Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chang, Carsun
New York: Bookman Associates, 1962
181.11 CHA d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyad
"Skripsi ini membahas filsafat politik yang diperkenalkan oleh Alain Badiou, serta penegasan pemikiran tersebut dengan teorema limit matematika. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dimana keseluruhan penelitian berdasarkan sintesa dari berbagai literatur yang menjadi sumber utama penulisan.
Hasil penelitian menujukkan bahwa politik dan keadilan adalah suatu relasi mutlak dimana keadilan adalah konsep yang harus selalu hadir dalam pikiran politik, relasi tersebut berasal dari sebuah prosedur yang dibangun oleh material seperti konsep intervensi dan limitasi yang bersandar pada matematika sebagai ontologi.

This thesis explains the philosophy of politic that has been presented by Alain Badiou, and reaffirmed that idea through the theorem of limit. The study is based on descriptive and analytic method which is try to make out a syntheses from the premiere resource of this project.
The result of this study showed that politic and justice are related each other. Unconditionally, justice has to present in every single political discourse. Justice is something appear in the procedure of truth that based on intervention and limitation concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42888
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hehakaya. Shane Antoinetta
"Skripsi ini merupakan telaah filosofis terhadap sistem demokrasi dalam masyarakat pluralis saat ini, yang mana kondisi di dalamnya terjadi penyingkiran subyek sehingga menjadi subyek bagian yang tak memiliki bagian. Hal ini memberikan celah bagi terjadinya kesalahan hitung yang memunculkan kondisi ketidaksetaraan. Praktik-praktik polis dalam masyarakat, melalui logika polisinya memunculkan distribusi sensibilitas yang mengklasifikasikan subyek-subyek di dalam sistem.
Adanya pengklasifikasian dalam hal apapun menurut Rancière merupakan kondisi ketidaksetaraan. Menanggapi masalah ketidaksetaraan ini, terdapat solusi yang berpotensi memberikan jalan keluar, yaitu dengan cara subyek berada dalam posisi politiknya untuk berpartisipasi secara aktif dalam merebut kesetaraannya. Tindakan politik yang dapat dilakukan subyek adalah dengan melalui disensus yang berwujud pada deklasifikasi.
Terkait dengan permasalahan di atas, polis juga tidak dapat begitu saja dihilangkan, namun cara yang dapat dilakukan adalah dengan terus menerus mengungkap apa yang tersembunyi di dalam polis. Disensus sebagai jalan untuk mengkonfrontasi partisi sensibilitas dengan cara berpartisipasi aktif sebagai subyek politik untuk merebut kesetaraan. Upaya ini merupakan bentuk politik demokratisasi sebagai proses disensus.
Tulisan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali akan pentingnya menyertakan seluruh subyek dalam sistem demokrasi, sehingga setiap subyek dapat mencapai kesetaraannya secara aktif. Aspirasi yang diperjuangkan pada tulisan ini merupakan suatu kritik terhadap sistem demokrasi yang menyingkirkan subyek-subyek di dalam sistem.

This thesis is an exploration of philosophical about democracy system in the pluralist society today, in which the elimination of subject occurs. Therefore, this would be the subject that is called the part that has no part. The calculation error might arise and this also could lead to the inequality. Moreover, the police practice in society that exists through its policy of logic will lead to the distribution of the sensibility of subject classification in the system.
According to Rancière, inequality will occur whenever classification exists in whatever situation. In regards to the inequality, there is an alternative that could potentially solve this issue. This could be solved if the subject in their political position participates actively in gaining their equality. For instance, subject can do a tangible dissensus in declassification.
In this case, it does not necessarily mean that a police could be removed. It would be better if we do investigation frequently to reveal something that is hidden in the police. Dissensus is a way to confronting partition of the sensibility through the active participation in achieving equality as a political subject. These efforts are form of political democracy as a dissensus process.
This thesis aims to remind us about the importance of including the entire subject in the democracy system, and thus, every subject can achieve its equality actively. The aspiration in this thesis is a criticism toward democracy system that eliminates subjects in the system.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43070
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nakamura, Hajime
Tokyo: Kokusai Bunka Shinkokai, 1969
181.12 HAJ h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nakamura, Hajime
Tokyo: Kokusai Bunka Shinkokai, 1969
181.12 HAJ h II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oktania Tri Hastuti
"Militer dan politik tidak dapat dipisahkan. Reformasi tidak menghilangkan dwi fungsi militer walaupun ada perubahan paradigma yang dilakukan militer untuk mengubah gambaran represif yang sudah tertanam. Dwi fungsi membuat militer memiliki kesempatan yang lebih besar dibanding sipil dalam perpolitikan Indonesia. Hegemoni merupakan jalan yang ditempuh militer untuk melakukan dominasi terhadap sipil. Hegemoni memerlukan konsensus aktif dari sipil. Dengan adanya hegemoni dan ditambah dengan kurangnya kesadaran kritis sipil, popular consciousness akan mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin dari kalangan militer.

