Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Soetarsa
Solo: Keluarga Soebarno, [Date of publication not identified]
899.222 SOE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Novitasari
"[ABSTRAK
Nenek moyang masyarakat Jawa telah mewariskan dan sudah memikirkan apa yang akan terjadi pada esok hari tentang perkembangan kehidupan. Berjalan secara cepat dan berdampak pada prilaku buruk manusia. ungkapan yang terkenal dalam kebudayaan Jawa berbunyi wani ngalah luhur wekasane merupakan salah satu ungkapan Orang Jawa yang dapat menciptakan kehidupan lebih harmonis. Tujuan penulisan artikel ini untuk memaknai ungkapan wani ngalah luhur wekasane dalam Pakem Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. Ungkapan tersebut telah dibuktikan pada lakon wayang Pakem Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. Untuk membahas artikel ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan menganalisis suatu kajian obyek dari dalam data itu sendiri. Serta mengaitkan dengan ungkapan Jawa wani ngalah luhur wekasane merupakan suatu ajaran spirualit Orang Jawa, mengajarkan kesabaran demi terciptanya hidup rukun. Saran ungkapan wani ngalah luhur wekasane merupakan sikap prinsip hidup yang selalu mengutamakan kesabaran dan rela mengalah. Segala penyebab konflik harus dihindari selalu mawas diri ingat dan waspada dalam bertindak-tanduk tidak mengedepankan nafsu duniawi serta menjaga keharmonisan dan kerukunan bersama.

ABSTRACT
The ancestors of Java society have inherited and already thought about what will happen tomorrow and was thought about the development of life. Run fast and have an impact on human bad behavior. The famous phrase in Javanese culture is wani ngalah luhur wekasane. It is one expression of the Javanese who can create a more harmonious life. The purpose of this journal is to interpret the phrase wani ngalah luhur wekasane in the principle of Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. That phrase has been evidenced in story of puppet Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. This article uses qualitative method by analyzing object research of its data as well as connecting it with Javanese wani ngalah luhur wekasane phrase, is a Javanese spiritual teaching that teaches patience for the harmonious life. Suggestions contained in that phrase are attitude of life principle always put patience and willing to succumb. All causes of the conflict must be avoided, thinking before acting, not promoting lust and maintain harmonious life and togetherness., The ancestors of Java society have inherited and already thought about what will happen tomorrow and was thought about the development of life. Run fast and have an impact on human bad behavior. The famous phrase in Javanese culture is wani ngalah luhur wekasane. It is one expression of the Javanese who can create a more harmonious life. The purpose of this journal is to interpret the phrase wani ngalah luhur wekasane in the principle of Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. That phrase has been evidenced in story of puppet Ringgit Purwa Lampahan Lairipun Rama-Brubuh Ngalengka. This article uses qualitative method by analyzing object research of its data as well as connecting it with Javanese wani ngalah luhur wekasane phrase, is a Javanese spiritual teaching that teaches patience for the harmonious life. Suggestions contained in that phrase are attitude of life principle always put patience and willing to succumb. All causes of the conflict must be avoided, thinking before acting, not promoting lust and maintain harmonious life and togetherness.]"
