Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwin Widaningsih
"ABSTRAK
Dalam era globalisasi dan modernisasi saat ini, tanah
memegang peranan sentral dalam kehidupan manusia serta
merupakan permasalahan yang paling pokok dan krusial.
Terlihat dari banyaknya perkara perdata maupun pidana yang
diajukan ke pengadilan, antara lain menyangkut sengketa
warisan, utang piutang dengan tanah sebagai jaminan,
sengketa tata usaha negara mengenai penerbitan sertipikat
tanah dan berbagai perbuatan melawan hukum lainnya. Negara
mengakomodir perkembangan ini melalui kewajiban Pemerintah
untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah, baik secara
sistematik maupun sporadik dengan tujuan utamanya untuk
menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan hukum
kepada pemegang hak atas tanah. Pada kasus sengketa tanah
mengenai pembatalan sertipikat Hak Milik Nomor 17/Desa
Cikampek Selatan atas nama Tuan Yanto Sutisna, yang menjadi
pokok permasalahan adalah perlindungan hukum bagi dirinya
sebagai pemegang sertipikat hak atas tanah yang telah ia
peroleh dengan itikad baik, lalu mengenai tepat atau
tidaknya putusan Pengadilan, baik pada tingkat Mahkamah
Agung, Pengadilan Tinggi maupun Pengadilan Negeri yang
mengabulkan gugatan Penggugat. Untuk menjawab permasalahan
diatas maka dilakukan penelitian kepustakaan yang bersifat
deskriptif analitis yang menggambarkan mengenai kegiatan
pendaftaran tanah beserta berbagai permasalahan seputarnya,
khususnya' mengenai pembatalan sertipikat Hak Milik Nomor
17/Desa Cikampek Selatan yang kemudian dianalisa guna
memberikan saran atau jalan keluar bagi permasalahan yang
terjadi. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa
sertipikat hak atas tanah merupakan alat pembuktian yang
kuat, bukan alat pembuktian yang mutlak karena selalu
terdapat kemungkinan pemegangnya digugat oleh pihak lain
yang merasa berkepentingan, tidak adanya perlindungan hukum
bagi pemegang sertipikat hak atas tanah yang telah
memperolehnya dengan itikad baik, lalu putusan pengadilan
yang dirasa kurang tepat karena tidak memperhatikan
lewatnya jangka waktu dengan adanya lembaga
rechtsverwerking. Oleh karena itu, dirasa perlu sikap
ketelitian oleh calon pembeli tanah yang belum maupun sudah
bersertipikat, serta sikap independen dan profesional dari
lembaga peradilan umum di Indonesia guna mewujudkan
keadilan dalam masyarakat.

ABSTRACT
In this globalized and modern era, land holds a
central role ini man's life and is the utmost essential and
crucial issue. Exhibited by the many civil and criminal
cases brought among the court, such as legacy disputes,
obligations containing land guarantee, government
administration issues regarding the publishment of land
certificate, etc. The government so as accommodates this so
called development by its duty to perform land registration
in the systematic or sporadic way in order to assure law
certainty and law protection for the land owner as its main
purpose. The annulment of land certificate dispute brought
up in this thesis refers to the certificate number
17/Cikampek Region owned by Mr. Yanto Sutisna, having shown
a series of problems such as law protection for Mr. Yanto
Sutisna, having being a good-willed land owner. Plus the
precision of the court's verdict which decided to execute
the accuser's claim. In order to attain the answers to such
problems mentioned above, an anlystic-descriptive library
research is necessary to describe the process of land
registration, to offer suggestions and seek solutions
towards the series of problems, particularly the annulment
of land certificate number 17/Cikampek Region owned by Mr.
Yanto Sutisna. Facts brought upon this research consists of
the characteristic of land certificate not having enough
law enforcement, sought by the possibility of accusation by
another party towards the land owner of unlegal ownership.
