Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49153 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"ABSTRAK
Kajian seni pada masyarakat sederhana biasanya tidak terlepas dari aspek religi. Suatu seni atau hasil karya kesanian seringkali dihubungkan atau dilatarbelakangi dengan kepercayaan tertentu. Salah satu di antara sejumlah karya seni yang berhubungan dengan religi atau kepercayaan adalah penggambaran hiasan antropomorfik pada wadah kubur yang berasal dari masa prasejarah. Berbagai hiasan yang terdapat, tertera atau yang berhubungan dalam kegiatan religi merupakan simbolisasi dari suatu representasi. Hiasan simbolis yang dijumpai pada objek atau kegiatan religi mempnnyai makna dan tujuan yang bersifat religius pula.
Tulisan ini mengkaji tantang hiasan antropomorfik, yaitu hiasan-hiasan yang menggunakan motif atau bentuk-bentuk manusia baik secara utuh maupun hanya bagian-bagian tertentu saja dari anggota tubuh manusia. Hiasan-hiasan itu terutama yang dijumpai pada wadah kubur yang disebut sarkofagus. Sarkofagus-sarkofagus yang dikaji di sini adalah temuan dari daerah Bali.
Hiasan antropomorfik pada sarkofagus di Bali pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hocker motif dan face motif, Hocker motif adalah hiasan manusia dalam posisi mengangkang, di mana kedua tangan dan kaki diangkat ke atas di samping badan. Sedangkan face motif berupa hiasan kepala/wajah atau disebut juga hiasan kedok/topeng. Hiasan-hiasan tersebut berfungsi sebagai pelindung arwah orang yang meninggal dari gangguan kekuatan-kekuatan atau roh-roh jahat.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yoserizal Achmaddin
"Arkeologi adalah ilmu yang bertujuan mengungkapkan masa lampau manusia melalui artefak atau benda hasil buatan manusia. Fokus studinya adalah artefak,2 akan tetapi di dalam usaha merekonstruksi masa lampau manusia itu jangkauan studinya lebih luas lagi. Perhatian studi adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan artefak atau arti seluasnya: segala aspek kehidupan dan lingkungan manusia masa lampau (Binford 1971: 158; 1972: 8G-81). Aspek-aspek masa lampau manusia meliputi aspek material dan spiritual. Aspek spiritual ini dapat di_pahami melalui studi yang mendalam terhadap aspek materialnya, yaitu berupa kesimpulan tentang aspek ma_terial yang meliputi aspek biologis manusia, lingkungan alam, sarana serta sumber kehidupan dan kehidupan jasmaniah. Dari data ilmiah dapat dicari petunjuk-pe_tunjuk ke arah rekonstruksi aspek rohaniah seperti kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (Soejono 1981:1-3). Perekaman dan penyajian data yang seyogyanya menghasilkan pemahaman akan riwayat serta masa lampau bangsa, pada hakikatnya merupakan tugas utama arkeologi. Tujuannya ialah membangkitkan kesadaran masyarakat akan suatu masa lampau yang pernah dilalui. Baik buruknya, dinamis statisnya, dan tinggi rendahnya derajat masa lampau itu dapat dinilai dan dipahami oleh generasi sekarang melalui penyajian yang tepat (Soejo_no 1981:1-3). Hal ini yang menjadi salah satu latar belakang dalam pemilihan topik mengenai peti kubur batu, karena peti kubur batu megalitik merupakan salah satu aspek material, artefak hasil kebudayaan dari ma_sa lampau. Salah satu masalah di dalam arkeologi adalah usaha untuk mencoba mengerti berbagai fungsi artefak. Ciri-ciri teknologis, konteks serta asosiasi4 berbagai temuan, seringkali belum dapat menjelaskan penger_tian tentang fungsinya di ruasa lalu, karena satu artefak tidak harus ditafsirkan mempunyai satu fungsi, ini pun berlaku terhadap sisa-sisa bangunan atau monumen megalitik. Sampai sejauh ini monumen-monumen megalitik sering kali dikaitkan pada ritus atau kultus kepada leluhur. Istilah megalitik sering diartikan mengandung suatu pengertian tentang dihasilkannya bangunan dari batu. Latar-belakang timbulnya kebudayaan ini berakar pada tradisi animistis atau berpangkal kepada pemujaan aural leluhur. Oleh karena itu bentuk materinya menghasilkan sejumlah anasir bangunan dan benda kebudayaan yang erat hubungannya dengan pemujaan arwah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Arifin Aziz
