Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71028 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dessy Arianty
"Tujuan dari teknik IMRT adalah untuk meningkatkan rasio terapi sehingga mengurangi dosis ke organ beresiko di sekitarnya. Kualitas perencanaan IMRT tergantung pada jumlah dan arah lapangan radiasi yang ditentukan di TPS dengan mengkompromikan waktu proses pembuatan di TPS, waktu penyinaran, dan distribusi dosis yang dihasilkan. Dalam penelitian ini jumlah lapangan perencanaan IMRT untuk kanker prostat, nasofaring, hipofise, dan tiroid ditentukan untuk mencapai optimasi. Perencanaan IMRT untuk pasien kanker prostat, nasofaring, hipofise dan tiroid dilakukan menggunakan TPS PrecisePlan. Tiga set jumlah lapangan dilakukan untuk setiap pasien dengan 3, 5, dan 7 lapangan untuk kanker prostat dan tiroid, serta 5, 7, dan 9 lapangan untuk kanker nasofaring dan hipofise. Berkas radiasi yang digunakan adalah foton 6 MV dan 10 MV. Dari DVH dianalisis conformity index, homogeneity index, dan dosis pada organ beresiko.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa nilai conformity index semakin baik dengan penambahan jumlah lapangan radiasi dalam semua kasus. Kecenderungan yang sama terjadi juga untuk homogeneity index. Untuk kanker prostat, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam dosis di buli-buli antara ke-3 set jumlah lapangan. Di sisi lain dosis pada rektum dengan 90%, 75%, dan 50% relatif terhadap dosis preskripsi, volume persentase minimum selalu terjadi pada perencanaan dengan 5 lapangan dibandingkan jumlah lapangan lainnya. Untuk kanker nasofaring ditemukan bahwa dosis pada medullaspinalis semakin baik dengan meningkatnya jumlah lapangan. Tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara dosis di medullaspinalis pada perencanaan dengan 7 dan 9 bidang. Dan didapatkan pula tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam dosis pada batang otak dan kelenjar parotis.
Untuk tumor hipofise, dosis di batang otak, mata dan lensa mata didapatkan hasil yang masih dalam batas toleransi pada perencanaan dengan 7 dan 9 lapangan. Untuk kanker tiroid ditemukan bahwa dosis terendah di medullaspinalis terjadi pada perencanaan dengan 5 lapangan. Jumlah lapangan radiasi yang optimal dalam perencanaan IMRT adalah 5 lapangan untuk kanker prostat dan tiroid, dan 7 lapangan untuk kanker nasofaring dan hipofise. Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan untuk kasus kanker lainnya.

The purpose of IMRT technique is to increase the therapeutic ratio therefore minimizing the dose to surrounding organs at risk. The plan quality depends on the number and direction of the radiation fields that are selected in compromise with TPS processing time, treatment time, and the resulting dose distribution. In this study the number of fields in IMRT plan for prostate, nasopharyngeal, pituitary, and thyroid cancer were determined in order to reach optimization. IMRT planning for prostate, nasopharyngeal, pituitary and thyroid cancer patients were created using PrecisePlan TPS. Three sets number of fields was performed for each patient with 3, 5 7 fields for prostate and thyroid and 5, 7, 9 fields for nasopharyngeal and pituitary. The treatments used 6 and 10 MV X-rays. From DVH values target dose conformity, homogeneity, and dose at organs at risk were analyzed.
It was found that the conformity index was better with increasing the number of fields in all cases. The same trend happened for the homogeneity index. For prostate cancer, there was no significant difference in the dose to bladder among the 3 sets of fields. On the other hand the dose at rectum with 90%, 75%, and 50% was always occurred at minimum percentage volume for 5 fields relative to the other sets fields. For nasopharyngeal cancer it was found that the dose at spinal cord better with the increasing number of field. But there was no significant difference between the dose at spinal cord on the plan with 7 and 9 fields. And there was also no significant difference in the dose at brainstem and parotid gland.
