Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frans Asisi Datang
"ABSTRAK
Penelitian mengenai redupilkasi dalam bahasa-bahasa Austronesia merupakan suatu keharusan jika hendak mendeskripsikan bahasa-bahasa tersebut secara lengkap. Reduplikasi di dalam bahasa-bahasa Austronesia, merupakan suatu unsur yang hampir selalu ada. Sebenarnya gejala reduplikasi merupakan gejala umum yang ada dalam banyak bahasa di dunia.
Bahasa Manggarai sebagai bagian dari bahasa-bahasa Austronesia juga mempunyai bentuk reduplikasi. Namun, bagaimana wujudnya belum belum diketahui. Itulah yang menjadi masalah utama mengapa penelitian ini perlu dilakukan.
Tujuan pokok penulisan laporan penelitian ini adalah membahas reduplikasi dalam bahasa manggarai, dialek manggarai Barat: Kempo. Sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia, bahasa Manggarai perlu dikenal dengan baik. Dengan rampungnya penelitian ini, diharapkan diperoleh gambaran yang jelas mengenai bentuk reduplikasi dalam bahasa Manggarai dan dapat dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduktif. Berdasarkan pengetahuan saya mengenai teori reduplikasi dan bentuk reduplikasi dalam bahasa Indonesia, saya mencoba menguraikan bentuk reduplikasi dalam bahasa Manggarai.
Sumber data yang tersedia cukup banyak terdapat dalam teks-teks dan kamus bahasa Manggarai yang telah disusun oleh peneliti terdahulu. Disamping menggunakan teks-teks bahasa Manggarai tersebut, sebagai penutur asli bahasa tersebut data juga digali secara intuitif.
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelusuran teori tentang reduplikasi pada umumnya. Berdasarkan teori tersebut, saya mencoba mengumpulkan data-data bentuk reduplikasi dalam bahasa Manggarai dalam teks-teks berbahasa Manggarai-- yaitu "Manggarai Text" jilid XVI. Data yang telah terkumpul diklasifikasikan dengan menggunakan kriteria penggolongan tertentu. Kemudian data yang terklasifikasi, dianalisis untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk reduplikasi dalam bahasa tersebut.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut. Ada enam bentuk reduplikasi dalam bahasa Manggarai Kempo. Makna yang didukung masing-masing reduplikasi adalah BANYAK, SEMAKIN KE, EKSLUSIFITAS, KOLEKTIFITAS, INTENSITAS, KETIDAK-SENANGAN, DENGAN LEBIH, LEBIH DARI BIASANYA, PERBUATAN YANG DILAKUKAN DALAM WAKTU YANG RELATIF LAMA, dan KEBIASAAN MELAKUKAN PERBUATAN. Makna-makna ini berpadu dengan kelas atau kategori kata dasar setiap reduplikasi"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Maurits Dakhtar Soaloon
Jakarta: Djambatan, 1983
499.251 SIM r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Maurits Dakhtar Soaloon
"Jika hendak memerikan tata bahasa Indonesia, pekerjaan kita tidak akan lengkap jika kita tidak membicarakan proses reduplikasi sebagai pembentuk kata dalam bahasa itu. Bahkan bahasa apa pun yang menjadi obyek penelitian kita, jika bahasa itu termasuk rumpun Austronesia, penelitian kita tidak akan lengkap tanpa membicarakan reduplikasi. Tampaknya hal ini berlaku juga bagi beberapa bahasa lain di luar rumun ini, karena dalam bahasa-bahasa itu pun terdapat bentuk-bentuk yang dapat juga digolongkan dalam reduplikasi. Menurut Gonda (1939) reduplikasi terdapat juga dalam bahasa seperti Jarman, Belanda, Inggris, dan Marathi, terutama dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Inggris, Marchand (1969) mencatat contoh-contoh reduplikasi yang disebutnya ""ablaut combinations"", misalnya: bibble-babble, chitchat, dilly-dally, dsb.Walaupun pemakaian reduplikasi dalam bahasa Indonesia (bI) sebagai salah satu anggota rumpun Austronesia sangat luas dan jenisnya beranekaragam, dapat dikatakan bahwa penelitian mengenai 'reduplikasi yang pernah dilakukan belum tuntas. Reduplikasi biasanya dibicarakan sebagai bagian kecil dari pembicaraan tentang morfologi bI, dan setiap buku tata bahasa Indonesia tentunya akan membicarakannya.
Sebagai Salah aatu usaha melengkapi deskripsi tata bahasa Indonesia, tulisan ini akan mencoba memberikan deskripsi reduplikasi dalam bahasa itu guna melihat jenis-jenisnya berdasarkan bentuk, fungsi dan arti yang dapat dihubungkan dengan bentuknya. Karena dalam penelitian-penelitian terdahulu apa yang disebut reduplikasi semantis kurang mendapat perhatian, maka jenis reduplikasi ini pun akan dicoba untuk memerikannya lebih lanjut. Selanjutnya, reduplikasi yang "terikat-konteks" akan diperiksa pula, karena jenis reduplikasi ini pun kurang mendapat perhatian.
