Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64548 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herman Soeparma
"Kecenderungan perkembangan teknologi yang mengarah kepada teknologi nirkabel (Wíreles) dengan kemampuan penyaluran data berkecepatan tinggi mendorong para operator telekomunikasi berlomba-lomba memperluas jaringannya, khususnya bagi operator telekomunikasi dengan basis teknologi nirkabel.
Indosat sebagai satu-satunya operator telekomunikasi yang sekaligus menyelenggarakan jasa Selular dan FWA (Fixed Gíreles Access) belum secara optimal memanfaatkan infrastrukturnya untuk pengembangan kedua jasa tersebut. Penggunaan 2 (dua) platform teknologi yang berbeda dalam penyelenggaraan kedua jasa tersebut, yaitu GSM dan CDMA, akan mengakibatkan kompleksitas aspek operasional, pemeliharaan dan pengembangan di masa mendatang. Oleh karenanya penyelenggaraan jasa FWA dan Selular menggunakan satu platform teknologi yang sama dipandang akan menguntungkan Indosat secara jangka panjang.
Terkait dengan hal tersebut, maka dilakukan analisa kelayakan terhadap kemungkinan penggunaan teknologi GSM dalam penyelenggaraan jasa FWA. Analisa dilakukan terhadap berbagai aspek, yaitu:
- Aspek teknologi, yang mencakup tinjauan kemungkinan pemanfaatan teknologi GSM untuk jasa FWA
- Aspek regulasi
- Aspek finansial mencakup analisa kebutuhan dan penghematan capex dan opex, serta analisa terhadap indikator kelayakan bisnis
- Aspek operasional, pemeliharaan dan pengembangan sistem/jaringan di masa mendatang
- Aspek pasar, yang mencakup daya saing dengan kompetitor dalam penyelenggaraan jasa FWA.
Hasil analisa terhadap aspek-aspek di atas menunjukkan bahwa penyelenggaraan jasa FWA menggunakan teknologi GSM layak di implementasikan oleh Indosat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnhu Ajie Febrianto
"Implementasi Mobile Wimax IEEE sebagai teknologi wireless broadband pertama dari WiMAX menjadi sangat menarik. Khususnya di daerah DKI Jakarta dengan luas wilayah 649.71 km2 dan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Pendekatan dilakukan dengan perhitungan cakupan, kapasitas dan analisa kelayakan penyelenggaraan bisnis. Perhitungan cakupan dan kapasitas menunjukkan bahwa modulation yang digunakan adalah 64 QAM ¾ dengan bandwidth 10 MHz. Dari kesimpulan didapatkan dalam tiga simulasi kondisi pasar pesimis, moderate dan optimis. Analisa NPV hanya kondisi pesimis yang tidak layak yaitu menunjukkan angka negatif. Untuk analisa IRR didapat angka bervariasi mulai dari 29% untuk kondisi pesimis hingga 98% untuk kondisi optimis. Analisa payback period menunjukkan lama waktu kembalinya modal pada kondisi pesimis 6 tahun dan 9 bulan dan waktu tercepat pada kondisi optimis dengan waktu 3 tahun dan 4 bulan. Analisa terakhir yaitu benefit to cost ratio menunjukkan bahwa semua kondisi layak untuk diimplementasikan dengan angka BCR berkisar dari 1,13 hingga 1,72.

