Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Hermanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang munculnya konflik tanah antara warga Mesa Mulyadadi dan pengelola Perkebunan Karet Ciseru-Cipari yang memuncak dalam bentuk tindakan kolektif warga berupa penebangan pohon dan perusakan asset perkebunan pada tanggal 14 dan 15 Desember 1999. Selain itu juga menjelaskan proses pengorganisasian dan mobilisasi massa yang dilakukan warga desa untuk memperjuangkan kembalinya tanah yang dikuasai pengelola kebun dan penyelesaian yang dicapai dari konflik yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan didasarkan pada sumber-sumber tertulis dan lisan baik primer maupun sekunder. Dengan pendekatan strukturistik, penelitian ini menitikberatkan pada peran individu atau kelompok di dalam struktur sosial yang memungkinkan terjadinya peruhahan sosial. Para petani yang terlibat dalam sengketa tanah menghimpun diri dalam organisasi Ketanbanci yang dipimpin oleh Radjiman Tirtadikrama. Dengan menggunakan "kendaraan" Ketanbanci mereka di era Reformasi berjuang mengambil kembali hak atas tanah yang dikuasai pengelola kebun selama masa Orde Baru. Analisis terhadap apa yang disebut sebagai insiden 14 dan 15 Desember 1999, menggunakan teori tindakan kolektif untuk menjelaskan hubungan-hubungan sosial organisasi petani Ketanbanci dengan berbagai kelompok selama konflik berlangsung baik dalam aspek kepentingan, organisasi, mobilisasi, maupun menemukan peluang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus tanah di Mulyadadi pada dasarnya bersumber dari adanya perbedaan persepsi mengenai bukti kepemilikan tanah antara warga petani desa dan Perkebunan Karet Ciseru-Cipari. Perbedaaan persepsi tersebut ditimbulkan oleh rendahnya tingkat pendidikan warga desa ditambah kurangnya pemahaman warga terhadap regulasi pertanahan. Protes warga petani desa dipicu oleh munculnya ketimpangan sosial yaitu adanya ketidakadilan dalam ganti rugi dan distribusi tanah (lahan) pengganti di tahun 1973, yaitu sejak pengelola Perkebunan Ciseru-Cipari mengambil alih tanah warga. Praktek penguasaan tanah warga oleh pengelola kebun yang tidak dibenarkan oleh aturan hukum menyebabkan banyak warga yang kehilangan lahan garapan sebagai penopang hidup. Terbentuknya perkumpulan petani Ketanbanci di awal era Reformasi merupakan peluang bagi warga untuk menyalurkan aspirasi dan tuntutan terhadap perlakuan tidak adil itu. Atas dasar senasib dan sependeritaan, Ketanbanci terbukti menjadi wadah perjuangan yang efektif bagi warga Mulyadadi untuk mengambil tanah yang dahulu terampas. Namun, dalam perjalanannya, perjuangan warga tersebut berbenturan dengan kepentingan perkebunan yang bersikukuh mempertahankan tanah warga. Perbenturan inilah yang kemudian menimbulkan insiden 14 dan 15 Desember 1999."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25181
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Undri
Pasaman: [Publisher not identified], 2008
346.04 UND k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Supian
"Perkebunan karet muncul dan berkembang di daerah Subang di sebabkan oleh empat faktor. Pertama, adanya kesamaan suhu atau iklim antara Brazil sebagi negeri asal tanaman karet dengan Indonesia, terutama daerah Subang. Kedua, bersamaanan dengan dimulainya perkebunan karet Hevea Brasiliensis di Subang dan beberapa tempat di Indonesia, terutama sekitar ta_hun 1880-an muncul penyakit daun kopi dan tanaman tebu, ser_ta jatuhnya harga gula yang pada tahun 1877 mencapai f.19 sepikul menjadi 13.5 sepikul pada. tahun 1883, harga kopi pun jatuh antara tahun 1877 dengan tahun 1883 dari tadinya f.60 sepikul menjadi f.30 - 35 sepikul. Sementara gula dan kopi menjadi komoditi utama. di Subang dan beberapa daerah di se_kitarnya, sehingga penanaman pohon karet ditingkatkan. Tam_bahan pula dengan berkembangnya industri di Eropa dan Ameri_ka Serikat, makas permintaan karet di pasaran dunia meningka t. Ketiga, munculnya industri khususnya industri ban mobil yang juga menentukan, dan hasil perkebunan k aret Subang diarahkan kepada permintaan pabrik ban Amerika Serikat. Keempat, tersedianya sarana penunjang berupa jalan, pelabuhan Pamanukan, serta sarana angkutan seperti kereta api dan lori."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husaini
"Dalam Hukum Tanah Nasional aspek publik penguasaan tanah dapat ditemukan dalam Penjelasan Umum angka 11 UUPA, yang menyatakan bahwa Bangsa Indonesia bertindak sebagai pemilik tanah, maka lebih tepat jika Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat bertindak selaku Badan Penguasa. Hak atas tanah adalah hak yang memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk berbuat sesuatu atas tanah yang dikuasainya.
