Ditemukan 55452 dokumen yang sesuai dengan query
Sunardjo Haditjaroko
Jakarta : Djambatan, 1997
899.221 SUN r
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sunardjo Haditjaroko
Jakarta: Djambatan, 1961
899.221 SUN r
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Astri Prawita
"Latar belakang penelitian ini adalah untuk memaparkan pertunjukan Wayang Potehi secara jelas mulai dari asal-usul Wayang Potehi, penjelasan mengenai pertunjukan Wayang Potehi serta fungsi pertunjukan Wayang Potehi. Selain itu latar belakang dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa eksistensi pertunjukan Wayang Potehi di Jakarta masih ada sejak masa kolonial hingga saat ini meskipun peminatnya mengalami penurunan dan sempat tidak diizinkan untuk tampil di depan publik semasa zaman orde baru, serta membuktikan bahwa pemain Wayang Potehi yang bukan masyarakat Tionghoa tidak terpengaruh dengan adanya stereotip negatif tentang msayarakat Tionghoa di Indonesia. Adapun manfaat penelitian ini adalah manfaat praktis yang dapat memberikan sumbangan pemikiran, berupa pengetahuan mengenai pertunjukan Wayang Potehi dan perkembangannya mulai dari masa kolonial sampai saat ini dan manfaat teoritis yang diharapkan dapat menjadi penjelasan nyata yang bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan penulisan dan pemikiran. Berdasarkan penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pertunjukan Wayang Potehi merupakan kesenian yang telah berakulturasi dengan kebudayaan Jawa, dalam perkembangannya ia telah melakukan beberapa perubahan dalam pertunjukannya untuk dapat menyesuaikan dengan kebudayaan setempat. Sampai saat ini pertunjukan Wayang Potehi masih sering digelar meskipun mengalami penurunan jumlah penonton.
The background of this research is to explain Wayang Potehi show clearly starting from the history of Wayang Potehi, explanation about Wayang Potehi show and the function of the show. Besides that, the background of this research is to to prove that the existence of Wayang Potehi show has been on going since colonial era until now, although the number of interested person is declining and even once upon a time, it was not allowed to perform in public show in new order era, and also to prove that the player of Wayang Potehi who are not Chinese, are not affected by the negative stereotype about Chinese society in Indonesia. As for the benefit of this research is beneficial practice which can provide thoughtful contribution of knowledge about Wayang Potehi Show and its development since colonial era until now and theoretical benefits which is expected to be an actual explanation that has benefits to the readers as a writing material and thought. Based on this research, it can be concluded that Wayang Potehi show is the culture that has been acculturated with Java culture, in its development it has made some changes in the show to adapt with the local culture. Although the number of audience is decreasing, but Wayang Potehi show is still performed until now."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Woro Aryandini
Jakarta: UI-Press, 2002
181.19 WOR w
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Diani Vanijjya
"Alih wahana merupakan konsep peralihan media dari satu jenis kesenian menjadi kesenian lain. Penelitian ini membahas alih wahana Pertunjukan Sendratari Ramayana Bali berdasarkan tiga epos Ramayana karya P. Lal, C. Rajagopalachari, dan Nyoman S. Pendit. Pertunjukan Sendratari Ramayana Bali menarik untuk diteliti karena berbeda dengan Sendratari Ramayana lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya kombinasi sendratari tersebut dengan Tari Kecak yang menjadi ciri khas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan alih wahana Pertunjukan Sendratri Ramayana Bali dari segi penokohan, alur cerita, penyajian cerita, dan struktur pertunjukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sementara itu, teori dalam penelitian ini adalah seni pertunjukan oleh Jaeni dan alih wahana oleh Damono. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sendratari Ramayana Bali merupakan hasil alih wahana kombinasi dari tiga epos Ramayana karya P. Lal, C. Rajagopalachari, dan Nyoman S. Pendit. Jika dilihat dari keseluruhan pertunjukan, alur cerita yang diangkat lebih dominan kemiripan dengan epos Kitab Ramayana karya C. Rajagopalachari.