Implementation of Mobile Wimax technology as the first wireless broadband technology from WiMAX Group with mobility support would become very interesting. Furthermore it have design in urban metropolitan Jakarta with overall area width 649.71 km2 and number of population approximate 10 million people in the year 2010. A lot of approximation to design this network have been use like coverage planning, capacity planning and finansial analysis to observe how profitable this technology is. Coverage and capacity planning shows that the most appropriate modulation and bandwidth to use is 64 QAM ¾ with 10 MHz of Bandwidth. From the summary chapter we can see this implementation of technology in three different condititions; optimis, moderate and pesimis. NPV analysis shows that pesimis conditition is not recommended cause it shows negative indication. From IRR analysis we get variation from 29% of pesimis condition until 98% for optimis conditition. Payback periode analysis shows that pesimis condition will return capital in 6 years and 9 months and the fastest time from optimis condition in 3 years and 4 month. Last analysis would be BCR analysis shows that all scenarios are suitable for implementation with range of BCR from 1,13 until 1,72."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26248
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnhu Ajie Febrianto
"Implementasi Mobile Wimax IEEE sebagai teknologi wireless broadband pertama dari WiMAX menjadi sangat menarik. Khususnya di daerah DKI Jakarta dengan luas wilayah 649.71 km2 dan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Pendekatan dilakukan dengan perhitungan cakupan, kapasitas dan analisa kelayakan penyelenggaraan bisnis. Perhitungan cakupan dan kapasitas menunjukkan bahwa modulation yang digunakan adalah 64 QAM _ dengan bandwidth 10 MHz. Dari kesimpulan didapatkan dalam tiga simulasi kondisi pasar pesimis, moderate dan optimis. Analisa NPV hanya kondisi pesimis yang tidak layak yaitu menunjukkan angka negatif. Untuk analisa IRR didapat angka bervariasi mulai dari 29% untuk kondisi pesimis hingga 98% untuk kondisi optimis. Analisa payback period menunjukkan lama waktu kembalinya modal pada kondisi pesimis 6 tahun dan 9 bulan dan waktu tercepat pada kondisi optimis dengan waktu 3 tahun dan 4 bulan. Analisa terakhir yaitu benefit to cost ratio menunjukkan bahwa semua kondisi layak untuk diimplementasikan dengan angka BCR berkisar dari 1,13 hingga 1,72.

Implementation of Mobile Wimax technology as the first wireless broadband technology from WiMAX Group with mobility support would become very interesting. Furthermore it have design in urban metropolitan Jakarta with overall area width 649.71 km2 and number of population approximate 10 million people in the year 2010. A lot of approximation to design this network have been use like coverage planning, capacity planning and finansial analysis to observe how profitable this technology is. Coverage and capacity planning shows that the most appropriate modulation and bandwidth to use is 64 QAM _ with 10 MHz of Bandwidth. From the summary chapter we can see this implementation of technology in three different condititions; optimis, moderate and pesimis. NPV analysis shows that pesimis conditition is not recommended cause it shows negative indication. From IRR analysis we get variation from 29% of pesimis condition until 98% for optimis conditition. Payback periode analysis shows that pesimis condition will return capital in 6 years and 9 months and the fastest time from optimis condition in 3 years and 4 month. Last analysis would be BCR analysis shows that all scenarios are suitable for implementation with range of BCR from 1,13 until 1,72."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T40869
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Daniel Rosihan
"ABSTRAK
Terdapat dua jenis layanan komunikasi bergerak di Indonesia yaitu, selular wireless dan Fixed wireless Access (FWA). FWA terdiri dari 4 operator yaitu Flexi, Esia, Star One dan Fren. Secara teknologi FWA dan selular memiliki kesamaan, sama-sama memiliki kemampuan untuk mobile. FWA di batasi melalui regulasi, dengan mobilitas terbatas. Penomoran FWA akan bersifat lokal, hampir sama dengan PSTN dan mobalitasnya hanya bisa di satu kode area saja. Dengan pembatasan tersebut, FWA akan menikmati Biaya Hak Pakai (BHP) ISR (Izin Stasion Radio) yang jauh lebih rendah dari biaya selular wireless. Sehingga sampai dengan tahun 2007 tarif layanan FWA jauh lebih murah di banding seluler. Akibatnya pertumbuhan kinerja operator FWA cenderung sehat, salah satunya Flexi sebagai operator yang menguasai lebih dari 50% pangsa pasar FWA.
