Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisa Ekawati
"Kata Buddha sebenarnya merupakan sebutan yang nenunjukkan tingkatan spiritual bagi seseorang yang telah sepenuhnya memeperoleh penerangan mengenai sifat sadar dan arti perihal kehidupan (Soekmono1973:18; Hadiwijono1975:62). Agama Buddha mengajarkan kepada umatnya tentang bagaimana agar manusia dapat melepaskan diri dari penderitaannya (samsara) dan mencapai Nirwana. Dalam ajarannya disebutkan bahwa hidup ini adalah penderitaan, yang disebabkan oleh keinginan hidup yang dikaitkan dengan keduniawian. Keinginan tersebut yang menyebabkan penderitaan sebagai akibat dari ketidaktahuan. Agar manusia dapat lepas dari sarrt.samsara, maka ia harus menjalankan aturan-aturan yang disebu astamarga. Astamarga atau delapan jalan yang benar itu adalah pikiran benar, pandangan benar, ucapan benar, percaya yang benar, perbuatan yang benar, usaha yang benar, ingatan yang benar dan samadhi yang benar (Soekmono 1973: 20 - 21). Pada jaman Asoka agama Buddha telah berkembang hingga..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T39947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Ahmad
"ABSTRAK
Pada relief-relief Candi Hindu maupun Buddha dapat dilihat bahwa sesungguhnya seni pertunjukan telah ada sejak zaman dahulu, khususnya pada masa Jawa Kuna. Dalam kaitan itu skripsi ini berupaya mengkaji Bentuk dan Suasana Pertunjukan Di Jawa Tengah Pada Abad 8-9 Masehi. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah relief Karmawibhangga Candi Borobudur, yang ditunjang dengan data tertulis yang sezaman berupa prasasti_-prasasti dan Kakawin Ramayana.
Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bentuk-bentuk seni pertunjukan yang ada pada masa itu adalah wayang, tarian, pertunjukan topeng, permainan musik, menyanyikan/membacakan kidung, serta lawak. Di antara pertunjukan-pertunjukan tersebut ada yang termasuk ke dalam seni pertunjukan adi luhung dan ada pula yang termasuk ke dalam seni pertunjukan kerakyatan.
Selain itu dapat dikenali pula fungsi seni pertunjukan yaitu: (1) sebagai bagian dari ritus; (2) sarana untuk mendapatkan kesenangan; (3) pelengkap kebesaran seseorang atau suatu lingkungan.

"
1990
S11654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randu Andreanto
"Prasasti adalah salah satu peninggalan yang merupakan sumber penting bagi penulisan sejarah kuno Indonesia, berupa putusan resmi yang tertulis di atas batu atau logam yang dirumuskan berdasarkan kaidah-kaidah tertentu, berisi anugerah dan hak yang dikaruniakan dengan berbagai upacara. Dari prasasti dapat diperoleh informasi tentang struktur kerajaan, struktur birokrasi, perekonomian, agama, sistem sosial kemasyarakatan dan adat istiadat masyarakat Indonesia Kuna (Boechari, 1977b:22). Bagian yang cukup penting dalam prasasti adalah penanggalan. Penentuan penanggalan harus dilakukan oleh seorang ahli astrologi istana atau wariga, dengan mengikuti ilmu dan ajaran-ajaran Hindu seperti yang terdapat dalam kitab-kitab Bh_skar_c_rya atau S_ryasiddh_nta (Bakker, 1972: 16). Tanggal, selain mempunyai arti sebagai penunjuk waktu juga mempunyai arti magis, yaitu suatu kekuatan tertentu yang dimiliki tanggal-tanggal itu dan biasanya dihubungkan dengan pengaruh baik atau buruk hari jika kemudian hari itu akan digunakan untuk suatu kegiatan. Kebiasaan itu ternyata masih digunakan hingga masa modern ini, seperti juga kitab S_ryasiddh_nta yang hidup terus dalam primbon-primbon Palintangan dan Pawukon. Hingga masa kini masyarakat Jawa masih memakai kitab-kitab primbon untuk mencari _hari baik_ guna melakukan suatu kegiatan, agar kegiatan itu bisa berjalan dengan lancar dan tanpa gangguan. Perhitungan _hari baik_ itu dilakukan karena raja sebagai pemberi keputusan bukan orang sembarangan, raja adalah penjelmaan Dewa di dunia (Sumadio, 1993: 191). Penelitian ini melihat apakah