Military and politics are inseparable. Reform does not eliminate the dual function even though the military made their paradigm shift to transform the image of repressive military that has been embedded. Dual function made the military has a greater chance than civil in Indonesian politics. Hegemony is the path for military to dominate civilian. Hegemony requires an active consensus of civilians. With the hegemony, coupled with the lack of critical awareness of civil, popular consciousness would say that a good leader is the leader from the military."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okvi Elyana
"Pembicaraan mengenai komunitas dalam pemikiran Jean-Luc Nancy sesungguhnya adalah suatu upaya untuk membangkitkan kembali nilai-nilai persaudaraan di dalam masyarakat. Oleh karena itu komunitas yang ideal adalah Ada-Dalam-Kebersamaan. Kondisi ini tidak mensyaratkan manusia untuk menjadi sama, melainkan untuk menciptakan pemahaman bahwa setiap manusia memiliki perbedaan yang tidak dapat diatasi, bahkan dengan menciptakan persamaan. Komunitas justru hadir dari kesadaran akan perbedaan yang menjadi landasan untuk saling menghormati manusia yang senantiasa hidup bersama. Ada-Dalam- Kebersamaan tidak pernah mencapai titik akhir karena yang dibutuhkan adalah proses untuk selalu berada di Dalam kebersamaan. Maka sesungguhnya komunitas di dalam pemikiran Nancy memiliki dimensi utopia yang tidak mungkin terwujud karena selalu bergerak ke tempat-tempat berbeda. Namun ketidakmungkinan ini justru menciptakan kemungkinan agar senantiasa berada dalam proses mendekatinya. Hal ini karena ketika sesuatu dapat diwujudkan,maka ia bukanlah sebuah utopia.

In his discourse about community, Jean-Luc Nancy elucidating an effort to reviving the notion of fraternity in society. Therefore the ideal form of community is the state of Being-In-Common. This condition does not require every person to be the same, but rather to bring an understanding that each person has his own differences which is ceaselessly incomprehensible for one another, thus cannot be solved with an idea about sameness. By this perceptive, community takes place in the very awareness of this understanding about difference as a value-ground for each person to be able to live together. Being-In-Common would never come to an end because its main idea stands in the never-ending process of it, that is to always be In common. Hence community in Nancy's thought will always be in an utopian dimension since it can never be finally achieved. But this impossibility to reach the final purpose is exactly the thing that opens up the possibility for an endless attempt to pursue it. For when something has completely achieved, then it is no more can be called as utopia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42802
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Purwanto
"Mimpi merupakan bahasa simbolik dari ketidaksadaran manusia. Dalam proses individuasi, mimpi merepresentasikan motif-motif yng merupakan manifestasi dari arketipe. Representasi inilah yang mengkonfrontasikan ego dengan arketipenya tersebut. Film Inception menggambarkan konfrontasi ini dalam relasi antara tokoh protagonis dan antagonisnya. Dengan konfrontasi ini, ego menyadari dirinya pada konsep Diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Psikologi Analitis Carl Gustav Jung.

Dream is the symbolic language of human’s unconsciousness. In the individuation, dream represents motives that are manifestation from archetype. This representation confronts ego with archetypes. The film Inception shows this confrontation in a relation between the protagonist and antagonist character. By this confrontation, the ego realizes itself with the concept of The Self. The method used in this research is Carl Gustav Jung’s Analytical Psychology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raju, P.T.
London: George Allen and Unwin, 1953
181.4 RAJ i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cohen, Morris R.
Glencoe, Illinois : Free Press, 1954
153 COH a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>