Ana1isis Mengenai Sengketa Tanah Hak Guna Usaha PT. Redjo Sari Bumi Atau Perkebunan Tapos di Kabupaten Bogor,.dipandang perlu dilakukan penelitian terutama berkenaan dengan dasar penguasaan tanah Hak Guna Usaha oleh PT. Redjo Sari Bumi, kronologis penguasaan dan faktor yang menjadi dasar penguasaan tanah Perkebunan Tapos oleh masyarakat, serta penerapan Hukum Tanah Nasional terhadap sengketa tanah perkebunan PT Redjo Sari Bumi.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah yuridis normatif dengan tipologi penelitian eksplanatoris, mengingat bahwa permasalahan yang diteliti berkisar pada peraturan perundang-undangan yaitu hubungan peraturan satu dengan peraturan lain serta kaitannya dengan penerapannya dalam praktik. Kemudian pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan wawancara dengan informan, yang didasarkan pada suatu sistem atau pertanyaan yang berstruktur yaitu mempergunakan pertanyaan yang terbuka. Terakhir analisis terhadap data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya menghasilkan data berbentuk evaluatif-analisis.
Hasil penelitian mengungkapkan, perolehan Hak Guna Usaha PT. Redjo Sari Bumi berdasarkan dengan ketentuan hukum berlaku, dasar penguasaan masyarakat atas tanah perkebunan karena jangka waktu Hak Guna Usaha telah berakhir dan pemegang hak tidak memelihara kesuburan serta tanda batas.
Disarankan untuk menjamin kepastian hukum agar Pemerintah memberikan ketegasan tentang disetujui atau tidaknya perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha dan adanya monitoring secara teratur terhadap setiap Hak Guna Usaha yang diterbitkan, serta perlunya diberdayakan masyarakat sekitar kebun sebagai mitra usaha dengan pemegang Hak Guna Usaha."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1986
S33262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Infeksi cacing Nematoda gastrointestinal biasa terdapat pada hampir semua ternak domba di Indonesia. Angka prevalensinya sekitar 80%. Dewasa ini pengembangan ternak domba di daerah perkebunan karet sedang digalakkan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan daerah penggembalaan di perkebunan karet dan di lahan yang bukan perkebunan karet. Sejumlah 189 ekor domba berasal dari 17 peternak di daerah kecamatan Galang, kabupaten Deli Serang, Sumatera Utara dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah ternak yang digembalakan di daerah perkebunan karet dan kelompok kedua adalah ternak yang digembalakan di daerah persawahan atau tegalan. Tiap kelompok dibagi menjadi 2 sub-kelompok, yaitu yang pertama diberi obat cacing oksfendazol dengan dosis 4,5 mg/kg bobot badan dan yang kedua tidak diberi obat cacing. Pengamatan tinja dilakukan 2 kali, yaitu waktu pemberian obat cacing dan 1 bulan kemudian setelah pemberian obat cacing. Pemberian oksfendazol dapat menurunkan secara nyata jumlah telur cacing dan meningatkan bobot badan domba secara nyata di kedua lokasi penelitian."
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 4(1-2) 2003
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Isri Wulandari
"Rubber dan Koelie mengisahkan kehidupan para pekerja di perkebunan karet di daerah Sumatra Timur. Para pekerja tersebut tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negri. Rubber berkisah tentang kehidupan para pekerja Barat yang berasal dari Eropa dan Amerika. Mereka dikenal dengan sebutan planter atau pekebun. Para pekebun memiliki jabatan yang berbeda. Jabatan terendah adalah asisten, kemudian manajer, disusul inspektur dan yang tertinggi adalah manajer utama. Beberapa pekebun mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan di perkebunan. Resiko terberat yang dihadapi asisten adalah pembunuhan asisten oleh kuli. Koelie bercerita tentang kehidupan para pekerja non-Barat yaitu orang pribumi (Jawa dan Sunda) dan orang-orang Cina. Mereka bekerja sebagai kerani, mandor kepala, mandor, centeng dan kuli. Para pekerja pribumi sangat membenci pekerja Cina, karena taraf hidup pekerja Cina lebih baik dibanding para pekerja pribumi. Akibat yang fatal adalah terjadinya pembunuhan terhadap para pekerja Cina. Pembunuhan yang terjadi baik pada pekerja Barat maupun pekerja Cina merupakan indikasi bahwa hubungan antara pekebun dan kuli Berta hubungan antar sesama kuli tidak harmonis."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S15924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sholih Mu`adi
Jakarta : Prestasi Pustaka, 2010
346.04 SHO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>