Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Purwanto
"ABSTRAK
A lot of studies about temple Sukuh has been conducted before, but not to the extent in which it existed as the place for kaum Rsi. Sukuh Temple is a holy place located at the slope of Lawu Mountain, away from the cities. This definitely is an absolute requirement for a holy place for kaum Rsi. Many old heritages at Candi Sukuh complex support the argument that this temple was built by the Rsis or hermits. Based on that explanation, the research questions of this study are about what factors that indicate Sukuh Temple as the place for the Rsis, and in what kind of Karsyan. The methodology used in this study was conducted in two steps; that is data collection and analysis. The data collection was including observation and literature review. The data analysis was using qualitative analysis with symbol theory. The result of this study showed that based from the old heritages it was indicated that the Karsyan of Mandala Kedewaguruan. The life of the Rsi at Sukuh Temple was related to foods and drinks. They utilized the surrounding area for farming. The harvests are eggplants, coconuts, paddies, and vegetables. In addition, in religious context, the Rsi also did some teaching and learning activities. "
Yogyakarta: Balai Arkeologi D.I Yogyakarta, 2017
930 ARKEO 37:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Junus Satrio Atmodjo
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan monografi yang khusus membicarakan bangunan punden berundak di Gunung Penanggungan, suatu jenis bangunan kuna keagamaan Hindu yang bukan termasuk 'candi' dan biasanya hanya didirikan pada daerah sekitar gunung. Keaneka ragaman bentuk arsitektur dan penggarapan punden merupakan perhatian utama dalam skripsi ini, termasuk usaha mencari latar belakang dari alasan pendirian bangunan ini secara keagamaan maupun arsitektur.Metode yang dipakai adalah metode perban_dingan analitis. Melalui metode ini semua bangunan contoh penelitian diperbandingkan satu dan lainnya untuk mendapatkaa ciri umum dasar bentuk arsitektur yang berlaku bagi seluruh punden Situs Penanggungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua punden situs ini dibuat berdasarkan satu pola yang sama; yaitu selalu membagi badan bangunan menjadi tiga bagian terpisah. Yang oleh penulis disebut sebagai tanggul bawah, bangunan induk, dan tiga altar utama. Juga terbukti bahwa tidak ada dua atau lebih punden situs yang bentuknya mirip sama, se_tiap punden memiliki varisi bentuk dan pe_ngerjaan yang berbeda. Selain itu pemilihan arsitektur punden sendiri.yang berteras memperlihatkan adanya hubungan dekat antara praktek-praktek pemujaan arwah nenek moyang sebagai tradisi keagamaan Indonesia asli dengan unsur-unsur agama Hindu dalam-bentuk perpaduan .Secara keseluruhan disimpulkan bahwa ba_ngunan punden berundak Gunung Penanggungan adalah hasil perpaduan antara unsur budaya Indonesia asli dengan agama Hindu dalam u_jud baru yang mewakili keduanya.Yaitu bagunan berteras yang membawa corak Hindu."
1986
S11753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Reinhard
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi komunitas jenis tumbuhan bawah di areal Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.° Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu lereng bawah, lereng atas, dan punggung bukit.° Pengumpulan data dilakukan dari bulan April hingga September 1999.
Pencacahan flora menggunakan metode berpetak dengan 2 buah transek sepanjang 275 m. Pada setiap transek dibuat 25 petak berukuran lx1 m dengan jarak 10 m antar petak.
Hasil pencacahan tumbuhan bawah pada 150 petak lx1 m2 di tiga lokasi penelitian Gunung Masigit mencatat 43 jenis tumbuhan yang tergolong ke dalam 39 marga dan 35 suku, dengan jenis-jenis utama Dipteris conjugata, Blechnum finlaysonianum, Impatiens javensis, tlrena lobata, Reds sp, Elatostemma sp, Smilax zeylanica, Schima wallrchrr, Phaius sp, Vitis adnanta, Dendrochyllum sp, Cyperus sp.
