Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61098 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Juni Sinarinta
"ABSTRAK
Tesis ini membahas dosis transmisi pada lapangan yang diblok dengan cerrobend untuk berkas sinar- X 6 MV, pesawat linear accelerator Siemens Primus 2D Plus dengan lapangan dasar 20 cm x 20 cm. Pengukuran dilakukan dengan ionisasi chamber PTW 2D Array seven29 pada titik dalam phantom akrilik untuk lapangan yang diblok dan lapangan yang tidak dilindungi blok dengan tiga bentuk blok yang divariasikan. Blok pertama panjang 10 cm dengan lebar variasi 1, 2, 3 cm dengan kedalaman pengukuran 2.0, 2.5, 3.0, 3.5, 4.0 cm, blok kedua 10 cm x 8 cm dengan kedalaman 5, 8, 10, 12, 15 cm dan blok ketiga diasumsikan untuk pengobatan kanker serviks, 4 buah blok segitiga sama sisi dengan sisi 10 cm dengan kedalaman 5, 8, 10, 12, 15 cm. dari hasil pengukuran diperoleh nilai transmisi dosis 5.9 % - 19.93%, transmisi dosis akan semakin menurun dengan kenaikan lebar blok cerrobend dan sedikit meningkat dengan kenaikan kedalaman. Hasil pengukuran dibandingkan dengan hasil TPS.

ABSTRACT
The focus of this study is determined the transmission dose in phantom medium from 6 MV X ray with Siemens Primus linear accelerator 2D Plus with basic field 20 cm x 20 cm. Measurements were taken with the ionization chamber PTW seven29 2D array at a point in the acrylic phantom, for blocked and unblok fields. Three irregular fields were selected, first field (I) simulated to treatment beam for supraclavicular region, 20 x 20 cm2 field size with a cerrobend block to protect throat region. The size of the block was 7 cm thickness, 10 cm length, with various widths of 1, 2, and 3 cm. Measurements were carried out at the depth of 2.0, 2.5, 3.0, 3.5, and 4.0 cm. The second field (II) was also 20 x 20 cm, blocked field at right-upper corner to cover surface area of 10 x 8 cm2. Data were collected at the depth of 5, 8, 10, 12, and 15 cm . The third field (III) assumed for cervix cancer treatment, field size was also 20 x 20 cm2 with four corner area was blocked by 10cm x 10cm triangles. Measurement was done at the depth of 5, 8, 10, 12, and 15 cm. measured transmission dose values ranged from 5.9% - 19.93%, dose transmission at the center a blocked area refer to the dose at unblocked area decrease with increasing block width and a little increase with the depth. The measurement results compared with TPS.
"
2010
T28846
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada suatu konstruksi bangnman, beton merupakan bagian yang penting dan
mempunyai andil yang besar terhadap kekuatan konstruksi bangunan tersebut. Salah
satu faktor yang mempengaruhi kekuatan beton ialah mutu material-material penyusun
campuran beton. Pada suatu bangunan tertentu diperlukan beton bertulang dan
pemasangan tulangan daiam beton bertulang ini harus sesuai dengan perhitungan yang
telah dilakukan ahli-ahli Sipil. Spesifikasi mutu beton biasanya dinyatakan dalam kuat
campuran beton. Untuk mengetahui apakah beton-beton yang ada pada suatu konstruksi
bangunan telah memenuhi spesifikasi yang diharuskan, tentunya perlu dilakukan suatu
pemeriksaan
Pemeriksaan ini dapat dilakukan tanpa merusak sehingga tidak mempengaruhi
kekuatannya setelah pemeriksaan dilakukan. Salah satu metoda tak merusak yang dapat
dilakukan untuk pemeriksaan beton bertulang ini adalah uji ultrasonik, yaitu dengan
memanfaatkan gelombang akustik berfrekuensi tinggi. Dasar dari metoda ini adalah
adanya perbedaan kecepatan gelombang ultrasonik di dalam beton akibat adanya cacat-
cacat berupa keropos atau retakan yang mungkin terdapat baik di dalam maupun pada
permukaan beton dan adanya perbedaan kecepatan gelombang ultrasonik di dalam
tulangan baja.
Pada penelitian ini dibuat beberapa benda uji baik yang berbenruk kubus,
silinder, maupun balok dengan maupun tanpa tulangan baja dengan kual lekan yang
berbeda-beda sebagai model pengujian dengan pengkombinasian gradasi agreat kasar.
