Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86675 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Koos Siti Rochmani
Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1995
930.1 KOO u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
"ABSTRAK
Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu-Budha terbesar yang pernah berperan dalam abad 13-15 di wilayah Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Namun kebesaran tersebut umumnya dikaitkan dengan aspek sejarah, geo-politik, agama maupun kesenian, sedangkan gambaran tentang permukimannya masih sedikit sekali diketahui. Padahal sebagaimana dikemukakan Gordon R. Willey:
"....settlement patterns are, to a large extent, directly shaped by widely
held cultural needs, they offer a strategic starting point for the functional interpretation of archaeological cultures.... " (Willey 1953)
Dengan ungkapan tokoh arkeologi permukiman tersebut jelaslah bahwa pola permukiman merupakan awal yang strategis untuk memahami berbagai aspek budaya dari masyarakat pendukungnya, meliputi sistem teknologi, sistem sosial, dan sistem ideologi. Pala permukiman merupakan wilayah kajian yang diteliti oleh berbagai disiplin selain arkeologi, seperti: antropologi, sejarah, sosiologi, dan arsitektur. Dengan kata lain kajian permukiman merupakan tempat bertemunya berbagai peniikiran dari sejumlah disiplin. Sifat multidisipliner inilah yang mengharuskan arkeologi menggali dan menjajikan data dari kebudayaan mesa lalu untuk selanjutnya dimanfaatkan oleh berbagai disiplin lain.
Sumber-sumber sejarah seperti karya sastra, prasasti, berita asing dan relief relief pada candi memang telah membantu kita mengetahui sebagian kecil atau beberapa hal mengenai permukiman di Majapahit, tetapi gambaran tersebut hanyalah bersifat umum dan belum tentu terkait dengan pemukiman di situs Trowulan. Oleh sebab itu untuk memperoleh bukti konkret yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable) mengenai permukiman Majapahit di situs Trowulan diperlukan tipe penelitian arkeologi dengan cara ekskavasi (digging research).
Situs Trowulan yang letaknya lebih kurang 10 km di sebelah tenggara Mojokerto adalah sebuah situs yang berdasarkan penelitian regional terakhir (Mundardjito dkk. 1995) memiliki luas lebih kurang 9 x 11 km. Sedemikian luasnya sehingga dapat difahami jika sites ini dikategorikan oleh para peneliti sebagai situskota. Kitab Nagarakertagama memberikan gambaran umum tentang pola perkotaan ibukota Majapahit, tetapi struktur setiap satuan bangunannya atau gugusannya tidak dapat diketahui secara pasti. Relief-relief candi memberi bantuan untuk memahami bentuk umum suatu satuan bangunan, tetapi sifatnya yang terbatas tidak memungkinkannya untuk memberikan rincian dari unsur-unsur bangunan itu.
Selain data sejarah (historical record) kita masih dapat memanfaatkan data lain, yaitu artefak-artefak, untuk memahami secara lebih faktual dan jelas mengenai pola permukiman masyarakat Majapahit. Sebagaimana diketahui Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buda terakhir yang berkuasa sekitar 200 tahun (1293-1478), dan sites Trowulan adalah satu-satunya contoh situs-kota dari masa Hindu-Buda yang sisa-sisa pemukimannya masih dapat kita lihat sekarang (Bandingkan dengan lokasi sejumlah situs-kota yang sampai kinibelum diketahui seperti dari: kerajaan Mulawarman abad 5 di Kalimantan Timur, Tarumanagara abad 6 di Jawa Barat, Sriwijaya abad 7 di Sumatera, Mataram abad 7--10 di Jawa Tengah, Kediri abad I I dan Singhasari abad 12 di Jawa Timur). Di situs Trowulan, yang merupakan wakil utama dari sisa kegiatan manusia Majapahit, ditemukan sejumlah indikator penting yang dapat membantu kita memahami aspek-aspek permukiman dalam skala mikro secara lebih jelas. Indikator tersebut antara lain berupa sisa-sisa struktur, bailk dari sebuah unit bangunan (household) maupun dari gugusan bangunan (household cluster). Sebagai suatu himpunan temuan data tersebut sesungguhnya mencerminkan satu bagian dari suatu sistem yang kompleks, yaitu sistem kehidupan masyarakat kota Majapahit yang lebih menyeluruh. ltulah sebabnya usaha penelitian yang diawali dari data arkeologi yang paling dasar dalam skala mikro, dapat memberikan sumbangan yang sangat penting untuk memberi isi kepada gambaran dari satuan pemukiman yang lebih besar.
