Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Huzaini Sahib
"ABSTRAK
Dalam kehidupan ekonomi, setiap individu dengan sejumlah alternatif mata pencaharian untuk mendapatkan penghasilan. Menghadapi alternatif yang ada, individu aberhadapan kan menetapkan salah satu yang paling menguntungkan bagi dirinya setelah mengevaluasi alternatif yang ada-dan memperhitungkan lingkungan di mana ia berada. Petani lada di Desa Kembiri, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Propinsi Sumatera Selatan, dengan kondisi ekonomi yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga harus mengeluarkan biaya produksi pertanian lada yang tinggi. Menghadapi permasalahan biaya produksi itu petani harus mengembangkan berbagai strategi untuk mencukupi biaya produksi tersebut. Dalam skripsi ini akan diungkapkan bagaimana petani lada mengusahakan biaya produksi pertanian lada yang tinggi tersebut. Untuk mendapatkan data penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan pengamatan dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap petani lada yang mempunyai modal kerja dengan menggunakan kuesioner dan pedoman masalah wawancara. Pada dasarnya untuk mendapatkan modal kerja lada mengembangkan dua cara. Pertama, memanfaatkan yang ada pada diri mereka sendiri dan potensi alam, mengembangkan hubungan kerja dengan fihak lain, yaitu sama petani sendiri dan dengan fihak-fihak yang hubungan dengan pertanian lada, yaitu pemasok modal. Kondisi ekonomi yang ada pada petani lada mempengaruhi cara yang mereka tempuh untuk mendapatkan modal kerja. Petani yang kondisi ekonominya lemah mengembangkan hubungan dengan sesama petani untuk mendapatkan modal kerja. Petani yang kondisi ekonominya sedang mengembangkan hubungan dengan pemasok modal. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahua; untuk mendapatkan modal kerja petani lada akan memanfaatkan potensi yang ada pada diri mereka sendiri dan alam, Setelah memanfaatkan potensi yang ada pada diri mereka dan alam petani mengembangkan hubungan kerja. Semua itu merupakan strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani lada untuk mendapatkan modal kerja. Dalam mengembangkan strategi tersebut kondisi ekonomi yang dimiliki oleh petani lada mempengaruhi petani untuk memutuskan dengan siapa ia akan berhubungan."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadhi Sanggakala
"Walaupun intensitas penggunaan ruang jalan sebagai ruang interaksi sosial di dalam lingkungan permukiman kampung kota dan perumahan Perumnas cukup tinggi. Aspek rancang kota yang berlaku belum menyentuh potensi tersebut. Panduan pembangunan ruang jalan pemukiman lebih menekankan pada standar lebar jalan.
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam upaya pemberdayaan ruang jalan ataupun pengembangan ruang terbuka lainnya pada permukiman menengah bawah perkotaan, baik pada permukiman kampung kota maupun perumahan Perumnas. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kajian secara kualitatif. Data yang didapat dirumuskan melalui pengamatan terukur (kuantitatif) melalui survey untuk menghitung intensitas interaksi yang terjadi.
Melalui telaah arsitektur yang berperan dalam pernbentukan ruang kota, kajian ini berhasil mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk ruang interaksi pada ruang jalan. Secara terukur (fisik) unsur-unsur pembentuk ruang interaksi meliputi kualitas dan bentuk keterlingkupan, orientasi, tempat duduk, lantai, sinar matahari, iklim, sirkulasi, pejalan kaki, fungsi kegiatan hunian dan komersil, dan elemen pendukung kegiatan. Unsur-unsur fisik tersebut dikaji melalui intensitas interaksi yang terjadi dalam kerangka waktu, kegiatan yang terjadi Serta jenis kelamin dan usia pelaku interaksi.