Akan tetapi di tahun 2007 terjadilah perubahan di pasar wireless, di awali dengan perang harga di operator seluler yang berakibat pada menurunnya biaya rata-rata per-menit dari layanan seluler. Kemudian perubahan regulasi BHP dari berbasis ISR ke Pita, yang menyebabkan biaya BHP antara FWA dan selular sama. Akibat dari kondisi ini, terjadi penurunan kinerja dari operator-operator FWA, sehingga di akhir 2011 Flexi mengalami kerugian. Begitu pula dengan operator-operator lainnya seperti Fren dan Esia yang juga mengalami kerugian.
Dari hasil analisa, strategi diversifikasi merupakan strategi yang cocok untuk di terapkan di Flexi. Ada tiga strategi alternative dari Flexi, yaitu:
1. Mengajukan lisensi baru selain dengan lisensi FWA, sehingga layanan Flexi tidak hanya layanan dengan mobilitas terbatas.
2. Infrastruktur Sharing dengan operator lain untuk menekan biaya opex
3. Mengembangkan layanan baru seperti broadband dan LTE, dengan Joint Venture (JV) operator-operator CDMA yang lain di frekuensi 800 Mhz.

ABSTRACT
There are two types mobile communications in Indonesia, wireless cellular and Fixed Wireless Access (FWA). FWA consist of four operators, which are Flexi, Esia, Star One and Fren. Base on the technology both FWA and cellular have similarities for mobility. However, FWA is limited by regulation, with limited mobility. FWA has a local numbering, almost similar to PSTN with the mobility merely in one area code. Hence FWA will have a lower Utilization Right Fee (URF) for Radio Station License (RSL) than wireless cellular. Hence until 2007, FWA tariff services are cheaper than cellular. The result of that, the growth performance of FWA operator tends healthier, one of which is Flexi as an operator controlling more than 50% FWA market share.
However, in 2007 there was a change in the wireless market, it’s beginning with the price war in the cellular operator which resulted in the decrease of the average cost per minute of cellular services. Then URF regulation has changed from RSL based to spectrum based, which lead to the same cost of URF for FWA and mobile. As a result of these conditions, a decline in the performance of FWA operators, so that at the end of 2011 Flexi suffers financial loss. Similarly the other operators such as Fren and Esia experience finance loss too.
Base on the analysis result, diversification strategy are the appropriate strategy to implementation on Flexi. There are three alternative of Flexi:
1. Propose new license beside FWA License, hence the Flexi service not only in limited mobility.
2. Sharing infrastructure with other operator to reduce Opex cost
3. Develop new service such as broadband and LTE service, by do a Join Venture (JV) with another CDMA operator at 800 MHz frequency."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Achmad Saladin Beyri
"Studi yang disusun untuk menguji kelayakan bisnis operasi penerbangan taksi udara
pada operasi rute domestik Ibukota Indonesia, DKI Jakarta dan kota disekitarnya.
Operasi penerbangan yang direncanakan menggunakan helikopter berkapasitas 4
sampai dengan 6 penumpang.
Studi kelayakan taksi udara ini ditujukan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu
lintas di Jakarta dan sekitarnya dalam menghemat waktu perjalanan bagi konsumen.
Proyek ini menggunakan 3 buah helikopter dengan kapasitas 4-6 orang dengan 6
rute yang menghubungkan Jakarta dengan lokasi di sekitarnya. Airline analysis
yang dikerjakan dalam studi ini terdiri dari beberapa tahap. Pertama, market
analysis yang digunakan untuk menguji pertumbuhan traffic yang terdapat pada
rute di masing-masing basis operasi penerbangan. Kedua, equipment analysis yang
digunakan untuk menguji kesesuaian antara kapasitas helikopter dengan pasar dan
karakteristik helikopter dengan bandara. Ketiga, operational analysis yang
digunakan untuk menguji bahwa kombinasi helikopter dengan pasar dapat
direkayasa agar aspek operasi dapat memenuhi syarat teknis dan ekonomi.
