Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Burhan Nurgiyantoro
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998
899.221 309 BUR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 14 (1-4) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari
"Penelitian ini membahas karakter non fiksi, yaitu Abraham Lincoln yang menjadi karakter fiksi sebagai pemburu vampir, dalam film Abraham Lincoln: Vampire Hunter. Hal ini dilakukan dengan mengungkapkan metafora yang terkandung dalam penggambaran vampir terkait dengan kisah nyata dari Abraham Lincoln. Pendekatan intertekstualitas digunakan sebagai platform dalam penelitian ini. Analisis makalah ini terrfokus pada aspek setting dalam mise en scene yang digunakan untuk membantu pengungkapan metafora dalam kaitannya dengan sejarah Amerika. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memberikan kontribusi asli untuk kritik sastra, dan intertekstualitas pada khususnya. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi Lincoln menjadi pemburu vampir terkait dengan kepemimpinannya sebagai presiden pada waktu di mana orang-orang berperang melawan perbudakan. Meskipun pemilik budak yang merupakan orang-orang kulit putih dalam film ini tetap ada, penambahan karakter vampir semakin menegaskan bahwa mereka adalah pemilik budak. Vampir menghisap darah manusia untuk kepentingan mereka sendiri, sama halnya seperti pemilik budak yang mengeksploitasi manusia lain demi keuntungan mereka sendiri. Makalah ini menyimpulkan bahwa tidak ada metafora yang lebih tepat yang dapat digunakan untuk menggambarkan pemilik budak selain vampir. Pada akhirnya, menghancurkan vampir yang ingin mengambil alih Amerika Serikat sama dengan menghapuskan perbudakan.

This paper examines a non fictional character, Abraham Lincoln who becomes a fictional character as a vampire hunter, in the movie Abraham Lincoln: Vampire Hunter. It reveals the metaphor contained in the vampire depiction in relation to the real story of Abraham Lincoln. The intertextuality approach is used as the platform of the research. The analysis focuses on the aspect of setting in mise en scene used to help the disclosure of metaphors in its relation to American history. Therefore, this paper is aimed to make an original contribution to literary criticism and intertextuality in particular. The findings in this research show that Lincoln’s transformation into a vampire hunter was related to his leadership as the president at the time in which people were fighting against slavery. Although the slave owners who are white people in this movie still remain, the addition of the vampire character’s increasingly emphasized that they were the slave owners. Vampires suck human blood for their own sake; the same as the slave owners who exploit other human beings for the sake of their own benefits. The paper concludes that there is no more appropriate metaphors that can be used to depict slave owners other than vampires. Ultimately, destroying vampires who wanted to take over the United States is similar to abolishing slavery.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhadi BW
Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2017
899.221 NUR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jugiarie Soegiarto
"Bougainville, karya F.Springer, bercerita tentang keterbatasan manusia dalam memberi dan menerima kebenaran cinta dan ketulusan pertemanan. Cerita berbingkai yang dikisahkan oleh tokoh Aku-Bo, bertutur tentang kehidupan Tommie Vaulant, sahabat tokoh Aku dan pergumulan Opa de Leeuw menghadapi kolonialisme. Dari segi bentuk Bougainville mengingatkan kits pada Max Havelaar karya Multatuli, yang disebut oleh tokoh cerita sebagai karya pelopor dan pengarang ideal.
Selain Max Havelaar dan Multatuli, masih ada sejumlah karya dari nama besar lain, baik dari kalangan sastra maupun bukan, yang disebut dalam cerita ini. Oleh sebab itu, tesis ini menelaah jalinan unsur fiksi dan nonfiksi dalam cerita. Bagaimana kedua unsur itu berbaur dan dalam kombinasinya dengan bentuk cerita berbingkai mengaburkan Batas antara kenyataan dan rekaan. Dalam mengkaji jalinan fiksi dan nonfiksi itu dipakai semiotik sebagai landasan teori. Analisis sintaktis dipakai dalam menelaah unsur-unsur kenyataan, sedang dalam pemberian arti dipakai kajian semantis.