Sebaran jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian, khususnya di Lereng Bawah dan Punggung Bukit, sangat heterogen. Penyebaran jenisjenis tertentu umumnya tidak terkait dengan sebaran jenis-jenis iainnya. Komunitas tumbuhan bawah di Lereng Bawah dan Lereng Atas dapat disebut sebagai komunitas Dipteris conjugate, sedangkan di Punggung Bukit disebut asosiasi D.conjugata-B.fnlaysonianum. Karakteristik tumbuhan bawah di lokasi penelitian menunjukkan bahwa komunitas tumbuhan di sana telah mengalami gangguan. Kadar air lapangan yang dimiliki jenis-jenis dominan seperti Dipteris conjugata dan Blechnum finlaysonianum, yang hanya sekitar 30 %, memiliki resiko.tjnggi terhadap bahaya kebakaran.

ABSTRACT
Composition and Structures Community Lowland Fires in Gunung Masigit and Preliminary Study of Natural Regeneration Forest Fire Gunung Masigit, G. Gede-Pangrango National ParkGunung Gede Pangrango National Park, is one of the Long-term Ecological Research Site in Indonesia. In the late 1997, the fires have burnt and destroyed nearly 300 ha forest in this park . Of nine location of hot spots recognized G.Masigit was the largest burnt area with the tot& of 250 ha . Undergrowth vegetation got the most severe impacts. Almost undergrowth vegetation in various location in study site were totally burnt. However, with in three months following burning new seedlings such as Omalanthus populneus, Macaranga tanarius , Trema orientalis appeared in the forest floor.°
Abdulhadi et al. (1999) reported that those species were found as the component of seed bank in a permanent plot of this forest. Thus, it is believed that those seedlings might be recruited from seed bank or seed rain.
The objective of the research is to find out the composition and structure of undergrowth forest a community after forest fire in Gunung Masigit, G. Gede-Pangrango National Park.
Data collection were carried out between April and September 1999 at three areas, i.e. upper slope, lower slope, ridge. Four transects of 275 m were established within each site; each two transects established in burnt and unburnt forest. A long the each 275 m transect 25 plots of l x1 m were established with the interval of 10 m.
A total of 43 species belong to 39 genera and 35 families were recorded within 150 plots of unburnt sites. The dominant species of the unburnt sites were Dipteris conjugata, Blechnum fnlaysonianum, Impatiens javensis, Urena lobalata, Pteris sp, Elatostemma sp, Smilax zeylanica, Schima wallichii, Phaius sp, Vitis adnanta, Dendrochy1/um sp, Cyperus sp.
Based on their important value indices (I V I) the plant communities in lower and upper slopes were called Dipteris conjugata community, while in ridge site was an association of D_conjugata and Blechnum fin/aysonianum. The composition of undergrowth forest community observed during this study clearly indicated that G. Masigit has experienced some kind of disturbance before the fire in the late 1997.
Field water capacities of the dominant plants of the undergrowth forest were about 30 %. It is believed that this condition makes the forest is under high risk of fires.
The species richness of born sites was higher than in unburnt sites due to occurrence of the secondary species such as Melastoma balatrichum and Omalanthus populneus, that were not found in the unburnt site. There were 38 species found on the ridge, as the richest site, followed by upper slope 33 species , and the lower slope 21 species. Based on the life form, the undergrowth species in burning area can be classified to 18 species of trees, 6 species of shrubs, 9 species of lianas, 15 species of herbs, and 5 species of ferns.
The undergrowth forest community in burnt sites was dominated by herbs and ferns indicated that the community was still in an early succession. The LVI of plant communities in burnt site showed that the lower slope was the association of Pteris sp-Flatostemma sp., the upper slope was a community of Cyperus sp, and the ridge was the association of Cyperus sp-Pteris sp.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
"ABSTRAK
Masalah perpindahan pusat kerajaan Mataram Kuno pada abad I0 dari daerah Jawa Tengah ke Jawa Timur pernah menjadi salah satu isu penting dalam kajian arkeologi dan sejarah kuno Indonesia dalam tahun 1930-an. Namun demikian belum mendapat tanggapan yang memadai. Dalam buku monumentalnya berjudul Hindu-Javaansche Geschiedenis, Dr. N.J. Krom mengajukan pendapat bahwa Ietusan Gunung Merapi, yang dalarn kenyataannya
merupakan gunung api paling aktif di Indonesia, dianggapnya mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya perpindahan tersebut, selain faktor-faktor lain yang dikemukakannya pula yaitu: pemberontakan oleh vazal yang ada di Jawa Timur, wabah penyakit epidemik, dan pertimbangan politik (Krom 19311206--9).
