Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta Pustaka Firdaus 1986
297.4 S 68 d
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Watt, William Montgomery
London: George Allen and Unwin, 1953
297.4 WAT f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam diskursus ilmu Tasawuf, telaah tentang maqamat adalah penting. Melalui penelitian kepustakaan, kata maqamat, dari bahasa Arab, secara bahasa berarti tahapan yang dialami oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Adapun secara istilah, maqamat bisa diartikan "sebagai sebuah proses panjang dengan ahwal di dalamnya, yang ditempuh melalui latihan-latihan ruhaniah (riyadlah) serta amalan dan metode tertentu untuk mencapai tingkat tertinggi dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tingkat tertinggi ini dalam metode 'Irfani' disebut ma'rifat Allah Swt., mahabbah ila allah, atau ittihad ma'a Allah. Dalam tataran praksis, para sufi menjabarkan susunan dalam tahapan (maqamat) tersebut beragam sesuai dengan keberagaman pengalaman langsung mereka. Terlepas dari keragaman, paling tidak, ada dua tingkatan utama dalam maqamat, yaitu : tingkatan pertama terdiri dari : taubat, zuhud, sabar, tawakal, dan ridla ; sedangkan tingkatan kedua terdiri dari : al-mahabbah, al-ma'rifah, al-fana ; al-baqa ; dan al-ittihad (baik berbentuk hulul maupun wihdah al-wujud). Dengan pengetahuan yang benar tentang istilah-istilah dalam maqamat diharapkan dapat dijadikan pedoman khususnya bagi para pelaku pemula dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, dan umumnya bagi para peneliti yang menekuni bidang Tasawuf"
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Para sufi menafsirkan teks-teks suci dengan kaidah hermeneuik, untuk mencari makna konot erlatif, denotatif, terutama sugestif. Hamzah Fansuri—sufi dan sastrawan besar yang hidup semasa kerajaan Aceh berlimpah materi dan mengalami dekadensi moral, memaknai kata faqr sebagai memerlukan dan kemiskinan. Keduanya khas manusia, sehingga karena kemiskinan manusia perlu Tuhan, dan karena ke Maha-kaya-an-Nya Tuhan merdeka. Faqir adalah orang yang merdeka dari selain Allah. Sebagai maqam tertinggi, faqir berkenaan dengan jiwa yang fana, lenyapnya jiwa yang rendah sebab yang ada hanya cinta ilahi. Faqir berarti hidup zuhud dalam menggumuli, bukan menolak, kehidupan duniawi. Sementara M.Iqbal-Fisuf dan penyair Pakistan yang hidup ketikka peradaban Islam dlam kemunduran, memaknai kata faqr sebagai pribadi yang kuat karena cintanya pada Tuhan dan manusia merdeka, manusia unggul sebab kesadaran intelektualnya yang dalam dan jiwanya hidup. Hamzah Fansuri dan M. Iqbal memberikan makna yang hampir sama pada kata faqr, juga kritik mereka terhadap penyimpangan-penyimpngan agama dan tasawuf. Perbedaannnya, M. Iqbal memberikan takwil baru dan memperluasnya hingga mencakup bukan hanya agama dan tasawuf tetapi juga sosial dan politik, serta dengan jargon modern."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam dunia tasawuf, Dzu al-Nun al-Mishri dipandang sebagai bapak al-ma’rifah. Baginya, al-ma’rifah adalah pengetahuan hakiki, yang sanggup melihat dengan hati. Sedangkan pengetahuan ilmiah belum sampai ke tingkat hakiki. Untuk sampai ke tingkat ma;rifah harus melewati zuhud (meninggalkan kemewahan dunia), selalu beribadah dan bertafakur. Ketika jiwa sudah bersih dari kotoran, ia telah siap untuk menerima al-faidh (limpahan dari Allah), atau orang bisa sampai ke tingkat ma’rifat melalui jalan al-kasysyaf dan ilham yang Allah berikan kepada hamba yang Dia kehendaki. Tidak semua orang dapat mencapai tingkat al-marifat. Seorang sufi yang sudah sampai ketingkat ma’rifat akan memiliki tanda-tanda : 1). Selalu memancar cahaya ma’rifat dalam segala sikap dan perbuatannya ; ia selalu bersikap wara, 2). Tidak mengambil keputusan berdasarkan fakta nyata, karena dalam ajaran tasawuf fakta itu belum tentu benar, 3)tidak banyak menginginkan nikmat Allah, sebab kebanyakan nikmat bisa membawa kepada perbuatan haram."