Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129224 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1993
LAPEN 16 Irm e
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1993
LAPEN 16 Irm h
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1992
LAPEN 16 Irm f
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1996
LAPEN 16 Bud s
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tedjoworo
Jakarta: Kanisius, 2001
153.3 TED i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Hudaeva
"Infrastruktur teknologi digital mentransformasi modus produksi kapitalisme menciptakan kapitalisme yang mengikuti karakter masyarakat jejaring, yaitu memiliki fitur mengglobal dan menggunakan logika informasional. Penelitian ini hendak melakukan analisis konseptual tentang peralihan konsep kerja dalam modus produksi yang berkembang dalam masyarakat jejaring dengan dua fitur utama tersebut. Analisis konseptual ini dilakukan dengan menemukan distingsi informasi, ideologi, modus produksi, dan modus eksploitasi yang beroperasi sebelum dan susudah ada infrastruktur teknologi digital. Hasil dari analis itu memperlihatkan bahwa kerja dalam masyarakat jejaring adalah upaya melancarkan modus produksi post-Fordisme, baik dalam mengekspansi kapital pad alevel global atau pun memperkuat logika informasional. Kapital yang berekspansi secara global hanya menjadikan negara-negara miskin dan berkembang sebagai penyedia jasa manufaktur dengan tenaga kerja murah yang dapat diautomatisasi kapan saja. Bersamaan dengan praktik itu,  modus produksi post-Fordisme meningkatkan jumlah informasi yang memiliki muatan semantik melalui kerja konsumen yang mengumpulkan data. Data yang dihasilkan konsumen berguna untuk memprediksi kebutuhan konsumen, pasar di masa depan, inovasi komoditas, dan informasi yang harus didistribusikan. Terjadi asimetri karena konsumen tak dapat mengakses data yang dihasilkannya maupun algoritma yang menyaring dan mendistribusikan data itu. Kelas muncul dari asimetri akses antara konsumen dan penguasa data yang dkumpulkan konsumen. Asimetri akses terhadap data ini juga mempunyai konsekuensi epistemologis. Jika mengacu pada filsafat informasi semantik yang dicetuskan Luciano Floridi, bahwa informasi dapat menjadi sumber pengetahuan selama data yang menyusunnya mengandung muatan semantik (faktual, well-formed, dan bermakna), maka konsumen yang tak dapat mengakses data dan algoritma juga tak selalu mendapatkan informasi yang dapat dijadikan sumber pengetahuan. Data yang menyusun informasi yang diterima konsumen belum tentu memenuhi syarat untuk bermuatan semantik. Sementara pihak yang memiliki akses terhadap data dan algoritma menjadikan konsumen sebagai objek semantik yang terus menghasilkan data sebagai penyusun informasi yang dapat diandalkan untuk menjadi sumber pengetahuan dan basis pengambilan keputusan.

Digital technology infrastructure has transformed the mode of production of capitalism creates capitalism to be compatible with network society features, which always tends to globally expanded and follows informational logic. This research intends to do conceptual analysis of concept of work transition in the mode of production that develops in network society with these two main features. This conceptual analysis is carried out by discovering the differences in information, ideology, mode of production, and mode of exploitation that operate before and after the invention of digital technology infrastructure. The results of the analyst show that work in a network society strengthen post-Fordism mode of production, both to expand capital at global level or extensively applies informational logic. Globally-expanded capital only makes poor and developing countries as provider of cheap labor that can be automated at any time. Besides, the post-Fordism mode of production creates a new kind of labor, customers as the semantic data collectors. Data that generated by consumers is useful to predict consumer needs, future markets, commodity innovations, and information that must be distributed. Asymmetry arise ftom the limit of access to information and algorithm that filter it. Consumers cannot access both, meanwhile, capitalist has almost unlimited access. New theory of class emerges from that kind of asymmetry. This asymmetry of access