Seiain Dr. J.G. de Casparis (1958), yang menanggapi masalah itu dari sudut ancaman kerajaan Sriwijaya dan adanya kesadaran akan pentingnya perdagangan interinsuler, dan Dr. B. Schrieke (1957) yang melihatnya dari segi beratnya beban masyarakat dalam pembangunan sejumlah besar candi di Jawa Tengah, Boechari memandangnya dari segi letusan Gunung Merapi. Menurut Bocchari (1976) perpindahan pusat kerajaan Matararn Kuno ke Jawa Timur itn disebabkan oleh gejala alam yang hebat yaitu letusan gunung api yang dahsyat di Jawa Tengah yang tidak Iain ialah Gunung Merapi.
Sebagai hipotesis sudah tentu pemyataan hubungan sebab-akibat antara letusan gunung api dan pindalmya pusat kerajaan itu harus dibuktikan atau didukung oleh data yang memadai. Berkenaan dengan hal itulah penelitian ini bertujuan untuk lebih dahulu memberikan dan memahami perilaku alam Gunung Merapi beserta kegiatan-kegiatan dan pengaruhnya pada bentang lahan daerah Merapi Selatan, sebagai tempat di mana masyarakat Jawa Kuno masa itu bermukim dan memanfaatkan potensi lingkungan alamnya untuk keperluan hidupnya. Dengan menggunakan prlnsip uniformitarianism, informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan interpretasi arkeologi yang berguna sehingga akan lebih terbuka kesempatan bagi kita untuk menilai Iebih jauh apakah hipotesis tersebut dapat didukung atau tidak."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Novita Taniardi
Yogyakarta: Balai Arkeologi D.I Yogyakarta, 2017
930 ARKEO 37:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nainunis Aulia Izza
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai konsepsi religi yang melatari perbedaan bentuk kepurbakalaan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak. Kepurbakalaan utama yang dibahas pada tesis ini antara lain adalah candi-candi di kaki Gunung Wajak, yaitu Candi Gayatri, Candi Sanggrahan, Candi Mirigambar, dan Candi Ampel. Selanjutnya adalah gua-gua di lereng Gunung Wajak, yaitu Gua Tritis, Gua Selomangleng Tulungagung, dan Gua Pasir serta Candi Dadi yang ada di Puncak Gunung Wajak. Selain 8 kepurbakalaan yang telah disebutkan, guna melakukan analisis konteks dan memertajam analisis, maka pembahasan juga dilakukan pada kepurbakalaan lain di sekitar Gunung Wajak. Kepurbakalan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak seluruhnya adalah bangunan suci yang digunakan pada masa Kerajaan Majapahit abad ke-14 dan 15 dan sebagian dibangun pada kronologi yang panjang, yaitu sejak masa Kerajaan Ka?iri Abad ke-12 dan 13 sampai Kerajaan Majapahit. Untuk itu dalam tesis ini turut dibahas mengenai keadaan politik dan keagamaan pada masa Kerajaan Ka?iri dan Majapahit serta menyinggung mengenai keadaan politik dan keagamaan masa Kerajaan Singhas?ri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori religi dari Spiro, khususnya yang berkaitan dengan praktek religi Spiro, 1977: 85-120 . Kepurbakalan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak memiliki kemiripan dengan kepurbakalaan sejenis di gunung-gunung lain. Untuk memecahkan masalah konsepsi religi, maka dalam penelitian ini turut dibahas kepurbakalaan di Gunung Arjuno dan Ringgit, Gunung Lawu,Gunung Penanggungan,Gunung Wilis, Gunung Klothok, Gunung Pegat, dan Gunung Kelud serta kepurbakalaan di gunung peninggalan masa klasik tua. Kepurbakalaan yang ada di gunung lain ini digunakan sebagai pembanding karakteristik bentuk dan peletakkan kepurbakalaan di Gunung Wajak. Pembahasan mengenai konsep religi yang melatari perbedaan bentuk bangunan di Gunung Wajak menghasilkan 3 poin. Pertama, kepurbakalaan di kaki gunung wajak berbentuk candi didasari oleh aspek kebutuhan dan fungsinya sebagai bangunan suci yang bersifat publik. Kedua, kepurbakalaan di lereng Gunung Wajak seluruhnya berbentuk gua karena sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya sebagai bangunan pendukung praktek religi yang bersifat semi publik. Ketiga, Candi Dadi di puncak Gunung Wajak memiliki bentuk sedemikian rupa didasarkan pada kebutuhan masyarakat penggunanya dan fungsinya sebagai tempat pelaksanaan puncak praktek religi yang bersifat eksklusif. Kata kunci:Candi, Gua, Gunung Wajak, Ka?iri, Majapahit.