masyarakat Jawa kuno sudah mengenal konsep _hari baik_ itu dan melihat alasan-alasan pemilihan tanggal-tanggal yang tercantum dalam prasasti-prasasti Jawa kuno abad ke-9 & ke-10 M. Untuk melihat hal itu digunakan penghitungan pada unsur-unsur penanggalan yang ada pada pasasti. Ternyata setelah dihitung nilai harinya didapatkan prasasti-prasasti Jawa kuno abad ke-9 dan ke-10 M, banyak yang mempunyai nilai hari buruk. Hal ini menimbulkan kecurigaan apakah masyarakat Jawa kuno belum mengerti mengenai nilai-nilai hari atau cara penghitungan yang digunakan berbeda dengan yang digunakan sekarang dan sudah hilang"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11879
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khairiyah
"Skripsi ini mencoba mengetahui sejauh mana penggunaan kosakata Melayu yang digunakan dalam prasasti-prasasti berbahasa Melayu Kunaodi Jawa Tengah abad VII-IX Masehi telah bercampur dengan perbendaharaan kata Sanskerta dan Jawa Kuno. Data yang digunakan adalah 6 buah prasasti berbahasa Melayu Kuno sebagai data primer dan 6 buah prasasti berbahasa Jawa Kun yang sejaman dengan prasasti - prasasti Melayu Kuno sebagai data sekunder. Setelah dilakukan penelitian atas kosakata yang terdapat, diketahui bahwa meskipun prasasti-prasasti itu disebut prasasti berbahasa Melayu Kuno, tetapi dalam kenyataannya tidak sepenuhnya dari bahasa Melayu Kuno, melainkan merupakan kumpulan dari kosakata Sanskerta dan Jawa Kuno. Tetapi ada ciri menonjol yang memperlihatkan pengaruh kuat dari bahasa Melayu Kuna. Hasil yang diperoleh dari skripsi ini diketahui bahwa pemakaian kosakata Melayu Kuno pada prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah prosentasenya berkisar antara 28,35 % -75 %. Kosakata Sanskerta antara 6,67 % - 59.84 %, dan kosakata Jawa Kuno antara 1,57 % - 26,66 %. Sedang_kan kosakata campurannya antara 0 %- 25 %. Sementara dari 6 prasasti berbahasa Jawa Kuno yang dipakai sebagai data pembanding, pengaruh kosakata Melayu Kuna prosentasenya antara 5,62 % - 13,43 %. Berdasarkan penelitian terhadap mama-nama tokoh pada semua prasasti tersebut, dilihat dari gelar dan kata sandang di depan namanya dapat pula menunjukkan status sosial dalam masyarakat maupun pemerintahan. Sedangkan terhadap nama-nama wilayah/tempat yang disebut dalam masing-masing prasasti, nama-nama tempat yang ada pengaruh Melayu Kunonya dapat menunjukkan bahwa nama tersebut diberikan oleh orang Melayu. Di antara nama tempat itu ada yang sekarang masih menjadi nama sebuah desa. Di duga bahwa pada abad VII-IX Masehi itu telah ada sekelompok orang dari tanah Melayu yang bermukim di daerah Jawa Tengah."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S11987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Witjaksono
"Salah satu tinggalan arsitektur Islam adalah Mesjid. Dalam sebuah masyarakat Islam bangunan mesjid tidak hanya memiliki peran dan fungsi sebatas tempat berkupulnya jamaah untuk melaksanakan shalat farhdu bersama-sama, namun lebih jauh mesjid memiliki fungsi sosial, ekonomi, politik, ilmu, seni dan filsafat. Berdasrkan kenyataan tersebut secara tidak langsung mengungkapkan bahwa apabila seorang ingin menyelidiki kehidupan keagamaan di salah satu pulau (Jawa), maka haruslah dimulai dengan mempelajari mesjid sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Pijper (1985).
Dalam sejarah perkembangan Islam Khususnya di Pualau Jawa, wilayah Pesisir Utara Jawa Barat memiliki arti dan peran yang sangat strategis. Pesisir Utara Jawa Barat merupakan distrik pertama dimana Islam dikenal. Keletakan wilayah Pesisir Utara Yang strategis serta merupakan jalur perlintasan pelayaran dan perdagangan merupakan faktor pendukung yang mempercepat proses datangnya Islam ke Wilayah ini. Sehinga tidak mengherankan bila bangunan mesjid kuno dari masa-masa awal (abad 16-17Masehi) ditemukan di daerah pesisir ini.
