalistik, namun dengan tambahan profesi guru atau dosen di perguruan tinggi. Selain itu, sebagian besar esais adalah penyair dan yang sangat pruduktif menulis adalah Subagio Sastrowardojo. Kepenyairan para esais berpengaruh terhadap esai yang mereka tulis, sehingga sebagian besar berobjek puisi pula (34 judul).
Ketertarikan esais belum berpaling pada pesona puisi-puisi Chairil Anwar, meskipun mereka sudah mulai memperhatikan pascagenerasi Chairil Anwar, yaitu puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri. Dalam genre prosa dan drama terdapat beberapa karya yang menjadi fokus perhatian mereka, yaitu novel Ziarah karya Iwan Simatupang dan drama Kapai-Kapai karya Arifin C. Noer. Dalam esai mengenai kriiik sastra teoretis, tampak juga bahwa metode analitik dan metode ganzheit masih tetap jadi topik pembahasan, seperti terlihat dalam tulisan Achdiat Kartamihardja dan Arief Budiman. Apabila kita kaitkan dengan fungsi majalah sebagai media informasi, maka fenomena semua ini dapat menunjukkan "arus sastra" yang berkembang di sekitar akhir tahun `60 sampai dengan akhir tahun `70-an.
Dari analisis dapat diketahui pula bahwa yang banyak ditulis adalah esai yang cenderung pada konteks karya sastra itu sendiri dan pada konteks realitas. Hal ini dapat menunjukkan bahwa para esais dalam Budaya Jaya tartarik perhatiannya pada karya sastra, baik pada struktur formalnya maupun pada bahan atau isi yang dikandungnya. Ketertarikan pada unsur formal sastra, dapat juga dilihat dari sudut kepraktisan sebab unsur-unsur itulah yang tampak di depan mata esais sebagai unsur intrinsik yang selalu menyertai karya sastra. Sementara itu, ketertarikan mereka pada segi realitas atau kenyataan disebabkan oleh banyaknya karya sastra yang dianggap mencerminkan realitas yang ditangkap pengarangnya. Realitas yang demikian, tampaknya dapat ditangkap juga oleh para esaisnya yang sebagian besar mengakrabi dunia kepenyairan.
Penelitian ini telah memperlihatkan beberapa aspek esai yang terdapat dalam majalah Budaya Jaya dari terbitan perdananya (1968) hingga terbitan yang terakhir (1979). Selama lebih kurang sebelas tahun itu, Budaya Jaya telah memuat 73 esai sastra Indonesia yang ditulis oleh 36 orang esais. Apabila kita meninjau majalah tersebut dari konteks kekinian, maka Budaya Jaya telah menjadi masa lalu kita selama lebih kurang 25 tahun. Kita pun kini dapat melihat bahwa ada di antara esaisnya seperti Subagio Sastrowardojo, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Dami N. Toda, dan Umar Junus yang telah mengoleksikan esainya itu ke dalam bentuk buku. Akan tetapi, terdapat juga beberapa esais seperti Abdul Hadi W.M, Popo Iskandar, dan Satyagraha Hoerip yang tampaknya produktif menghasilkan esai pada majalah tersebut, namun belum mengumpulkannya dalam bentuk buku. Hal itu sudah sepantasnyalah menjadi agenda bagi pihak yang peduli terhadap tradisi esai sastra Indonesia sehingga dapat menindaklajutinya dengan penerbitan esai mereka ke dalam bentuk buku.