Dari kajian semiotis di atas diperoleh kesimpulan bahwa kenyataan dan kebenaran adalah dua hal yang sekaligus hadir dalam cerita. Hadirnya unsur fiksi dan nonfiksi dalam sebuah cerita sering mengecoh pembaca. Pembaca yang terlena dan kurang cermat mempercayai sebuah cerita yang fiksi sebagai sebuah kenyataan yang sungguh terjadi. Sebuah cerita yang meski menyampaikan kebenaran tetaplah hanya suatu fiksi., sebuah rekaan yang dibangun oleh pengarang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jugiarie Soegiarto
"Bougainville, karya F.Springer, bercerita tentang keterhatasan manusia dalam memberi dan menerima kebenaran cinta dan ketulusan pertemanan. Cerita berbingkai yang dikisahkan oleh tokoh Aku-Bo, bertutur tentang kehidupan Tommie Vaulant, sahabat tokoh Aku dan pergumulan Opa de Leeuw menghadapi kolonialisme. Dua segi bentuk Bougainville mengingatkan kita pada Max Ilavelaar karya Multatuli, yang disebut oleh tokoh cerita sebagai karya pelopor dan pengarang ideal. Selain Max Havelaar dan Multatuli, masih ada sejumlah karya dari nama besar lain, baik dari kalangan sastra maupun bukan, yang disehut dalam cerita ini. Oleh sebab itu, tesis ini menelaah jalinan unsur fiksi dan nonfiksi dalam cerita. Bagaimana kedua unsur itu berhaur dan dalam kombinasinya dengan bentuk cerita berbingkai mengaburkan batas antara kenyataan dan rekaan. Dalam mengkaji jalinan fiksi dan nonfiksi itu dipakai semiotik sebagai landasan teori. Analisis sintaktis dipakai dalam menelaah unsur-unsur kenyataan, sedang dalam pemberian arti dipakai kajian semantis. Dan kajian semiotis di atas diperoleh kesimpulan hahwa kenyataan dan kebenaran adalah dua hai yang sekaligus nadir dalam cerita. Iladirnya unsur fiksi dan nonfiksi dalam sebuah cerita sexing mengecoh pembaca. pembaca yang terlena dan kurang cermat mempercayai sebuah cerita yang fiksi sebagai sebuah kenyataan yang sungguh terjadi. Sehuah cerita yang meski menyampaikan kebenaran tetaplah hanya suatu sebuah rekaan yang dibangun oleh pengarang Temuan yang didapat dari kajian dan analisis data mengenai hierark:i persepsi kesantunan bahasa Inggris, adalah sebagai berikut,ini. Pertama, ada perbedaan urutan kesantunan direktif antara mahasiswa dan penutur asli. Perbedaan yang mengganggu adalah perbedaan urutan yang bersangkutan dengan PI, IK, dan PB. Kedua, ada tanda atau isyarat bahwa perbedaan itu disebabk.an oleh interferensi bahasa ibu terhadap bahasa rnggris yang sedang dipelajarinya. Ketiga, perbedaan itu tampaknya juga disebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka terhadap kosakata ataupun gramatika bahasa Inggris. Contohnya adalah munculnya kata 'would' dalam PB, yang menurut mahasi.swa adalah tipe ujaran direktif yang paling santun. Keempat, ketaklangsungan ujaran direktif yang terlalu melengkung atau jauh akan ditafsirkan sebagai ejekan atau tamparan terhadap muka PEN. Tampaknya hal ini tersirat dari posisi IK, yang menempati peringkat enam..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
RB 00 J 427 b
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusanta Indrawati M
"ABSTRAK
Penelitian mengenai tataran sintaktis dan kelas kata/kategori unsur-unsur yang dapat menduduki fungsi predikat yang dihantar oleh auxiliaire de predication (AP) dalam kalimat bahasa Perancis (BP).
Korpus diperoleh dari beberapa wacana non-fiksi ilmiah yang berupa sembilan puluh kalimat BP yang mengandung AP. Korpus dikelompokkan sesuai dengan AP-nya lalu disusun kembali berdasarkan tataran sintaktis unsur pengisi predikatnya dan berdasarkan struktur kalimatnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa unsur-unsur yang dapat dipredikasi oleh AP dapat berupa monem berkategori nom propre dan pronomina, sintem berkategori nomina, sintagma nominal, sintagma adjektival, sintagma adverbial, sintagma preposisional, sintagma infinitif, dan proposisi. Sedangkan struktur kalimat BP yang mengandung AP dalam penelitian ini ditemukan memiliki dua puluh lima variasi struktur.

"
1995
S14403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti Purbani
"Disertasi ini ditulis berdasarkan hasil penalitian terhadap lima fiksi anak unggulan Indonesia yang lahir pada masa akhir Orde Baru berjudul Pulau Sangta Penuh Misteri, Kabul Murungkayu, Si Perung, Tiga Sekawan di Rimba Belantara dan Raja Kate Dikepung Asap. Kelima fiksi tersebut merupakan pemenang sayembara penulisan naskah fiksi anak Depdiknas sekaligus penerima penghargaan buku bacaan anak nasional tahun 1996-2001. Penelitian tekstual dan kontekstual ini bertujuan mengungkap ideologi anak ideal yang mengada dalam kelima fiksi yang diperiksa, termasuk bagaimana level dan cara ideologi-ideologi tersebut beroperasi, serta relasi kekuasaan yang terbangun. Penelitian ini juga memeriksa wacana tentang pendidikan, tentang anak dan sastra anak yang berkembang pada masa Orde Baru.
