Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8736 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dasman Djamaluddin
"Temuan kajian ini adalah bahwa Harian Merdeka, salah satu surat kabar perjuangan, yang khusus berbicara mengenai politik dan lahir pada tanggal 1 Oktober 1945, sangat konsisten melaksanakan garis politiknya hingga pendirinya B.M. Diah meninggal dunia pada tanggal 10 Juni 1996. Pada awal tahun 1950-an, muncul istilah Personal Journalism, sebuah corak jurnalistik yang berkembang setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda. Istilah ini begitu lekat pada Harlan Merdeka, sehingga nama Harlan Merdeka tidak dapat dilepaskan dari nama pendirinya B.M. Diah. Sebaliknya, nama B.M. Diah tidak dapat dilepaskan pula dari nama Harlan Merdeka yang didirikan dan dipimpinnya. Yang menjadi ciri khas di Harian Merdeka adalah munculnya istilah personal journalism tidak didahului oleh subyektifitas B.M. Diah, tetapi lebih terkait dengan sikap B.M. Diah yang konsekuen melaksanakan garis politik yang telah digariskannya, baik dalam berita-berita, editorial, gagasan atau pikiran-pikiran di surat kabar yang dipimpinnya. Ini pula yang menjadi salah satu faktor mengapa Harian Merdeka mampu bertahan lama bila dibandingkan dengan surat kabar lain di masa perjuangan. Jika pada akhirnya muncul istilah "Kerajaan B.M. Diah" dan "Keluarga Besar B.M. Diah", hal itu adalah akibat dari sikap konsekuennya tersebut. Pada waktu itu, berdasarkan kenyataan di lapangan, hanya B.M. Diah yang mampu memahami ke arah mana surat kabarnya berjalan. Inilah ciri khas dari Harlan Merdeka yang tidak dapat ditemukan di surat kabar-surat kabar perjuangan semasanya. Bagi masyarakat pers, tentu bisa melihat kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan dari personal journalism yang diterapkan di Harlan Merdeka sejak 1945-1996 tersebut. Kelebihan dan kelemahan ini sudah tentu dapat dijadikan masukan berharga bagi perkembangan pers Indonesia di masa mendatang. Boleh jadi istilah personal journalism pads masa sekarang bisa saja muncul, baik di media cetak maupun elektronik, karena kelebihan-kelebihan seorang figur di dalam menata dan mengendalikan medianya tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Hanya personal journalism yang diterapkan sekarang sudah tentu berbeda dengan personal journalism yang berkembang di masa perjuangan. Untuk itu perlu diberi pemaknaan baru tentang istilah personal journalism".

This study discovers that the Merdeka Daily, one of the newspapers of struggle which especially speaks about politics and was established on 1 October 1945, was very consistent in implementing its political line until the founder B.M. Diah passed away on 10 June 1996. In the early 1950s, a terminology Personal Journalism, emerged. a journalistic form which developed after the transfer of sovereignty from the Dutch. This terminology sticks to the Merdeka Daily. Thereby, the name Harian Merdeka (Merdeka Daily) could not be separated from the founder B.M. Diah. Conversely the name B.M. Diah cold not be separated from the name Harian Merdeka , which he established and led. But, what has become the special characteristics in the Merdeka Daily, was that the emergence of the personal journalism terminology was unpreceded by the subjectivity of B.M. Diah,'' but more related to the behaviour of B.M. Diah who consistently implemented the political line which he had outlined either in the news, in the editorials, in a concept or in his thoughts, in the newspaper he led. It was this which became one of the factors why was the Merdeka Daily able to survive longer compared to other newspapers in the time of struggle. If eventually the term " B.M. Diah Kingdom" and "B.M. Diah Extended Family," emerged, it was owing to his being consistent. At that time only B.M. Diah who was capable of understanding in which direction is his newspaper going. This was special feature of the Merdeka Daily unlikely to be found in other newspapers of struggle in its period. The press community would have certainly observed the superiorities and weaknesses of personal journalism applied in the Merdeka Daily from 1945 to 1996. The superiority and the weakness could surely be made as invaluable input for the development of the future Indonesian press. It is probable that the personal journalism terminology may emerge at the present time, either in the printed as well as electronic media, because the superiority of a figure in arranging and leading his media cannot be ignored. Only that the personal journalism applied nowadays of course differ from the personal journalism which developed during the time of struggle. Therefore, it needs to be given a new meaning regarding the personal journalism terminology";"This study discovers that the Merdeka Daily, one of the newspapers of struggle which especially speaks about politics and was established on 1 October 1945, was very consistent in implementing its political line until the founder B.M. Diah passed away on 10 June 1996. In the early 1950s, a terminology Personal