For pituitary tumor it was found that the dose at organ at risk in the limited tolerance for 7 and 9 fields. And for thyroid cancer it was found that the lowest dose at spinal cord happened in the plan with 5 fields. The optimal number of fields in IMRT planning was 5 fields for prostate and thyroid cancer , and 7 fields for nasopharyngeal and pituitary cancer. This work should be continued for other cases of cancer.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardana
"ABSTRAK
Penelitian ini dimotivasi oleh mesin multileaf collimator (MLC) yang berfungsi untuk mendistribusikan dosis-dosis radiasi yang dihimpun dalam matriks dosis pada pengembangan metode pengobatan kanker dengan radioterapi, yaitu Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). MLC tidak bisa mengirimkan semua bentuk matriks dosis, sehingga perlu dilakukan suatu dekomposisi matriks agar MLC bisa mengirimkan dosis radiasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari cara mendekompsisikan matriks dosis yang dapat dikirim oleh MLC serta mengoptimalkan pendistribusian dosis radiasi. Algoritma Greedy dianggap sebagai algoritma yang paling optimal untuk mendekomposisikan matriks dosis menjadi matriks yang dapat didistribusikan oleh MLC. Akan tetapi ada kasus dimana Algoritma Greedy memberikan hasil yang kurang optimal, sehingga penulis mencoba untuk memodifikasi Algoritma Greedy yang menghasilkan dekomposisi yang lebih optimal.

ABSTRACT
This research was motivated by the multileaf collimator (MLC) machine, which serves to distribute the doses of radiation that is collected in the matrix dosage in the development of treating cancer methods with radiotherapy that is Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). MLC cannot send all form of matrix dosage, so we need some matrix decomposition that MLC can transmit the radiation dose. Therefore, this study aimed to find the ways how to decompose matrix dosage that can be delivered by the MLC and optimize the distribution of radiation dose. Greedy algorithms are considered as the most optimal algorithm for decomposing the matrix into matrix dosage that can be distributed by the MLC. There are some cases where the Greedy algorithms provide the less optimal results. Thus in this research the algorithm is modified to obtain the more optimal result."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sebagai konsep sistern distribusi tenaga listrik pada kompleks Jakarta lslamic
Center Kararnat Tunggak Jakarta Utara, direncanakan instalasi transformator berkapasitas 1250 kVA berjumlah 1 buah. Kondisi tersebut kurang optimal, karena tingkat kehandalan rendah, rugi-rugi besi tinggi yaitu 2700 Watt dan efisiensi keadaan beban penuhnya 98,60%. Desain untuk sistem distribusi diatas diinstalasikan dcngan kombinasi paralel beberapa buah transformator. Masing-masing berkapasitas 630 kVA berjumlah 2 buah dan 3 buah transformator masing-masing berkapasitas 500 kV A, 500 kVA dan 250 kVA Pada instalasi transformator tunggal didapat rugi inti 2700 Watt, rugi tembaga 15000 Watt, effisiensi total beban penuh (Load 100%) 98,515% dengan asumsi cos cp adalah 0,95 dan tingkat keandalannya adalah 92%. Sedangkan pada instalasi kombinasi 3 buah transformator didapat rugi inti 2850 Watt, rugi tembaga 14250 Watt, effisiensi total beban penuh (Load 100%) 98,550% dengan asumsi cos

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Azizka Fajria
"[Teknik radioterapi lapangan kecil memiliki tingkat kerumitan yang tinggi, karena keberhasilan pelaksanaan terapi menggunakan teknik ini sangat bergantung pada keakuratan proses mulai dari perencanaan, pemberian dosis selama terapi hingga evaluasi pengukuran dosis terapi. Penelitian ini dilakukan pada kasus kanker paru menggunakan teknik lapangan kecil pada kasus teknik IMRT dan SBRT dimana evaluasi dosis dilakukan dengan menggunakan bilik ionisasi, TLD ,dan film gafchromic EBT2. Nilai diskrepansi yang didapatkan pada teknik IMRT menggunakaan film memiliki nilai yang paling kecil diantara dosimeter lainnya yaitu berada pada rentang nilai 1,75% ~ -0,60%. Pengukuran SBRT baik pada RSCM maupun RSGP hasil yang ditunjukkan PTW 300013 menunjukkan nilai diskrepansi yang tinggi yaitu pada rentang -7,08% ~ -14,98%. Berbanding terbalik dengan PTW 