Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211822 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herlinda
"Pemulung adalah pekerja yang memilah sampah yang masih bernilai guna untuk didaur ulang. Sepanjang hari pemulung bekerja dengan sampah sehingga membuat mereka mempunyai risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kesehatan dan keselamatan yang terjadi adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Kesadaran dan keyakinan pemulung untuk mau menggunakan APD dibangun oleh pengetahuan dan pengalaman mereka yang menjadikan mereka memiliki persepsi sendiri terhadap risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang ada.
Health Belif Model (HBM) digunakan untuk menjelaskan persepsi pemulung terhadap risiko kesehatan dan keselamatan kerja tersebut. Dengan mengetahui persepsi pemulung terhadap risiko kesehatan dan keselamatan kerja dikaitkan dengan penggunaan APD, maka akan diperoleh alasan utama mengapa selama ini pemulung tidak menggunakan APD selama bekerja. Dengan diketahui alasan utama ini, maka akan dapat dijadikan dasar pengembangan program peningkatan daerajat kesehatan dan keselamatan pemulung sesuai kebutuhan mereka.

Scavengers are workers who collect and sort solid waste that has value as recyclable materials. Scavengers who work all-day long with waste face high risks related to occupational health and safety. One of the efforts that could be carried out to reduce their health and safety risks is by using Personal Protective Equipment (PPE). The awareness and conviction by scavengers to want to use PPE are based on their knowledge and experience and personal perception towards the risk of occupational health and safety.
The Health Belief Model (HBM) will be used to explain scavengers‟ perceptions of their health and safety risks. By understanding the perception of scavengers towards the risk of occupational health and safety linked to PPE use, we will know the main reasons why scavengers do not use PPE while working. Based on this awareness, a foundation will be established for the development of programs to improve the health and safety of scavengers in accordance with their needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28451
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hakiki Magfiroh
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Desa Cigorondong yang masyaraktanya rata-rata bermata pencaharian sebagai petani sawah. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk melihat strategi bertahan hidup yang dilakukan petani Desa Cigorondong yang salah satunya dengan memiliki pekerjaan sekunder sebagai pemulung di Komplek BMKG Tangerang Selatan. Dengan metode kualitatif deskriptif, hasil penelitian ini adalah: (1) Sebelum melakukan diversifikasi nafkah, para petani berada di garis kemiskinan. (2) faktor pendorong mereka melakukan diversifikasi nafkah dengan menjadi pemulung dikota adalah: faktor ekonomi, alam dan mindset. Faktor penarik terdiri dari sistem kerja pemulung yang sedernaha, fasilitas di daerah tujuan yang mempermudah pekerjaan, dan hubungan dengan pengepul yang baik. (3) dan setelah para petani di ini melakukan diversifikasi nafkah menjadi pemulung, ada beberapa kondisi baik ekonomi maupun sosial yang mengalami perubahan. Pada aspek ekonomi ada peningkatan pendapatan dan pada aspek sosial perlahan para petani mulai berubah menuju ke masyarakat solidaritas organik, yaitu solidaritas yang tumbuh berdasarkan pembagian kerja seperti yang terjadi di masyarakat perkotaan, namun tidak meninggalkan kehidupan sosial pedesaan mereka seperti taat pada norma dan gotong-royong. (4) Strategi bertahan hidup yang dilakukan para petani ini adalah dengan survival mechanism yakni dengan mengurangi atau menekan beberapa pengeluaran (strategi penghematan), menggunakan alternatif subsistem yakni dengan memiliki beberapa pekerjaan sampingan dan meminta bantuan dari jaringan sosial untuk membantu mendukung pekerjaan seperti sistem berhutang kepada pengepul.

ABSTRACT
This research was conducted in Cigorondong where the community earns a living as a farmer. Ther purpose of this study was to look survival strategies by this farmer. With descriptive qualitative methods, the results of this study are: (1) Before diversifying livelihoods, farmers are in the poverty line; (2) The driving factor for diversifying their livelihood by becoming a scavengers in cities is: economic, natural and mindset factors. The pull factor consists of a simple system of scavenger, facilities in the destination area that facilitate work, and relationships with good collectors; (3) And after farmers diversify their livelihood into scavengers, there are some good economic or social conditions that change change. On the economic aspect of increasing the budget and on the social aspects the farmers began to change towards an organic solidarity society, namely solidarity that grew through the division of labor as happened in urban communities, but did not involve the social community such as obeying norms and mutual cooperation. (4) The survival strategy carried out by these farmers is through a survival mechanism by reducing the wrong amount by bringing agricultural produce to the city for food needs, using alternative subsystems equipped with secondary jobs, such as farming, such as for scavengers and work-other jobs that consider being able to improve, and using social networks to help each other support work such as the debt system to collectors."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hasil penelitian menunjukan bahwa pemulung di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Bandung , dipandang dari segi ekonomi dan sosial, sebagian besar tergolong masyarakat miskin."