1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Sejak Kern (1886) dan Brandstetter (1916) mengadakan penelitian tentang akar kata dalam bahasa-bahasa Nusantara, sebenarnya penelitian reduplikasi da1am`b1, atau setidak-tidaknya dalam bahasa Melayu (bM), secara implisit telah dimulai. (Menganai ini akan dilanjutkan di bawah ini).
Dalam Salah satu penelitiannya tentang struktur kata dalam bahasa-bahasa Indonesia, Gonda (1959) juga telah menyinggung reduplikasi. Antara lain dia menduga bahwa kata-kata seperti tetan, tetas, dan sesak merupakan hasil reduplikasi. Hasil penelitian Gonda ini bersama-sama dengan hasil penelitian Kern dan Brandstetter sangat berguna dalam penelitian reduplikasi secara diakronis dalam bI. Penelitian Bijleveld (1945) tentang pengulangan dalam bM, bahasa Jawa (bJ) dan bahasa Sunda (bS) menunjukkan bahwa reduplikasi tidak hanya terbatas pada kata tetapi juga mencakup kalimat dan bagian kalimat (reduplikasi sintaksis).
Dalam penelitian ini Bijleveld mencoba menerangkan motif timbulnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu dengan menghubungkannya dengan cara berpikir dan cita-rasa pemakai bahasa-bahasa tersebut. Hasil penelitian Bijleveld ini berguna bagi usaha untuk menghubungkan arti dengan bentuk-bentuk reduplikasi. Namun, reduplikasi sebagai proses morfemis kurang mendapat nerhatian seperti ternyata dari tidak adanya penjenis-an yang terperinei dari bentuk, fungsi, dan arti reduplikasi Beberapa pikiran yang cukup menarik yang dikemukakan oleh Bijleveld untuk menerangkah munculnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu a.1. ialan adanya keinginan untuk menyatakan perasaan yang bergelora secara lebih kongkret; Kecenderungan untuk menyatakan pikiran secara lebih hemat; eerita tidax dapat diselesaikan secara linea feota, karena tidak adanya kemungxinan lain, karena tidak adanya konstruksi-konstruksi yang kompleks dan kompak; keinginan untuk menimbulkan efek-efek estetis melalui permainan bunyi; tidak terdapatnya kata-Kata untuk menyatakan pengertian kolektif dan umum. Semuanya ini dapat dipulangkan pada cara berpikir "primitif" yang a.l. mencakup "... een gevoel voor nerhaling, een heehten aan het gelijke, het ongedifferentieerde, net schematische, zooals dit zich in de natuur onenbaart" (hal. 10)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
D1130
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Maurits Dakhtar Soaloon
"Jika hendak memerikan tata bahasa Indonesia, pekerjaan kita tidak akan lengkap jika kita tidak membicarakan proses reduplikasi sebagai pembentuk kata dalam bahasa itu. Bahkan bahasa apa pun yang menjadi obyek penelitian kita, jika bahasa itu termasuk rumpun Austronesia, penelitian kita tidak akan lengkap tanpa membicarakan reduplikasi. Tampaknya hal ini berlaku juga bagi beberapa bahasa lain di luar rumun ini, karena dalam bahasa-bahasa itu pun terdapat bentuk-bentuk yang dapat juga digolongkan dalam reduplikasi. Menurut Gonda (1939) reduplikasi terdapat juga dalam bahasa seperti Jarman, Belanda, Inggris, dan Marathi, terutama dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Inggris, Marchand (1969) mencatat contoh-contoh reduplikasi yang disebutnya ""ablaut combinations"", misalnya: bibble-babble, chitchat, dilly-dally, dsb.Walaupun pemakaian reduplikasi dalam bahasa Indonesia (bI) sebagai salah satu anggota rumpun Austronesia sangat luas dan jenisnya beranekaragam, dapat dikatakan bahwa penelitian mengenai 'reduplikasi yang pernah dilakukan belum tuntas. Reduplikasi biasanya dibicarakan sebagai bagian kecil dari pembicaraan tentang morfologi bI, dan setiap buku tata bahasa Indonesia tentunya akan membicarakannya.
Sebagai Salah aatu usaha melengkapi deskripsi tata bahasa Indonesia, tulisan ini akan mencoba memberikan deskripsi reduplikasi dalam bahasa itu guna melihat jenis-jenisnya berdasarkan bentuk, fungsi dan arti yang dapat dihubungkan dengan bentuknya. Karena dalam penelitian-penelitian terdahulu apa yang disebut reduplikasi semantis kurang mendapat perhatian, maka jenis reduplikasi ini pun akan dicoba untuk memerikannya lebih lanjut. Selanjutnya, reduplikasi yang "terikat-konteks" akan diperiksa pula, karena jenis reduplikasi ini pun kurang mendapat perhatian.