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu islam, tasawuf berakar kuat dalam al-Qur'an, Hadis dan tradisi islam. Ia menekankan dimensi esoteris agama, untuk mengimbangi ilmu hukum (fiqh) yang berorientasi pada dimensi eksoteris agama sehingga timbul keberagamaan yang sangat formalistik. Ikhwal shalat, misalnya, tasawuf berusaha untuk menangkap ruh ibadah yang dikatakan al-qur'an berpotensi menyeret pelakunya ke neraka. Melalui Ihya Ulum al-din, Imam al-Ghazali memberikan ruh pada ritual peribadatan Islam. Terjadinya kontroversi tasawuf, terkait soal kebersatuan 'abid dan ma'bud, yang diistilahkan sebagai al-ittihad, al-hulul dan wahdat al-wujud. Jaran terpenting tasawuf adalah membangun akhlaq mulia, mempunyai sifat-sifat terpuji sebagaimana sifat-sifat Allah, dengan melakukan amal-amal ibadah seperti digariskan syariat yang dibawa oleh Rasullah. Tasawuf yang menegakan Syari'ah dipandang oleh Muhammadiyah sebagai jalan yang dikehendaki agama, sedangkan yang menyalahi Syari'ah adalah tasawuf sesat. Meskipun secara formal tidak bertasawuf, tetapi pada substansinya para sesepuh Muhammadiyah, misalnya, Buya ZAS, Buya Zul, Pak AR, dan Amin Rais adalah pelaku tasawuf akhlaqi."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Filsafat empirik John Lock dan fisika Newton menjadi jiwa Eropa dalam membangun sains dan teknologi. Produk-produknya mempermudah kehidupan, Sehingga manusia semakin yakin bahwa hanya fenomena empirik yang layak dijadikan pijakan untuk memaknai kehidupan. Maka dunia modern hidup dengan jiwa yang mengandung dua unsur berlawanan. Manusia modern enggan ke Gereja yang dianggap penuh mitos, sementara positivisme-materialisme tidak punya visi filosofis yang bisa mencerahkan rohani. Dilema itu coba dipecahkan eksistensialisme, dengan menyangkal eksistensi Tuhan dan menagungkan kebebasan. Akibatnya manusia modern menjadi penguasa tunggal dunia, tanpa punya visi metafisis. Hidupnya berkutat seputar materi, dengan jeritan rohani yang kian nyaring mengeksperesikan kehampaan makna hidup. Negara kita juga mengalami krisi spiritual, ditunjukan dengan meningkatnya kuantitas, kualitas dan modus operandi tindak kemunkaran mereka tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang menghancurkan martabat kemanusiaannya, sebab hatinya sudah tertutup dari nur illahi. Selama ini Tuhan hanya di dengar dengan telinga, dipelajari dengan otak dan disebut dengan lisan tanpa pernah singgah dalam hati. Sebab itu, kaum sufi mengajak kita untuk menghidupkan kembali visi metafisis dan mistis."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simuh, 1933-
Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1988
297.54 Sim m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Schimmel, Annemarie, 1922-2003
Jakarta: Pustaka Firdaus , 2000
297.4 SCH mt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhsin Labib
Jakarta: Lentera, 2004
297.5 MUH j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>