Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Aris Munandar
Bogor: Padepokan Giri Sunda Pura Sindangbarang, 2007
913.598 AGU s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Septiani
"Pada penelitian-penelitian mengenai aktivis keagamaan, terdapat lima unsur yang diteliti, yaitu emosi, sistem kepercayaan, sistem ritus dan upacara,peralatan upacara, dan umat. Maka, dalam penelitian ini membahas tentang aktivitas keagamaan masyarakat Sunda Kuna pada abad ke-14 hingga awal abad ke-16 Masihe yang menghubungkan pada tiga unsur saja, yaitu sistem kepercayaan, sistem ritus dan upacara, dan peralatan upacara.

In the study of religius activities, there eis five elements that has been researched. They are emotions, beliefs, ritus and ceremony, ceremony tools, and people of ceremony. Thus, this study is about Sudaness religy activities in the fourhteen century until the beginning of sixteen century, in corelating to three elements, thay are beliefs: ritus and ceremony, and ceremony tools."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11991
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Amalia Susamto
"Serentaun Rekonstruktif merupakan upacara seremonial tahunan masyarakat Sunda di Sindangbarang, Kabupaten Bogor. Upacara ini berasal kebudayaan masyarakat agraris, yang direvitalisasi untuk dikomodifikasikan dalam pembangunan pariwisata budaya.
Persoalannya adalah Serentaun Rekonstruktif tidak benar-benar budaya lokal. Politik komodifikasi budaya dalam ruang global telah menghibridakan lokal-global, sehingga merusak otoritas kemurnian keduanya. Lokal yang terikat lokalitas geografis yang sempit dan kesakralan tradisi menjadi lokalitas imajiner dalam ruang global melalui teknologi informasi global yang menguniversalkan semua menjadi produk di bawah pasar modal menjadi ruang global yang dimanfaatkan untuk merepresentasikan identitas budaya Sunda. Ruang ketiga lokal-global menghasilkan hubungan tarik menarik yang akhirnya cenderung pada keuntungan pihak yang mempunyai modal.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa Serentaun Rekonstruktif yang menghibridakan budaya lokal-global telah merusak otoritas kemurnian lokal dan global yang universal di bawah modal. Penelitian ini juga membuktikan bahwa gerakan politik ekonomi yang mengkomodifikasi budaya tradisional di ranah lokal dalam ruang kapitalisme global menguntungkan pihak transnasional yang memiliki korporasi modal.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggali upacara Serentaun yang telah masuk dalam pasar pariwisata dan hubungannya dengan subjek budaya, sebab penggalian mendalam melihat permasalahan sebagai sesuatu yang lebih kompleks.
Hasil akhir penelitian ini membuktikan bahwa hibrida lokal-global telah meruntuhkan lokal-global menjadi tidak kedua-duanya. Ruang ketiga dalam relasi kuasa lokal-global menghadirkan tegangan yang tarik-menarik untuk menjadi dominan. Dalam relasi kuasa tersebut pemerintah nasional dan daerah cenderung memberi kesempatan pada korporasi modal transnasional untuk mendapatkan keuntungan.

Reconstructive Serentaun is a yearly ritual ceremony of Sundanese society in Sindangbarang , Bogor. This ceremony is rooted from the society agrarian culture which revitalized to be comodified in line with the development of cultural tourism.
The problem is that Reconstructive Serentaun is not authentic local culture. The politic of cultural comodification in the global space has mixed local-global, as result it deconstructed the authority of them. The local that bound in particular narrow geographic, bound the sacred, becomes imaginary local in the global space through information technology. The global that universalizing all in the name of market capital become global that is used by sundanesse Serentaun culture represents its identity. The third space from local-global causes the tension that finally tend to benefit the capital corporation side.
This study aims to prove that Reconstructive Serentaun that hybrid local -global culture has deconstructed the authority of authentic local and universalized global through capital. To prove that economic political movement that comodify traditional cultural in the local area in global capitalism benefit the side whose transnational capital corporation.
This study uses qualitative method to dig into the ceremony of Serentaun which has entered into the tourism market and the relation with cultural subject. This is done because deep inquiry could see a problem as something from a more complex side.