Ditinjau dari segi titik-titik (spots) ruang kegiatan interaksi yang terjadi, terdapat perbedaan berdasarkan fungsi kegiatan hunian dan fungsi kegiatan komersial (misalnya warung) yang menjadi Iatar interaksi. Ruang interaksi dibentuk oleh elemen atap sebagai peneduh terjadi pada setting fungsi kegiatan hunian dengan jarak sosial pada lebar jalannya. Pada setting fimgsi kegiatan komersil, ruang interaksi yang terjadi ditentukan oleh faktor perletakan atau lokasinya yang efektif berada pada persimpangan jalan. Ditinjau dan bentuk penggal jalan, pembentukan ruang interaksi dipengaruhi oleh keberagaman setting kegiatan yang terjadi, jarak bangunan dan sifat transparansi/keterbukaan, kepadatan serta keberadaan elemen-elemen yang mampu memfasilitasi posisi duduk dan lebar jalan.
Perbedaan ruang interaksi sosial antara pennukiman kampung dan Perumnas mempengaruhi intensitas pembentukan ruang interaksi baik dari jumlah pengguna maupun lamanya waktu penggunaan ruang interaksi itu sendiri.

Even high intensity the use of street space, as a social interaction space in kampong settlement environment & Perumnas settlement, urban design aspect has not been touching its potential. Design guidelines of street space for Settlement just talk about standard on width of street.
These research findings expect to be a consideration in case of street space empowerment, or another open space development at middle-low income settlement in urban area.
The research approach uses qualitative method. All data are from surveying and then it is formulated by quantitative method to count how high its intensity interaction.
By architectural literature observation on urban space typology, its findings are identifying interaction space factors on street space. Physically, interaction space factors are quality and form of enclosure, orientation, place for sitting, floor, sunlight, climate, circulation, pedestrian, activity on settlement and commercial function, supporting activity element. These physical factors are studied by interaction intensity in term of time, activity, sex and age of actors.
Based on interaction activity space spots, there is dilference between settlement activity function and commercial activity function (ex. warung) that become an interaction setting. Interaction space is formed by roof element, as shading, happened on settlement activity function with its special social distance and width of street On commercial activity function setting, interaction space is formed by site and location factors, that effective on street quarter.
Based on street space form, interaction space formation is influenced by diversity of activity setting, building distance and transparency, density and elements that facilitates place for sitting and width of street.
Social interaction space difference between kampong settlement and Perumnas influence intensity of interaction space, which is sum of users and how long their spent times in interaction space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Divya Reinasita
"Kota-kota di Indonesia terintegrasi dengan keragaman dalam permukimannya, bahkan di kota-kota administratif di Jakarta terlihat adanya identitas tertentu dari masing-masing wilayah yang mempengaruhi kehidupan perkotaan. Untuk meningkatkan pengalaman dalam kehidupan perkotaan yakni dengan memiliki komunitas yang hidup berdampingan. Oleh karena itu, keberadaan kampung di dalam kota inilah yang membuat setiap dalam kecamatan memiliki hubungan saling ketergantungan yang mempengaruhi identitas dan aktivitasnya. Hubungan yang saling tergantung itu meliputi latar belakang sosial ekonomi, jaringan, gaya hidup, dan kemungkinan pengaruh dari teori place identity dan assemblage pada urban. Skripsi ini akan membahas studi kasus koeksistensi yang saling berketergantungan di lingkungan urban kampung dan kawasan elit yang berada di Tebet, Jakarta Selatan melalui sejarah, tipologi, dan aktivitas sosial-ekonomi yang bisa mengarahkan kemungkinan adanya dampak interdependensi dalam koeksistensi. Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah kajian literatur dengan observasi langsung.

Cities in Indonesia are integrated with diversity in their settlements, even in administrative cities in Jakarta there is a certain identity from each region that influences urban life. To enhance the experience in urban life is by having a coexisting community. Therefore, the existence of kampung within the city makes each district have a relationship of interdependence that influences their identity and activities. These interdependent relationships include socio-economic background, networks, lifestyles, and the possible influence of place identity and assemblance theories on urban areas. This thesis will discuss a case study of interdependence of coexistence within urban kampung and elite areas in Tebet, South Jakarta through history, typology, and socio-economic activities that can aim at the possibility of interdependence impacts from the coexistence. The method used in this final project is a literature review with direct observation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemukiman merupakan salah satu wadah berkumpul bersama masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan bersosialisasi."