902 JPSNT 21(1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yudithia
"ABSTRAK
Jakarta adalah kota terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 8 juta jiwa pada tahun 2011, dimana jumlah limbah padat yang dihasilkan mencapai 6500 ton/hari. Salah satu elemen dalam sistem pengelolaan sampah di Jakarta adalah Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS), yang berfungsi sebagai lokasi penampungan sampah dan pemilahan sampah yang dapat didaur ulang. Lokasi TPS yang berdekatan dengan daerah pemukiman sering menimbulkan gangguan kenyamanan bagi warga sekitarnya. TPS merupakan salah satu potensi sumber bioaerosol di udara. Bioaerosol adalah suspensi partikel koloid padat atau tetesan cairan di udara yang mengandung serbuk sari atau mikroorganisme. Degradasi sampah organik secara alami adalah penyebab utama tingginya konsentrasi bioaerosol di sekitar TPS. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh komposisi sampah organik dan parameter fisik terhadap konsentrasi bakteri dan jamur selama proses penampungan dan pengangkutan sampah di TPS. Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa konsentrasi bioaerosol di TPS sekitar 500 ? 4000 CFU/m3 saat hari penampungan sampah dan 1000 ? 5000 CFU/m3 saat hari pengangkutan sampah. Konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi referensi di daerah pemukiman di Inggris dan Amerika. Selain itu, konsentrasi tersebut juga berada di atas hasil pengukuran konsentrasi bioaerosol di area pemukiman Kelurahan Manggarai dan Bukit Duri, sekitar 1300 ? 2500 CFU/m3. Oleh sebab itu, diperlukan upaya khusus untuk mengurangi persebaran bioaerosol di udara, seperti membangun dinding tambahan dan menempatkan sampah dalam karung maupun kantung plastik.

ABSTRACT
Jakarta is the largest city in Indonesia with a population more than 8 million (2011) where the amount of waste generated is approximately 6,500 tons/day. One of the elements in Jakarta waste management system is a transfer station, which functions as managing solid waste that can be recycled and reused. However, transfer station that is located in the surrounding settlement areas often cause disturbance to the residents nearby. Transfer station is a potential source of bioaerosol contaminants in the air. Bioaerosol are the suspension of solid colloidal particle or liquid particle contained pollen or microorganism. The natural organic waste decomposition is the major cause of the high bioaerosol concentration surrounding it. The objectives of this research are to study the effect of organic waste composition and the influence of air physical parameters to the fungi and bacteria concentration during storage and transporting of solid waste. It is found out that the bioaerosol concentrations inside of the transfer station are approximately 500 ? 4,000 CFU/m3 at storage day and 1,000 ? 5,000 CFU/m3 at transporting day. The results showed that these concentrations are higher than the average concentration at settlement areas in United Kingdom and United States. These concentrations are also higher than the reference concentration at residential areas in Manggarai and Bukit Duri Sub-District that is approximately 1,300 ? 2,500 CFU/m3. Consequently, it requires special techniques and efforts to reduce the concentration of bioaerosol such as building an additional wall and putting the waste into sack bags."
2012
S42110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Apriliani
"Kepatuhan pemakaian APD oleh perawat saat memberikan tindakan keperawatan sangat memperngaruhi keselamatan diri dari perawat itu sendiri. Kepatuhan yang ditunjukkan dengan sikap positif dapat dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya pengetahuan terhadap pentingnya penggunaan APD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan APD terhadap keselamatan kerja perawat IGD di RSUD Pasar Rebo. Pengambilan sampel dengan metode total sampling dimana peneliti melibatkan semua perawat yang bekerja di IGD RSUD Pasar Rebo dan bersedia untuk terlibat dalam penelitian. Sampel yang terlibat sejumlah 30 orang. Data diperoleh melalui kuesioner berbentuk lembaran tes yang berisi 40 pertanyaan dan melalui wawancara dengan kepala perawat. Hasil analisa data menunjukkan bahwa 63,30% perawat IGD memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap penggunaan APD. Sebanyak 53,30% perawat memiliki sikap negatif dalam menggunakan APD. Alasan terbanyak menggunakan APD adalah karena ingin menjaga keselamatan diri dan alasan terbanyak tidak menggunakan APD adalah karena sudah terbiasa tidak menggunakan APD.

