Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F.P. Dwiani Fegda Miniati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Retno Mursitolaksmi
"Guru merupakan tulang punggung dalain proses belajar mengajar. 0leh karenanya, guru haruslah dapat inelakukan pengajaran yang efektif, serta meniilikj karakteristjjç yang positif agar dapat meinperlancar proses belajar niengajar. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan seberapa eratkah hubungan antara harga diri guru dan sikap guru terhadap siswa dengan keefektifan luengajarnya. Diharapkan dari penelitian mi dapat ditanik nianfaat deini peningkatan kualitas guru.
Pengainbilan data dilakukan dengan inenyebarkan tiga alat ukur, yaitu untuk Inengukur keefektjfan guru, harga dirt guru dan sikap guru terhadap siswa. Penanikan sampel dilakukan secara insidental yaitu terhadap guruguru di bawah naungan Perkuinpulan Strada, Jakarta dan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 1994. Data penelitian yang terkuinpul dianalisis dengan analisis statistik korelasi régresi.
Dari kedua hipotesis yang diajukan, terdapat satu hipotesis yang diteniina dan satu hipotesis yang ditolak. Hipotesa yang diterima adalah hipotesa yang mnyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri guru dengan keefektifan guru. Hipotesa yang ditolak adalah hipotesa yang inenyatakan bahwa ada huburigan yang positif dan signifikan sikap guru terhadap siswa dengan keefektifan guru.
Perbedaan yang signifikan antara variabel harga diri guru dengan keefektjfan guru niuncul karena apabila guru ineiniliki harga din tinggi, niaka akan inenilai dirinya positif dan inenasa puas dengan keadaan dirinya. Akibatnya, dalam pelaksanaan tugas-tugas mengajarnya Ia dapat inelakukan dengan baik dan berprestasi.
Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara sikap terhadap siswa dengan keefektif an guru lebi.h dikarenakan oleh di dalain kelas seorang guru dapat bersikap rasional dan tidak dipengaruhi oleh perasaan-perasaannya terhadap siswa tertentu yang tidak disukainya. Apabila terlihàt guru iuenunjukkan sikap kurang Inenyenangkan pada siswa-siswa tertentu, ternyata sikap mi tidak nieinpengaruhi cara iuengajarnya. Selain itu, sampel yang diainbil adalah guru Sekolah Dasar, diinana keinungkinan meréka banyak rneinakluini tingkah laku siswa yang kurang nienyenangkan.
Untuk penélitian selanjutnya disarankan beberapa perbaikan antara lain inenggunakan subyek penelitian dari sekolah-sekolah yang berasal dari berbagai instansi. Selain itu dilakukan pula Icontrol terhadap variabel-variabel usia guru, lamanya pengalainan dikontrol. Penelitian seinacain mi juga dapat dilakukan pada guru jenjang pendidikan SLTP atau .SLTA. Libatkan siswa atau guru lain da1ain ineniiai guru.
Saran untuk instrumen antara lain sebaiknya item-item dalain alat ukur guru efektif perlu ditaxnbah dan diperluas. Cara pengainbilan data diperbaiki niisalnya dengan inetode wawancara, atau observasi. Uji coba alat sebaiknya juga dilakukan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T38454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella Melanie Somba
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Kahar Yoes
"ABSTRAK
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan prioritas utama pembangunan nasional di sektor pendidikan, karenanya sangat dibutuhkan tenaga guru yang secara profesional ditugaskan secara penuh untuk melaksanakan pendidikan di sekolah. Dan untuk menjamin pembinaan karir guru yang berstatus PNS, sejak 2 Mei 1989 melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dikeluarkan dan diberlakukan Keputusan MENPAN nomor 26 1989 tentang Angka Kredit
Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dan disempumakan menjadi Keputusan MENPAN nomor 84/1993), sebagai suatu sistem penilaian prestasi kerja guru PNS, guna menentukan kenaikan pangkatl jabatan setingkat diatas pangkat/jabatan sebelumnya.
Sejak diberlakukan secara efektif pada periode kenaikan pangkat per-Oktober 1990 s.d. Juli 1992 (4 semester), terdapat 22,47 % dari 44.313 orang guru PNS di DKI Jakarta yang telah memanfaatkan angka kredit jabatan guru (AKJG) untuk kenaikan pangkatljabatan-nya. Keadaan ini menggelitik keingin-tahuan penulis untuk mengungkap dan meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena tersebut diatas, yang secara khusus ingin memperoleh gambaran mengenai sikap guru PNS terhadap butir butir kegiatan profesional berdasarkan AKJG, dan sekaligus ingin melihat hubungannya dengan penilaian dirinya tentang prestasi kuantitatifnya.