Secondly, no law protection is found upon the land owner
carrying good wills. Last but not least, the lack of
precision towards the court's verdict brought upon without
considering the rechtsverwerking institution time limit. As
of that, it is quite necessary for a land buyer to first
examine the land certificate before purchasing. Also the
necessaty of independency and professionalism of the
courthouse in Indonesia to realize justice in the society.;"
2008
T37608
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanie Hapsari
"ABSTRAK
Jual-beli diartikan sebagai suatu hubungan hukum
mengenai benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu
pihak berjanji akan melakukan sesuatu hal atau tidak akan
melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak yang lain berhak
menuntut pelaksanaan janji tersebut. Jual beli hak atas
tanah sebagai suatu bentuk perjanjian peralihan hak atas
tanah; akta perjanjian jual beli tersebut dibuat dihadapan
PPAT sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah yang membantu
pemerintah. Namun dalam penulisan tesis ini dibahas suatu
kasus pembatalan akta jual-beli yang dibuat dihadapan PPAT.
Dalam kasus ini setelah dibuatnya akta jual beli muncul
gugatan dari pihak ketiga yang merasa telah membeli obyek
perjanjian walau hanya baru ada kata sepakat saja. Gugatan
pihak ketiga ini dimenangkan oleh Mahkamah Agung dengan
pertimbangan adanya kata sepakat, maka perjanjian itu telah
terjadi dan akta yang dibuat dihadapan PPAT dinyatakan
batal. Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam Tesis ini
adalah apakah pembatalan suatu perjanjian dapat dilakukan
secara sepihak?; Apakah keputusan Mahkamah Agung RI Nomor
2136 K/PDT/1997 sudah tepat menurut peraturan pertanahan
yang berlaku di Indonesia? Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian yuridis normatif yang menitik
beratkan pada penelitian kepustakaan. Majelis Hakim dalam
mengadili kasus ini memakai KUH-Perdata sebagai dasar
pertimbangannya. Sedangkan di dalam hukum pertanahan kita
dikenal Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dan Peraturan
Pelaksanaannya, sehingga sudah seharusnyalah hakim dalam
hal ini mengacu juga pada Undang-Undang Pokok Agraria dan
tidak pada KUH-Perdata saja karena obyek dalam perjanjian
jual beli tersebut menyangkut mengenai pertanahan.

ABSTRACT
Sell and purchase refers to a legal relationship with
respect to the property between two parties where a party
binds to do or not to do something and the other hand
another party is entitled to claim for the performance of
such promise. Land sell and purchase is an agreement with
respect to the transfer of land rights.,the Land Sell and
Purchase Deed is made before a land official who helps the
goverment however in this thesis writting is discussing
about an annullment case of a land sell and purchase made
by PPAT. However in this case after the Land Sell and
Purchase Deed was made arrest a claim with respect to the
legal action action from the third party already purchases
the object of the agreement eventhough by an oral agreement
only. The main problem is about to discussed in this thesis
is whether or not the Land Sell and Purchase Deed made
before the PPAT is valid?., How are the responsibilities of
PPAT with respect to the a n n u l lment of sell and purchase
deed made by PPAT, related to the Supreme Court Decission
Number 2136 K/PDT/1997? The examination method by stressing
on the library examination. The Judge incasing this case
should not use the KUH-Perdata as the way of make the
decision. As we know that in our rule of land there is a
Reglement of an Agrarian Basic Rule wich is known as
Reglement Number 5 year 1960 about the Basic Reglement of
Agrarian Rule (UUPA) and the Action Reglement, so the judge
should use this because the object in the sell and purchase
deed is about land."