Peugujian ultrasonik pada benda uji dilakukan dengan metode transmisi. Pada pengujian ini digunakan slat yang dapar mengeluarkan gelombang ultrasonik dengn frekuensi 54 khz dan kecepatan gelombang yang merambat dalam beton 3,5 - 4,5 km/s tergantung mutu beton."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deinar Fadriahz
"ABSTRAK
Dalam radioterapi selain lapangan simetri dapat pula menggunakan lapangan asimetri untuk terapi pasien dengan kasus kanker payudara, nasopharynx dan lumbal pelvis. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur distribusi dosis pada fantom akrilik untuk lapangan simetri dan asimetri sinar-x 6 MV dengan variasi kedalaman menggunakan PTW 2D Array.
Metode yang digunakan adalah mengukur data untuk PDD lapangan simetri-asimetri (16x16 dan 20x20) cm pada variasi kedalaman 0.5, 1.5, 1.8, 3.0, 5.0, and 10.0 cm. serta mengukur dosis pada daerah tepi lapangan sampai tengah lapangan untuk kedalaman 1.8, 3.0, 5.0, and 10 cm.
Hasil PDD dibandingkan antara data TPS dengan data PTW 2D Array. setelah kedalaman maksimum nilai PDD untuk lapangan simetri-asimetri menunjukan kecocokan dengan kalkulasi TPS dengan pernabdingan perbedaan hanya sampai 3% untuk lapangan simetri dan sampai 5% untuk lapangan asimetri. Untuk lapangan asimetri rasio antara daerah tepi lapangan dengan tengah lapangan kurang dari 1.0 % dengan rata-rata 0.86  0.01. Profil untuk lapangan asimetri menyerupai lapangan yang menggunakan wedge sempit dari tepi lapangan sampai dengan titik pengukuran 7 cm. Biasanya 2 lapangan asimetri digunakan untuk melindungi organ/jaringan sehat disekitar kanker dari dosis radiasi yang berlebihan. Perbandingan tepi lapangan dengan tengah lapangan sekitar 86%. Pada jarak 3 cm dari tepi lapangan dosis meningkat sekitar 90%. Oleh karena itu maka lapangan asimetri ini dapat digunakan untuk PTV pada jarak 3 cm dari tepi lapangan asimetri. Nilai PDD untuk lapangan simetri dapat pula digunakan untuk lapangan asimetri. Tidak ada perbedaan antara nilai PDD untuk lapangan simetri-asimetri dari eksperimen dengan kalkulasi TPS.

ABSTRAK
In radiotherapy besides symmetrical fields, it is common also to use asymmetrical fields such as for treatment of patients with cancer of breast, nasopharynx, and lumbal pelvis. In this work dose distribution in acrylic phantom from symmetrical and asymmetrical fields of 6 MV X ray beams were measured at various depth using PTW 2D array ion chambers.
Methods: Data for PDD (percentage depth dose) for symmetrical and asymmetrical fields of 6 MV X ray beams with the size of 16 x 16 cm and 20 x 20 cm were collected from measurements at the depth of 0.5, 1.5, 1.8, 3.0, 5.0, and 10.0 cm. At 1.8, 3.0, 5.0, and 10 cm depth, dose at several points close to edge-blocked area was also investigated.
Results: After maximum depth, PDD for symmetrical and asymmetrical fields indicated good match with those TPS calculations, with difference up to 3% and 5% for symmetrical and asymmetrical field. For asymmetrical field ratio between dose at edge blocked point with that at center field point was always less than 1.0, at the average of 0.86  0.01, for those two fields and at all measured depths, however it is still higher than that occurred at other edge. However profile at asymmetrical side tend to simulate wedged field with small inclination from edge block point up to about 7 cm distance.
Discussions : Usually two opposing asymmetrical fields are used to protect specific organ from divergent beams such as dose to lung from radiation treatment of breast cancer. At the asymmetrical edge the dose was about 86% of the dose at the field center. At 3 cm distance from this edge the dose raises to about 90%. Therefore in clinical practice this asymmetrical field is suitable for treating PTV that is located at about 2 cm from the asymmetrical edge. The PDD values for symmetrical fields can be used for asymmetrical field.
Conclusions : There is no different between PDD values from symmetrical and asymmetrical fields, and from measured and TPS calculation."
2010
T29009
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Seno Kuncoro S
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T40299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dini Sofyani
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan Abu Sekam Padi (RHA) sebagai bahan subtitusi perekat semen dan penggunaan Limbah Adukan Beton (CSW) sebagai agregat halus untuk mengurangi penggunaan jumlah pasir pada beton. Penelitian dilakukan dengan membuat mortar dengan lima variasi campuran dengan jumlah CSW 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dengan penggunaan RHA tetap yaitu 8% dari total pemakaian semen. Sifat mekanis beton yang diuji meliputi: kuat tekan, densitas atau kerapatan, absorbsi atau penyerapan air dan uji susut. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21, 28, 56 dan 90 hari. Untuk pengujian densitas dan absorbsi dilakukan pada umur 28 hari. Sedangkan untuk pengujian susut dilakukan pada umur 1-28 hari secara terus-menerus. Pada pengujian-pengujian yang sudah dilakukan, nilai optimum terjadi pada campuran dengan jumlah CSW 30%, karena memiliki nilai kuat tekan dan densitas paling tinggi, serta penyerapan air dan penyusutan yang paling rendah. Dari penelitian ini diharapkan mortar dengan campuran RHA dan CSW dapat diaplikasikan untuk pembuatan bahan konstruksi ramah lingkungan.