Dengan mempelajari sikap guru PNS terhadap butir-butr kegiatan profesional bedasarkan AKJG, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan prediksi derajat penilaian diri tentang prestasi kuantitatifnya, yang selanjutnya diharapkan akan diperoleh Iangkah-langkah positif yang dapat disumbangkan sebagai sumbangan pemikiran, guna mencapai tujuan yang lebih besar lagi, yakni peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Untuk mempermudah pelaksanaan analisis terhadap hasil penelitan, dipergunakan teknik multiple regression dengan bantuan program SPSS, yang dilakukan juga terhadap uji reliabilitas dan validitas konstruk alat ukur penelitian, setelah dianalisis dengan program SPS (serf program statistik ), modul analisis butir (item analysis).
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa hipotesa yang mengatakan adanya hubungan yang signifikan antara sikap terhadap butir-butir kegiatan profesional berdasarkan AKJG dengan penilaian dirinya tentang prestasi kantitatifnya, belum terbukti kebenarannya.
Namun secara khusus penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa sikap guru terhadap butir-butir kegiatan profesional guru sebagaimana dimaksud sistem AKJG cukup positif , namun sikap yang positif tersebut tidak bisa dijadikan sebagai prediktor bagi penilaian dirinya tentang prestasi kuantitatifnya. Mengingat penelitian yang berkaitan dengan sistem AKJG ini praktis belum ada, karenanya penulis menganggap perlu ada penelitian lanjutan, yang mampu mengungkap pola nilai dan persepsi yang berkembang di lingkungan guru PNS terhadap sistem AKJG secara keseluruhan ini, karena nilai merupakan faktor dominan dalam pembentukan sikap dan motivasi individu. Disamping itu juga disarankan kepada instansi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan karir guru dalam rangka peningkatan kemampuan profesional guru agar dapat mengembangkan model-model yang efektif dan efisien dalam mensosialisasikan sistem AKJG, misalnya dengan melibatkan secara aktif guru sebagai subyek penilaian didalam menentukan ukuran dan kriteria yang tepat.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Di tengah serbuan arus informasi pada era globalisasi sekarang ini, manusia
dihadapkan pada tingginya kompetisi. Kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
yang demikian cepat dapat membuat manusia tertinggal oleh perubahan yang ada.
Karenanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibarengi dengan
kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang juga kian kompleks. Di sini
terlihat arti penting pengembangan kreativitas , sejalan dengan upaya untuk
menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh.
Bagi bangsa Indonesia, upaya pengembangan kreativitas menjadi hal yang
mendesak. Ini berkaitan dengan adanya kenyataan akan lemahnya kreativitas
masyarakat Indonesia (Supriadi, 1994). Kesenjangan antara hal yang ideal dengan
kenyataan di lapangan , mendorong penulis untuk meneliti bagaimana hubungan
antara kreativitas, dalam hal ini sikap kreatif dengan sejumlah variabel.
Dalam Alisjahbana (1983), dikatakan bahwa rendahnya kreativitas di
Indonesia antara lain diduga karena masih dominannya sikap santai. Selain sikap
tersebut, dalam budaya kolektivis individu juga kurang tampil sebagai pribadi yang
utuh, mereka terlalu melebur (Alisjallbana, 1983). Konformitas semacam ini
menghalangi munculnya kreativitas individu. Di sisi lain, budaya individualis yang
mengutamakan kebebasan indiyidu diduga akan ikut menunjang kreativitas. Dalam
penelitian ini ingin dilihat apakah ada hubungan antara nilai idiosentrisme dengan
sikap kreatif. Idiosentrisme adalah sebutan lain untuk konsep individualisme pada
tataran individu.
Selain faktor individualisme di atas, penulis juga menduga bahwa faktor
kepribadian mempunyai peran terhadap sikap kreatif. Dalam hal ini penulis
rnengangkat konsep harga diri. Secara teoritis respon individu akan berbeda
tergantung tingkat harga dirinya. Berdasarkan hal tersebut maka diduga sikap kreatif
sebagai respon seseorang juga akan beragam tergantung tingkat harga dirinya.
Mengenai harga diri, dikatakan bahwa individu yang mampu mengembangkan
harga diri yang positif maka akan mencapai taraf aktualisasi diri atau berfungsi
sepenuhnya (dalam Schultz, 1991). Salah satu ciri mereka adalah adanya
kemampuan untuk mengekspresikan diri secara otonom serta dimilikinya keyakinan
diri yang kuat. Selain itu mereka juga lebih ulet (Leary, dkk, 1995). Penulis
menduga, sejumlah ciri tersebut akan berhubungan dengan sikap kreatif.