"Sebagai obyek penulisan skripsi, pemilihan judul di atas didasarkan pada: umumnya kerangka manusia yang ditemukan di situs Gilimanuk. dalam penelitian ta_hun 1977 dan 1979 berasosiasi dengan temuan artefak maupun non artefak. Artefak dan non artefak tersebut merupakan satu himpunan temuan (assemblage) yang berada dalam lapisan tanah ketiga dan keempat. Dengan demikian benda-benda yang berasosiasi dan ditemukan di dekat ke_rangka manusia dalam konteks kubur dapat dikelompokkan secara fungsional sebagai benda-benda bekal kubur.Ternyata dari 24 kerangka manusia yang ditemukan . utuh secara anatomi dalam penelitian tahun 1977 dan 1979, hanya 13 kerangka yang disertai benda perunggu se_bagai benda bekal kubur di samping bekal kubur lainnya.Sedikitnya jumlah kerangka manusia yang ditemukan bersama benda perunggu disebabkan oleh pengetahuan yang ter_batas dalam teknologi logam pada masa itu. Dengan demikian hanya orang yang mampu atau mempunyai kedudukan panting dalam masyarakat yang memperoleh benda perunggu sebagai bekal kubur, sedangkan bila ia mati berasal dari keluarga sederhana atau kurang mampu maka penyertaan benda bekal kuburnyapun secara sederhana tanpa disertai benda yang dianggap mempunyai nilai tinggi dalam masyarakat yang bersangkutan. Anggapan mengenai kematian tidak dapat merubah kedudukan seseorang semasa hidupnya dapat ter_lihat dari lengkapnya benda bekal kubur yang disertakan pada mayat yang bersangkutan. Tradisi memberikan benda bekal. kubur pada mayat seseorang yang berasal dari ka_langan atas atau status sosialnya tinggi sampai sekarang masih kita jumpai dan diantaranya ditemukan pada masyara_kat Sumba., Ngadha, Sabu dan Dayak Ngaju yang belum banyak mengalami perubahan ke kehidupan modern. Oleh karena itu penulisan skripsi ini ditekankan pada analisis tentang benda bekal kubur pada situs prasejarah Gilimanuk, khusus_nya benda perunggu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiono
"Skripsi ini ditujukan untuk mengetahui tradisi penguburan mayat di Liang Bua yang berlangsung pada masa Prasejarah. Rekonstruksi dilakukan berdasarkan model pola-pola kubur prasejarah yang telah dikemukakan oleh R.P Soejono. selain itu dimaksudkan pula untuk mengetahui variasi yang ada dalam pola kubur Liang Bua. Ini dilakukan melalui perbandingan dengan situs Gilimanuk. Dalam hubungannya dengan tradisi penguburan Liang Bua, akan dipaparkan masalah pam_bentukan situs, dekomposisi rangka, keadaan manusia dan pertanggalan situs: Karena itu data yang digunakan di sini mencakup data arkeologi, geologi, paleoantropologi dan etnografi.
Penggarapan data dilakukan dengan menggunakan pandangan Sistemik, model pola-pola kubur prasejarah,. analisis khusus dan analisis konteks temuan kubur, perbandingan dan analogi etnografi. Melalui metode ini dapat dikemukakan be_berapa hal, antara lain: Tradisi penguburan mayat di Liang Bua pada umumnya ber_pokok pada konsepsi kepercayaan dan aturan upacara pengu_buran yang pelaksanaannya dilakukan secara ketat."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S12084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Yondri
"Gua Pawon yang terletak di kawasan batugamping Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung sampai saat ini merupakan satu penemuan baru dalam kegiatan penelitian prasejarah yang pernah dilakukan di daerah Jawa Barat umumnya di kawasan tepian Danau Bandung Purba khususnya. Ekskavasi di Gua Pawon melalui pembukaan 6 kotak galian dilakukan oleh Balai Arkeologi Bandung pada bulan Juli dan Oktober (2003), Mei (2004), serta April (2004) atas kerjasama dengan Balai Pengelolaan Peninggalan Purbakala, Sejarah dan Nilai Tradisional Provinsi Jawa Barat. Hasil ekskavasi dengan temuan berupa alat serpih, alat tulang berbentuk lancipan dan spatula, fragmen tulang hewan, moluska, dan kubur, engindikasikan bahwa Gua Pawon di masa lalu pernah digunakan sebagai tempat pemukiman dan penguburan dari periode budaya berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
Tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi temuan kubur di Gua Pawon. Analisis dikembangkan berdasarkan pandangan yang telah dikemukakan oleh para ahli sebelumnya, baik mengenai tipe kubur, keletakan kubur di dalam gua, serta jenis ras manusia yang dikuburkan. Berdasarkan basil analisis, dapat disimpulkan bahwa kubur di Gua Pawon terdiri dari dua tipe yaitu tipe kubur langsung dan tipe kubur tertunda. Tipe kubur langsung dilakukan dalam bentuk penguburan terlipat yang diperlihatkan oleh R.1II, dan R.IV, sedangkan tipe kubur tertunda dilakukan dengan cara menguburkan bagian rangka, yaitu bagian kepala yang sebelum penguburan kedua dilakukan pewarnaan dengan menggunakan hematit di seluruh permukaan tulang yang diperlihatkan oleh rangka I (R.I). Ilasil pertangalan C-14 menunjukkan bahwa penguburan tersebut berkisar antara 5660±170 BP sampai 9520±200 BP.