1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Sejak Kern (1886) dan Brandstetter (1916) mengadakan penelitian tentang akar kata dalam bahasa-bahasa Nusantara, sebenarnya penelitian reduplikasi da1am`b1, atau setidak-tidaknya dalam bahasa Melayu (bM), secara implisit telah dimulai. (Menganai ini akan dilanjutkan di bawah ini).
Dalam Salah satu penelitiannya tentang struktur kata dalam bahasa-bahasa Indonesia, Gonda (1959) juga telah menyinggung reduplikasi. Antara lain dia menduga bahwa kata-kata seperti tetan, tetas, dan sesak merupakan hasil reduplikasi. Hasil penelitian Gonda ini bersama-sama dengan hasil penelitian Kern dan Brandstetter sangat berguna dalam penelitian reduplikasi secara diakronis dalam bI. Penelitian Bijleveld (1945) tentang pengulangan dalam bM, bahasa Jawa (bJ) dan bahasa Sunda (bS) menunjukkan bahwa reduplikasi tidak hanya terbatas pada kata tetapi juga mencakup kalimat dan bagian kalimat (reduplikasi sintaksis).
Dalam penelitian ini Bijleveld mencoba menerangkan motif timbulnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu dengan menghubungkannya dengan cara berpikir dan cita-rasa pemakai bahasa-bahasa tersebut. Hasil penelitian Bijleveld ini berguna bagi usaha untuk menghubungkan arti dengan bentuk-bentuk reduplikasi. Namun, reduplikasi sebagai proses morfemis kurang mendapat nerhatian seperti ternyata dari tidak adanya penjenisan yang terperinei dari bentuk, fungsi, dan arti reduplikasi Beberapa pikiran yang cukup menarik yang dikemukakan oleh Bijleveld untuk menerangkah munculnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu a.1. ialan adanya keinginan untuk menyatakan perasaan yang bergelora secara lebih kongkret; Kecenderungan untuk menyatakan pikiran secara lebih hemat; eerita tidax dapat diselesaikan secara linea feota, karena tidak adanya kemungxinan lain, karena tidak adanya konstruksi-konstruksi yang kompleks dan kompak; keinginan untuk menimbulkan efek-efek estetis melalui permainan bunyi; tidak terdapatnya kata-Kata untuk menyatakan pengertian kolektif dan umum. Semuanya ini dapat dipulangkan pada cara berpikir "primitif" yang a.l. mencakup "... een gevoel voor nerhaling, een heehten aan het gelijke, het ongedifferentieerde, net schematische, zooals dit zich in de natuur onenbaart" (hal. 10)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
D312
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswa Fitriyanti Widyahardani
"Redoplikasi adalah proses pengulangan sebagian atau seluruh bentuk kata yang dianggap menjadi dasarnya. Kesimpulan dari pengertian di atas adalah reduplikasi merupakan bentuk pengulangan kata. Beberapa kesamaan dan perbedaan reduplikasi morfemis antara bahasa Korea dan bahasa Indonesia menjadi hasil temuan dalam skripsi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S15855
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuradji
"Perihal urutan proses dan bentuk dasar amat menarik untuk dikaji. Selain ka_rena jumlah pemerhati bahasa yang tertarik pada bidang ini sangat sedikit -- apalagi dalam bahasa Sunda -- hal itu juga disebabkan adanya ketidak jelasan kriteria dalam penentuan sebuah konstituen sebagai bentuk dasar. Dalam penelitian ini, teknik yang dipergunakan untuk mencari urutan proses dan bentuk dasar adalah dengan menggunakan teknik analisis unsur langsung (immediate constituents). Di samping itu, pandangan Nida (1949) serta Bloch dan Trager (yang dikutip dari Parera, 1990: 47) perihal analisis konstruksi juga diper_gunakan dalam tulisan ini.
Dari hasil penelitian yang menggunakan pandangan mereka itu, terlihat bahwa urutan proses dan bentuk dasar adalah dua bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penyelidikan kata ulang. Fakta membuktikan bahwa penentuan sebuah bentuk dasar dapat dilakukan setelah urutan prosesnya diketahui. Ketumpangtindihan yang muncul dalam penggolongan urutan proses dan bentuk dasar pada kata tertentu tidak dapat diartikan bahwa kriteria yang dikenakan tidak dapat diandalkan. Kasus-kasus seperti itu agaknya dapat dianggap sebagai suatu pengecualian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992
499.221 5 SIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983
499.25 SIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salombe, Cornelius
Jakarta: Djambatan, 1982
499.221 5 SAL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud, 1995
499.222 5 SIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>