2008
T38061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Caesar Elang Palar
"Salah satu tujuan dari peralihan hak atas tanah yang dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah untuk memberikan perlindungan hukum kepada para pihak yang sepakat. Permasalahan yang kerap terjadi adalah ketika tidak terpenuhinya syarat dari asas terang dan tunai, yaitu jual beli tidak dilakukan di hadapan PPAT. Hal ini seperti yang terjadi dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 464 K/Pdt/2022, yang di mana pihak pembeli tanah yang tidak dapat melakukan proses peralihan hak atas tanah. Pihak Penjual menolak untuk dilakukannya proses peralihan hak atas tanah, padahal Pihak Pembeli sudah membayarkan secara tunai dan sudah dibuatkan kuitansi pembayaran. Pihak Pembeli yang merasa dirugikan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri, dan meminta kepada Majelis Hakim dalam putusannya untuk menetapkan Pihak Pembeli sebagai Pihak pemilik sah dari obyek sengketa tanah. Metode penelitian menggunakan yuridis normatif dan dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitan menunjukan bahwa perbuatan hukum jual beli tersebut dinyatakan sah dikarenakan walaupun jual beli belum dilakukan di hadapan PPAT, statusnya sudah mengikat antara pihak penjual dan pihak pembeli. Hal ini dikarenakan jual beli yang belum dilakukan di hadapan PPAT tersebut sudah memenuhi syarat materiil dari suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Para Pihak mengakui benar adanya bukti kuitansi yang menyatakan pembayaran atas obyek sengketa telah terjadi.

One of the objectives of the transfer of land rights carried out before an authorized official, namely the Land Deed Officials (PPAT) is to provide legal protection to the parties who agree. The problem that often occurs is when the requirements of the clear and cash principle are not fulfilled, namely buying and selling is not carried out before the PPAT. This is similar to what happened in the Supreme Court Decision Number 464 K/Pdt/2022, where the land buyer cannot carry out the process of transferring land rights. The seller refuses to carry out the process of transferring land rights, even though the buyer has paid in cash and a receipt for payment has been made. The Buyer Party who feels aggrieved submits a lawsuit to the District Court, and asks the Panel of Judges in its decision to determine the Buyer Party as the legal owner of the object of the land dispute. The research method used normative juridical and analyzed using qualitative data analysis. The results of the research show that the legal act of buying and selling is declared valid because even though the sale and purchase has not been carried out before the PPAT, its status is binding between the seller and the buyer. This is because the sale and purchase that has not been carried out before the PPAT has fulfilled the material requirements of an agreement contained in Article 1320 of the Civil Code and the Parties acknowledge that there is proof of receipt stating that payment for the object of the dispute has occurred."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adara Skyla Sakinah
"Ketentuan perjanjian pengikatan jual beli (PPJB) seringkali disalahgunakan oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peristiwa hukum perjanjian utang dengan jaminan hak atas tanah 送ang dikemas dalam bentuk PPJB dengan klausul ƒhak membeli kembali ƒang bertujuan untuk mengalihkan kepemilikan tanah debitur kepada kreditur jika debitur wanprestasi. Adapun, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah akibat hukum perjanjian utang yang dibuat sebagai perjanjian jual beli hak atas tanah dengan hak membeli kembali, keabsahan Akta Jual Beli (AJB) jika PPJB yang mendasarinya memuat klausul hak membeli kembali, dan peran serta tanggung jawab notaris dan PPAT jika terdapat perbedaan fakta hukum antara PPJB yang ditata dengan AJB berdasarkan kasus pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 407 K/Pdt/2022. Metode penelitian hukum yang digunakan adalah yuridis normatif dengan tipe penelitian eksplanatoris. Hasil analisis menunjukkan bahwa perjanjian hutang yang dikemas sebagai perjanjian jual beli hak atas tanah dengan hak membeli kembali memutuskan bahwa perjanjian menjadi batal demi hukum. Uang yang disebutkan dalam PPJB bukanlah uang pembayaran jual beli, melainkan uang pinjaman, sehingga perbuatan hukum pada AJB dianggap tidak memenuhi unsur tunai dan transaksi jual beli tidak sah. Notaris berperan penting dalam hal transaksi jual beli hak atas tanah, salah satunya adalah pembuatan PPJB. Namun dalam praktiknya pembuatan PPJB tidak selalu dilakukan di hadapan notaris. Hal ini memicu terjadinya permasalahan hukum, seperti pemuatan klausul terlarang dalam PPJB yang bersangkutan. Dengan demikian, jika para pihak hendak membuat suatu AJB, PPAT harus menyelaraskan antara data dan dokumen yang benar serta keselarasannya dengan undang-undang.

