Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1637 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Amran Tasai
Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan RI, 1991
899.209 AMR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kay Ikranagara
Jakarta: Balai Pustaka, 1988
499.22 KAY t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Ekoyanantiasih
Jakarta: Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional, 2007
499.222 RIR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Saidi, 1942-
Jakarta: Perkumpulan Renaissance Indonesia, 2011
959.83 RID s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Saidi, 1942-
Jakarta: Perkumpulan Renaissance Indonesia Timpani Publishing, 2010
959.83 RID s (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Munif Yusuf
"Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sebab perubahan makna yang terjadi dalam kata pungutan Belanda dalam bahasa Melayu-Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan makna kata pungutan yang berjumlah lima puluh butir, dengan makna dalam bahasa Belanda. Adanya kata pungutan Belanda dalam bahasa Indonesia disebabkan oleh kontak bahasa. Di samping itu ada faktor lain, yaitu faktor sosial, ekonomi, psikologis dan kesejarahan. Kata pungutan secara sederhana terbagi dua, yaitu kata pungutan yang lama sekali tidak berubah, dan kata pungutan yang berubah pada tataran fonologi, raorfologi, sintaksis dan semantik. Perubahan makna kata pungutan disebabkan oleh faktor kebahasaan dan faktor luar kebahasaan. Faktor kebahasaan mencakup faktor morfologis, sintaktis dan pragratis. Faktor luar kebahasaan mencakup faktor social, ekonomi, psikologis dan kesejarahan. Akibat dari perubahan makna adalah pergeseran konotasi, pergeseran makna, penyempitan makna dan perluasan makna. Saya dapat menyimpulkan bahwa pemajasan adalah bagian dari perluasan dan penyempitan makna. Hal itu terjadi karena akibat perubahan makna, yaitu perluasan dan penyempitan makna bersilangan dengan pemajasan. Dengan metonimi makna kata odol dan oplet selain merek barang, bertambah maknanya menjadi 'pasta gigi' dan 'nama salah satu kendaraan umum di Jakarta'. Demikian pula dengan sinekdoke. Kata Be1anda maknanya meluas jika diartikan sebagai 'orang kulit putih', namun di sisi lain, jika diartikan sebagai 'tim sepak bola Belanda maka kata Belanda mengalami penyempitan makna. Dengan metafora makna kata pun bisa bertambah, seperti pada kata korsletitig dan katrol. Selain mempunyai arti harfiah, kedua kata itu juga mempunyai arti kiasan. Sebuah kata bisa mengalami beberapa perubahan makna, misalnya kata kompeni yang mengalami pergeseran konotasi dan perluasan makna. Kata -etor di satu pihak adalah contoh eufemisme dan di pihak lain metafora. Hal itu terjadi karena perubahan makna kata pungutan tidak hanya dapat disebabkan oleh satu faktor, tetapi juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S15785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Gayatri
"Penelitian ini dimaksudkan mengungkapkan pandangan orangtua terhadap pendidikan formal anak-anak mereka pada suku bangsa Betawi di lokasi pemukiman Kampung Melayu, kota madya Jakarta Selatan. Untuk menjaring informasi tentang pandangan orang Betawi tersebut, penelitian dilakukan dengan wawancara berstruktur dan berfokus terhadap kepala keluarga yang dipilih secara acak. Berdasarkan penelitian ini, orangtua berpandangan bahwa pendidikan formal bermanfaat bagi kehidupan yang dalam fungsi praktis adalah untuk memperoleh pekerjaan. Tingkat sekolah yang makin tinggi dianggap memengaruhi jenis pekerjaan yang lebih baik dan dapat meningkatkan penghasilan. Pandangan tersebut berbeda dengan tulisan mengenai orang Betawi yang dikemukakan beberapa ahli antara lain Lance Castles (1987), bahwa orang Betawi memandang sekolah sebagai salah satu cara penyebaran agama Nasrani. Pandangan ini muncul karena pengalaman bahwa sekolah mulai diperkenalkan di Indonesia oleh orang Belanda yang mayoritas beragama Nasrani. Karena itu, tumbuh anggapan bahwa sekolah identik sebagai cara hidup orang Nasrani. Pandangan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan orang Betawi menghindari dan menolak sekolah karena dikhawatirkan akan memperlemah keimanan agama mereka (Islam). Pergeseran pandangan tersebut dipengaruhi oleh perubahan kota Jakarta. Penduduk Jakarta yang terdiri dari beragam suku bangsa memiliki kemungkinan interaksi yang tinggi dengan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang nilai dan pandangan yang berbeda-beda. Selain itu, banyak penduduk yang didirikan bermacam-macam sekolah berbasis jenjang. Sekarang ini, pendidikan di Jakarta menjadi kebutuhan yang penting untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di antara penduduk Jakarta yang makin padat. Sumber mata pencaharian tidak dapat diperoleh hanya dari hasil kebun yang makin sempit atau telah habis.
This study aims to reveal the views of parents towards formal education of their children in the Betawi ethnic group in the Kampung Melayu settlement, South Jakarta City. To gather information about the views of the Betawi people, the study was conducted through structured interviews and focused on randomly selected heads of families. Based on this study, parents are of the view that formal education is beneficial for life, which in practical terms is to obtain a job. Higher levels of schooling are considered to influence better types of jobs and can increase income. This view differs from the writings on the Betawi people put forward by several experts, including Lance Castles (1987), who said that the Betawi people view school as one way to spread Christianity. This view emerged because of the experience that schools were introduced in Indonesia by the Dutch, who were predominantly Christian. Therefore, the assumption grew that school was identical to the way of life of Christians. This view is one of the factors that causes the Betawi people to avoid and reject school because they are worried that it will weaken their religious faith (Islam). The shift in views was influenced by changes in the city of Jakarta. Jakarta's population, which consists of various ethnic groups, has a high possibility of interaction with various ethnic groups that have different backgrounds, values, and views. In addition, many residents have established various level-based schools. Currently, education in Jakarta is an important need to get decent jobs among the increasingly dense population of Jakarta. Sources of livelihood cannot be obtained only from the results of gardens that are increasingly narrow or have run out."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korrie Layun Rampan
Jakarta: Balai Pustaka, 2000
928 KOR l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhadjir
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1994
LAPEN 14 Sur k
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>