The result of the study shows that hybrid local-global has deconstructed where local and global don?t become either local or global. The third space is in the tension to contest who becomes the dominant. In the power relation local-global, the national and region government tend to give more chance to transnational capital dominating the beneficial local-global."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T24451
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Kerajaan Sunda (abad 14--15 H) merupakan Salah satu kerajaan kuna
yang berkembang di.Jawa Barat dalam masa Hindu-Buddha. Berdasan-
kan sumber-sumber sejarah yang sangat terbatas dapat Uiketahui
bahwa kerajaan ini merdeka dan berdaulat penuh tidak berada di
bawah -payung kekuasaan Majapahit yang berkembang dalam periode
yang sama. Penelitian terhadap perkembangan kerajaan Sunda
sebenarnya telah dilakukan oleh para sarjana, misalnya H.Ten Dam
(1957) parnah mengkaji tentang raja-raja yang memerintah di
Pakwan-Pajajaran (ibu kota kerajaan Sunda); Ayatrohaedi (1978)
yang menégaskan nama kerajaan Sunda bukannya kerajaan Pajajaran;
dan J.Noorduyn (1982) mengkaji naskah Bujangga Hanik, seorang
tokoh agama dari Sunda yang melakukan perjalanan keliling Jawa.
Begitupun kajian seoara umum yang berkenaan dengan sejarah
politik, sosial dan budaya telah pula diuraikan dalam buku
Sejarah Nasional II: Jaman Kuna yang disunting olah Bambang
Sumadiq (1984). Namun penelitian terhadap struktur perwilayahan
kerajaan tersebut secara khusus belum pernah dilakukan hingga
saat ini.
Berdasarkan sumber~sumber tertulis terpilih, laporan orang-orang
Belanda dan interpretasi baru terhadap pendapat para ahli, kajian
ini dapat nenyimpulkan bahwa kerajaan Sunda pqngunyai_ struktur
perwilayahan yang teratur. Raja berkedudukan dihdayeuh, (dayo)
yang merupakan ibu Rota kerajaan. Di tempat §tu bekdirilah
kraton tempat persemayaman raja yang dinamakan Sri Bina Punta
Narayana Hadura Suradipati. Wilayah kerajaan terbagi atas
beberapa "negara daerah? yang dipinpin oleh seorang 'penguasa
daerah. "Negara~negara daerah" itu membawahi lagi zcjumiah
desa/lurah yang dipimpin oleh seorang kepa1a_desa disehnL undo.
Sementara itu sejajar dengan negara duerah terdapat uilayah
keagamaan (Mandala) yang dipimpin oleh seorang HahapandiLa. Di
desa-desa terdapat juga tempat pemujaan yang lebih kecil disebut
Kabuyutan, di tempat itu tinggalah kaum rsi, bhujangga, ruma.
Hengenai keadaan istana Sri Bima Punta Narayana Madura Surndipati
berdasarkan interpretasi nama tiap gedung dan perbandingan dengan
ruang~ruang di kraton Kasepuhan Cirebon, dapat diduga bahwa
istana kerajaan Sunda mirip dengan kraton Kasepuhan. Kumiripan
itu terletak pada arah hadap ke utara, di depan istana ada' alun~
alun, dan fungsi gedung-gedung istana sangat mungkin sama dengan
fungsi ruang-ruang pada`kraton Kasepuhan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LAPEN 03 Ari s
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Rudyansyah
"Perlu dijelaskan, untuk menghindari adanya salah pengertian, bahwa penggolongan yang ada di dalam struktur masyara_kat-Cipayung seperti yang digambarkan penulis, yakni santri dan orang biasa atau orang kebanyakan, bukanlah suatu kategori yang absolut. Penggolongan itu dibuat berdasarkan adanya perbedaan pandangan hidup dari dua sistem kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat Cipayung; dan penulis gambar_kan dalam keadaan yang ideal atau dengan kata lain ditampil_kan di dalam perwujudannnya yang sempurna. Hal itu penulis lakukan karena, sejauh yang penulis ketahui, tidak ada jalan lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan dinamika dari kehidupan masyarakat Cipayung.Dinamika yang ada di dalam masyarakat Cipayung itu se_lalu berkisar antara masalah-masalah yang timbul karena ada_nya orang-orang yang menggunakan ajaran-ajaran moral dari kepercayaan setempat di satu pihak dan orang-orang yang menggunakan ajaran-ajaran moral dari agama Islam di dalam melihat dan menanggapi kehidupan ini di pihak lain. Oran--orang yang mengisi penggolongan dari struktur sosial itu mungkin saja untuk berubah-ubah, tetapi struktur sosial yang diwujudkannya selalu demikian. Konflik-konflik yang tim_bul dalam masyarakat Cipayung pada umumnya dapat dikembaliknn kepada masalah itu satu pihak menekankan konsepsi mereka_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Girimukti Pasaka, 1984
306.49 MAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bahtiar Effendy
Jakarta: Galang Press, 2001
297.63 BAH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Pusat Bahasa , 2004
306.44 PRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
A. Surjadi
Bandung: Alumni, 1985
306.49 SUR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>