Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muchammad Sidik Roostandi
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai konsumen Factory Outlet (FO). FO menawarkan ideologi baru dalam berbelanja, yaitu menjual 'produk sisa ekspor'. Makna 'sisa' dan 'ekspor' yang dikonstruksi oleh pengusaha (produsen) FO memiliki problematikanya tersendiri ketika dimaknai kembali oleh konsumen. Makna 'sisa' yang diikuti dengan makna 'murah' yang identik dengan konsumen kelas menengah ke bawah dan makna 'ekspor' yang diikuti dengan 'produk high-class' yang identik dengan kelas menengah ke atas menjadi kontradiksi karena pada praktiknya konsumen FO didominasi oleh konsumen kelas menengah ke atas. Tidak hanya itu saja, FO yang memiliki makna sebagai 'toko pakaian' menjadi kontradiksi karena FO juga dimaknai sebagai 'objek wisata'. Keragaman pemaknaan tersebut menggambarkan bagaimana proses pemaknaan konsumen terhadap suatu artefak budaya terus dikontestasikan (ideologis) dan tidak semata-mata 'tunduk' pada ideologi dominan. Hal tersebut membuat ideologi berhubungan dengan identitas konsumen (formasi sosial) yang terbentuk di FO. Ideologi dan identitas konsumen merupakan fokus analisis penelitian ini.

This thesis examines Factory Outlet (FO) consumers. FO comes up with a 'new ideology of shopping; selling excess export products'. The meaning of 'excess' and 'export' which is defined by the cultural producer have their own contradiction when it is redefined by the consumers. The quality of 'excess' that implies the quality of 'cheap' and the quality of 'export' that implies the quality of 'high-class product' represents a particular group of consumers. The lower-middle class is identified with the quality of 'cheap' while the upper-middle class is identified with 'high-class product'. The identifications present a contradiction when, on the practice, the FO is dominated by the upper-middle class consumer. Moreover, FO as a place has two meanings; as a clothing store and as a tourist object. The various meanings of FO occupy consumers as the significant element of culture that actively defines a cultural artifact (FO). Consumer activities in FO are considered ideological since they contest their ideology with the dominant ideology of shopping. Therefore, ideology relates to the construction of consumer identity or social formation in FO. Ideology and identity of FO consumers are the frameworks of this research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T39168
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Sidik Roostandi
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian mengenai konsumen Factory Outlet (FO). FO menawarkan ideologi baru dalam berbelanja, yaitu menjual ?produk sisa ekspor?. Makna ?sisa? dan ?ekspor? yang dikonstruksi oleh pengusaha (produsen) FO memiliki problematikanya tersendiri ketika dimaknai kembali oleh konsumen. Makna ?sisa? yang diikuti dengan makna ?murah? yang identik dengan konsumen kelas menengah ke bawah dan makna ?ekspor? yang diikuti dengan ?produk high-class? yang identik dengan kelas menengah ke atas menjadi kontradiksi karena pada praktiknya konsumen FO didominasi oleh konsumen kelas menengah ke atas. Tidak hanya itu saja, FO yang memiliki makna sebagai ?toko pakaian? menjadi kontradiksi karena FO juga dimaknai sebagai ?objek wisata?. Keragaman pemaknaan tersebut menggambarkan bagaimana proses pemaknaan konsumen terhadap suatu artefak budaya terus dikontestasikan (ideologis) dan tidak semata-mata ?tunduk? pada ideologi dominan. Hal tersebut membuat ideologi berhubungan dengan identitas konsumen (formasi sosial) yang terbentuk di FO. Ideologi dan identitas konsumen merupakan fokus analisis penelitian ini.