The existence of the Conditional of Sales and Purchase Agreement (CSPA) is frequently abused by the public. This is evidenced by the inclusion of a buyback rights clause in the CSPA to envelope a loan arrangement with land rights security with the purpose of transferring land ownership from the debtor to the creditor in the event of default. Issues raised by this study relate to legal ramifications of a debt agreement made as a land sale and purchase agreement with buyback rights, legality of the Deed of Sale and Purchase (DSP) if the underlying contains a buyback rights clause, and roles and responsibilities of a notary and Land Deed Official (LDO) if there are discrepancies of legal facts between the CSPA and DSP based on Supreme Court Decision Number 407 K/Pdt/2022. The method of law research used is normative judicial with explanatory research type. Result of analysis indicate that the debt arrangement, disguised as land sale and purchase agreement with buyback rights, renders the contract null and void. The money stipulated in the CSPA is not the payment for the sale and purchase, rather as a lent money, therefore legal actions on the DSP does not fulfill the cash element and the transaction is illegal. However, in practice the CSPA is not always prepared before the notary. This trigger legal issues, such as the inclusion of illegal clauses in the CSPA. Accordingly, the LDO shall properly take into account the conformity between data and documents as well as the law."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handayani Dyah Puspitasari
"Penelitian ini membahas mengenai peralihan hak atas tanah yang dilakukan oleh/di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) baik melalui hibah maupun yang lainnya harus dilakukan secara jelas. Perbuatan hukum yang melibatkan kepemilikan hak atas tanah harus dilakukan dengan akta PPAT. Dalam pembuatan akta, para pihak harus secara aktif menyatakan secara jelas hal-hal yang menjadi kesepakatan dua belah pihak yang mendasari dilakukannya kesepakatan tersebut. Hal ini guna memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan kepada kedua belah pihak yang bersepakat. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini mengenai 1) Kekuatan hukum Akta Hibah Nomor : 23/V/KOB/2005 yang akan ditarik kembali oleh pemberi hibah; 2) Peran dan tanggungjawab  PPAT terhadap akta hibah yang dikeluarkannya; 3) Upaya penerima hibah untuk mempertahankan kepemilikan hak atas tanahnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian hukum normatif sehingga dalam penelitian ini digunakan logika yuridis. Adapun Analisa data yang dilakukan secara perspektif. Hasil analisis yang diperoleh menyatakan bahwa; 1) Akta Hibah Nomor : 23/V/KOB/2005 yang dikeluarkan oleh PPAT SJM termasuk kedalam akta autentik, yang mana akta tersebut dapat menjadi bukti yang kuat atas kepemilikan hak atas tanah dan menjadi dasar kuat atas perubahan terhadap kepemilikan hak atas tanah. 2) SJM sebagai PPAT yang membuat akta hibah, atas permintaan kedua belah pihak bertindak sesuai dengan peran dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam pembuatan Akta Hibah Nomor: 23/ V/KOB/2005. 3) Akta Hibah tersebut menjadi alat bukti yang kuat bagi penerima hibah untuk mempertahankan hak atas tanah yang telah diterimanya berdasarkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemberi hibah dan penerima hibah terhadap Tanah Hak Milik tersebut. Penandatanganan oleh para penghadap di hadapan Pejabat berwenang dalam pembuatan akta hibah tersebut adalah mutlak dan memberikan kekuatan pembuktian yang kuat, dalam hal ini PPAT SJM.