300013, dosimeter Exradine A16 menunjukkan nilai diskrepansi yang kecil yaitu -2,96% ~ -4,12%. Hasil evaluasi film menggunakan MATLAB pada teknik IMRT menghasilkan nilai dosis terukur ≥ 4% lebih tinggi dibandingkan dengan film QAProTM. Sedangkan unutk nilai SBRT dosis terukur yang dihasilkan oleh MATLAB ≤ 4% lebih rendah dibandingkan film QAProTM . Hasil evaluasi dosis dari bilik ionisasi baik pada pengukuran langsung maupun evaluasi menggunakan MATLAB menunjukkan pola yang serupa, yaitu bernilai overestimate pada IMRT dan underestimate pada SBRT.;Small field radiotherapy techniques have a high level of complexity, due to the successful of this implementation is highly dependent on the accuracy of the process from planning until evaluating the dose measurement. This research was done in the case of lung cancer using small field radiotherapy by using IMRT and SBRT technique. The dose evaluation is done by using ionization chambers, TLD, and the gafchromic EBT2 film. Results of discrepancy value in IMRT techniques using film has the smallest value among other dosimeters, in range 1.75% to -0.60%. PTW 300 013 shows a high value of discrepancies on the SBRT measurement, in the range of -7.08% to -14.98%. In contrast with PTW300013, Exradine A16 shows a low value of discrepancies, in range -2,96% to -4,12%. Results of film evaluation using MATLAB, IMRT technique have measurable dose value 4% higher than the film QAProTM. Dose discrepancy of SBRT technique that generated by MATLAB 4% lower than the film QAProTM. The Results of dose evaluation using ionization chamber both of measurement and MATLAB evaluation showed a similar pattern, which is have the overestimate value in IMRT and underestimate value in SBRT., Small field radiotherapy techniques have a high level of complexity, due to the successful of this implementation is highly dependent on the accuracy of the process from planning until evaluating the dose measurement. This research was done in the case of lung cancer using small field radiotherapy by using IMRT and SBRT technique. The dose evaluation is done by using ionization chambers, TLD, and the gafchromic EBT2 film. Results of discrepancy value in IMRT techniques using film has the smallest value among other dosimeters, in range 1.75% to -0.60%. PTW 300 013 shows a high value of discrepancies on the SBRT measurement, in the range of -7.08% to -14.98%. In contrast with PTW300013, Exradine A16 shows a low value of discrepancies, in range -2,96% to -4,12%. Results of film evaluation using MATLAB, IMRT technique have measurable dose value 4% higher than the film QAProTM. Dose discrepancy of SBRT technique that generated by MATLAB 4% lower than the film QAProTM. The Results of dose evaluation using ionization chamber both of measurement and MATLAB evaluation showed a similar pattern, which is have the overestimate value in IMRT and underestimate value in SBRT.]"
2016
T44951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramlah
"Prediksi dengan model mesin learning regresi telah banyak digunakan untuk penelitian. Salah satu model mesin learning yang digunakan untuk prediksi adalah random forest regressor. Mesin learning membutuhkan data training untuk mempelajari pola dan hubungan antar data. Model regressor yang sedangkan dikembangkan dalam bidang medis saat ini adalah model yang dapat memprediksi dosis pada perencanaan IMRT. Data perencanaan dalam format DICOM (format asli data) dieksport ke bentuk CVS (Comma Separated Values). Kemudian data dibagi menjadi data training dan testing yang dipilih secara random. Algoritma yang digunakan untuk memprediksi adalah random forest yang akan di training menggunakan 7-fold validation dan kemudian model akan di uji dengan data baru yaitu data testing yang belum pernah dilihat oleh model. Data yang dievaluasi yaitu parameter untuk mendapat HI (Homogenety Index) untuk organ target, dan dosis mean dan max untuk OAR (Organ At Risk). Random forest mampu memprediksi nilai sebenarnya dengan kesalahan dievaluasi menggunakan MAE pada fitur PTV D2 (0,012), D50 (0,015) dan D98 (0,018) serta pada fitur OAR (mean dan  max) paru kanan (0,104 dan 0,228), paru kiri (0,094 dan 0,27), jantung (0,088 dan 0,267), spinal cord (0,069 dan 0,121) dan (V95) Body (0,094).