Penelitian ini melibatkan sampel remaja. Hal ini didasari oleh kenyataan
bahwa dari segi kuantitas, jumlah mereka adalah satu per lima dari seluruh
penduduk Indonesia. Jadi mereka melupakan aset yang besar bagi bangsa Selnin itu, adanya temuan yang memperlihatkan hubungan yang negatif antara
proses berpikir remaja dengan kreativitas ikut mendorong penulis (Wolf dalam
Rice, 1990).
Sebanyak 52 orang subyek dilibatkan dalam penelitian, di mana mereka
diambil dengan cara non probability sampling. Alat ukur yang dipergunakan
berupa kuesioner Skala Sikap Kreatif (Singgih, 1990), Indcol 1994 (Triandis, 1994)
dan Culture Free Self Esteem Inventory (Battle, 1981).
Dengan menggunakan teknik perhitungan multiple regression, penulis
mendapatkan sejumlah hasil. Secara keseluruhan ditemukan adanya hubungan
yang signifikan antara idiosentrisme dan harga diri dengan sikap kreatif. Variabilitas
SK yang dipengaruhi oleh interaksi ke dua variabel adalah sebesar 14,235 %.
Sementara dengan mengontrol salah satu variabel, ternyata hanya variabel harga diri
yang berhubungan secara signifikan dengan sikap kreatif pada los 0,05 ; dengan
sumbangan varians sebesar 39,9 %. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
skor harga diri maka makin tinggi pula skor sikap kreatif subyek. Sedangkan
idiosentrisme tidak secara signifikan berhubungan dengan sikap kreatif. Dari hasil
tambahan juga terlihat bahwa mayoritas subyek memiliki Sikap Kreatif (SK)
sedang (73,1 %). Mean skor SK subyek yang antara lain dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, jabatan dalam kegiatan Ekstra Kurikuler di Sekolah,
kegiatan membaca di waktu luang, , temyata juga tidak berbeda secara signifikan.
Sehubungan dengan hasil yang tidak signifikan antara idiosentrisme dengan
sikap kreatif dapat dikatakan bahwa idiosentrisme tidak selalu berhubungan
dengan sikap kreatif. Dalam hal ini dapat muncul dugaan baru, yakni alosentrisme
lah yang ternyata berhubungan dengan sikap kreatif. Diduga teori yang dijadikan
kerangka analisis dalam penelitian ini kurang sesuai dengan keadaan di Indonesia,
atau dunia Timur (kolektivis/alosentris) pada umumnya. Artinya, bisa saja kondisi
sosial yang dituntut unluk tumbuhnya kreativitas manusia Timur dan Barat tidak
seluruhnya sama. Ini dituniang oleh sejumlah fakta yang diduga mempengaruhi
kreativitas , yakni antara lain adalah adanya persepsi bahwa kerja merupakan
sebuah pengabdian, adanya daya tahan dan kegigihan untuk menghasilkan prestasi
yang maksimal, tidak cepat puas (ada delay gratification) , kemauan untuk bekerja
keras dalam waktu yang lama, adanya wawasan ke depan (orientasi futuristik) yang
mendorong mereka untuk gigih , tabah dan percaya diri. Penulis juga memandang
ada faktor lain yang ikut berperan, yakni pengalaman sejarah, ketidak pastian masa
depan dan kondisi alam.
Mengingat gambaran di atas maka diperlukan kajian yang lebih mendalam,
antara lain dengan memperluas sampel dan ruang lingkup aspek yang dilibatkan.
Instrumen penelitian juga perlu diperbaiki. Sementara saran aplikatif yang mungkin
diwujudkan antara lain adalah perlunya pengembangan dan pemupukan harga diri."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betti Astriani
"Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana sikap dan kepuasan kerja guru-guru SNBI serta melihat hubungan sikap terhadap perubahan dengan kepuasan kerja guru-guru SNBI. Di samping itu, peneliti juga meneliti latar belakang sikap guru-guru terhadap perubahan. Hasil penelitian Wanberg dan Banas (1997) menunjukkan bahwa sikap terhadap perubahan, khususnya sikap positif terhadap perubahan di organisasi memiliki hubungan positif dengan kepuasan kerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru-guru bersikap menerima terhadap program SNBI dan hampir seluruh guru memiliki kepuasan kerja pada tingkat agak tinggi. Disamping itu, hasil penelitian ini menunjukkan pula terdapat hubungan positif antara sikap menerima terhadap perubahan dengan kepuasan kerja guru-guru SNBI, dan terdapat hubungan negatif antara sikap menolak terhadap perubahan dengan kepuasan kerja guru. Hasil analisa tambahan menunjukkan bahwa yang paling melatarbelakangi sikap guru terhadap perubahan adalah karena guru-guru tersebut memiliki kemauan untuk melakukan perubahan.