ABSTRACT
This thesis examines Factory Outlet (FO) consumers. FO comes up with a ?new ideology? of shopping; selling ?excess export products?. The meaning of ?excess? and ?export? which is defined by the cultural producer have their own contradiction when it is redefined by the consumers. The quality of ?excess? that implies the quality of ?cheap? and the quality of ?export? that implies the quality of ?high-class product? represents a particular group of consumers. The lower-middle class is identified with the quality of ?cheap? while the upper-middle class is identified with ?high-class product?. The identifications present a contradiction when, on the practice, the FO is dominated by the upper-middle class consumer. Moreover, FO as a place has two meanings; as a clothing store and as a tourist object. The various meanings of FO occupy consumers as the significant element of culture that actively defines a cultural artifact (FO). Consumer activities in FO are considered ideological since they contest their ideology with the dominant ideology of shopping. Therefore, ideology relates to the construction of consumer identity or social formation in FO. Ideology and identity of FO consumers are the frameworks of this research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27901
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Mayasari
"Banyak dari masyarakat kita yang berbelanja tanpa mengetahui bahwa mereka sama sekali tidak membutuhkan barang yang mereka beli. Berbelanja saat ini merupakan jawaban alas segata kebutuhan dan keinginan dari konsumen, walaupun dewasa ini motif sosial menjadi latar belakang yang panting untuk ditelusuri, karena berbelanja merupakan salah satu aktivitas yang konsumtif. Dan semakin berkembangnya gaya hidup masyarakat terutama di kota-kota besar menyebabkan berbelanja bukan hanya sekedar suatu aktivitas pembelian barang atau jasa, tetapi sesungguhnya lebih rumit dan kompleks dibandingkan yang kelihatan di permbkaan.
Pada karya akhir ini digunakan pendekatan perilaku konsumen sebagai acuan untuk melihat lebih jauh proses yang terjadi pada saat individu atau konsumen memilih, membeli, menggunakan, dan membuang barang atau jasa yang dibelinya, ide bahkan pengalaman yang pernah dialaminya yang kesemuanya itu berguna bagi pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen itu sendiri. Sudut pandang individu atau konsumen sebagai pemegang peran mengakibatkan individu tersebut memiliki cara pandang, aturan bahkan penampilan yang berbeda pula yang sejalan dengan peran yang dilakoninya, selain dari tuntutan akan perubahan jaman dan gaya hidup dimana individu itu berada.
Factory outlet di Bandung merupakan salah satu alternatif tempat belanja yang menyenangkan bagi sebagian besar masyarakat Jakarta. Mengingat pertumbuhan factory outlet di kawasan tersebut semakin ramai. Padahal sat ini banyak pula factory outlet yang berdiri di Jakarta, tetapi mengapa tetap saja konsumen pergi ke factory outlet yang ada di Bandung. Apa yang ada di pikiran dan benak sebagian besar konsumen Jakarta pada saat mereka memilih untuk lebih berbelanja ke factory outlet di Bandung ? Sebagai wadah bare, factory outlet telah menjadi suatu daya tank tersendiri. Factory outlet menjadi penyedia sarana untuk memenuhi dorongan konsumtif dengan iming-iming harga yang murah, yang sangat jauh berbeda dibandingkan produk aslinya sehingga terus-menerus menjadi pendorong bagi konsumen untuk membeli barang-barang yang mungkin sesungguhnya tidak terlalu dibutuhkan. Tidak aneh jika banyak konsumen di Jakarta yang rela bennacet-macet di jalan raya pada akhir minggu, menyetir mobil dari Jakarta ke Bandung, hanya demi sekedar satu atau dua potong pakaian_ Pada hari libur atau akhir minggu, factory outlet tersebut penuh dijejali oleh pengunjung yang sebagian besar adalah konsumen dari Jakarta.