Journalism, emerged. a journalistic form which developed after the transfer of sovereignty from the Dutch. This terminology sticks to the Merdeka Daily. Thereby, the name Harian Merdeka (Merdeka Daily) could not be separated from the founder B.M. Diah. Conversely the name B.M. Diah cold not be separated from the name Harian Merdeka , which he established and led. But, what has become the special characteristics in the Merdeka Daily, was that the emergence of the personal journalism terminology was unpreceded by the subjectivity of B.M. Diah,'' but more related to the behaviour of B.M. Diah who consistently implemented the political line which he had outlined either in the news, in the editorials, in a concept or in his thoughts, in the newspaper he led. It was this which became one of the factors why was the Merdeka Daily able to survive longer compared to other newspapers in the time of struggle. If eventually the term " B.M. Diah Kingdom" and "B.M. Diah Extended Family," emerged, it was owing to his being consistent. At that time only B.M. Diah who was capable of understanding in which direction is his newspaper going. This was special feature of the Merdeka Daily unlikely to be found in other newspapers of struggle in its period. The press community would have certainly observed the superiorities and weaknesses of personal journalism applied in the Merdeka Daily from 1945 to 1996. The superiority and the weakness could surely be made as invaluable input for the development of the future Indonesian press. It is probable that the personal journalism terminology may emerge at the present time, either in the printed as well as electronic media, because the superiority of a figure in arranging and leading his media cannot be ignored. Only that the personal journalism applied nowadays of course differ from the personal journalism which developed during the time of struggle. Therefore, it needs to be given a new meaning regarding the personal journalism terminology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T38593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasman Djamaluddin
"Temuan kajian ini adalah bahwa Harlan Merdeka, salah satu surat kabar perjuangan, yang khusus berbicara mengenai politik dan lahir pada tanggal 1 Oktober 1945, sangat konsisten melaksanakan garis politiknya hingga pendirinya B.M.Diah meninggal dunia pada tanggal 10 Juni 1996.
Pada awal tahun 1950-an, muncul istilah Personal Journalism, sebuah corak jumalistik yang berkembang setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda. Istilah ini begitu lekat pads Harian Merdeka, sehingga nama Harlan Merdeka tidak dapat dilepaskan dari nama pendirinya B.M.Diah. Sebaliknya, nama B.M.Diah tidak dapat dilepaskan pula dari nama Harlan Merdeka yang didirikan dan dipimpinnya.
Yang menjadi ciri khas di Harian Merdeka adalah munculnya istilah personal journalism tidak didahului oleh subyektifitas B.M.Diah, tetapi lebih terkait dengan sikap B.M.Diah yang konsekuen melaksanakan garis politik yang telah digariskannya, baik dalam berita-berita, editorial, gagasan atau pikiran-pikiran di surat kabar yang dipimpinnya. Ini pula yang menjadi salah satu faktor mengapa Harian Merdeka mampu bertahan lama bila dibandingkan dengan surat kabar lain di masa perjuangan. Jika pada akhirnya muncul istilah Kerajaan B.M.Diah dan Keluarga Besar B.M.Diah, hal itu adalah aki.bat dari sikap konsekuennya tersebut.
Pada waktu itu, berdasarkan kenyataan di lapangan, hanya B.M.Diah yang mampu memahami ke arah mana surat kabarya berjalan. Inilah ciri khas dari Harian Merdeka yang tidak dapat ditemukan di surat kabar-surat kabar perjuangan semasanya. Bagi masyarakat pers, tentu bisa melihat kelebihan-kelebihan dan kelemahan kelemahan dari personal journalism yang diterapkan di Harian Merdeka sejak 1945-1996 tersebut. Kelebihan dan kelemahan ini sudah tentu dapat dijadikan masukan berharga bagi perkembangan pers Indonesia di masa mendatang.
Boleh jadi istilah personal journalism pada masa sekarang bisa saja muncul, baik di media cetak maupun elektronik, karena kelebihan-kelebihan seorang figur di dalam menata dan mengendalikan medianya tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Hanya personal journalism yang diterapkan sekarang sudah tentu berbeda dengan personal journalism yang berkembang di masa perjuangan. Untuk itu perlu diberi pemaknaan baru tentang istilah personal journalism

This study discovers that the Merdeka Daily, one of the newspapers of struggle, which especially speaks about politics and was established on 1 October 1945, was very consistent in implementing its political line until the founder B.M.Diah passed away on 10 June 1996.
In the early 1950s, a terminology Personal Journalism emerged a journalistic form, which developed after the transfer of sovereignty from the Dutch. This terminology sticks to the Merdeka Daily. Thereby, the name Harian Merdeka (Merdeka Daily) could not be separated from the founder B.M.Diah. Conversely the name B.M.Diah cold not be separated from the name Harian Merdeka, which he established and led.