This research aimed to know the attitude and job satisfaction of the teachers involved in the SNBI (the National School Program of International Qualification) program. It also intended to observe the relationship between attitude towards organizational change with their job satisfaction. Furthermore, the researcher has observed background of teachers attitude towards change. The findings of Wanberg and Banas (1997) showed that attitude towards change, particularly positive attitude towards organizational change, was positively related with job satisfaction.
This research found that teachers attitudes were to accepting the SNBI program and almost all of the teachers had high slightly level of job satisfaction. It also found that there was positive relationship between the attitude of accepting change and the job satisfaction. On the other hand, rejecting change and job satisfaction were negatively related. In addition, the cause of attitude towards change was because they want to make changes.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emilio
"Perubahan adalah suatu kepastian. Selama beribu-ribu tahun lamanya hingga sekarang pernyataan tersebut masih menemukan relevansinya. Di dunia ini segala sesuatunya berubah, tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri, la terjadi di mana-mana dan terus berlangsung kapan pun. Satu-satunya hal yang membedakannya adalah kecepatannya. Perubahan dapat berjalan dengan cepat, maupun berjalan dengan lambat. Pada abad modern sekarang ini, perubahan berjalan dengan sangat cepat. Hal ini beriringan dengan peningkatan mobilitas arus informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesatnya, sehingga terjadi pula perubahan pada tatanan sosial, ekonomi, politik dan budaya di masyarakat. Tema perubahan tidak hanya terjadi pada masyarakat dalam arti luas, namun juga terjadi pada masyarakat dalam arti yang lebih sempit yaitu : organisasi.
Organisasi tidak luput dari perubahan. Lingkungan yang terus berubah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan suatu organisasi berubah. Hal ini disebabkan organisasi merupakan suatu sistem terbuka dimana ia bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungannya tapi lebih dari itu, ia juga tergantung kepada lingkungannya (Hoy & Miskel, 2001). Ketergantungan ini membuat suatu organisasi tidak bisa memisahkan diri dari lingkungan. Oleh karena itu, suatu organisasi idealnya mampu untuk terus melakukan penyesuaian di tengah-tengah kondisi lingkungan yang berubah. Penyesuaian perlu dilakukan oleh suatu organisasi sehingga ia tidak hanya bertahan, namun juga mampu untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah perubahan.
Namun demikian, sejumlah temuan dalam penelitian menyebutkan bahwa perubahan dalam organisasi bukanlah merupakan hal yang sederhana dan mudah dilaksanakan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mourier & Smith (2001) yang menyimpulkan bahwa 70 sampai 75 persen dari organisasi yang melakukan perubahan pada akhirnya menemui kegagalan. Salah satu penyebab kegagalan dari suatu organisasi untuk berubah adalah karena individu di dalamnya menolak untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu, sikap individu adalah salah satu faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam setiap perubahan organisasi.
Dalam hal ini, sikap individu dapat dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah iklim organisasi. Iklim organisasi didefinisikan sebagai gambaran umum mengenai kualitas lingkungan organisasi yang dipersepsikan secara kolektif dan selanjutnya akan mempengaruhi bagaimana individu berperilaku dan bersikap.
Penelitian ini mencoba untuk membuktikan hubungan antara iklim organisasi dengan sikap terhadap perubahan. Responden penelitian adalah guru yang bekerja di sekolah menengah umum negeri di Jakarta. Data yang dapat digunakan adalah sebanyak 68 responden dengan teknik pengambilan sampel non-probability sampling yaitu purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dan diolah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Hasil dari penelitian ini didapatkan korelasi yang positif dan signifikan antara skor skala iklim organisasi dengan skor skala sikap terhadap perubahan. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara bagaimana guru mempersepsikan lingkungan kerjanya dengan sikapnya terhadap perubahan. Pada subyek yang mempersepsikan iklim organisasinya sebagai positif, maka sikapnya terhadap perubahan juga cenderung menerima perubahan. Demikian pula sebaliknya. Selain itu, pada data analisis data tambahan, didapatkan perbedaan yang signifikan antara responden yang berjenis kelamin pria dengan responden yang berjenis kelamin perempuan dalam mempersepsikan iklim organisasi sekolahnya. Artinya, jenis kelamin turut berkontribusi dalam pembentukan persepsi terhadap iklim organisasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S3335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusdiana
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari pemikiran mengenai rendahnya prestasi belajar bahasa Arab siswa madrasah tsanawiyah. Padahal bahasa Arab adalah matapelajaran yang penting dan menjadi syarat bagi seseorang yang ingin membaca al-Qur‘an dengan lancar dan benar (karena al~Qur'an berbahasa Arab) untuk mendalami ajaran Islam.