This study discusses abaut the transition of land rights undertaken by/in front of PPAT both through grants and others must be done clearly and clearly. Legal action involving ownership of land rights must be done with a PPAT deed. In making the deed, the parties must actively state clearly the matters that are the two parties' agreement underlying the agreement. This is to provide legal certainty and protection to both parties. As for the problems raised in this study regarding 1) The legal power of the Grant Act Number: 23/V/KOB/2005 which will be withdrawn by the grantor; 2) The role and responsibility of the PPAT for the grant certificate issued; 3) The efforts of the grantee to maintain ownership of his land rights. To answer these problems, a method of normative legal research is used so that in this study juridical logic is used. The data analysis is done in perspective. The results of the analysis stated; 1) That the Grant Act Number: 23/V/KOB/2005 issued by PPAT SJM was included in the authentic deed, which can be solid evidence of ownership of land and is a strong basis for changes to the ownership of land. 2) SJM as the PPAT who created the grant certificate, at the request of both parties acted according to the role and responsibility are given to him in the creation of the Grant Certificate Number: 23/V/KOB/2005. 3) The Grant Certificate is a powerful tool of evidence for the grantee to defend the rights to the land he has received based on legal actions undertaken by the grantee and the grantee against the Land of Property. Signing by the respondents before the authorities in the form of the grant certificate is absolute and provides strong proof of power, in this case, PPAT SJM."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octavia Dewi Indrawati
"Pembelian atas bidang tanah yang sedang dalam proses turun waris kerap tidak sesuai dengan penghitungan ukuran tanah yang telah ditetapkan dalam pembagian waris. Akibatnya, tanah waris yang pada mulanya merupakan satu kesatuan objek yang terikat dalam PPJB mengalami perubahan karena adanya pemecahan sertipikat atas pewarisan. Pembeli tanah yang pada mulanya melakukan jual beli terhadap tanah waris tidak dapat memiliki tanah tersebut karena telah dibagi kepada pewaris lainnya yang berhak. Terjadinya perubahan kepemilikan atas objek perjanjian mengakibatkan objek perjanjian menjadi kabur atau tidak jelas. Padahal, Pasal 1333 KUHPerdata telah mengatur bahwa Objek yang diperjanjikan haruslah jelas atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu pertama adalah mengenai konsekuensi yuridis atas hilangnya objek dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan kedua adalah implikasi yuridis terhadap pencantuman klausul mengenai pelaksanaan perjanjian yang dapat bergulir kepada ahli waris. Untuk menjawab permasalahan diatas, metode yang digunakan adalah yuridis normatif yang dilakukan dengan meneliti permasalahan melalui studi kepustakaan terhadap asas-asas hukum dan peraturan perundang-undangan serta norma-norma tertulis mengenai hukum perjanjian dan hukum waris. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah pertama, konsekuensi yuridis atas hilangnya objek dalam perjanjian pengikatan jual beli adalah tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian yakni syarat objektif sehingga perjanjian menjadi batal demi hukum. Kedua, implikasi yuridis terhadap pencantuman klausul perjanjian yang dapat bergulir kepada ahli waris merupakan suatu bentuk implementasi dari adanya asas kebebasan berkontrak. Setiap orang yang membuat perjanjian bebas untuk menentukan isi perjanjian selama tidak melanggar undang-undang, kepatutan dan kesusilaan. Adanya klausul ini merupakan bentuk tindakan preventif agar nantinya jika dikemudian hari salah satu pihak meninggal dunia, seluruh hak ataupun kewajiban salah satu pihak yang belum terpenuhi dapat dijalankan oleh ahli warisnya sebagaimana diatur dalam Pasal 833 Kitab Undang- undang Hukum Perdata