Predictions with machine learning regression models have been widely used for research. One of the machine learning models used for prediction is the random forest regressor. Machine learning requires training data to determine patterns and relationships between data. Nowadays, the regressor model that being developed in the medical field is able to predict dose in IMRT planning. Planning data in DICOM format (original data format) was exported to CVS (Comma Separated Values) format. Then, the data was divided into training and testing data which were selected randomly. The algorithm used to predict is a random forest that was trained using 7-fold validation and the model was evaluated with new data, namely testing data that have not been seen by the model. The evaluated data are parameters to obtain HI (Homogenety Index) for target organs, and mean and max doses for OAR (Organ At Risk). Random forest was able to predict the true value with errors and it was evaluated using MAE for PTV D2 (0,012), D50 (0,015) and D98 (0,018), for OAR (mean and  max) right lung (0,104 and 0,228), left lung (0,094 and 0,27), heart (0,088 and 0,267), spinal cord (0,069 and 0,121) and (V95) Body (0,094).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kosasih Ernest
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S28594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny
"Latar Belakang: Hingga saat ini belum pernah dilakukan studi untuk menganalisis parameter dosimetri diantara teknik Three Dimentional Conformal Radiotherapy (3D-CRT), Intensity Modulated Radiotherapy-Step and Shoot (IMRT-SS), IMRT-Helical Tomotherapy (HT) dan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) pada kanker prostat di Departemen Radioterapi RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Metode: Studi eksperimental eksploratorik dengan melakukan intervensi pada 10 data CT plan pasien kanker prostat yang diradiasi di Departemen Radioterapi RSUPN-CM. Dosis 78 Gy diberikan pada PTV dalam 39 fraksi.
Hasil: rerata V75Gy rektum dan buli antara teknik 3D-CRT dengan tiga teknik lainnya, seluruhnya memperlihatkan perbedaan yang bermakna (p <0,05). Rerata V5Gy RVR antara teknik 3D-CRT vs VMAT dan HT, IMRT-SS vs HT dan VMAT vs HT bermakna secara statistik dengan nilai p<0,0001. Rerata durasi penyinaran paling tinggi didapatkan dengan teknik HT (rerata 4,70±0,84 menit).
Kesimpulan: Angka V75Gy Rektum dan buli antara teknik 3D-CRT berbeda signifikan dibandingkan dengan tiga teknik lainnya. Teknik IMRT-SS menggunakan 5 arah sinar ko-planar mampu memberikan distribusi dosis yang baik terhadap PTV dan organ kritis meskipun tidak superior dibandingkan dengan teknik HT dan VMAT. Teknik HT memiliki konformitas yang lebih inferior dibandingkan dengan teknik VMAT. Durasi penyinaran terpendek dengan menggunakan teknik VMAT, berbeda signifikan dibandingkan dengan 3 teknik lainnya.
Background: There is limited study comparing dosimetry parameters between four different techniques; Three Dimentional Conformal Radiotherapy (3D-CRT), Intensity Modulated Radiotherapy-Step and Shoot (IMRT-SS), IMRT-Helical Tomotherapy (HT) and Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) in relation to prostate cancer in Radiotherapy Department RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Method: Experimental study with intervention on 10 prostate cancer patients' CT planning data. All the subjects underwent radiation in radiotherapy department RSUPN-CM. 78 Gy dose in 39 fractions was given for PTV. Results: The mean V75Gy rectum and bladder between 3D-CRT and the other three above mentioned techniques all showed significant results (p <0.05). V5Gy RVR between 3D-CRT vs VMAT and HT, IMRT-SS vs HT and VMAT vs HT is statistically significant (p <0.0001). The longest radiation time was done with HT (mean 4.70±0.84 minutes).
Conclusion: V75Gy rectum and bladder between 3D-CRT is statistically significant compared with the other three techniques. Even though, it is not superior compared to HT and VMAT, IMRT-SS using 5 co-planar beams are able to provide good dose distribution for PTV and critical organs. HT have inferior conformity compared to VMAT. Shortest radiation time was done using VMAT (statistically significant compared to three other techniques)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Laras Pristiwati
"Peti kemas (container) telah menjadi salah satu pilihan utama dalam pengiriman kargo perdagangan dunia. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% kargo internasional diangkut melalui moda transportasi laut. Indonesia sebagai negara yang dua per tiga bagian wilayahnya, tentu saja memanfaatkan transportasi laut dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Salah satu usaha pemanfaatannya adalah dengan menyediakan terminal peti kemas untuk membantu kelancaran kegiatan perdagangan di wilayah Indonesia. Pemberlakuan zona perdagangan bebas sudah membuat jumlah export dan import di Indonesia meningkat. Hal tersebut berakibat kepada pertumbuhan arus barang yang memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan penggunaan peti kemas. Tentu saja diperlukan antisipasi terhadap terminal peti kemas pada umumnya dan area lapangan penumpukan (container yard) pada khususnya. Oleh karena itu, perlu ditentukan kebutuhan jumlah fasilitas bongkar muat di area lapangan penumpukan yaitu transtainer dan truck serta kebutuhan area lapangan penumpukan (container yard) yang tepat untuk dapat mengimbangi peningkatan arus peti kemas.