ABSTRACT
This thesis discusses the religious conception that became a backdrop to the different shapes of archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain. The main archaeological remains looked closely in this theses include such temples located on the foot of Wajak Mountain as Gayatri, Sanggrahan, Mirigambar, and Ampel Temples, caves situated on the slope of the mountain that consist of Tritis, Selomangleng Tulungagung, and Pasir caves, and a temple on the crest of the mountain, Dadi Temple. In order to do some contextual analysis and deepen it, the thesis attempts to discuss other archaeological remains discovered around Wajak Mountain.The archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain are sacred structures that were in operation during the era of Majapahit Kingdom 14th to 15th centuries CE some of which were built before Majapahit era, dating back to Ka iri Kingdom 12th to 13th centures CE up to the brink of Majapahit rule. Therefore, this thesis incorporates the discussion on the state of political and religious affairs during the periods of Ka iri and Majapahit Kingdoms and touches upon some aspect of the politico religious affairs during the reign of Singhas ri Kingdom. The theory employed in this research is the theory of religion mdash especially the part that scrutinizes religious practices put forward by Spiro Spiro, 1977 85 120 .The archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain share some similarities with those discovered on other mountains. To make sense of the said religious conception, this thesis also discusses the archaeological remains on the mountains of Arjuno and Ringgit, Lawu, Penanggungan, Wilis, Klothok, Pegat, and Kelud, as well as archaeological remains on the mountains of classical period. The archaeological remains on other mountains are juxtaposed with those on Wajak Mountain in order to understand the religious conception that influenced the shaping and positioning of the remains on Wajak Mountain.The analysis of religious conception that formed the backbone of such various shapes of sacred structures on Wajak Mountain tells three important points. First of all, the archaeological remains in the forms of temples on the foot of the mountain were once built on the basis of the people rsquo s needs and functioned as sacred structures that were meant for public use. Second, the archaeological remains in the forms of caves on the slope of the mountain were built to function as complementary structures to accommodate religious practices. These caves were set to be semi public. Third, located on the peak of the mountain, Dadi Temple took its form to accommodate the religious practices and function as the place where the highest and exclusive religious practices were held. Keywords Cave, Ka iri, Majapahit, Temple, Wajak Mountain."
2017
T48905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yuyun Yuningsih
"Tesis ini membahas tentang peran Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dan partisipasi masyarakat Desa Cisantana dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Ciremai, serta persepsi masyarakat terhadap pengelolaan TNGC dikaitkan dengan ketahanan daerah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah BTNGC telah melaksanakan tugas dan program kegiatan yang melibatkan masyarakat Desa Cisantana dengan optimal. Sementara itu, masyarakat Desa Cisantana merasa belum dilibatkan sepenuhnya dalam pengelolaan TNGC sehingga belum merasakan manfaat dari keberadaan TNGC. Perbedaan persepsi antara masyarakat Desa Cisantana dan pemerintah/BTNGC, berpotensi menimbulkan konflik kepentingan sehingga akan menggangu ketahanan daerah. Karena itu pemerintah perlu mengambil kebijakan yang dapat menyatukan persepsi keberadaan TNGC dan mencari solusi pengelolaan partisipatif bagi masyarakat yang terkena dampak penetapan kawasan TNGC.

This thesis discusses the role of the National Park of Mount Ciremai and the participation of Cisantana community in the management of the Ciremai Mountain National Park, also the perception of community on TNGC management associated with regional resilience. This study used a qualitative approach. The result obtained from this study is BTNGC has undertaken an optimal task and program activities involving Cisantana community. Meanwhile, Cisantana community has not been fully involved in the TNGC management, so it has not felt any benefit from the presence of TNGC. The difference perception between Cisantana community and the government/BTNGC, has the potential to create conflict of interest that would interfere with regional resilience. Therefore, the government needs to adopt policies that can unify the perception of the existence of TNGC and look for participatory management solutions for communities affected by the determination of TNGC region
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muradi
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>