Budaya Jaya magazine represent the magazine of public culture published in monthly by Council of Artistry Jakarta (Dewar Kesenian Jakarta) since year 1968 till year 1979. Whether magazine and also the artistry council stand up blessing of culture wisdom from Governor Jakarta at that moment that is Ali Sadikin. Composition in type essay has separate rubric and as according to Budaya Jaya mission, essay loaded very immeasurable: dance, music, theatre, and cultural or artistic in general. However, article in the form of literary essay is very often emerging in its derivative. On that account, problem which will be expressed in this research is hit the picture of essay of Indonesian literary , especially which is concerning essayist, object essay, and tendency of context essay which written in Budaya Jaya.
Source of research data is all Budaya Jaya magazine which have been published since year 1968 till 1979, that is 134 edition which in it there are article of essay of Indonesian literary as much 73 title. Researches exploit the theory framework opened by Donald Keesey in book of Context for Criticism. Keesey is true not study the essay peculiarly, but at literary criticism. There are some reasons of framework of theory Keesey used in this research. The first, criticize and literary essay own the very hand in glove relation because both representing response to belles-lettres. Second, in tradition of Indonesian literary , as according to opinion HB.
Jassin, criticize the literature represent the part of literary essay. According to Keesey, scheme can assist us in defining, analyzing, and comparing immeasurable context as according to interpretation essayist at the time of writing literary essay. Pursuant to scheme Keesey, we can group five tendency of literary essay, as according to context becoming its orientation, that is author context, reader/audience context, reality context, context of itself work, and other literature context.
Pursuant to analysis got by fact that literary essay which is there are in Budaya Jaya (1968-1979) immeasurable if evaluated from aspect essayist, object essay, and tendency of its context literary essay. All essayists of most have birth among year 1930-1940's, meaning they have age to about 30-40's annual. Mostly have gender of man and there are also some essayist who has foreign civic too.
All essayists literature in Budaya Jaya still look the background of profession of journalism or journalistic, but additionally profession is teacher or lecturer in college. Others, most essayists are poet and very productive write like Subagio Sastrowardojo. Poets of all essayists have an effect on to essay that they write, so that most have object to poem also (34 title). Essays interest not yet looked away at glamour of poems Chairil Anwar, though they have started to pay attention to the next generation of Chairil Anwar, that is poems Sutardji Calzoum Bachri. In genre of prose and drama, there are some masterpiece becoming their attention focus that is novel of Ziarah of masterpiece of Iwan Simatupang and drama of Kapai-Kapai of masterpiece Arifin C. Noer. In essay of concerning theoretical criticism, visible also that analytic method and method ganzheit still become this topic of solution, like seen in article of Achdiat Kartamihardja and Arief Budiman. If we hook correlate with the magazine function as information media, hence phenomenon all this can show the "literature current" expanding around year-end 60's up to final 70's.
From analysis, knowable also that which is a lot of writes is an essay, which is in a mood for context of itself belles-lettres and reality context This matter can indicate that all essayists in interested by Budaya Jaya its attention at belles-lettres, its formal structure and also substance or content contained.
Interested to formal element of literature is also seen practical from the aspect of elements cause that's visible before very eyes essayist as intrinsic element, which always accompany the belles-lettres. Meanwhile, their interest at facet of reality or fact because the number of belles-lettres assumed minor the capturer reality its author. Such reality, seems earn be under arrest also by all chummy essayists mostly world poets.
This research have showed some aspect essay which is there are in Budaya Jaya magazine than its maiden derivative (1968) till last derivative (1979). During more or less that eleven year, Budaya Jaya has loaded 73 essay of Indonesian literary writes by 36 essayists. If we evaluate the magazine from context nowadays, hence Budaya Jaya have come to our past during more or less 25 year. We even also nowadays can see that there is among essayists like Subagio Sastrowardojo, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Dami N. Toda, and Umar Junus collected those essays into book form. However, there are also some essayists like Abdul Hadi W.M., Popo Iskandar, and Satyagraha Hoerip, which productive to seem yield the essay at magazine, but not yet collected it in the form of book. That matter has proper become the agenda for party, which cares about to tradition of essay of Indonesian literary so that earn to follow-up with their publication essay into book form.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enggar Teguh Apriyanto
"Penelitian ini menjelaskan kasus nasalisasi yang terdapat di dalam ragam bahasa Indonesia nonbaku. Objek yang diteliti adalah perilaku nasalisasi berdasarkan kemunculan alomorf-alomorf nasal dan pengaruh konsonan awal. Penelitian ini bertujuan menjelaskan proses persenyawaan konsonan sengau; perilaku pembubuhan alomorf nasal; dan perubahan kedudukan leksem yang disebabkan oleh kasus nasalisasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan dasar-dasar analisis berdasarkan pola-pola perilaku yang sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kebersuaran, posisi artikulator, dan jumlah suku kata dapat menentukan kemunculan alomorf nasal. Selain itu, nasalisasi juga dapat menyebabkan suatu leksem mengalami derivasi dan infleksi.

This research is focuses on describing the cases of nasalisation which appears in the variety of non-standard Indonesian. The objects of this research are nasalisation that came from nasal allomorphs and the influence of initial consonant. This research aims to describe the compounding process of nasal consonants; behavior of nasal allomorphs insertion; and lexeme formation which is caused by the case of nasalisation. This research is a qualitative study that uses a basic analysis based on the same behavior patterns. This research reveals that factor of voice, position of articulator, and numbers of syllable determine the emergence of nasal allomorph. Moreover, nasalisation also induces a lexeme to undergo either derivation or inflection process."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S53682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aruna Widyanata
"ABSTRAK
Tulisan ini merupakan analisis sosiologi sastra dalam novel Matahari Merah Bulan Mei yang terbit pada tahun 2008. Penelitian ini berfokus pada pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjadi tema cerita dalam novel. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan faktor yang memicu pergerakan mahasiswa, menjelaskan bagaimana pergerakan mahasiswa terjadi melalui sudut pandang Andreans, dan pengaruh pergerakan mahasiswa terhadap masyarakat dan pemerintah dalam novel Matahari Merah Bulan Mei. Sebagai suatu karya sastra untuk mengenang satu dekade pergerakan mahasiswa 1998 semua peristiwa tergambarkan dalam novel ini. Dari mulai bergeraknya mahasiswa, bersatunya mahasiswa dan masyarakat hingga meruntuhkan kekuasaan seorang presiden yang tidak terkalahkan selama 32 tahun. Berdasarkan pemaparan analisis dapat dikatakan bahwa keseluruhan novel ini menggambarkan semangat mahasiswa pada tahun 1998 untuk mewujudkan reformasi.