Container has become one of the main choice in the world trade cargo. Statistic shows that more than 90% of international cargo transported by sea transportation. Indonesia, as a maritime country, exactly use that transportation with many advantages it has. One of Indonesia's utilization by providing container terminals to make a simplicity of trade activities in Indonesia.Further, the implementation of the free trade area has made ​​a number of export and import in Indonesia increased. This resulted in the growth of the flow of goods has a positive correlation with the growth in the use of containers. So, an anticipation from container terminals in general and container yard in particular, is needed. Therefore, it is necessary to determine the required number of loading and unloading facilities at the container yard, which are transtainer and truck, and the required number for a proper container yard to offset the increase of current container."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Tri Kusumo Aji
"Magnesium sulfat merupakan senyawa garam yang banyak terdapat didalam air laut. Kristal ini dalam bentuk hidratnya mempunyai rumus kimia MgSO4.7H2O. MgSO4.7H2O ini dipakai di PT. Risjad Brasali Industri (RBI) - Merak sebagai zat penggumpal pada Acrylonitril Butadiena Styrene (ABS) latex karena merupakan koagulan yang paling ekonomis dibandingkan yang lain.
Proses penggumpalan ABS latex melibatkan campuran antara 3 komponen yaitu koagulan, air, dan ABS latex. Pemakaian magnesium sulfat pada sintesa ABS latex ini harus optimum supaya tidak terjadi masalah untuk proses berikutnya. Sebab bila kebutuhan larutan koagulan kurang dari optimum maka ABS latex yang terjadi akan lembek sehingga akan lengket dan menempel pada dinding dalam tangki, pipa dan pompa.
Sebaliknya bila penambahan larutan koagulan lebih dari optimum maka ABS latex yang terjadi mengeras dan dapat menimbulkan penghambatan pada pipa maupun pompa. Parameter yang mempengaruhi sifat ABS latex adalah Total Solid (TS) yaitu jumlah larutan yang terdapat dalam campuran sebagai viskositas campuran. Oleh karena itu diperlukan optimasi jumlah pemakaian koagulan pada sintesa ABS.
Metode optimasi yang dipakai pada penelitian ini adalah "Trial and Error" dengan salah satu komponennya konstan, sedangkan kedua komponen yang lain dirubah laju alirnya. Parameter optimasi yang dipakai sebagai tolak ukur adalah total solid dari campuran ketiga komponen dalam proses koagulasi yang diambil dari tangki pemasakan. Total Solid dianalisa dengan "metode gravimetri" menggunakan sample. Sedangkan viskositas campuran dianalisa secara visual / penglihatan pada warna ABS latex dan diraba dengan telapak tangan.
Hasil optimasi perbandingan antara ketiga komponen yaitu koagulan, air, dan ABS latex adalah 1: 2,5: 14,5, karena memberikan sifat warna yang putih, tidak Iengket pada tangki, maupun pompa serta centrifuge tidak mengalami vibrasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Santoso Tamsir
"ABSTRAK
Perencanaan dan pembangunan suatu proyek tidak dapat dilepaskan dari pertimbangan ekonomis proyek itu sendiri. Berdasarkan pertimbangan ekonomis pula direncanakan ukuran proyek serta pemilihan teknologi yang dipergunakan sehingga dapat diperkirakan besarnya investasi yang ditanamkan dan tingginya laju pengembalian modal. Demikian juga dalam perencanaan pengembangan sebuah sentral telepon, perlu dipertimbangkan besarnya kapasitas sentral sesuai dengan jumlah pelanggan yang melakukan percakapan melalui sentral tersebut. Berdasarkan grade of service yang diinginkan, dapat dilakukan optimasi jumlah trunk sesuai dengan jumlah percakapan yang harus dilayani sentral tersebut Metode optimasi yang dipergunakan dapat dipilih tergantung pada distribusi trafik di sentral tersebut. Untuk sentral STKB pada tahun 1993, kondisi trafik tersebut diasumsikan random sehingg dapat dianalisa dengan menggunakan ErIang-B Formulla. Berdasarkan perhitungan data-data tersebut dapat diketahui jumlah trunk yang paling optimal bagi sentral tersebut agar sentral dapat melayani percakapan pelanggan tanpa melakukan pemborosan sumber daya (trunk) yang berlebihan. Penentuan trafik optimal dilakukan berdagarkan Bouncing Busy Hour dan diperoleh berdasarkan analisa data grup CA."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>