Permasalahan dari penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana bentuk-bentuk mesjid di Jwa Barat, apakah mesjid-mesjid di pessisir Jawa Barat memiliki berbagai variasi yang pada akhir mampumembedakan dengan mesjid-mesjid di Jawa Barat pada umumnya. Sedangkan tujuan dari penelitian ini yaitu selain untuk melihat variasi gaya dan bentuk dari mesjid di pesisir Jwa Barat, juga untuk mengetahui apakah mesjid-mesjid di pesisir Jawa Barat memiliki persamaan dengan mesjid-mesjid di Jawa pada umumnya.Berdasarkan hasil penelitian tergambar bahwa secara umum bentuk-bentuk mesjid di Pesisir Jawa Barat tidak memiliki perbedaan yang khusus dengan mesjis-mesjid di Jawa pada umumnya..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Yofani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang keberagaman gambaran tanaman pada relief tanaman di Jawa Timur abad 14 Masehi. Setelah diteliti, diketahui 21 jenis tanaman yang masih dapat dikenali penggambarannya. Penelitian ini juga membutuhkan data penunjang dari naskah-naskah Jawa Kuna dan Berita Cina untuk memberikan informasi mengenai relief tanaman yang paling sering dipahatkan, gambaran lokasi adegan cerita pada relief, fungsi relief tanaman sesuai konteks adegan cerita pada relief serta informasi tentang hubungan antara manusia dengan tanaman pada kehidupan masyarakat Jawa Kuno.

Abstract
The Focus of this study is the different kind of plants at relief on temple walls in East Java at 14 AD. After the research is over, there is 21 kind of plants form which still recognizable. The research of this study need supported by manuscript from old-Java and Chinese report to giving information about relief of plants who often carved, the location of story scene figure in relief, the function of plants figure who concord with scene story context, and then giving information about relationship between human and plants in daily life of old-Java."
2010
S12069
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inggita Adya Rari
"Kajian ini berisi analisa gaya candi di Sawa Tengah, abad VII - IX Masehi. Pendekatan yang dilakukan pada kajian ini adalah pendekatan kuantitatif guna menguji hipotesa Edi Sedyawati tentang kesatuan gaya seni area di Candi Roro Jonggrang dan Plaosan Lor. Adapun hipotesa tersebut menyatakan bahwa kesatuan gaya seni area yang ada di Candi Roro Jonggrang dan Plaosan Lor terjadi lebih dipengaruhi oleh kedudukan suatu kelompok kemasyarakatan sebagai pusat atau pinggiran dibandingkan dengan penganut agamanya.
Pengelompokan masyarakat tersebut bisa dilihat dari pengelompokan tinggalan yang ada. Hipotesa tersebut akan diterapkan pada gaya bangunan candi yang ada di wilayah yang sekarang bernama Jawa Tengah (termasuk wilayah DIY).
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah 40 candi berbahan batu andesit yang berasal dari abad VII - IX M. Data tersebut dihasilkan setelah terjadi proses pemilihan yang disesuaikan dengan keadaan candi yang masih ada bagian bangunan yang dapat diamati. Setelah data terpilih, data tersebut diamati dengan menggunakan ragangan penelitian candi (merupakan modifikasi dari ragangan bangunan tradisional oleh Edi Sedyawati). Setelah data dimasukkan dalam ragangan. Hasil tersebut diolah dengan menggunakan tabel-tabel yang sudah terdapat pada program komputer SPSS . Adapun tujuannya adalah untuk diadakan pengujian antar variabel dengan cara uji chi-squre.
Sebaran candi-candi berbahan batu andesit di Jawa Tengah, abad VII - IX Masehi pada peta terlihat mengelompok. Adapun pengelompokan yang tersebut adalah di Dataran Tinggi Dieng, di Daerah Ungaran dan sekitarnya, di Dataran Kedu, dan di Daerah sekitar Prambanan. Berdasarkan hal tersebut maka pengujian yang dilakukan terhadap variabel-variabel pengamatan diuji dengan faktor pengelompokan lokasi. Selain dengan faktor lokasi dilakukan juga pengujian dengan latar belakang keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka memperbandingkan faktor manakah yang lebih menunjukan hubungan yang bermakna terhadap keberadaan variabel-variabel pengamatan candi.