2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Menurut daftar naskah koleksi FSUI, naskah SJ.163 ini berjudul Babad tanah jawi (begint Watugunung), namun judul ini tidak sesuai dengan yang terdapat pada punggung naskah yaitu serat pakem ringgit purwa. Isi teks ternyata juga tentang cerita wayang. Oleh karena itu, penyunting membuat judul baru yang sesuai dengan judul pada punggung naskah dan isi teks. Kemungkinan judul lagi adalah Serat Kandha. Bagian awal naskah ini tidak bisa dibaca karena kerusakan pada lembar halaman naskah. Teks berisi kisah Resi Gana yang enggan menikah. Kisah Prabu Watugunung dari Gilingwesi. Kisah Dewi Sri dengan Dasamuka. Kisah Arjunasasrabahu. Kisah Subali dan Sugriwa. Cerita Pandudewanata dari Astina. Kisah Dewa Wisnu dengan Boma. Kisah tentang kelahiran Gatotkaca dan pertarungannya dengan Brajamusti. Beberapa episode cerita tentang Arjuna. Diakhiri dengan kisah putra dari Patih Suwenda yang menikah dengan seorang putri dari Cempa. Daftar pupuh: (1) ..., ... ; (2) pangkur; (3) dhandhanggula; (4) asmarandana; (5) durma; (6) dhandhanggula; (7) sinom; (8) durma; (9) dhandhanggula; (10) durma; (11) asmarandana; (12) dhandhanggula; (13) mijil; (14) asmarandana; (15) wirangrong; (16) pangkur; (17) sinom; (18) dhandhanggula; (19) durma; (20) pangkur; (21) durma; (22) sinom; (23) asmarandana; (24) kinanthi; (25) sinom; (26) pangkur; (27) maskumambang; (28) asmarandana; (29) mijil; (30) megatruh; (31) dhandhanggula; (32) sinom; (33) pangkur; (34) durma; (35) dhandhanggula; (36) sinom; (37) durma; (38) sinom; (39) durma; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) dhandhanggula; (43) pangkur; (44) kinanthi; (45) asmarandana; (46) kinanthi; (47) dhandhanggula; (48) wirangrong; (49) sinom; (50) asmarandana; (51) mijil; (52) durma; (53) pangkur; (54) sinom; (55) dhandhanggula; (56) mijil; (57) pangkur; (58) kinanthi; (59) durma; (60) sinom; (61) dhandhanggula; (62) sinom; (63) asmarandana; (64) pangkur; (65) durma; (66) sinom; (67) dhandhanggula; (68) pangkur; (69) wirangrong; (70) asmarandana; (71) durma; (72) pangkur; (73) mijil; (74) asmarandana; (75) dhandhanggula; (76) durma; (77) kinanthi; (78) pangkur; (79) durma; (80) dhandhanggula; (81) asmarandana; (82) sinom; (83) asmarandana; (84) pangkur; (85) durma; (86) mijil; (87) asmarandana; (88) sinom; (89) pangkur; (90) sinom; (91) dhandhanggula; (92) durma; (93) asmarandana; (94) pangkur; (95) durma; (96) asmarandana; (97) sinom; (98) dhandhanggula; (99) pangkur; (100) durma; (101) dhandhanggula; (102) sinom; (103) mijil; (104) durma; (105) kinanthi; (106) pangkur; (107) dhandhanggula; (108) asmarandana; (109) durma; (110) pangkur; (111) dhandhanggula; (112) durma; (113) sinom; (114) pangkur; (115) kinanthi; (116) dhandhanggula; (117) asmarandana; (118) sinom; (119) durma; (120) dhandhanggula; (121) pangkur; (122) sinom; (123) pangkur; (124) girisa; (125) maskumambang; (126) kinanthi; (127) durma; (128) dhandhanggula; (129) asmarandana; (130) dhandhanggula; (131) durma; (132) asmarandana; (133) mijil; (134) dhandhanggula; (135) asmarandana; (136) pangkur; (137) durma; (138) dhandhanggula; (139) sinom; (140) pangkur; (141) durma; (142) dhandhanggula; (143) durma; (144) pangkur; (145) durma; (146) pangkur; (147) dhandhanggula; (148) durma; (149) dhandhanggula; (150) pangkur; (151) durma; (152) pangkur; (153) durma; (154) kinanthi; (155) durma; (156) asmarandana; (157) pangkur; (158) durma; (159) kinanthi; (160) dhandhanggula; (161) asmarandana; (162) sinom; (163) pangkur; (164) dhandhanggula; (165) durma; (166) dhandhanggula; (167) mijil; (168) durma."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.163-NR 399
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi 32 teks pakem wayang kulit purwa, yaitu: Sri Mulih; Mangukuhan; Asal Mula Hari; Angruna-Angruni; Selaprawata; Kanumayasa; Dupara; Palasara; Kresnadipayana; Narasoma; Gorawangsa; Kangsa; Semar Jantur; Kakrasana Rabi; Karna Rabi; Suyudana Rabi; Rabinipun Suyudana; Jayadrata Rabi; Pandhu Papa; Kumbayana; Bale Sigala-Gala; Jagal Bilawa; Narayana Dadya Ratu; Kresna Kembar; PuntaDewa Rabi; Alap-Alapan Setyaboma; Bondhanpaksajandhu; Pracona; Arjuna Krama; Sayembara Gandamana; Bomantara; Boma Rabi; Samba Lengleng; Bomantaka; dan Kandhihawa. Naskah ini merupakan salinan ketikan dari PBA.178 koleksi Panti Boedaja (Museum Sonobudoyo), namun naskah babon itu kini telah hilang (lihat MSB/W.51). Pada h.i terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa naskah induk tersebut semula berasal dari P. Kusumadilaga yang diterima Dr. H. Kraemer pada bulan Mei 1932(7). Keterangan angka tahun ini sangat membingungkan, terutama