Nita dapat melihat bahwa masing-masing individu tersebut memiliki persepsi yang berbeda tentang pilihan mereka untuk tetap datang ke factory outlet di Bandung. Persepsi itu sendiri diartikan sebagai suatu proses bagaimana suatu rangsangan dari luar diartikan, dipilih dan dianalisa melalui panca indera manusia. Belum lagi pengaruh dari prang lain yang ikut menentukan apa yang menjadi keinginan konsumen sangatlah kuat. Hal tersebut dipandang sebagai purlieu mengapa konsumen di Jakarta memilih pergi ke Bandung dari sekian banyaknya pilihan factory outlet di Jakarta. Meski setelah penelitian dilakukan, ternyata atribut yang didapat belum memenuhi sepenuhnya gambaran dari persepsi yang ada di benak konsumen, tetapi atribut dasar seperti faktor kualitas barang, pelayanan, harga dan pengalaman belanja di factory outlet Bandung tetap merupakan faktor kunci bagi pengembangan atribut persepsi selanjutnya.

Some people shop even though they do not necessarily intend to buy anything at all, whereas others have to be dragged to a mall. Shopping is a way to acquire need products and services, but social motives for shopping also are important. Shopping is an activity that can be performed for either utilitarian or hedonic. Indeed, some researchers suggest that most woman shop to love while men are shop to win. Obviously, there are many exceptions to this view points, but nonetheless it is clear that the reason we shop are more complex than may appear on the surface.
In this research, using the consumer behavior approach as a general guideline to see the processes involved when individuals or groups select, purchase, use or dispose of products or services, ideas, or even experiences to satisfy needs and desires. The perspective of role theory takes the view that much of consumer behavior resembles actions in play, and as in a play, each consumer has a different lines, props and costume necessary to put on a good performance., instead of the dynamical changing in the urban lifestyles where the people takes place.
Factory Outlet in Bandung is one of the alternatives to go for most people in Jakarta. As these factory outlet growth very fast in that area, even there are many similar factory outlet in Jakarta. But why people prefer go to Bandung then ? What is on their mind while they are deciding go to Bandung for shopping even only for one or two pieces cloths? We might say that factory outlet is becoming a new phenomena at this point that they provide such a hedonic consumption, low price in order to attract people buying without knowing they need it or not. It is common today for seeing many people in Jakarta facing the heavy traffic way to Bandung on weekend and long holiday.
We may see that each of them have their own perceptions, needed or desires. Perception is the process by which these sensation or immediate response are selected, organized, and interpreted in order to give them meaning. Perceptions of brand comprise both its functional attributes and symbolic attributes. As we generally think that consumer is a person who identifies a need or desires, making a purchase decision and pass the three stages of consumption process. In many cases, different people may be involved in this sequence of events_ The purchaser and user might not be the same person. Another person may act as influencer, providing recommendation for certain products without actually buying or using them. Finally, consumers may take the decision involved in purchasing products that will be used by many.
After analyzing the product attribute that might have correlations into perception, it is suggested that next research should have more widely attributed to be analyzed instead of more sample of respondent. Four perceptions attributed such as product quality, service, price and experience may become basic attributed to be explored in the next future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisayoesti Puspa
"Skripsi ini membahas bagaimana jangkauan pelayanan factory outlet yang dilihat berdasarkan karakteristik factory outlet dan karakteristik konsumen di Kota Bogor. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan analisis keruangan. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah jangkauan pelayanan factory outlet Kota Bogor mencakup daerah Jabodetabek dan dibagi menjadi 3 kelas yaitu <20 km, 20-40 km, dan 40-60 km. Jika dilihat dari karakteristik factory outlet terdapat perbedaan persentase jumlah konsumen antara kategori yang satu dengan yang lainnya pada masing-masing jangkauan. Sedangkan jika berdasarkan karakteristik konsumen tidak terlihat perbedaan pada tiap jangkauannya.