Penelitian kajian budaya yang dilakukan menggunakan teknik kajian ideologi/relasi kekuasaan Hollindale, John Thompson dan Nodelman ini menemukan bahwa lima teks yang diperiksa mengandung ideologi perfeksionisme, yakni ideologi yang menempatkan anak-anak sebagai the perfect hero yang ditunjukkan dengan penggambaran anak-anak yang memiliki watak- watak bertakwa, pandai, berbudi pekerti, berjiwa kebangsaan, pemberani, cinta alam dan Iingkungan, berjiwa kepemimpinan, dan pada akhirnya dinobatkan menjadi pahlawan. Anak-anak yang diidealkan dalam teks ini juga hidup dalarn ideologi-ideologi paternalisme, patriarki dan instanisme yang menempatkan anak-anak dalam perlindungan kaum dewasa, merayakan kebebasan anak laki-laki, meminggirkan anak perempuan dan membiarkan anak-anak tanpa proses menjadi.
Ideologi-ideologi tersebut pada umumnya beroperasi secara eksplisit melalui narator dan fokalisator dewasa yang otoritatif dengan menggunakan strategi-strategi legitimasi, fragmentasi dan disimulasi yang semakin menampakkan pesan serta memperkuat didaktisisme teks. Teks-teks ini membangun relasi kekuasaan yang timpang yang mengerdilkan anak-anak, memahami mereka secara kelim dan menempatkan mereka sebagai objek. Ideologi-ideologi tersebut mengada melalui cara sedemikian karena teks-teks tersebut lahir pada masa Orba yang sangat menekankan pembangunan manusia seutuhnya. Kecuali itu, sayembara penulisan tiksi yang diselenggarakan dengan tatanan yang ketat mempakan kepanjangan tangan dari insititusi ideologis Orba untuk mencetak anak didik sebagai manusia yang utuh sesuai cita-cita pemerintah. Teks-teks itu lahir dalam masa yang mempercayai bahwa anak merupakan tabula rasa yang wajib dibina dan ditumbuhkembangkan secara baik oleh orang tua. Teks-teks tersebut Iahir pada konteks yang percaya bahwa astra anak merupakan wadah serta sarana pembelajaran tentang nilai-nilai luhur serta suri teladan bagi anak didik sehingga didaktisisme dianggap sebagai sesuatu yang lumrah.

This dissertation is based on a study on tive best Indonesian children's fictions written in the late New Order era. The five iictions entitled Puiau Sangia Penuh Misreri, Kabir! Munmgkayu, Si Perung; Tiga Selrawan di Rimba Belantara and Riga Kate Dikepung Asap are winners of Children's Fiction Writing Competition and Award Winners of National Children's Books in the year of 1996-2001. This textual and contextual study aims at revealing the idealized child ideology existing in the texts, including the kinds of ideology, the level, the mode of operation and the power relation established. This study also examined the discourses of education, children and children's literature that operate inthe time the texts were written.
This cultural study employing Hollindale's, John Thompson's and Perry NodeIman's theories of ideology finds out that the five texts under study embody perfectionism, paternalism, patriarchy and instant ideologies. The texts worship perfect heroes with the following traits: religious, intelligent, well-mannered, nationalist, brave, environmentalist, and leading. The texts place children under the control and protection of adults; celebrate freedom for boys, marginalize girls, and hinder children Hom the process of becoming. The dominant ideologies operate explicitly employing adult narrator and focalizer authoritatively.
The ideologies operate using legitimation, fragmentation, dissimulation strategies making the ideologies more explicit and strengthening the didacticism. The texts establish in-equal power relation which see children as inferior beings, and treat them more as objects rather than subjects. The texts were written when manusia seutuhnya or perfect individual ideology was entitled as an important agenda by the New Order govemment. In this era children were seen as rabula rasa or blank sheet, therefore always in need of parental guidance. Children's literature was considered to be the source of wisdom in which didacticism was viewed as a common sense.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D966
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Norman Mahardhika
"Skripsi ini membahas novel Punakawan Menggugat yang dikarang oleh Ardian Kresna. Pengarang menggunakan dasar kebudayaan Jawa dan konsep cerita pewayangan untuk menyampaikan pandangan tentang nilai-nilai kehidupan yang ideal. Novel ini menampilkan simbol-simbol yang terdapat dalam dunia pewayangan dan maknanya terhadap kehidupan manusia. Punakawan Menggugat juga menyediakan intisari ajaran Kejawen sebagai bahan renungan cerita. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural untuk melihat aspek intrinsik karya sastra dan pendekatan sosiologi sastra untuk melihat warna lokal dan nilai-nilai yang terkandung dalam novel Punakawan Menggugat. Selain itu, penelitian ini juga meninjau karakteristik cerita wayang yang diangkat oleh pengarang.

This undergraduate thesis discusses about the novel Punakawan Menggugat by Ardian Kresna. The author used the Javanese cultural basis and the concept of puppet stories to present the insight about an ideal values of life. The novel shows the symbols in the puppet world and their meanings to human’s life. Punakawan Menggugat also provides the essence of Kejawen teachings as the reflection of the story. This study uses a structural approach to see the intrinsic aspects and a sociological approach to see the local colours and values in the novel Punakawan Menggugat. Furthermore, this study also observes the characteristics of the puppet stories that were raised by the author.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2017
899.221 BAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>