Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

"Pelabuhan Ampenan merupakan pelabuhan utama di pulau Lombok Sejak ditetapkan menjadi pusat kegiatan perdagangan aekitar abad ke-19, aktivitas pelabuhan terus meningkat. Perkembangan pelabuhan tersebut mendorong Pemerintah Hindia Belanda ( berkuasa tahun 1894 - 1942 ) mengeluarkan kebijakan - kebijakan terhadap pelabuhan, seperti mengadakan perbaikan dan pembangunan sarana pelabuhan termasuk jaringan komunikasinya, sehingga proses pengangkutan komoditi dapat berjalan lancar dari pelabuhan ke pedalaman. Semua biaya berasal dari kas daerah Lombok dan penebusan kerja rodi, sedangkan pengawasan dan pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umurn Lombok dan penduduk setempat. Setelah dikeluarkan kebijakan tersebut, aktivitas perdagangan ekspor dan impor terlihat mengalami peningkatan dibandingkan dengan masa sebelumnya, meskipun kondisi itu tidak (selalu berlangsung stabil karena faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya Selain itu, pelabuhan Ampenan juga berperan dalam kegiatan pelayaran di Nusantarapada masa kolonial. Puncak perdagangan ekspor - impor terjadi pada periode 1920 - 1930. Terjadinya krisis ekonomi 1930 berpengaruh pada pelabuhan Ampenan, yakni penurunan drastis kegiatan ekspor - impor. Tanda - tanda pulihnya perekonomian baru nampak pada tahun 1936. Perkembangan pelabuhan telah mendorong pertumbuhan dan perkembangan kota Ampenan. Pada gilirannya, muncul masalah - masalah kota yang menyebabkan kota mempunyai dinamikanya sendiri. Meskipun demikian, Pemerintah Hindia Belanda dapat mengatasinya sampai berakhirnya kekuasaan"

"This thesis is an attempt to describe the class structure in the Prijangan-regencies in West Java, at approximately the turn of the century. Lack of available material has limited this thesis in many respects. It is also realized that a study of clase structure pursued on the spot, where more reliable measurements and greater detail can be used, would be more satisfactory and render grater validity. It is the writer's intention to make a study of the clase structure of a Sundanese community when she returns to Indonesia.' To be able toy do this, she is convinced that certain knowledge of what it was before is indispensable; it is the intention that Ms thesis should provide. such a background. Studies of clase structure in Indonesia have been attempted by vary few Dutch scholars.l While Javanese ar, language and literature have bern studied intensively, class etructre has been dealt with only superficially. It is a well-known fait that in Java among the Javanese and the Sundanese a distinction eisted between the people H. J. Friedericy, De Standen bijde Bo1inezen en Nakassaren, Bi jdr .gen tot de Taal, Land en Volkenknde, vol. 90 (1933), pp. 448-602. In this book he discussed atlength the origin, the symbols of the aristocracy and the comon people among the Bugi¬nese and Makassarese in Celebes. Dr. H. Th. Chabot, Verti rantschEp Stang en aexe in Zuid Celebes, (Groningen/Djakarta.: J. B. Wolters) 5'50"