Usaha untuk merekonstruksi pola permukiman ibukota Majapahit telah dilakukan. Namun usaha-usaha tersebut dihadapkan pada banyak masalah. Bukti-bukti fisik yang hingga kini diyakini sebagai sisa ibukota Majapahit tidak menunjukkan kesesuaian dengan uraian sumber-sumber tertulis mengenai tempat tersebut. Usaha untuk menjawab masalah-masalah tersebut tentu tidak dapat dilaksanakan seketika, melainkan memerlukan perencanaan penelitian bertahap dan perlu melibatkan sejumlah disiplin. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Arifin
"Perkembangan manusia tidak hanya ditandai dengan pertambahan, jumlah populasi, tetapi juga peningkatan kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hubungan manusia dengan lingkungan fisik dan alamnya tidaklah semata-mata terwujud sebagai hubungan ketergantungan manusia terhadap lingkungannya, tetapi juga terwujud sebagai suatu hubungan di mama manusia mempengaruhi dan merubah lingkungannya (Suparlan 1980:20). Hubungan timbal balik amat menarik untuk dipelajari. Sebagai contoh dapat dilihat di situs Trowulan yang dianggap sebagai bekas pusat kerajaan Majapahit.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Maclaine Pont. mambawa pada kesimpulan bahwa kota Majapahit pada awalnya merupakan daerah yang senantiasa dilanda banjir. Bencana tersebut berasal dan 1uapan air dan lahar gunung berapi yang berada di selatan dan tenggara kota tersebut. Tetapi berkat pembangunan beberapa buah waduk dan saluran-saluran air yang dapat menampung, serta mengalihkan luapan air dan lahar tersebut ke tempat lain, bahaya tersebut dapat..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osrifoel Oesman
"Selama ini para ahli yang mempelajari bangunan kuno di Indonesia, termasuk arkeolog dan arsitek, cenderung memusatkan perhatiannya pada bangunan suci yang dikenal dengan istilah candi. Penelitian terhadap bangunan kuno yang jumlahnya ratusan itu tidak diimbangi oleh usaha-usaha melakukan penelitian terhadap bangunan yang bukan candi seperti bangunan hunian biasa (dwelling house). Hai ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa bangunan suci pada umumnya dibuat dari bahan yang tahan lama sehingga masih dapat dilihat wujudnya dengan jelas hingga kini.
Sebagaimana diketahui, di lama misalnya, hingga kini masih dapat dilihat sejumlah besar tinggalan masa lalu berupa candi terutama dari masa Hindu-Buda. Sebaliknya, tidak satu pun bangunan hunian dari masa tersebut yang dapat disaksikan. Bukti-bukti arkeologis pun belum dapat memberi keterangan yang dapat menjelaskan bagaimana sesungguhnya ukuran denah dan bentuk arsitektur bangunan hunian pada masa Hindu-Buda tersebut. Padahal sudah lama para ahli menyadari pentingnya pengkajian atas bangunan hunian sebagai satuan terkecil dari suatu sistem permukiman yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan memahami perilaku dan gagasan orang pada masa lalu.
Kecenderungan perhatian yang tidak seimbang itu juga terdapat di beberapa bagian dunia, misalnya di Mesir, Yunani, dan Italia di belahan barat dunia, dan Cina serta Jepang di belahan timur. Tinggalan bangunan-bangunan monumental berupa The Great Pyramid of Giza sampai kini masih berdiri tegak di Mesir, Temple of Artemis dan Parthenon di Yunani, Pantheon dan Colosseum di Roma, Great Temple of Canton di Cina, dan Todaji Shrine serta Zen Buddhist Temple di Jepang (Sagenal dan Jonathan Meades 1980:6--7).
Tidak seperti jenis bangunan-bangunan tersebut yang didirikan dengan rancang bangun yang canggih dan akurat, tinggalan berupa bangunan hunian masa lalu pada umumnya masih bersifat sederhana selain juga jumlahnya sedikit, misalnya (1) hunian atau tempat pernaungan (shelter) di Qlduvai Gorge, Tanzania, yang ditemukan oleh Louis Leaky memperlihatkan unsur-unsur batu berbentuk setengah lingkaran yang mungkin menjadi tempat penahan angin dan dapat dianggap sebagai prototipe sebuah gubug dengan lebar lebih kurang 2 meter (Rapoport 1979:11); hunian tertua di dunia itu diperkirakan berasal dari 1,5--2,0 juta tahun lalu (Howell 1976); (2) bekas suatu gugusan tempat pernaungan manusia yang denahnya berbentuk bujur telur dengan satu tiang terdapat di Terra Amata, dekat kota Nice di selatan Perancis, yang diperkirakan lebih kurang 300.000 tahun lalu; (3) suatu bekas pemukiman tetap yang di dalamnya terdapat sejumlah tempat tinggal, peralatan, kuburan manusia dan hewan peliharaan, serta tempat upacara, yang ditemukan daiam penggalian oleh Stuart Strueven di Koster Illinois, St. Louis, Amerika Serikat, yang diduga berasal dari 7,000 tahun sebelum Masehi; (4) sebuah pemukiman dari komunitas bersahaja dijumpai pula di Stonehenge, Inggris, lebih kurang 4.000 tahun -sebelum Masehi; bahkan bekas suatu bangunan kayu yang ditemukan dan diduga berasal dari 2.500 tahun sebelum Masehi, bergaris tengah sekitar 40 meter."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
"Penelitian ini termasuk ke dalam kajian khusus yang dalam ilmu arkeologi dikenal sebagai arkeologi-permukiman (settlement archaeology) yang dewasa ini masih langka dikaji di Indonesia sebagai akibat ketiadaan data konkret berupa sisa bangunan rumah tinggal karena pengaruh lingkungan alam dan kegiatan manusia yang destruktif. Fokus penelitian ini adalah pola dan sistem permukiman yang terutama mengkaji: (1) bentuk konfigurasi sebaran ruang dan benda temuan; dan (2) hubungan antar ruang dan antar benda-benda arkeologi. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah memberikan sumbangan baru bagi pengetahuan kita mengenai kebudayaan dan masyarakat masa lalu, khususnya dalam bidang arkeologi-permukiman masa Hindu-Budha di Jawa Timur, ditinjau dari sistem teknologi, sistem sosial dan sistem ideologi.