The compliance of using PPE by the nurses when providing nursing actions, greatly affect the safety of the nurses. Compliance it that indicated with a positive attitude, can be affected by high or low level of knowledge of the importance of using PPE. The aims of this research is to know the description of using PPE for safety of the nurse in Emergency Room (ER) of Pasar Rebo Hospital. The sampling's method of this research is total sampling, the researchers involved all the nurses that working in ER of Pasar Rebo Hospital and willing to engage in research. Sample involved 30 persons. Data obtained through a questionnaire sheet-shaped test that containing 40 questions, and through interviews with head nurses of the ER. The results of the analysis data showed that 63.30% ER nurses have a high knowledge of using PPE. And as much as 53.30% of nurses had negative attitudes in the use of PPE. Getting safety is the biggest reason for wearing PPE because nurses want to maintain the safety of themselves and the most reason not wearing PPE was not accustomed to use PPE."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43080
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayudha Desga Putranto
"Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) adalah salah satu elemen terpenting dalam sistem pengelolaan limbah padat. Keberadaan TPS open dumping di Jakarta pada kenyataannya menimbulkan permasalahan khususnya bagi kualitas udara bioaerosol di sekitarnya. Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas, substansi dalam gas, atau organisme yang hidup dan terdapat dalam udara. Keberadaan bioaerosol dalam jumlah tertentu yang terhirup akan menimbulkan infeksi pernapasan seperti alergi dan asma. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh peningkatan volume, komposisi, dan kandungan air sampah, serta parameter fisik udara selama proses penimbunan dan pengangkutan sampah terhadap kualitas udara bioaerosol di sekitar TPS. Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ini diantaranya ASTM D5231-92 dikombinasikan dengan SNI 19-3964-1994 untuk timbulan dan komposisi sampah, AIHA untuk pengambilan sampel bioaerosol, load-count analysis untuk volume sampah, dan wet-weight moisture content untuk kandungan air sampah.
Hasil pemeriksaan menunjukan konsentrasi bakteri dan jamur mencapai puncaknya pada pukul 12.00 WIB disaat volume sampah juga mencapai puncaknya dalam satu hari. Di lokasi TPS, konsentrasi bakteri tertinggi mencapai 9720 CFU/m3 dan konsentrasi jamur tertinggi yaitu 6000 CFU/m3. Di lapangan sekolah yang berjarak 25 m dari TPS, konsentrasi bakteri tertinggi mencapai 1789 CFU/m3 dan konsentrasi jamur tertinggi yaitu 2439 CFU/m3. Konsentrasi bioaerosol akan menurun hingga 420?8040 CFU/m3 ketika terjadi pengangkutan ritasi pertama yang mengangkut sampah sekitar 18?24 m3. Semakin tinggi persentase komposisi sampah organik dan kandungan air sampah di TPS maka konsentrasi bakteri dan jamur di sekitarnya juga semakin tinggi. Bioaerosol tumbuh optimum pada kelembaban relatif antara 40?80%, temperatur udara sebesar 26?36oC, dan kecepatan udara <1,5 m/s. Oleh karena itu, diperlukan langkah khusus mengurangi dampak sampah seperti renovasi bangunan TPS dan adanya pengelolaan sampah meliputi komposting dan pengembangan bank sampah.

Solid waste transfer station is one important element in a solid waste management system. The existence of the open dumping transfer station in Jakarta in fact cause problems, especially for bioaerosol air quality in the vicinity. Bioaerosol are the particles, gases, substance, or organisms that live in the air. The existence of bioaerosol in a certain amount inhaled would cause respiratory infections such as allergies and asthma. This research aimed to study the effect of the increase in volume, composition, moisture content of solid waste, and physical parameters of the air during the process of stockpiling and transporting waste to bioaerosol air quality around transfer station. The methods that are used in this research are ASTM D5231-92 combined with SNI 19-3964-1994 for waste generation and composition measurement, AIHA for the sampling procedure of bioaerosol, load-count analysis for waste volume and wet-weight moisture content for waste moisture content.