But, what has become the special characteristics in the Merdeka Daily, was that the emergence of the personal journalism terminology was unpreceded by the subjectivity of B.M.Diah, but more related to the behaviour of B.M.Diah who consistently implemented the political line which he had outlined either in the news, in the editorials, in a concept or in his thoughts, in the newspaper he led. It was this, which became one of the factors why was the Merdeka Daily able to survive longer compared to other newspapers in the time of struggle. If eventually the term B.M.Diah Kingdom and B.M.Diah Extended Family, emerged, it was owing to his being consistent.
At that time only B.M.Diah who was capable of understanding in which direction is his newspaper going. This was special feature of the Merdeka Daily unlikely to be found in other newspapers of struggle in its period. The press community would have certainly observed the superiorities and weaknesses of personal journalism applied in the Merdeka Daily from 1945 to 1996. The superiority and the weakness could surely be made as invaluable input for the development of the future Indonesian press.
It is probable that the personal journalism terminology may emerge at the present time, either in the printed as well as electronic media, because the superiority of a figure in arranging and leading his media cannot be ignored. Only that the personal journalism applied nowadays of course differ from the personal journalism which developed during the time of struggle. Therefore, it needs to be given a new meaning regarding the personal journalism terminology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisilia Setiawati Halimi
"Kurangnya informasi yang dapat dijadikan petunjuk guna. memilih kamus ekabahasa Inggris yang baik dari antara ka_mus ekabahasa Inggris yang dijumpai di negara kita, mendorong penulis untuk membandingkan Longman Dictionary of Contemporary English (LD) dan Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English (OD). Skripsi ini bertujuan membandingkan tehnik penyajian satuan leksikal dan makna leksikal dalam kedua kamus ter_sebut di atas sehingga dapat diketahui kelebihan dan keku_rangan masing-masing kamus tersebut ditinjau dari segi penggunaannya untuk mendapatkan informasi makna le1sikal istilah-istilah olahraga.Dalam penelitian ini penulis menggunakan pedoman-pedo man yang terdapat dalam buku Manual of Lexicography oleh Ladislav Zgusta serta pedoman-pedoman yang terdapat dalam artikel A.P. Cowie 0n Specifying Grammatical Form and Function dan English Dictionaries for the Foreign Learn_er. Selain itu, penulis memperhatikan pula ketentuan-ke-tentuan penyusunan definisi yang baik sebagaimana dikemu_kakan oleh Hermanoe Maulana dalam artikelnya Prosedur Penyusunan Definisi dalam Penyusunan Kamus Ekabahasa.Dari penelitian ini ternyata bahwa tehnik penyajian satuan leksikal dan makna leksikal dalam LD dan OD tidak_lah tepat sama.Satuan-satuan leksikal dalam LD hampir seluruhnya di_sajikan sebagai entri utama sementara OD cukup banyak me_nyajikan satuan-satuan leksikalnya bukan sebagai entri u_tama.Dengan tehnik penyajian semacam ini dapat dipastikan bahwa urutan alfabetis dalam LI] lebih ketat bila dibandingkan OD, dan karenanya pemakai kamus akan lebih mudah menjumpai satuan leksikal yang dicari maknanya dalam LD daripada dalam OD.LD menyajikan banyak uraian makna satuan leksikalnya dengan lebih jelas dan lengkap atau lebih baik dan tepat daripada OD.LD menyajikan catatan penjelas yang sangat bermanfaat yaitu catatan penjelas yang didahului kata USAGE sementara OD tidak menyajikannya.Dari catatan penjelas ini pemakai kamus dapat mempero_leh petunjuk pada entri satuan leksikal mana lagi ia dapat memperoleh informasi tambahan yang sangat berkaitan dengan makna satuan leksikal yang dicarinya di dalam kamus.Dari hasil penelitian ini jelas bahwa pemakai kamus yang hendak mencari makna istilah-istilah olahraga lebih baik menggunakan LD daripada OD."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14032
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kakiailatu, Toeti
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997
920.5 TOE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Balai Bahasa Djawatan Kebudayaan Kementerian P dean K
050 MBL (1951/52)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Choi, Gweon-Jin
"Buku ini ditulis oleh Choi Kwon-Jin, berisi tentang pengajaran bahasa Korea melalui peribahasa, dilengkapi dengan bacaan singkat"
Seoul: Hankuk munhwasa, 2006
KOR 398.9 CHO s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta Departemen P dan K 1990
RB D 499.23 K 33 a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta Lembaga Bahasa dan Budaja 1952
I 499.23 B 10
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Program Pendidikan Penerjemahan dan Juru Bahasa FSUI , 1993
R 403.06 Daf
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Leipzig Enzyklopadie 1959
R 403 Bil
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>