ABSTRACT
This paper is an analysis of literary sociology in the novel Matahari Merah Bulan Mei published in 2008. This research focuses on student movement in 1998 which became the theme of the story in the novel. The purpose of this study is to show the factors that trigger student movements, explain how student movements occur through the point of view of Andreans, and the influence of student movements on society and government in the novel Matahari Merah Bulan Mei. As a literary work to commemorate a decade of student movement in 1998 all the events depicted in this novel. From the start of the student movement, the union of students and society to undermine the power of an unbeaten president for 32 years. Based on the exposure of the analysis it can be argued that this whole novel illustrates the spirit of students in 1998 to bring about reform."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Sundari Husen
Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Auliani Regar
"ABSTRAK
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata telah diterjemahkan ke dalam lebih dari tiga puluh bahasa. Dalam proses penerjemahan, istilah agama dapat menjadi kendala. Melalui metode deskriptif kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan penerjemahan istilah-istilah agama dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Belanda. Dari hasil analisis dapat diketahui prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan istilah-istilah agama tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa prosedur penerjemahan yang paling banyak digunakan dalam penerjemahan istilah-istilah agama, baik ke dalam bahasa Inggris maupun Belanda, adalah couplets, yaitu penggabungan dua prosedur penerjemahan yang berbeda.

ABSTRACT
The novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata has been translated into more than thirty languages. In the process of translation, religious terms can cause translation problems. By using qualitative descriptive method, this research aims to describe the translation of religious terms in the novel Laskar Pelangi into English which is then translated into Dutch. From the analysis, translation procedures used by translators in translating the religious terms can be identified. The results show that the most widely used translation procedure for translating religious terms both into English and Dutch is couplets, which combine two different translation procedures."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yopi Ruki Kusuma
"ABSTRAK
Cerita adalah bagian dari kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu manusia sudah mengenal kegiatan bercerita. Gagasan cerita dapat berasal dari mana saja. Lingkungan alam tempat manusia hidup dapat memberikan gagasan tentang cerita. Masyarakat memanfaatkan kesempatan ini sesuai zamannya. Cerita dapat berbentuk apa saja mulai dari dongeng, mitos cerita rakyat dan legenda. Legenda biasanya hidup di kalangan rakyat. Di sisi lain teknologi penyampaian cerita sangat sederhana. Zaman sekarang cara menyampaikan cerita yang paling mudah adalah melalui media massa seperti majalah, koran, atau yang lainnya. Media massa yang paling dekat dengan masyarakat adalah media cetak seperti koran atau majalah. Melalui rubrik dalam majalah masyarakat dapat membaca cerita sebagai hiburan. Para pengarang dapat menyampaikan berbagai gagasan cerita sambil menyampaikan pesan. Dengan penyampaian yang ringan tanpa harus berfikir secara filosofis masyarakat dapat menikmati cerita sebagai hiburan. Rubrik seperti cerita pendek dan sejenisnya mendapat perhatian yang banyak dari masyarakat. Di sisi lain, situasi ini juga memberi kesempatan bagi banyak pengarang untuk terus menerus berkarya dan menyebarluaskan gagasannya.