This thesis describes how the range of services is seen factory outlet based on the characteristics of factory outlet and characteristics of consumers in Bogor City. This research was a qualitative descriptive with a spatial analysis. The results of this research is range of services factory outlet in Bogor City covers Jabodetabek areas and divided into 3 classes which is <20 km, 20-40 km, and 40-60 km. When viewed from the characteristics of factory outlet there is a difference between the percentage of consumers that category to another at each range. Whereas, if based on consumer characteristics there is not seen significant differences on each reach."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1027
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S9358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Legowo
"Berkembangnya suatu kota dapat dilihat dari kegiatan ekonominya. Saat ini kita melihat adanya suatu perkambengan besar dalam bisnis retail dl kota Bandung dengan menyebamya Factory Outlet di berbagai sudut kota Bandung, misalnya saja di JI. Ir. H. Juanda, JI. Otten, JI. Setiabudi, JI. Sukajadi, JI. R.E. Martadinata. dll. Fenomena bisnis retail di bidang garmen int mutai bermunculan pada saat keadaan ekonomi di negara ini mengalami masa kemunduran, krisis moneter. Kegiatan komarsial yang bisa mencapai omset pakalan sampai 100.000 potong ini atau ratusan ribu rupiah perharinya, merupakan usaha yang menjanjikan di tengah keadaan ekonomi negara yang buruk, sehingga bukan hat yang mengherankan jika kondisi menjamurnya Factory Outlet juga secara Iatah muncul di kota-kota besar Iainnya di P. Jawa termasuk Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hianly Muljadi
"This article examines factory outlet as a cultural phenomenon in Indonesia. It specifically focuses in the shift in FO meanings. Through observation, bibliographic study and critical critique, it is shown that FO has been perceived differently from a place to get "branded products" for the lower middle class in order to increase their social status to a shopping heaven for the upper class."
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
S33848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Widdyastuti
"Skripsi ini membahas bagaimana persebaran tipologi factory outlet di Kota Bandung menurut kelas jalan serta hubungannya dengan karakteristik pengunjung dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan analisis deskriptif keruangan. Hasil penelitian adalah Factory outlet di Kota Bandung cenderung berlokasi pada jalan dengan kegiatan wisata dan fasilitas pendukung pariwisata serta didominasi oleh factory outlet yang mengutamakan kelengkapan barang dan fasilitas. Ditemukan perbedaan karakteristik pengunjung pada factory outlet yang berlokasi di jalan wisata pada hari libur dan hari kerja dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya. Tidak ditemukan perbedaan karakteristik pengunjung pada factory outlet yang berlokasi di luar dari jalan wisata pada hari libur dan hari kerja dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya.

This theses discuss on how is the distribution of factory outlet typology in Bandung. Based on customers characteristics in terms of place of origin and their typology. This is a qualitative research which using spatial description analysis. In Bandung, factory outlets tend to distibute dominantly on tourism street. Those outlets are categorized as complete products and services or facilities. There are customers characteristics differences between factory outlets which are located on the tourism street in the holidays and working days. There are no customers characteristics differences between factory outlets which are located on the non tourism street in the holidays and working days."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34153
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Reza Rahman
"ABSTRAK
Perkembangan bisnis Factory Outlet belakangan ini mulai marak. Hal itu ditandai dengan
semakin banyaknya perusahaan yang mengembangkan usahanya di bidang ini. Factory Outlet
(FO) kini menjadi salah satu altematif tempat berbelanja busana. Trend yang diciptakan FO itu
merupakan perpaduan antara keinginan konsumen dan produk yang disediakan.
Factory Outlet M merupakan pemsahaan yang bergerak dalam bidang distribusi barang sisa
ekspor, dimana salah satu bentuk usahanya adalah Factory Outlet. Untuk itu Factory Outlet M
berkeinginan untuk menyusun suatu strategi pemasaran yang terintegrasi untuk memasarkan
outletnya, sehingga menjadi salah satu Factory Outlet pilihan konsumen yang ada di Jakarta.
Perusahaan sadar salah satu faktor yang membuat ia dapat mempertahankan posisinya
adalah dengan mengetahui bilamana ia mampu memuaskan konsumennya. Langkah yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan riset pasar untuk mengetahui proses pengambilan keputusan
pembelian konsumen di Factory Outlet sehingga perusahaan bisa membuat strategi pemasaran
yang tepat, sesuai dengan model keputusan konsumen. Untuk itu perlu dianalisa bagaimana
proses pengambilan keputusan disuatu Factory Outlet serta faktor-faktor yang
,funempengaruhinya.