The focus of this study is observing the use of Rice Husk Ash (RHA) as a subtitute of portland cement and Concrete Sludge Waste (CSW) to reduce of sand in concrete. Five compotitions are made in this study with precentages of CSW are 30%, 40%, 50%, 60% and 70% and fixed amount 8% of RHA. The concrete were tested in compressive strength test at the age of 3, 7, 14, 21, 28, 56 and 90 days. Density test and absorption test at the age of 28 days. And Shrinkage test at the age of 1-28 days. From the result of those tests obtained an optimum number of CSW 30% because has the biggest compressive strength and density, thelowestabsorption and percentage of shrinkage. From the result has been obtained, the concrete with RHA and CSW could be applied to building material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S57865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdy Yuana
"Telah dilakukan pengukuran faktor keluaran (OF) pada berkas sinar-X 6 MV dan 10 MV untuk lapangan terbuka dan dengan menggunakan filter wedge. Lapangan radiasi dibentuk dengan menggunakan MLC. Hasil pengukuran menunjukkan hasil keduanya berbeda. Selain itu dilakukan pula pengukuran pengaruh bentuk lapangan radiasi terhadap intensitas. Dipilih 3 bentuk lapangan yang disesuaikan dengan keperluan klinis dengan luas lapangan dasar 15 x 15 cm2. Pengaruh lapangan pada intensitas yang diakibatkan oleh faktor hamburan dinyatakan sebagai rasio bacaan elektrometer. Untuk lapangan 1 dan 2 berbentuk khusus dengan luas lapangan bervariasi hingga luas 220 cm2. Sedangkan untuk lapangan 3 berbentuk persegi empat panjang yang ditutup blok MLC pada pertengahan lapangan. Luas lapangan juga dibuat bervariasi mulai 75 cm2 hingga 225 cm2. Tidak diperoleh korelasi tertentu antara perubahan lapangan dengan intensitas. Selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan kalkulasi hamburan Clarkson dan hasilnya tidak jauh berbeda terutama untuk lapangan kecil. Dilakukan pula pengukuran tambahan untuk mengetahui perbedaan intensitas pada tepi lapangan yang dibentuk dengan MLC dan blok. Hasilnya menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.

A measurement has been performed to know the output factors of 6 MV and 10 MV X-ray beam in regular field with and without wedge filters. Radiation field were shaped by using MLC. Both measurement shows different result. The relation between intensity and form of radiation field has also been done. 3 irregular shapes which 15x15 cm2 field was used as a base field size for clinical application were chosen. The influence of field size to intensity that caused by the scatter factor were stated as electrometer reading ratio.The first and second field has a special shape with a vary field size up to 220 cm2. While the third field formed rectangular covered by the MLC block in the center field. And the field size also vary from 75 cm2 to 225 cm2. The result shows no certainty corellation between field size and the intensity. Beyond calculation were made between the measurement result and Clarkson’s scatter factors, and it shows no different result especially in small field. An extra measurement has also been done to find out the difference between intensity in the edge of field using the MLC and regular block. No significant difference were shows in result."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sunarsih
"Data mengenai dosis permukaan berkas sinar-X 6 dan 10 MV, dari pesawat linear accelarator, yang diukur menggunakan parallel-plate NACP chamber, untuk efek ukuran lapangan radiasi, jarak penyinaran (SSD), penggunaan tray acrylic, blok metal pembentuk berkas, filter wedge dan MLC (multileaf collimator) Dosis permukaant meningkat dengan lapangan dari 5x5 cm² sampai dengan 20x20 cm² (5-17% untuk sinar-X 6 MV dan 6-19% untuk10 MV). Dengan menggunakan tray, dosis permukaan meningkat untuk semua lapangan (<1% - 6% untuk sinar-X 6 MV, dan <1% - 7% untuk 10 MV). Pemakaian filter wedge secara umum menunjukkan, dosis permukaan lebih rendah jika dibandingkan dengan lapangan terbuka. Ketika wedge-tray digunakan, tray merupakan kontributor terbesar, karena kontaminasi elektron yang berasal dari wedge akan diserap oleh tray. Blok sebagai pembentuk berkas juga akan meningkatkan dosis permukaan, tetapi tray blok cenderung mengurangi dosis permukaan pada perlakuan dengan berkas energi tinggi pada lapangan kecil. Efek pemakaian MLC, dosis permukaan cenderung hampir sama dengan pemakaian blok, tetapi mempunyai nilai yang lebih kecil. Dengan penurunan SSD akan meningkatkan dosis permukaan yang dominan pada lapangan 20x20 cm, dan juga akan semakin bertambah dengan adanya penambahan blok tray acrylic.