Transformation is a concept of media transfer from one type of art to another. This research discusses about the transformation of Balinese Ramayana Ballet Show based on three Ramayana Epics by P. Lal, C. Rajagopalachari, and Nyoman S. Pendit. The Balinese Ramayana Ballet performance is interesting to study because it is different from other Ramayana Ballet performance in Indonesia. This is due to the combination of the ballet with Kecak Dance which is become the characteristic of its performance. The purpose of this research is to explain the transformation of Balinese Ramayana Ballet performance in terms of characterization, story line, story presentation, and performance structure. The method used in this research is descriptive qualitative. Meanwhile, the theory in this research is the performing arts by Jaeni and the transformation by Damono. The result of this research indicate that Balinese Ramayana Ballet is the outcome from the combination of three Ramayana Epics by P. Lal, C. Rajagopalachari, and Nyoman S. Pendit. From the whole performance, it can be seen that the storyline is more similar to the epic of the Ramayana Book by C. Rajagopalachari."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Vania Irawan
"Pertunjukan wayang kulit merupakan pertunjukan wayang yang sudah dikenal secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya dan telah ada sejak ± 1500 SM. Pertunjukan wayang juga menjadi salah satu mata pencaharian bagi sebagian orang terutama dalang. Namun semenjak terjadi pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan berlakunya ketentuan mengenai PSBB, segala pertunjukan langsung beralih menjadi pertunjukan secara virtual dan salah satunya melalui Youtube. Hal tersebut berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertunjukan wayang itu sendiri dan kepada para seniman pertunjukan wayang terutama dalang. Salah satu dampaknya adalah mengenai kejelasan kedudukan pertunjukan wayang dan kedudukan dalang dalam pertunjukan wayang yang dilakukan secara virtual melalui Youtube berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat tiga rumusan masalah antara lain (1) apakah pertunjukan wayang yang dilindungi dalam UUHC termasuk ke dalam ekspresi budaya tradisional atau ciptaan?; (2) bagaimana kedudukan dalang dalam UUHC?; dan (3) apa saja tindakan yang dapat dilakukan oleh dalang jika terjadi pelanggaran hak cipta atas video pertunjukan wayang kulit miliknya didasarkan pada ketentuan Youtube dan dibandingkan dengan UUHC? Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, menggunakan bahan hukum primer dan sekunder, dan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara penelitian kepustakaan. Pertunjukan wayang dalam UUHC termasuk ke dalam EBT maupun ciptaan. Pertunjukan wayang sebagai salah satu EBT dirumuskan dalam Penjelasan Pasal 38 ayat (1) huruf d, dan sebagai ciptaan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 40 ayat (1) huruf e. Kemudian mengenai kedudukan dalang dalam UUHC, tergantung kepada kedudukan pertunjukan wayang itu sendiri. Apabila pertunjukan wayang termasuk EBT maka dalang berkedudukan sebagai pelaku pertunjukan. Namun apabila pertunjukan wayang termasuk ciptaan maka dalang berkedudukan sebagai pencipta, pemegang hak cipta, maupun pelaku pertunjukan. Terakhir, mengenai tindakan yang dapat dilakukan oleh dalang apabila terjadi pelanggaran hak cipta atas video pertunjukan wayang kulit yang didasarkan pada ketentuan Youtube yang dibandingkan dengan UUHC. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh dalang adalah mendapatkan content ID, melakukan monetisasi, mengisi formulir web untuk penghapusan karena pelanggaran hak cipta
The leather shadow puppet show has been known for generations and has existed since ± 1500 BC. Puppet shows are also a source of livelihood for some people, especially the master puppeteer or known as dalang. However, since the Covid-19 pandemic in 2020 and the enactment of the provisions regarding PSBB, all live performances turned into virtual shows via Youtube. That brings impacts both directly and indirectly on the shadow puppet show itself and the artists, especially the puppeteers. One of the impacts is about the puppet show’s standing and puppeteer’s standing in the virtual puppet show via Youtube based on Law Number 28 of 2014 concerning Copyright. Based on this explanation, there are three matters such as, (1) are the shadow puppet shows defined as traditional cultural expressions or works under Copyright Law?; (2) how is the puppeteer’s standing based on Copyright Law?; and (3) what kind of actions can be taken by the puppeteer if there is a copyright infringement on his leather shadow puppet performance video based on the provisions of Youtube and compared to Copyright Law? This research uses normative legal methods, uses primary and secondary legal materials, and data collection in this study is using library research. In Copyright Law, shadow puppet shows are defined as TCE and also as works. Puppet show as one of the TCE is defined in the Explanation of Article 38 paragraph (1) letter d, and as works in Article 40 paragraph (1) letter e. Then regarding the puppeteer’s standing in Copyright Law, it depends on the position of the shadow puppet show itself. If the shadow puppet show is part of TCE then the puppeteer is the performer of the show. However, if the puppet show is defined as work then the puppeteer is the creator, the copyright holder, and the performer. Finally, regarding the actions that can be taken by the puppeteer in case, there is any copyright infringement on the video of their performance based on the provisions of Youtube compared to Copyright Law. The actions that can be taken by the puppeteer are getting a content ID, monetizing, and filling out web forms for removal due to copyright infringement."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ki S.B. Josodharmodjo
Djakarta: The Kosgoro, 1967
899.222 JOS b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Muhammad Ramadhan IP
"Prototype program televisi ini berbentuk rancangan program televisi yang berdurasi total 60 menit. Program “The Cendol Show” ini merupakan suatu program game show yang bertemakan kebudayaan tradisional. Peserta berlomba di daerah-daerah yang ada di Indonesia dalam tiga babak yaitu mencari tutor, bermain kuis rebutan yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai kebudayaan setempat dan bermain permainan tradisional. Peserta dibagi atas tiga tim yang terdiri dari tiga orang. Setiap tim dipimpin oleh kapten yang berasal dari selebritis. Hadiah utama dari permainan ini sebesar Rp. 15.000.000,-.