The results showed the concentration of bacteria and fungi peaked at 12.00 p.m while the volume of waste also culminated in a day. At the location of trasfer station, the highest bacterial concentration reaches 9720 CFU/m3 and the highest concentration of fungi 6000 CFU/m3. In the field school that is within 25 meters of tranfer stations, the highest bacterial concentration reaches 1789 CFU/m3 and the highest concentration of fungi 2439 CFU/m3. Bioaerosol concentration will decline to 420-8040 CFU/m3 when the first carriage carrying trash around 18-24 m3. The higher the percentage of organic waste composition and water content of garbage in transfer station, the concentration of bacteria and fungi in the vicinity are also higher. Bioaerosol optimum growing at between 40-80% relative humidity, air temperature of 26-36oC, and air velocity <1.5 m/s. Therefore, special steps are needed to reduce the impact of waste such as the renovation of the building in transfer station includes composting their waste management and development of waste banks.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ladystya Prameswary
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
TA5921
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah
"ABSTRAK
Air tanah sebagai sumber daya alami yang dapat diperbarui juga perlu dilindungi dari pencemaran. Salah satunya jenis pencemarnya adalah penimbunan sampah yang terlalu dekat dengan sumber air tanah. Sampah yang dibuang ke TPS secara tidak beraturann akan menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari air tanah yang dikonsumsi oleh warga di sekitar TPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi Amonia (NH3), Fosfat (PO4), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), zat organik (KMnO4), dan pH air tanah yang berasal dari air lindi, pada berbagai jarak dari TPS Batu Ampar, serta mengidentifikasi pengaruh kontaminasi sampah terhadap air tanah tersebut. Dari penelitian, didapatkan hasil bahwa sebagian besar konsentrasi pencemar pada jarak 5 m, 15 m, 30 m, 50 m, 75 m, dan 100 m dari TPS masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh PP RI No.82 Tahun 2001 dan PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, namun konsentrasi amonia pada titik 0 m dan nilai pH pada titik 15 m, 50 m, 75 m, dan 100 m dari TPS tidak memenuhi baku mutu. Serta pengaruh jarak sumber air tanah dari TPS terhadap kulitas air tanah tidak erat karena ada berbagai faktor lain yang juga turut serta mempengaruhi kualitas air tanahnya.

ABSTRACT
Groundwater as a renewable natural resource needs to be protected from contamination. One of the pollutants is the landfill that is too close to the groundwater sources. Garbage that discharged into the landfill (TPS) that not sanitary will produce wastewater that could contaminate groundwater consumed by residents in the surrounding TPS. This study aims to determine the concentration of ammonia (NH3), Phosphate (PO4), nitrate (NO3), nitrite (NO2), organic substances (KMnO4), and pH in groundwater from at various distances from TPS Batu Ampar, and also identifying the effects of waste on groundwater. From the research results obtained, most of the concentration of pollutant at a distance of 5 m, 15 m, 30 m, 50 m, 75 m, 100 m from the TPS are still meet the standards defined quality in RI PP No.82 of 2001 and the Health Minister of Republic of. 492/MENKES/PER/IV/2010/. But concentration of ammonia a point 0 m and pH value at point 15 m, 50 m, 75 m, and 100 m from TPS does not meet quality standards. And the influence of groundwater sources range from TPS for groundwater quality is not strong as there are various other factors also affect the quality of groundwater."
2012
S42106
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Upaya pencegahan dan pengendalian penularan infeksi di lingkungan rumah sakit dapat dilakukan
dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sarung tangan dalam setiap meiakukan tindakan
keperawatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara motivasi dengan
sikap dalam penggunaan APD sarung tangan yang dilakukan terhadap 37 perawat di ruang rawat inap yang ditentukan secara total sampling pada RSU Bunda Margonda Depok Jawa Barat. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode korelasi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (p value >0.05) antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, masa kerja, pengawasan, kebijakan, dan fasilitas terhadap sikap dalam penggunaan APD sarung tangan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan APD sarung tangan tidak ada hubungan dengan motivasi dan sikap perawat. Namun penggunaan APD sarung tangan ini harus selalu dipertahankan dan menjadi suatu aktivitas rutin bagi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5607
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>