Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49855 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maman Soetarman Mahayana
Depok: Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dami N. Toda, 1942-
Jakarta: Pustaka Jaya, 1980
899.232 DAM n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Iwan, 1928-1970
Jakarta: Gunung Agung, 1977
808.83 SIM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
J. Prapta Diharja
"Dari bahasan saya mengenai gaya ekspresi Iwan Simatupang di dalam Ziarah, dapat saya tarik beberapa kesimpulan. Pertama, novel Ziarah memang kaya seka1i akan bermacan-macam gaya. Tidak hanya gaya bahasa, tetapi juga rajas dan gaya dalam bentuk penulisan tipografis (grafologis). Kebermacaman gaya Iwan memberi nuansa dan dinamika pada novel tersebut. Ada asonansi, tanda kutip, bentuk tulis-miring, elips penulisan angka, huruf besar, anastrof, repetisi, paralelisme, asindeton, paradoks, pleonasme, prolepsis, klimaks dan antiklimaks, puitisasi dan simbolisasi, humor, esei, gaya filosofis, perumpamaan, metafora, personifikasi dan depersonifikasi, hiperbol, litotes, sinekdoke, kilatan dan eufemisme. Dari bermacan-macam gaya ekspresi itu ada beberapa gaya yang dominan dan menonjol pemunculannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Sylvia Utami
"Modus keberadaan manusia (etre pour soi) yang berbeda dengan benda-benda (etre en soi), telah melahirkan adanya ketidaktunggalan identitas. Ada esensi yang mencair sehingga manusia bisa menjadi apa dan bagaimana sesuai dengan kehendaknya, sehingga ketunggalan identitas menjadi hal yang mustahil bagi manusia. Penggunaan tokoh tidak bernama dalam salah satu novel Iwan Simatupang, yakni novel Kering telah menjadi sebuah metafora yang sangat menarik akan keberadaan identitas yang tidak tunggal. Ada kebebasan yang dimiliki oleh manusia untuk menentukan identitas yang ingin disandangnya, sehingga sewaktu-waktu bisa menjadi apa saja, kapan saja dan di mana saja. Salah satu Filsuf Prancis, Jean-Paul Sartre mengetengahkan kebebasan sebagai sesuatu yang mutlak dimiliki oleh manusia. Meskipun ada penghayatan terhadap nilai-nilai yang bisa mengurangi kebebasan itu sendiri (faktisitas), bagi Sartre kebebasan manusia tetap mutlak.

Existence of human which different with the objects is born the not single identity. There is the essence of the melt, so that man can become what and how in accordance with his will. In this case, the single of identity become impossible thing for humans. The use of character is not named in the novel from Iwan Simatupang, namely Kering has become a methapor which very interesting about the existence of identity that not single. There is a freedom which is owned by humans to determine the identity of themselves, so that can be anything, anytime and anywhere. One of the French Philosopher, Jean-Paul Sartre explores freedom as an absolutely things. Although there is something that could reduce the value of freedom (Facticity), humans still have their freedom as an absolute."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Jaya Raya
"Skripsi ini merupakan hasil penelitian kesusastraan atas novel-novel Iwan Simatupang. Dalam penelitian ini karya sastra dipandang sebagai struktur komunikasi. Sesuai dengan teori Estetika Resepsi, dalam hal ini pembaca sastra menduduki posisi yang memegang peranan penting dalam pemberian makna atas karya sastra. Makna yang ditentukan pembaca dapat berubah-ubah, tergantung kelompok social (individu) dan zamannya. Dinamika pemaknaan ini menandai relativitas kedudukan suatu karya sastra di tengah pembacanya. Hal yang sama terjadi pada novel-novel Iwan Simatupang. Melalui penelitian ini diperoleh suatu periodisasi tanggapan pembaca atas karya Iwan dalam kurun waktu dua dasawarsa (1968-1988) Periode I berisi tanggapan yang bersifat menolak dan mengecam; periode II mulai memperlihatkan bentuk apresiasi yang positif atas karya Iwan; dan periode III berisikan percampuran antara kedua jenis apresiasi sebelumnya. Secara formal dapat disebutkan bahwa periode I berlangsung dari tahun 1968-1974; periode II tahun 1975-1977; periode III tahun 1978-1988. Sebagai hasil penelitian ini disimpulkan bahwa novel-novel Iwan mulai dapat diterima secara positif mulai tahun 1975, atau mulai periode II. Pemaknaan oleh pembaca mulai lebih matang sejak itu, yang berlangsung hingga tahun 1988, meskipun tidak semua tanggapan bersifat positif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simatupang, Iwan, 1928-1970
Djakarta: Djambatan, 1969
899.232 SIM z
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pepen Apendi
"Manusia adalah makhluk berpikir. Makhluk yang kreatif yang selalu ingin mengembangkan diri mencari sesuatu untuk kelangsungan hidupnya. Manusia tidak mau menderita. Maka dari itu dia melakukan berbagai cara mengumpulkan harta duniawi walaupun teman sendiri menjadi akibatnya. Dampak negatif dari tindakan manusia yang semena-mena tersebut merugikan orang lain, khususnya merugikan orang-orang yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan.
Pemaknaan "Tokoh kita" dalam Karya Iwan Simatupang: Merahnya Merah dan Kering, Suatu Kajian Filosofis, adalah judul yang dipilih penulis yang tujuannya untuk menggambarkan orang-orang yang hidupnya penuh dengan derita. Kedua novel tersebut Merahnya Merah dan Kering, menggambarkan kehidupan kaum gelandangan yang hidupnya di gubuk kecil-kecil, kekurangan makan dan minum.
Tokoh kita sebagai pembawa pesan (massage) Iwan Simatupang dalam kedua novel tersebut, adalah tipe manusia yang mampu bersosialisasi, tipe manusia yang sadar akan dirinya di mana hidupnya tidak terlepas dari orang lain, tipe manusia yang sadar bahwa kebebasannya ditentukan oleh kebebasan orang lain, meminjam pendapat Sarte. Tokoh kita ditengah kehidupan yang tak terpahami ini, dunia absurd, meminjam pendapat Albert Camus, mau tak mau harus menerima keadaan seperti ini demi mencari `manusia hanya manusia'.
Tokoh yang dikenal dengan "Tokoh kita" merupakan tokoh yang mempunyai karakteristik yang tidak dipunyai oleh tokoh-tokoh lain (antagonis). Dia adalah tokoh yang tegar, pantang menyerah terhadap masalah dan rintangan yang menghadangnya. Dia suka menolong orang-orang yang berada dalam kesulitan dan kelaparan. Itulah beberapa karakter yang ada pada diri tokoh kita yang dapat dijadikan contoh oleh pembaca dalam mengarungi dan menjalani kehidupan yang absurd ini.
Dalam beberapa kutipan dalam novel Merahnya Merah dan Kering, Iwan berpesan pada pembaca agar menjadi orang yang pemaaf, jangan menyakiti binatang, menghormati orang lain. Dan ada pesan lwan yang harus benar-benar diingat oleh pembaca yaitu bahwa manusia harus tahu dan sadar dari mana mereka berasal dan dari apa mereka terbuat. Melalui "Tokoh kita" pesan-pesan itu Iwan sampaikan. ltulah makna filosofis tokoh kita. Setelah membaca novel ini, pembaca diharapkan menjadi lebih arif dan bijaksana dalam hidupnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okke Saleha K. Sumantri Zaimar
Jakarta: Intermasa, 1991
899.232 OKE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>