Program ini bertujuan untuk memberikan tayangan yang berkualitas, menghibur, sekaligus mendidik bagi masyarakat. Melalui program ini, diharapkan masyarakat akan mampu melestarikan budaya yang semakin tergerus dengan adanya kemajuan teknologi. Program ini akan disiarkan secara live on tape setiap satu minggu sekali pada hari Jumat pukul 16.00 WIB di Trans TV. Biaya produksi program ini diperkirakan mencapai Rp. 299.970.000,-
"The Cendol Show" is a 60-minutes program’s prototype. This program bring up traditional culture as it main themes. Contestant will races throughout Indonesia within three stages, find a tutor, playing local content quiz, and playing traditional game. Contestants consist by three teams of participants. In every team there are three people with one captain from celebrity who lead the team. The prize in this program is Rp. 15.000.000,-. This program is intended to give a quality show, entertain the people, and educating public. This program, expected people able to conserve the culture which eroded with the modern technology. This program will be broadcast by Trans TV, live on tape every Friday at 04.00 pm. For its first episode, “The Cendol Show”, production cost is estimated Rp. 299.970.000,-"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
"Naskah yang diberi judul Serat Panji en Jajanturan Wayang ini berisi beberapa teks, yaitu: 1. Janturan Nata Binathara di Jenggala Manik (h.1-9, berupa gancaran atau prosa); 2. Tembung Wangsalan karya PB V (h.10-19); 3. Petikan dari Serat Centhini dalam bentuk tembang (h. 19-20); 4. Petikan-petikan kecil dari cerita Panji (h.20-25); 5. Catatan tentang obat-obatan (crakeri) salinan dari PB IV (h.24-34); 6. Lampahan Ringgit Purwa dalam bentuk tembang dhandhanggula (h.34-45); 7. Cerita tentang Semar naik ke kahyangan diiringi oleh Bagong dalam bentuk tembang asmaradana (h.45-52); 8. Lampahan R. Jayalengkara dalam bentuk tembang macapat (mulai halaman yang terbalik, h.273-65); 9. Cukilan Serat Panitisastra (h.64-53). Naskah ini dibeli Pigeaud di Surakarta pada tanggal 22 November 1930. Bagian Jajanturan Gedhog telah disalin pada tahun 1930. Teks telah dibuatkan ring-kasannya oleh Mandrasastra pada bulan Juli 1932. Daftar pupuh: (1) sinom; (2) durma; (3) pangkur; (4) sinom; (5) kinanthi; (6) asmarandana; (7) duduk; (8) mijil; (9) kinanthi; (10) mijil; (11) sinom; (12) dhandhanggula; (13) pangkur; (14) dru; (15) mijil; (16) megatruh; (17) pangkur; (18) mijil; (19) sinom; (20) asmarandana; (21) dhandhanggula; (22) megatruh; (23) pangkur; (24) mijil; (25) asmarandana; (26) durma; (27) pangkur; (28) sinom; (29) megatruh; (30) mijil; (31) dhandhanggula; (32) dhandhanggula; (33) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.49-NR 137
Naskah Universitas Indonesia Library
Tokyo: Kodansha International, 1986
895.642 SHO I
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library