Purchases of land parcels that are in the process of being inherited are often not in accordance with the calculation of the size of the land that has been determined in the distribution of inheritance. As a result, the inherited land, which was originally a single object bound in the PPJB, underwent a change due to the splitting of the certificate of inheritance. Land buyers who initially buy and sell inherited land cannot own the land because it has been divided among other heirs who are entitled. A change in ownership of the object of the agreement results in the object of the agreement being blurred or unclear. In fact, Article 1333 of the Civil Code has regulated that the object being promised must be clear or at least can be determined. The formulation of the problems raised in this study, namely the first is regarding the juridical consequences of the loss of objects in the Sale and Purchase Agreement and the second is the juridical implications of the inclusion of clauses regarding the implementation of agreements that can be passed on to the heirs. To answer the above problems, the method used is normative juridical which is carried out by examining the problem through literature studies on legal principles and statutory regulations as well as written norms regarding contract law and inheritance law. The results obtained in this study are first, the juridical consequences for the loss of objects in the binding sale and purchase agreement are the non-fulfillment of the legal terms of the agreement, namely the objective conditions so that the agreement becomes null and void. Second, the juridical implications of the inclusion of agreement clauses that can be rolled over to heirs is a form of implementation of the principle of freedom of contract. Everyone who makes an agreement is free to determine the contents of the agreement as long as it does not violate the law, decency and decency. The existence of this clause is a form of preventive action so that in the future if one of the parties dies, all rights or obligations of one of the parties that have not been fulfilled can be carried out by his heirs as stipulated in Article 833 of the Civil Code."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Alexandra
"Peralihan hak atas tanah, salah satunya melalui jual beli harus dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku. Hal ini untuk mencegah terjadinya sengketa kepemilikan tanah dan memberikan kepastian hukum bagi para pihak dalam jual beli. Salah satu syarat formil dalam jual beli adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) harus menerima sertipikat asli dan memeriksa kesesuaian data pada sertipikat tanah dengan data pada Kantor Pertanahan. Salah satu sengketa dalam jual beli tanah terjadi pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 3081 K/Pdt/2021. Penelitian ini menganalisis kedudukan hukum pihak yang menguasai secara fisik hak atas tanah berdasarkan akta jual beli tanpa kepemilikan sertipikat dan tanggung jawab PPAT yang membuat akta jual beli yang bersangkutan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 3081 K/Pdt/2021. Metode penelitian ini adalah yuridis normatif dengan tipologi penelitian eksplanatoris yang menggunakan studi dokumen. Hasil penelitian ini adalah pihak yang menguasai secara fisik hak atas tanah berdasarkan akta jual beli tanpa kepemilikan sertipikat tidak memiliki kedudukan sebagai pihak yang berhak atau pemilik yang sah atas hak atas tanah yang bersangkutan karena jual beli tidak sah sesuai peraturan yang berlaku. PPAT yang membuat akta jual beli tanpa melakukan pengecekan sertipikat dapat dimintakan tanggung jawab secara administratif, perdata, dan pidana. PPAT seharusnya menolak untuk membuat akta jual beli apabila tidak diserahkan sertipikat asli.