bila dihubungkan dengan tarikh penyalinan oleh staf Pigeaud, yaitu pada bulan Desember 1931. Penyunting menduga, naskah induk tersebut dipinjamkan oleh Dr. H. Kraemer kepada Pigeaud, yang kemudian dibuatkan salinan ketik sebanyak empat eksemplar pada bulan Desember 1931. Naskah kemudian dikembalikan kepada Dr. H. Kraemer pada bulan Mei 1932. FSUI menyimpan dua eksemplar salinan ketik tersebut (WY.77 dan 100), satu eksemplar tersimpan di Museum Sonobudoyo (MSB/W.51), dan satu eksemplar di PNPJ (G 131). Keterangan selengkapnya, lihat deskripsi naskahMSB/W.51. Naskah induk ditulis, atau teks semula disusun, pada hari Senin, 1 Siam, Alip 1763 (= 22 Desember 1835) (h.2)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.77-A 27.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi beberapa teks, yaitu: Lampahan Manikmaya; Lampahan Rodeya Glathik Mas; Lampahan Palguna; Lampahan Godog (Gandamana); Lampahan oanjarpati; Lampahan Nagapercona; Lampahan Brajamusthi; dan Carita Amadsadar utawi Madusadarga. Naskah salinan ketikan (dua eksemplar) dari naskah induk milik K.G.P.P.K. Raharjadireja dari Keraton Kacirebonan ini, telah diperiksa ulang oleh Mandrasastra pada November 1937. Salinan sisanya menjadi milik Raharjadireja (h.i.iii). Pada h..iii disebutkan bahwa penyalinan dikerjakan staf Pigeaud pada tahun 1937. Pigeaud menerima naskah induk pada bulan Agustus 1929. Naskah induk, yang disebutkan berkode A 17 itu, kini tidak diketahui keberadaannya lagi.. Keteranganreferensi lihat FSUI/WY.88."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.78-G 127
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid satu dari seri lima naskah Pakem Ringgit Madya yang diturun dari KBG 145a-e. Seluruhnya berisi seratus judul lakon. Pengalihaksaraan oleh Mandrasastra pada tahun 1931, sebanyak empat atau lima eksemplar. Lihat FSUI/WY.79-83, WY.105-109 (kebanyakan hilang); PNRI/G 35-39 (beberapa hilang); LOr 6683a-e; dan MSB/W.78-82 untuk kopi lain kelima jilid itu. Lihat Behrend 1990:150-154 untuk keterangan lengkap tentang seri naskah ini, termasuk judul masing-masing lakon serta referensi umum mengenai wayang madya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.79-G 35
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid tiga dari seri lima naskah Pakem Ringgit Madya yang diturun dari KBG 145c. Seluruhnya berisi seratus judul lakon. Pengalihaksaraan dibuat oleh Mandrasastra pada tahun 1931. Lihat deskripsi naskah FSUI/WY.79 dan MSB/W.78 untuk keterangan berikutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.81-G 37
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid empat dari seri lima naskah Pakem Ringgit Madya yang diturun dari KBG I45d. Seluruhnya berisi seratus judul lakon. Pengalihaksaraan oleh Mandrasastra pada tahun 1931. Lihat deskripsi naskah FSUI/WY.79 dan MSB/W.78 untuk lceterangan berikutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.82-G 38
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid terakhir dari seri lima naskah Pakem Ringgit Madya yang diturun dari KBG 145d. Seluruhnya berisi seratus judul lakon. Pengalihaksaraan oleh Mandrasastra pada tahun 1931. Lihat deskripsi naskah FSUI/WY.79 dan MSB/W.78 untuk keterangan berikutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.83-G 39
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Berisi 12 lakon wayang purwa, yaitu: Jayawigena (h.l); Kartapiyoga (h.8); Cekel Endralaya (h.21); Jaladara Rabi (h.32); Mustakaweni (h.43); Reksi Jayawisesa (h.48); Gambir Anom (h.54); Srati Murdaningkung (h.62); Kresna Kembang (h.65); Gilingwesi (h.72); Kitiran Putih (h.79); Irawan Rabi (h.86). Lakon-lakon tersebut merupakan bentuk balungan, yaitu hanya dituliskan inti cerita setiap adegan, tanpa memuat seluruh unsur-unsur yang terdapat di dalam seni pertunjukan wayang purwa, seperti: suluk, janturan, carita, pocapan, gending, dan antawecana Keterangan penulisan/penyalinan tidak terdapat dalam naskah. Naskah dibeh Pigeaud dari Sinu Mundisura di Yogyakarta pada bulan Agustus 1939."
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.86-NR 384
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>