Pawon Cave is located in the limestone area of Gunung Masigit, Cipatat District, Bandung Regency. It is one of the new discoveries in prehistory research activities that have ever been done in West Java, particularly in Bandung Basin area. Excavation in Pawon cave through the opening of six excavation that have been carried out by Bandung Archeological Research Bereau in July and October (2003), May (2004), and also April (2004) in cooperation with Board of Archaeological Heritage, History, and Traditional Values of West Java Province. Excavation result (obsidians tools, bone tools, fragmen of animal bones, mnllusca, and burial the human skeletons) indicated that Pawon Cave in the past *was ever used as settlement and burial places in the advance stage of hunter-gather culture.
The aim of this thesis is to identify the burial tradition that was done by people of the Pawon Cave. The burial data was analyzed based on the interpretation of the burial type, burrial location in the cave, also of the race of men who were burned there. Based on the analysis result of the four skeletons (R.I, R.II, R.III. and R.IV) that have been found, it can be concluded that the burial in Pawon Cave was done in a direct and deffered inhumation. Direct inhumation is done in flexed burial shape that is shown by R.III and R.IV. Deffered inhumation is done by burying the skeletons, in which the head. part was dyed first by using hematite in all of the bone surfaces as is shown by skeletons I (R.I before secondary burial was done. The dating result of C-14 shows that this burial occurred between 5660 ± 170 BP until 9520±200 BP."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T39938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunadi Kasnowihardjo
"Lately, the decline in the understanding of Pancasila and Bhinneka Tunggal Ika as the identity and ideology of the Indonesian nation has become a central issue that we must solve together. Diversity in ethnicity, religion, race, and customs owned by the Indonesian nation has been perceived and understood since thousands of years ago, diversities which were starting to be joined together during the Majapahit era. Mpu Tantular in his infamous Kakawin Sutasoma has written ?bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa?, an idea about unity in diversity. From then on, this idea has grown into nationalism spirit, which eventually became a tremendous force to repel the Dutch colonialist. Therefore these diversities must be maintained and preserved. Through a study about the past, archaeology has a role in protecting and preserving the cultural diversity to unify the nation.
"
Balai Arkeologi Yogyakarta, 2016
930 ARKEO 36:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian terhadap nisan-kubur di kompleks Banten lama, bertujuan mandapatkan data kwantitatif dan kwalitatif. Kwalitatif ditekankan pada gambaran utama bentuk fisik yang jelas dan dapat dibedakan (clear and distinct), sedangkan kwantitatif, terutama populasi dari nisan kubur yang erat hubungannya dengan para tokoh sejarah. Dalam penelitian ini, pengkaitan terhadap latar-belakang filsafat yang prima, mengingat porsi yang wajar dari nisan-kubur, dalam arti (meaning), guna (using) dan kedudukan (function), dalam penelitian ini tidak dilakukan.Terlihat bahwa beberapa bentuk nisan-kubur tertentu, dipergunakan oleh golongan pameran dalam keagamaan maupun dalam bidang kenegaraan..."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah
"Komplek Makam Kawah Tengkurap yang dibangun tahun 1728 merupakan salah satu bukti arkeologi panting dari masa Kesultanan Palembang. Di dalamnya terdapat empat cungkup makam sultan dan keluarga dengan bentuk dan ragam hias cukup variatif yang belum diteliti secara khusus. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, dan rnenggambarkan bentuk dan ragam hias pada nisan-nisan di keempat cungkup, serta mengetahui ada tidaknya kaitan bentuk dan ragam hias dengan status sosial tertentu. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap. Pertama, pengumpulan data yang meliputi pengumpulan data pustaka, seleksi data, dan perekaman data lapangan. Kedua, analisis data, meliputi klasifikasi data secara bertahap dengan mengacu pada atribut bentuk (bentuk dasar, badan, kepala, kaki, dan bahu nisan) dan atribut gaya (motif hias pads badan, kepala, dan kaki nisan) dan korelasi atribut. Hasil korelasi kemudian diintegrasikan hingga terbentuk tipe, sub tipe, dan varian nisan berdasar bentuk dan motif hiasnya. Dari kelompok yang terbentuk kemudian dapat dianalisa hubungan yang terjadi antara bentuk dan motif hias.Tahap ketiga adalah penafsiran data dimana dibuat penafsiran terhadap hubungan yang terjadi antar fenomena dan membandingkannya dengan fenomena lain di luar penelitian. Dalam hal ini data primer yang telah diolah dihubungkan dengan data sekunder lain berkaitan dengan sejarah dan budaya Palembang. Juga dilakukan perbandingan dengan data penunjang lain berupa nisan-nisan di komplek makam kuno lainnya yang ada di Palembang atau peninggalan kepurbakalaan lain yang berkaitan dengan obyek penelitian dan dapat membantu dalam penafsiran data.Hasilnya, ke-160 nisan yang diteliti dapat digolongkan ke dalam 3 tipe : Demak, Aceh, dan sederhana. Nisan tipe Demak berjumlah 119 nisan atau 74, 375% dari keseluruhan nisan yang diteliti. Pada tipe ini tampak bahwa makin komplek bentuk nisan, makin komplek juga ragam hiasnya. Umumnya tipe Demak digunakan pada nisan sultan din keluarganya. Walau kadang digunakan jugs pada makam yang bukan berasal dari golongan priyayi, namun bentuk dan motif hiasnya secara kualitas dan kuantitas tidak sebaik dan seraya nisan sultan dan keluarganya. Selain itu tampak bahwa keluarga sultan menggunakan motif tertentu dengan makna khusus yang langsung atau tak langsung mencerminkan ketinggian status sosial mereka. Nisan tipe Aceh hanya ditemukan 2 buah atau 1,25% dari keseluruhan. Dan penelitian dan peninjauan yang dilakukan pada komplek makam Islam kuno lainnya di Palembang tampak bahwa nisan tipe ini umumnya dipakai oleh orang-orang keturunan Arab."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engelbertus Kastiarto
"Bangsa Belanda yang datang ke Batavia ternyata masih membawa cara-cara hidup di tanah leluhurnya yang diterapkan di Batavia. Mereka membangun peristirahatan dan saluran air serupa seperti di negaranya. Selain itu mereka dengan lambang-lambang (Coasts of Arms, yang merupakan tradisi dari Eropa selama abad-abad pertengahan. Lambang-lambang yang terdapat pada nisan kubur Belanda abad 17-18 M itu menunjukkan keanekaragaman dalam bentuk-bentuk penggambaran dan menyiratkan pelbagai aspek kehidupan pemiliknya. Hal tersebut merupakan latar belakang permasalahan skripsi ini yang mengolah 42 buah lambang dari 40 buah nisan kubur Belanda abad 17-18 M yang tersebar di tiga lokasi yaitu di museum Taman Prasasti Museum Wayang dan gereja Sion di Jakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) klarifikasi bentuk-bentuk penggambaran unsur-unsur pengisi dan penghias lambang serta pengisi perisai dan unsur lambang lain pada lambang-lambang tersebut, (2) mengungkapkan kecenderungan pemakain bentuk-bentuk penggambaran lambang pada belbagai kelompok profesi/pekerjaan/jabatan masyarakat Belanda di Jakarta, (3) mengungkapkan latar belakang pembuatan setiap lambang. Tujuan penelitian yang pertama dicapai dengan memilah lambang-lambang tersebut berdasarkan unsur pengisi lambang, unsur penghias lambang, unsur pengisi perisai dan unsur lambang lain. Tujuan kedua dicapai dengan menggabungkan pengelompokkan inskripsi berdasarkan profesi/jabaran/pekerjaan yang dimiliki para pemilik lambang dnegan hasil-hasil pengidentifikasian bentuk penggambaran. Tujuan penelitian yang terakhir dicapai dengan mengkaitkan bentuk-bentuk penggambaran lambang dengan faktor-faktor seperti nama dan profesi pemiliki lambang. Dari hasil kajian terhadap lambang tersebut, dapat diidentifikasikan berbagai macam bentuk penggambaran dengan variasinga masing-masing seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, unsur alam dan lain-lain. Terungkap pula adanya kecenderungan-kecenderungan untuk menggunakan bentuk bentuk penggambaran yang berkaitan dengan profesi pemiliki lambang serta adanya latar belakang tertentu yang melatari bentuk-bentuk penggambaran tersebut"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>