Melalui kajian teoritis tentang prestasi belajar bahasa Arab, diperoleh variabel yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan prestasi belajar, yaitu sikap yang meliputi sikap siswa dan sikap orang tua (ibu) dan penilaian siswa terhadap kompetensi guru serta motivasi belajar. Untuk itu diajukan lima hipotesis penelitian yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis tersebut adalah:
1. Ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap siswa terhadap matapelajaran bahasa Arab dengan prestasi belajar bahasa Arab.
2, Ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap orang tua (ibu) terhadap matapelajaran bahasa Arab dengan prestasi belajar bahasa Arab.
3. Ada hubungan yang dan positif antara penilaian siswa terhadap kompetensi guru pada matapelajaran bahasa Arab dengan prestasi belajar bahasa Arab
4. Ada hubungan yang signifikan dan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Arab.
5. Ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap siswa, sikap orang tua(ibu),penilaian siswa terhadap kompetensi guru pada matapelajaran bahasa Arab dan motivasi belajar dengan prestasi belajar bahasa Arab.
Penelitian ini melibatkan siswa kelas dua madrasah Tsanawiyah se-Kota Pontianak
Serta orang tua (ibu) khususnya. Sampel penelitian adalah mereka yang telah terjaring lewat kriteria sampel, sebanyak 305 orang siswa dan 305 orang tua (ibu) siswa.
Untuk mengukur sikap siswa, sikap orang tua (ibu), penilaian siswa terhadap kompetensi guru, motivasi belajar dan prestasi belajar digunakan instrumeu yang disusun
sendiri oleh penulis, yang sebelum digunakan telah terlebih dahulu diuji-coba pada 40 Siswa.
Dari hasil analisis dengan menggunakan Pearson Product Moment diperoleh informasi bahwa sikap siswa mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan dengan prestasi belajar (r= -,095 dengan p < 0.05).
Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jika siswa memperoleh prestasi belajar yang memadai justru tidak diimbangi dengan sikap yang positif terhadap matapelajaran bahasa Arab. Dengan demikian, hipotesis pertama ditolak. Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap orang tua (ibu) mempunyai hubungan yang hampir tidak berarti dan tidak signifikan dengan prestasi belajar bahasa Arab (r= ,001 dengan p < 0.05). lni menunjukkan sikap-sikap yang ditunjukkan orang tua (ibu) tidak berkorelasi dengan prestasi belajar bahasa Arab. Dengan demikian, hipotesis kedua ditolak.
Pada penelitian ini pula diperoleh hasil bahwa penilaian siswa terhadap kompetensi guru tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar bahasa Arab (r = ,034 dengan p < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian siswa terbukti lidak ada hubungan yang signifikan antara kompetensi guru pada matapelajaran bahasa Arab dengan presiasi belaiar siswa. Dengan demikian hipotesis ketiga ditolak. Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar bahasa Arab (r 1 ,499 dengan p < 0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar memiliki hubungan yang erat dengan rnotivasi belajar siswa. Dengan demikian hipotesis keempat diterima.
Terakhir hasil penelitian membuktikan bahwa sikap siswa, sikap orang tua (ibu),penilaian siswa terhadap kompetensi guru dan motivasi belajar mempunyai hubungan yang sangat bermakna dengan prestasi belajar bahasa Arab (R = ,503 dengan p < 0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap~sikap yang ditunjukkan siswa, ibu dan kompetensi guru serta motivasi belajar siswa sangat berhubungan dengan prestasi belajar.
Dengan demikian hipotesis kelima diterima.
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan diskusi dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru diharapkan menyiapkan strabegi mengajar yang khusus untuk mengalasi image negatif yang ada pada siswa.
2. Guru diharapkan dapat mendesain dan melaksanakan proses belajar-mengajar dengan format yang lebih baik.
3. Guru dapat meningkatkan kreaktivitas dalam mengajar.
4. Guru dapat lebih menunjukkan kompetensinya dalam matapelajaran bahasa Arab.
5. Guru diharapkan mampu mempertahankan bahkan meningkatkan motivasi belajar siswa yang telah baik dengan menyajikan bahan pelajaran semenarik mungkin.
6. Pihak sekolah diharapkan dapat melaksanakan beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam matapelajaran bahasa Arab."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T37949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmalawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>