902 JPSNT 21(1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kurniasari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum Dan Sejarah, 1993
913.926 DIN k (1);913.926 DIN k (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Bangka Belitung (Babel) province is one of the pepper producing areas in Indonesia, particularly for white pepper, Recently, its role however tends to lower indicated by the decreases in cultivation areas and production of white pepper. A number of factors causing the decreases, of production and plated area of pepper in Babel are fluctuation of pepper price, infestation of plants diseases, uncontrolled exploitation of tin mining and and expansion of other estate crops...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muflih Mappaujung
"Masyarakat petani di Segeri dapat dikategorikan sebagai petani pedesaan (rural cultivator) karena praktik kegiatan pertaniannya masih sangat dipengaruhi oleh eksistensi praktik ritual lokal-tradisional. Namun sejak tahun 2017, para petani telah mengalami perubahan keyakinan serta pandangan terhadap cara mereka mempersepsikan praktik ritual. Kelompok petani yang menjadi informan utama dalam penelitian ini ialah para petani yang sawahnya digunakan oleh pihak adat sebagai arena untuk melaksanakan kegiatan ritual adat. Sebelumnya, sawah petani ini bukan merupakan sawah adat. Namun, lepasnya kepemilikan sawah adat membuat pihak adat memindahkan status sawah adat ke sawah petani tersebut. Saat ini, para petani dibebani oleh kewajiban mengikuti sistem ritual, yakni petani tidak boleh turun sawah sebelum ritual adat dilaksanakan. Melalui kerangka konsep resistensi dan sekularisasi, penelitian ini akan melihat dinamika religiusitas masyarakat petani Segeri yang mulai menyangkal keterikatan kegiatan pertanian dengan praktik ritual, mempertanyakan signifikansi praksis ritual terhadap kegiatan pertanian, hingga mewacanakan akan meninggalkan tradisi turun sawah yang merupakan lambang kearifan lokal mereka dan masyarakat Segeri. Penelitian ini menemukan bahwa perlawanan petani justru tidak berimplikasi terhadap rusaknya tatanan simbol dan praksis sistem ritual adat, melainkan membuat petani bertumbuh menjadi petani yang lebih rasional. Dengan melepaskan sebagian besar keyakinan mereka terhadap ritual adat, para petani kini lebih sadar akan penerapan rekomendasi teknis, lebih menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan masalah-masalah pertanian, serta tidak lagi sepenuhnya menumpukan keberhasilan panen dari kesakralan ritual adat.

Peasant society in Segeri can be categorized as rural cultivators because their agricultural practices are still strongly influenced by the existence of local ritual practices. However, since 2017, the peasants have experienced a change in their beliefs and views on the way they perceive ritual practices. The peasants who became the main informants in this study were peasants whose fields are used by adat parties as an arena to perform traditional ritual activities. Previously, these pessants’ fields were not adat rice fields. However, the loss of ownership of rice fields made the adat party transfer the status of adat rice fields to these peasants' fields. Currently, peasants are burdened with the obligation to follow a ritual system, which the peasants are not allowed to plant before the traditional rituals are carried out. Through the framework of resistance and secularization, this research will look at the dynamics of the religiosity of peasant society in Segeri which denies the attachment of agricultural activities to ritual system, questioning the significance of ritual praxis, and amplifying disobedience that they will leave the tradition that had become a symbol of their local wisdom and also the Segeri society. This study found that peasant resistance did not have implications for the destruction of symbol and praxis of the ritual system, but instead making peasants to grow up to become more rational human beings. By relieving most of their beliefs in adat rituals, the peasants are now more aware of implementing recommendations, using a more scientific approach to solving problems, and no longer relying entirely on the sacred aspects of this adat rites."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>