ABSTRACT
Stories are part of human life. Since ancient times people have known storytelling activities. Story ideas can come from anywhere. The natural environment in which humans live can provide ideas about stories. People take advantage of this opportunity according to their times. The story can take the form of anything from fairy tales, folklore myths and legends. Legends usually live among the people. On the other hand, the technology of delivering stories is very simple. Today, the easiest way to tell stories is through mass media such as magazines, newspapers, or others. The mass media that is closest to the community are print media such as newspapers or magazines. Through rubrics in public magazines can read stories as entertainment. The authors can convey various story ideas while conveying messages. With light delivery without having to think philosophically the community can enjoy the story as entertainment. Rubrics such as short stories and the like get a lot of attention from the public. On the other hand, this situation also provides an opportunity for many authors to continuously work and disseminate their ideas."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Saksono Prijanto
"Tulisan ini membahas sebuah trilogi Y.B. Mangunwijaya yang terdiri dari tiga novel, yaitu Roro Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri. Trilogi ini melukiskan peristiwa pada masa kejayaan sampai dengan kejatuhan Kerajaan Mataram. Novel Roro Mendut (pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo), novel Genduk Duku (pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo), dan novel Lusi Lindri (pemerintahan Amangkurat I).
Analisis terhadap trilogi ini dimaksudkan untuk menemukan (1) persamaan struktur, (2) perkembangan struktur, dan (3) gagasan yang terkandung dalam trilogi. Karena trilogi merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai medianya, metode yang dipilih ialah pendekatan semiotik menurut teori Ferdinand de Saussure, yang menganggap bahasa sebagai sistem tanda. Dengan pemilihan metode semiotika dan anggapan bahwa karya sastra memiliki sifat otonom, diterapkan teori sintaksis naratif (Greimas), teori semantik naratif (Todorov), dan teori isotopi (Greimas).
Hasil analisis membuktikan bahwa ketiga novel itu memiliki keutuhan sebagai sebuah trilogi, baik dari unsur sintaksis naratif maupun semantik naratif. Di samping itu, masing-masing novel secara tematis memiliki perkembangan gagasan. Pokok permasalahan novel Roro Mendut bersifat individual (konflik pribadi antara Roro Mendut dan Tumenggung Wiroguno). Pokok permasalahan novel Genduk Duku melukiskan penderitaan Genduk Duku, yang dapat dianggap sebagai metafor kaum kecil yang tidak berdaya). Pokok permasalahan novel Lusi Lindri mencerminkan idealisme Lusi Lindri terhadap situasi dan kondisi sekitarnya.

The following passage is aimed to get know about the three ideology (Trilogy) that is found in the novels of Y.B. Mangunwijaya's. These 3 novels are Roro Mendut, Genduk Duku, and Lusi Lindri. The Trilogy in these 3 novels illustrate the events which occured during the golden era of Mataram until the age of its collapse. The events happened during the goverment of Sultan Agung Hanyokrokusumo are ilustrated in Roro Mendut and Genduk Duku, meanwhile Lusi Lindri ilustrates the events during the government of Amangkurat I.
The study of these 3 novels is meant to analyze (1) its structural similarities its, (2) its development as well as, (3) Trilogy ideas. As Trilogy is a literature uses a language as a media semiotic approach is then used as the method (semiotic approach by Ferdinand de Saussure), in any case, semiotic approach regards a language a sign system. As semiotic method is picked out as the method, and as the literature creations have an otonom character, the theory of narrative syntax (Greimas), the theory narrative semantic (Todorov), and the theory of isotopi (Greimas) are then applied.
The last analyses indicate that these 3 novels have a whole criteria as a Trilogy either in the syntax narrative element or semiotic narrative, besides each novel systematically has developing ideas. Conflict in Roro Mendut has an individual character (conflict between Roro Mendut and Tumenggung Wiroguno) meanwhile, the main point in Genduk Duku describes the pain that Genduk Duku experiances, this is regarded a methapor of little people who is hopeless. The main point in Lusi Lindri is focused on her ideal towards the situations and conditions around.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudra Rachmilia Putri
"ABSTRAK
Salah satu negara yang menganut budaya patriarki adalah Indonesia. Dalam budaya patriarki, perempuan sering dianggap bergantung pada laki-laki dan memiliki kelas lebih rendah dalam status sosial budaya. Adat dan nilai-nilai budaya mengharuskan perempuan berada di wilayah domestik. Budaya patriarki dalam masyarakat Jawa membuat perempuan mengalami ketidakadilan gender berupa subordinasi dan stereotipe. Novel Kartini karya Abidah El Khalieqy merupakan salah satu novel yang menyoroti perjuangan perempuan demi hak dan kesetaraan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan subordinasi dan stereotipe yang dialami oleh perempuan dan upaya perempuan untuk mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki.

ABSTRACT
One of the countries that adopted a patriarchal culture is Indonesia. In patriarchal culture, women are often being represented as the ones who always depend themselves on men and somehow, has a lower class in social and cultural status than men. The tradition and norms of Indonesian cultures requires women to take a role on domestic sector only. Patriarchal culture, specifically in Java, caused gender inequality towards women. Those type of gender inequality, often to be called gender bias, are subordination and stereotype. The novel called Kartini by Abidah El Khalieqy is one of the novel that focused on women rsquo s struggle and battles to achieve a more equal position, the same as men. This research is going to point out types of gender inequality gender bias that can be found in this novel such as subordination and stereotype that happened to women, also their efforts to achive an equal position, the same position as men."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>