The transfer of land rights, such as through buying and selling, should be done according to the procedure and prevailing regulations. This must be fulfilled to prevent conflict of land rights ownership and to give legal certainty for the parties. One of the formal requirements in the buying and selling of land rights is The Land Deed Official (PPAT) must receive the authentic land certificate and verify the data in the certificate with the data in the National Land Agency. An example of this issue happens in Supreme Court Decision Number 3081 K/Pdt/2021. This research analyses the legal standing of a party who physically own land right based on sale and purchase deed without owning the certificate and the responsibility of The Land Deed Official who makes the sale and purchase deed in the Supreme Court Decision Number 3081 K/Pdt/2021. This research uses juridical normative method with explanatory typology using document studies. As the result of this research, the party who physically own land right based on sale and purchase deed without owning the certificate does not have the legal standing as the rightful owner of the land right because the sale and purchase deed does not fulfil the formal requirements and regulations. The Land Deed Official who made the sale and purchase agreement without verifying the certificate can be held responsible either administrative, civil, or criminal. The Land Deed Official should refuse to make the sale and purchase deed if there is no authentic certificate provided."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Muti
"Dalam pembuatan akta jual beli tanah, harus mematuhi ketentuan hukum tanah nasional dan peraturan perundang-undangan yang mengatur seperti syarat dan prosedur pembuatan akta jual beli yang didalamnya harus terdapat objek tanah dengan sebab yang halal guna menghindari adanya unsur melawan hukum. Pemilik tanah tidak memberikan persetujuan dalam pembuatan akta jual beli dan tidak mengetahui bahwa tanahnya telah dialihkan kepada pihak lain. Hal ini terjadi karena adanya dugaan pemalsuan surat kuasa oleh asisten Pejabat Pembuat Akta Tanah, kemudian sertipikat tanah diberikan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah lain, dan selanjutnya tanah tersebut diagunkan kepada bank, sehingga telah menimbulkan kecacatan hukum dalam aktanya. Permasalahan yang diangkat dalam tesis ini adalah proses pembuatan akta jual beli yang mengandung unsur melawan hukum berdasarkan putusan Mahkamah Agung Nomor 559 K/PDT/2021 dan akibat hukum terhadap pemberian kredit oleh bank atas dasar akta jual beli yang mengandung unsur melawan hukum. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yuridis normatif, dengan tipe penelitian eksplanatoris dan menggunakan data sekunder. Hasil analisa tesis ini menunjukkan adanya proses pembuatan akta jual beli oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang mengandung unsur melawan hukum dengan tidak adanya kesesuaian dalam proses pembuatan akta jual beli menurut hukum tanah nasional. Akibat hukum dari pemberian kredit oleh bank SCD yang tidak memenuhi syarat objektif sahnya perjanjian dan didasarkan pada akta jual beli yang melawan hukum, mengakibatkan sertipikat tanah dikembalikan pada keadaan semula sehingga hak tanggungan menjadi hapus, dan bank harus meminta kepada debitur untuk melakukan penukaran objek jaminan kredit lainnya.

In making a land sales and purchase deed, it indeed must comply with the provisions of national land law and legislation that regulate such as the terms and procedures for making a deed of sales and purchase in which there must be a land object with a lawful cause in order to avoid any unlawful elements. The land owner did not approve the making of the deed of sale and purchase and did not aware that the land had been transferred to another party. This happened with an allegation of forgery in power of attorney by the land deed official assistant, then given to other land deed official, also the land is collateralized to the bank, causing legal defects in the deed. The problem of this research is the process of making the deed of sales and purchase which contains unlawful elements based on the decision of the Supreme Court Number 559 K/PDT/2021 and the implementation of credit by the bank on the basis of a deed of sales and purchase which contains unlawful elements. This research uses normative juridical, with explanatory analysis typology and uses secondary data. The analysis result of this thesis showed that there is a process of making the sales and purchase deed by land deed official which contained unlawful elements with no conformity in the process of making the sale and purchase deed according to national land law. The legal effect of the granting of credit by the SCD bank that do not fulfill the objective requirements of the validity of the agreement and based on unlawful deed of sale and purchase, resulting in the land certificate being returned to its original condition so that the right of liability is eliminated, and the bank had to ask the debtor to exchange another credit guarantee object."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Wulaningrum
"Pemerintah berkewaj iban menyediakan tanah bagi penyelenggaraan transmigrasi sesuai dengan ketentuan Pasal 23 UU No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, Penyediaan tanah transmigrasi harus memenuhi kriteria kejelasan areal (clear) dan status tanah harus bebas dari masalah (clean) termasuk dalam penyediaan tanah pekarangan bagi para transmigran lokal di kecamatan Cikedung kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pelaksanaan pembuatan sertipikat tanah pekarangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya bagi tanah transmigran yang diteliti merupakan permasalahan pokok dalam penelitian ini.