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi hanya pada riset pasar pengambilan keputusan
pembelian di Factory Outlet di Jakarta pada konsumen yang ada di Jabotabek. Dan selanjutnya
data ini akan digunakan sebagai bahan masukan untuk penyusunan strategi pemasaran.
Studi karya ak:hir berclasarkan konsep pemasaran yang dikombinasikan dengan enam
fenomena pemasaran. Dalam konsep pemasaran diketahui bahwa kebutuhan konsumen itu
merupakan hal yang diperhatikan dalam membuat strategi pemasaran. Sedangkan dalam enam
fenomena pemasaran, consumer decision making (CDM) dijadikan pangkal dari dibuatnya
strategi pemasaran. Dalam CDM tersebut termasuk didalamnya pengetahuan mengenai
kebutuhan dari konsumen.
Penelitian ini menemukan beberapa informasi lain, yaitu: cara pembayaran yang paling
diinginkan oleh konsumen ketika membeli barang di Factory Outlet adalah secara cash. Ketika
menemukan barang yang cocok konsumen cenderung untuk langsung membeli barang tersebut,
tapi ada sebagian orang yang membandingkan dengan toko lain terlebih dahulu ataupun melihat lihat
terlebih dahulu.
Atribut utama yang menjadi pertimbangan orang secara umum di dalam memilih suatu
Factory Outlet tertentu adalah kualitas, koleksi produk, lokasi, ruangan dan pelayanan sales.
Berdasarkan atribut yang dipertimbangkan di dalam memilih suatu Factory Outlet tertentu,
konsumen yang ada di pasar dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelas (cluster). Cluster I adalah
konsumen yang mementingkan tempat parkir, pelayanan sales, barang bermerek, ruangan yang
nyaman dan lokasi mudah dijangkau di dalam memilih suatu Factory Outlet tertentu. Cluster II
adalah konsumen yang mementingkan kualitas, harga dan koleksi produk di dalam memilih suatu
Factory Outlet tertentu.
Dari hasil penelitian , didapat bahwa pertimbangan yang dipentingkan dalam memilih suatu
Factory Outlet adalah mencari barang-barang yang mempunyai kualitas yang baik. Seperti
diketahui sebelumnya bahwa barang-barang yang terdapat pada Factory Outlet adalah kualitas
eksport yang mana diyakini memiliki standar kualitas yang baik.
Penetapan harga di Factory Outlet memang lebih murah dibandingkan di mal atau yang
lainnya. Hal itu dikarenakan adanya pemotongan jalur distribusi, sehingga biaya dapat ditekan.
Untuk promosi, Factory Outlet memilih media radio karena dianggap lebih murah dan efektif
Dari hasil penelitian, penting untuk suatu Factory Outlet mempunyai tata ruang yang bagus
tidak sekedar gudang saja. Hal itu perlu diperhatikan untuk mengantisipasi impulse buying dari
pada konsumen yang suka berjalan-jalan ke Factory Outlet.
Dari hasil penelitian mengenai kepuasan konsumen, didapat bahwa konsumen yang merasa
puas maka akan mengunjungi kembali Factory Outlet serta memberikan rekomendasi kepada
orang lain untuk mengunjungi Factory Outlet tersebut. Jadi faktor pengunjung yang merasa puas
akan membuat suatu Factory Outlet banyak dikunjungi konsumen.
Begitu banyaknya Factory Outlet yang bermunculan, membuat para FO tersebut bersaing
sangat ketat. Hal itu dikarenakan produk yang dijual di FO rata-rata mempunyai kesamaan jenis.
Untuk itu setiap FO dituntut untuk menciptakan sendiri keunikan mereka, agar konsumen akan
keunggulan-keunggulannya.
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan menyusun strategi pemasaran yang lebih tajam
dan menghadapi strategi persaingan tingkat nasional. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
untuk memperluas daerah penelitian serta jumlah sample yang mewakili populasi yang lebih luas.
"
2002
T6555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>