Sasaran khusus yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah: (1) rekonstruksi bentuk rumah tinggal masa lalu di kota Majapahit di Trowulan yang belum pernah diketahui, (2) struktur permukiman dan fungsi masing-masing bagian dari pemukiman itu, serta (3) perkiraan demografi dan organisasi sosial yang belum pernah diketahui secara jelas.
Selanjutnya kearifan teknologi dan lingkungan dari masyarakat Majapahit masa lalu misalnya, dapat dijadikan contoh dari kejatidirian khas bangsa kita yang dapat memperkokoh kebanggaan nasional dan rasa percaya diri dari setiap insan pembangunan dalam menyongsong hari depan bangsa. Selain itu, program-program pelestarian dan kepariwisataan di situs kota Majapahit dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi penduduk setempat dan pemasukan devisa negara non-minyak. Demikianlah penelitian ini dimaksudkan untuk pengembangan teori dan pengetahuan (akademik), pembangunan spiritual bangsa (ideologik), dan peningkatan ekonomi melalui kepariwisataan (ekonomik)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Andriani
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata budaya Museum Majapahit dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Museum Majapahit. Penilaian ekonomi terhadap Museum Majapahit ini menggunakan data primer hasil survei terhadap 181 pengunjung dengan menggunakan metode pendekatan Travel Cost Method (TCM) untuk mengestimasi willingness to pay (WTP) dan valuasi ekonomi. Dengan menggunakan metode regresi Ordinary Least Square (OLS) dan Poisson Regression (PR), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai ekonomi wisata budaya Museum Majapahit mempunyai potensi nilai sebesar Rp. 92.045.361,- (pada OLS) dan Rp. 174.943.226,- (pada PR) apabila WTP pengunjung yaitu Rp. 2.046,18,- (pada OLS) dan Rp. 3.889,01,- (pada PR). Namun, tiket masuk yang diterapkan saat ini adalah Rp. 5.000,-. sehingga, WTP berada dibawah tarif resmi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan adalah biaya perjalanan, zona, dan lokasi substitusi. Rekomendasi yang diberikan sebaiknya untuk beberapa tahun ke depan tiket masuk museum tidak dinaikkan.