Metode penelitian mempergunakan metode kepustakaan. Data yang dihimpun adalah data sekunder berupa bahan hukum primer yaitu UU No. 5 Tahun 1960, UU Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, PP Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi dan yang terkait dengan pengadaan tanah transmigrasi serta bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum pertanahan dan transmigrasi. Observasi dan wawancara di Ditjen Pembinaan Penyiapan Pemukiman dan Penempatan Transmigrasi Depnakertrans, Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Indramayu serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat guna mendukung penelitian kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerbitan sertipikat tanah pekarangan transmigran lokal di Cikedung yang telah ditempatkan selama tujuh tahun masih terbengkalai hingga melampaui batas waktu yang telah ditetapkan yaitu selambatlambatnya lima tahun sejak ditempatkannya para transmigran sebagaimana diatur dalam Pasal 56 ayat (1) PP No. 2 Tahun 1999. Hal ini terutama disebabkan oleh tidak adanya kesinambungan kerja Kepala Seksi Pengukuran dan Pemetaan yang lama dengan yang baru pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Indramayu, sehingga menyebabkan terhambatnya penyelesaian sertipikat tanah induk atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu yang pada akhirnya berdampak pula kepada terhambatnya penyelesaian sertipikat tanah pekarangan bagi para transmigran tersebut.

Pursuant to Article 23 of Law Number 15 of 1997 concerning Transmigration, the government is obliged to provide the land for transmigration program. Land Acquisition for transmigration must comply the criteria of clean and clear meaning status of the land has to be free from any disputes, including the availability of the local transmigrants land in Cikedung, Indramayu, West Java. The process of the issuance land's certificate for the yard and also the influence factors for transmigrans, are the main issues of the research.
The research method is literature method, data collected are secondary data in the form of primary substance law i.e. Law Number 5 of 1960 concerning Basic Agrarian Law, Law Number 15 of 1997 concerning Transmigration, Government Regulation Number 2 of 1999 regarding Transmigration's Implementation ("GR No.2/1999) and some technical guidance regarding land acquisition of transmigration, secondary substance law in the form of land law and transmigration books. The observation and interview were held in Labor and Transmigration Department, Local Land Ofiice of Indramayu and Vital Statistic and Civilization Official, in order to support the library research.
The research result show that the publicationof land's certificate of local transmigrants land which has been placed for seven years since the transmigrants were stayed on the land as regulated in Article 56 Para (1) of GR No.2/1999. This matter particularly caused by incontinuity cooperation between the past Head of Measurement and Mapping of the Indramayu Land Office and the present Head of Measurement and Mapping of the Indramayu Land Office, thus causes obstacles for the process of land's certificate on behalf of Indramtu Local Government which affects to the transmigration's land certification process."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Ekharisma
"Pada saat ini di Indonesia banyak terjadi masalah pertanahan guna menjamin kepastian hukum, maka pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah untuk memberi perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah. Salah satu yang menjadi permasalahan dibidang pertanahan adalah sengketa mengenai kepemilikan hak atas tanah. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu dari kepustakaan serta merujuk dari putusan-putusan yang menggambarkan mengenai kegiatan pendaftaran tanah beserta berbagai permasalahan disekitarnya. Sistem publikasi negatif yang bertendens positif, yaitu sertipikat hanya merupakan alat bukti hak yang kuat dan bukan merupakan alat bukti hak yang mutlak.

At this time in Indonesia, many land problem occur in order to ensure legal certainty, therefore, the government is administering the registration of land to give legal protection to the holders of land rights. One of the problems in the field of land is a dispute regarding ownership of land rights. This research is descriptive analytic of the literature and the refer the decision that illustrate the activities of registration of land and the surrounding issues. Negative publicity system that is intended to be positive, which is the certificate, is only a strong proof of evindence but it does not constitute an absolute proof of evindece."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28077
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>