A comprehensive set of data on surface dose for 6 MV and 10 MV photon beams from a medical linear accelerator was measured using a parallel-plate chamber to document the effect of field size, source-to-distance (SSD), acrylic block tray, wedge, metal block and multileaf collimator (MLC). The surface dose increased as field size increased from 5 x 5 cm to 20 x 20 cm (5% to 16% for 6 MV and 6% to 19% for 10 MV). With the use of an acrylic block tray, the surface dose increased for all field size (<1% to 6% for 6 MV and <1% to 7% for 10 MV ). The surface dose with a wedge showed, generally lower than the dose for an open field. When both wedge and block tray were used, the tray was a major contributor to the surface dose because some of the contaminant electrons from the wedge assembly were absorbed by the block tray. Field-shaping blocks increased the surface dose, but, interestingly, the block tray reduced the surface dose small blocked fields treated with a high-energy photon beam. The effect of an MLC on surface dose was very similar to that of metal block, but its magnitude was less. As SSD decreased, the surface dose increased, and this effect was dominant in 20 x 20 cm². The SSD effect was enhanced in the presence of an acrylic block tray."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21009
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ikhsan Bagatondi
"ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran pengaruh inhomogenitas pada berkas foton 6 dan 10 MV dan berkas elektron 6 dan 9 MeV dengan bilik ionisasi Markus. Fantom inhomogen dibuat dari susunan lapisan akrilik yang disisipi oleh gabus sebagai paru, alumunium sebagai tulang dan kotak kosong sebagai rongga udara. Untuk berkas sinar X 6 MV diperoleh kesimpulan bahwa penyisipan 50 mm gabus menjadikan PDD dalam gabus meningkat 6,28 %, dan 10,3 % untuk berkas sinar X 10 MV setelah penyisipan 90 mm gabus. Fantom rongga dengan diameter 20 mm mengakibatkan dosis setelah distal naik sebesar 2,5 % untuk berkas sinar X 6 MV dan 2% untuk sinar X 10 MV. Penyisipan tulang 10 mm akan mengubah PDD setelah distal menurun untuk kedua berkas sinar X. Untuk berkas elektron diperoleh hasil pengukuran pada fantom akrilik yang berbeda dengan data PDD dalam air yang dimiliki Rumah Sakit. Semua parameter PDD yang ada berubah.
Dosis permukaan meningkat 7,2% untuk berkas elektron 6 MeV dan 3,8 % untuk berkas elektron 9 MeV. Kedalaman maksimum menurun 5 mm untuk berkas elektron 6 MeV dan 7 mm untuk berkas elektron 9 MeV. Jangkauan praktis menurun 5 mm untuk berkas elektron 6 MeV dan 10 mm untuk berkas elektron 9 MeV. Penyisipan paru dan rongga dalam fantom mengakibatkan perubahan yang sangat drastis. Penyisipan aluminium dalam fantom akrilik akan menyebabkan nilai PDD pada distal menurun.

ABSTRACT
The effect of inhomogeneity have been measured in 6 and 10 MV photon beams and 6 and 9 MeV electron beams with Markus ionization chamber. Inhomogeneous phantom made of acrylic formation which inserted by cork as a simulation of lung, aluminium as bone simulation and empty box as air cavity simulation. Further, the insertion of inhomogeneous material will change the Percentage Depth Dose. Insertion 50 mm cork will make PDD in cork rise 6,28% for X ray 6 MV and 10,3% for X ray 10 MV after insertion 90 mm cork. The Cavity with diameter 20 mm result dose after distal go up to 2,5% for 6 MV Xray beam and 2% for 10 MV X-ray beam. Insertion of bone 10 mm will decrese PDD after distal lower for both X-ray beams.
The result from measurement of 6 and 9 MeV electron beams at acrylic phantom will change all the PDD parameter resulted from the Hospital data. The Surface dose will increasing the PDD of electron beams 7,2% for 6 MeV and 3,8% for 9 MeV. The maximum depth decreasing 5 mm for 6 MeV and 7 mm for 9 MeV electron beams. Practical Range decrease 5mm for 6 MeV and 10 mm for 9 MeV electron beams. Insertion of cork and air cavity in the phantom will affect drastically. The insertion of aluminium will decrease the PDD value at the distal.
"
2007
T20993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>