to this data also has epistemological consequences. According to the semantic philosophy of information by Luciano Floridi, where information can be a source of knowledge as long as the data that compile the informatin contain semantic contents (factual, well-formed, and meaningful). Consumers, who collect data but cannot access data and algorithm, do not always get information that can be used as a source of knowledge. Consumers might not always receive information that meet semantic contents requirements. Meanwhile, those who have access to data and algorithms, capitalists mosly, treat consumers as semantic objects who produce data as the main components of information that can be relied upon to become sources of knowledge and a basis for decision making."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Lydia Siwy Syauta
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: B3PK UGM, 1991
306.361 3 ETO (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Aditya Media, 1991
306.361 3 ETO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Pangestu Sudianingrum
"Suatu kajian tentang persamaaan dan perbedaan etos kerja dan semangat kapitalisme yang terdapat di Jepang dan Eropa. Jepang dapat digolongkan sebagai salah satu bangsa di dunia yang paling berkembang secara ekonomis. Di mata bangsa-bangsa lain, bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang hemat, rajin dan suka bekerja keras atau dikatakan mempunyai etos kerja yang tinggi. Sikap yang demikian berlandaskan pada semangat yang terdapat dalam kapitalisme Jepang. Semangat kapitalisme tidak hanya terdapat di Jepang, tetapi juga ditemui di Eropa yang merupakan tempat asal sistem kapitalisme tersebut. Semangat kapitalisme yang ditemui di Eropa mempunyai persamaan dan juga perbedaan dengan kapitalisme yang terdapat di Jepang. Tokoh besar dalam kapitalisme Eropa, Karl Marx, memandang kapitalisme dari konsep kepemilikan, yaitu sebagai hubungan produksi yang terjadi antara golongan pemilik modal atau golongan kapitalis dengan golongan yang tidak memiliki modal atau golongan proletar, dimana golongan kapitalis semakin lama semakin kaya dengan memeras golongan proletar sehingga jurang pemisah antara mereka semakin besar dan dapat menyulut pemberontakan yang dilakukan oleh golongan proletar.Dalam kapitalisme Jepang, konsep kepemilikan yang dikemukakan Ishida Baigan bersifat umum, yaitu,. barang-barang saya adalah milik saya, barang-barang orang lain adalah milik orang lain, apa yang dipinjam harus dikembalikan dan apa yang dipinjamkan harus diterima kembali ... sehingga tidak menimbulkan akibat seperti dalam kapitalisme Eropa. Semangat kapitalisme Eropa, menurut Max Weber, bercikal bakal dari nilai-nilai ajaran agama Protestan yang menekankan tidak adanya kepastian nasib sehingga setiap orang harus bekerja keras agar dapat terpilih sebagai orang yang diselamatkan Tuhan pada hari akhir. Ketidakpastian nasib ini selain memotivasi manusia untuk selalu bekerja keras, di sisi yang lain juga menyebabkan orang terus bertanya-tanya apakah usahanya telah cukup, suatu hal yang dapat mengakibatkan seseorang akhirnya putus asa. Selain itu karena hidup boros adalah dosa besar maka setiap hasil usaha dari bekerja keras tersebut harus dikumpulkan dan digunakan untuk memulai usaha baru. Semangat kapitalisme Jepang bercikal bakal dari ajaran agama Budha dimana bekerja, menurut Suzuki Shosan, dianggap sebagai ibadah dan dengan bekerja manusia menjadi Budha yang berarti pasti mendapat keselamatan. Kepastian nasib inilah yang memotivasi bangsa Jepang untuk terus bekerja keras. Bila dibandingkan, semangat bekerja keras yang terdapat dalam kapitalisme Jepang kemungkinan lebih dapat bertahan lama daripada semangat yang terdapat dalam kapitalisme Eropa. Bila dalam semangat kapitalisme Eropa sikap hemat ditekankan sebagai lawan dari sikap boros yang merupakan dosa besar, dalam semangat kapitalisme Jepang sikap hemat diwujudkan dari pemahaman terhadap alam dimana manusia, menurut Baigan, adalah bagian dari alam semesta sehingga harus hidup selaras dengan alam atau hidup apa adan ya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa skripsi ini membahas persamaan dan perbedaan etos kerja dan semangat kapitalisme yang terdapat di Jepang dan Eropa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>