Berdasarkan analisa kuantitatif yang dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu SPSS 10 diketahui bahwa faktor lokasi (mengacu pada masyarakat pembuatnya) mempunyai pengaruh yang lebih signifikan daripada faktor latarbelakang agama. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa penelitian ini mendukung hipotesa Edi Sedyawati bahwa gaya seni di suatu wilayah dipengaruhi oleh kedudukan suatu kelompok kemasyarakatan (yang diwakili dengan pengelompokan tinggalan yang ada di suatu lokasi pada penelitian ini) sebagai pusat atau pinggiran dibandingkan dengan penganut agamanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Alifah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai aktivitas domestik dan publik yang dilakukan oleh perempuan pada relief candi abad ke-13 mdash;15 di Jawa Timur. Permasalahan penelitian adalah pengidentifikasian aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada relief candi abad ke-13 mdash;15 Masehi di Jawa Timur. Pada tahap analisis menggunakan klasifikasi untuk membedakan jenis aktivitas perempuan dalam bidang domestik dan publik. Tipe-tipe aktivitas perempuan dibandingkan dengan karya sastra Jawa Kuna untuk melengkapi analisis. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa perempuan pada masa Jawa Kuna khususnya abad ke-13 mdash;15 Masehi tidak hanya memperhatikan ranah domestik sebagai kewajibannya di rumah tangga, perempuan juga berperan penting pada ranah publik.

ABSTRAK
This thesis deals with the domestic and public activity performed by women on the relief of the 13th mdash 15th century temple in East Java. Problems of research is identifying the activities carried out by women in the relief of the 13th mdash 15 A.D. century temple in East Java. At this stage of the analysis using classification methods to distinguish the types of activity of women. The types of activity of women as compared to old Javanese literary work to complete the analysis. The results of this research proves that women in the 13th mdash 15th century not only pay attention to the domestic realm as obligations in the household, but also played an important role in the public sphere."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudianto
"Pada kajian ini, akan dilihat umur relatif suatu benda sejarah berupa bangunan candi melalui perbingkaiannya. Perbingkaian sendiri merupakan bagian yang tidak dapat lepas dari arsitektur bangunan, karena suatu perbingkaian akan membentuk satu profil bangunan. Pada bangunan keagamaan masa Hindu-Buddha, perbingkaian juga merupakan bagian dari bangunan fisiknya. Berdasrkan tinggalan bangunan yang adaini, kemudian akan dilihat kronologi yang ada dengan berdasarkan pada perubahan perbingkaiannya. Perjalanan waktu yang panjang selalu memungkinkan suatu bentuk berkembang, tak terkecuali perbingkaian itu sendiri. Perubahan benntuk ini kemudian diharapkan membawa petunjuk suatu indikasi perkembangan. Pada tahap analisis digunakan metode seriasi dengan tujuan mendapatkan urutan kronologi candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lani Kumarika Dharma
"ABSTRAK
Avalokitesvara merupakan Bodhisattva yang dianggap penting dalam agama Budha Mahayana. Bukti adanya pemujaan Avalokitesvara di Jawa Tengah selain diketahui dari pene_muan sejumlah arca Avalokitosvara, diketahui pula dari prasasti. Dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai data primer ialah 14 buah arca Avalokitosvara koleksi Museum Nasional Jakarta asal Jawa Tengah, bahan perunggu. Tujuan yang hendak dicapai ialah untuk mengetahui se_jauh mana ketentuan pengarcaan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala diikuti di Jawa Tengah. Ciri yang sama antara Avalokitosvara Jawa Tengah dengan ketentuan dalam Sadhanamala adalah hiasan pada mahkota yang berupa bentuk Amitabha. Identifikasi tidak berhasil dicapai. Tidak satu pun arca yang mengikuti semua ketentuan salah satu perwujudan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala. Arca Avalokitosvara dipergunakan sebagai obyek meditasi. Mantra yang digoreskan pada umpak arca memperkuat dugaan tersebut. Kepustakaan yang dipergunakan berjumlah 63 buah, yang tertua tahun 1896, yang termuda tahun 1984_

"
1985
S11768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>