ABSTRACT
This study aims to estimate the economic value of cultural tourism of Majapahit Museum, and analyze factors that influencing visitor's number of Majapahit Museum. The economic valuation uses primary data from 181 respondents, and apllies The Travel Cost Method (TCM) to estimate willingness to pay (WTP) and economic valuation. By using Ordinary Least Square regression (OLS) and Poisson Regression (PR), the results estimates the economic value between 92,045 million rupiah (in OLS) and 174,9 million rupiah (in PR) per year, where the entrance fee in accordance with the visitor?s WTP is 2.046,18 rupiah (in OLS) and 3.889,01 rupiah (in PR). The value of visitor?s WTP is under 5 thousands rupiah which the entrance fee applied at this time. Factors affecting number of visits include the cost of travel, zone, and substitution. The recommendation given for local government in the next few years the museum entrance fee should not raised.;This study aims to estimate the economic value of cultural tourism of Majapahit Museum, and analyze factors that influencing visitor?s number of Majapahit Museum. The economic valuation uses primary data from 181 respondents, and apllies The Travel Cost Method (TCM) to estimate willingness to pay (WTP) and economic valuation. By using Ordinary Least Square regression (OLS) and Poisson Regression (PR), the results estimates the economic value between 92,045 million rupiah (in OLS) and 174,9 million rupiah (in PR) per year, where the entrance fee in accordance with the visitor?s WTP is 2.046,18 rupiah (in OLS) and 3.889,01 rupiah (in PR). The value of visitor?s WTP is under 5 thousands rupiah which the entrance fee applied at this time. Factors affecting number of visits include the cost of travel, zone, and substitution. The recommendation given for local government in the next few years the museum entrance fee should not raised., This study aims to estimate the economic value of cultural tourism of Majapahit Museum, and analyze factors that influencing visitor’s number of Majapahit Museum. The economic valuation uses primary data from 181 respondents, and apllies The Travel Cost Method (TCM) to estimate willingness to pay (WTP) and economic valuation. By using Ordinary Least Square regression (OLS) and Poisson Regression (PR), the results estimates the economic value between 92,045 million rupiah (in OLS) and 174,9 million rupiah (in PR) per year, where the entrance fee in accordance with the visitor’s WTP is 2.046,18 rupiah (in OLS) and 3.889,01 rupiah (in PR). The value of visitor’s WTP is under 5 thousands rupiah which the entrance fee applied at this time. Factors affecting number of visits include the cost of travel, zone, and substitution. The recommendation given for local government in the next few years the museum entrance fee should not raised.]"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Dirjen Kebudayaan, 1986
939.92 IND r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chaksana A. H. Said
"ABSTRAK. Skripsi ini membahas artefak umpak-umpak batu yang berada situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Penekanan utama penelitian ini adalah pada usaha menggabungkan atau mengklasifikasikan sejumlah umpak-umpak batu yang berada di situs Trowulan. Umpak tersebut selama ini belum pernah diteliti. Sebabnya antara lain adalah karena kondisinya sebagai data arkeologi dianggap kurang dapat memberi informasi tentang masyarakat pemakainya di masa lalu. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa umpak-umpak batu di Trowulan sebagian besar berada dalam keadaan dimana konteks ruang dan waktunya sudah rancu dan menjadi terlalu global. Dengan menganggap bahwa seperti apapun_kondisi suatu peninggalan, ia tetap merupakan data, maka peneliti.an ini berusaha menghadirkan informasi sabyektif mengenai umpak, sebagai salah satu usaha. 'memeras' pengetahuan lebih lanjut mengenai masyarakat pemakainya. Untuk maksud tersebut pada tahap awal penelitian ini dilakukan pengelompokkan bedasarkan jenis-jenisnya. Jenis-jenis ini di.peroleh berdasarkan penguraian atribut_atribut pilihan pada tiap umpak yang dijadikan sampel, untuk kemudian dikorelasikan satu sama lain melalui Labulasi silang. Dengan Cara demikian diperoleh korelasi atribut-atribut umpak-umpak yang sesungguhnya menjadi pembentuk ciri pada masing-masing umpak. Bedasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan ciri itulah ciri-ciri masing-masing umpak diperoleh. Pada tahap berikutnya dicoba untuk meninjau kemungkinan hubungan antara jumlah (frekuensi) jenis-_jenis umpak dengan masyarakat yang memakainya dengan menggunakan asumsi-asumsi empirik tertentu. Hasil penelitian selain menghadirkan pengetahuan awal tentang jenis-jenis umpak yang ada di situs Trowulan, juga membuktikan bahwa mernperoleh intormasi dari suatu data sesungguhnya lebih ditentukan oloh cara mengolah data yang dipilih. Metode-metode yang ada juga sesungguhnya masih bisa dikembangkan sendiri oleh peneliti secara bertanggung jawab, bedasarkan kebutuhan-kebutuhan tujuan penelitannya. Selain itu secara tak langsung, hasil penelitian ini ikut membuka dasar dan kemungkinan untuk penelitian lanjutan yang lebih mendalam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muhlisin
Bantul, Yogyakarta: Araska, 2017
959.82 MUH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Widiati
"ABSTRAK
Trowulan adalah sebuah situs besar yang terletak di dalam wilayah Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur. Di dalam situs ini yang luasnya diperkirakan 10 X 10 kilometer terdapat sejumlah bangunan kuna Diantaranya ada sebuah bangunan yang dikenal penduduk sebagai Kubur Panggung.
Situs Kubur Panggung terletak di dukuh Nglingguk, Ke_lurahan Trowulan, Kecamatan Trowulan..Tempat tersebut dapat dicapai melalui jalan desa Trowulan-Troloyo yang membentang dari arah utara ke selatan pada kilometer 13 dari jalan raya Surabaya-Jombang .Lokasi tersebut ter_letak lebih kurang 2 kilometer di sebelah selatan dari ja_lan raya tersebut dan berada di sisi barat dari jalan de_sa .
Kubur Panggung adalah nama yang diberikan penduduk se_tempat terhadap suatu kompleks makam. Salah satu di antara makam-makam tersebut letaknya lebih tinggi...

"
1985
S12080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>