Keempat, economic analysis digunakan untuk menguji tingkat cost dan revenue
yang didapat dari hasil produksi. Kelima, financial analysis yang digunakan untuk
menguji kelaikan investasi dari perencanaan operasi yang telah dilakukan.
Hasil dari perencanaan operasi yang direncanakan ini menunjukkan bahwa operasi
pada base kota Jakarta dan kota sekitarnya adalah feasible.

This study is prepared to review the feasibility of airtaxi business operation in
Capital City of Indonesia DKI Jakarta and its surrounding cities. The planned
aviation operations shall use helikopter with capacity of 4 up to 6 passengers.
This feasibility study is made for solving Jakarta traffic congestion that
businessmen experienced. Airline analysis conducted in this study comprises
several phases. This project is using three helikopters with capacity of 4-6
passengers. First of all, it is market analysis which is used to review traffic growth
found in routes in each base. Secondly, equipment analysis used to review the
conformity of aircraft capacity and market and characteristics of aircraft and airport.
Thirdly, operation analysis used to review whether the combination of airplane
and market can be engineered in order that operating aspects meet technical and
economic conditions. Fourthly, economic analysis used to review levels of cost
and revenue obtained from production yield. Fifthly, financial analysis used to
review the feasibility of investment of the implemented operation planning.
The result of the said operation planning shows that operation in Jakarta and its
surrounding which analysed is feasible"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaidar Subhan Rahman
"Divisi Telkom Flexi (DTF) TELKOM sebagai salah satu operator fixed wireless access (FWA) yang mengusung teknologi narrow-band CDMA2000-1x tengah mengalami tekanan kompetisi berat antar operator telekomunikasi selular. Revenue Flexi mengalami penurunan, khususnya Voice dan SMS, sehingga target revenue tahun 2010 tidak tercapai. Di sisi lain revenue data Flexi mengalami pertumbuhan meskipun kontribusinya masih rendah (kurang dari 3%). Sejalan dengan sasaran strategis Flexi 2011 yang mencanangkan pertumbuhan kontribusi revenue gelombang baru, tren ini perlu dipertahankan dengan tetap menjaga kualitas layanan data untuk mencapai kepuasan serta mempertahankan pelanggan.
Kinerja layanan Flexi diukur dengan KPI operasional, di mana ditemukan indikator kinerja layanan data hanya diwakili parameter data success rate. Padahal pelanggan lebih mengharapkan kinerja kecepatan dan ketersediaan layanan.
Diperlukan analisis terhadap strategi meningkatkan kontribusi revenue layanan berbasis data melalui pencapaian kualitas layanan yang excellent. Alat analisis strategi yang dipilih adalah metode Balanced Score Card (BSC) yang berfungsi sebagai alat analisis manajemen kinerja yang dapat membedah permasalahan internal dari sisi keuangan dan non-keuangan dengan seimbang.
Dari hasil analisis, perlu ditambahkan KPI baru, antara lain penambahan KPI Tingkat Kebocoran Revenue Data pada perspektif keuangan, Data Transmission Achieved dan Delay pada perspektif pelanggan, Downtime Koneksi MLS, Rehoming dan Optimasi BTS pada perspektif proses bisnis internal, serta penambahan sasaran strategis peningkatan kompetensi karyawan dan mengembangkan iklim inovasi.
Setelah sasaran strategis dipetakan dalam sebuah peta strategi, perlu dibangun piranti lunak untuk memantau pencapaian kinerja tersebut. Manajemen perlu memperhatikan komunikasi strategi terhadap karyawan mengingat hanya 72% yang menganggap komunikasi strategi DTF telah berjalan baik dan hanya 28% yang memahami konsep peta strategi.

Flexi as one of the operators of Fixed Wireless Access (FWA) has to survive heavy competition among mobile carriers nowadays. Flexi subscribers has not decreased, but not significantly increased too. Its recent revenue decreased so that the target of obtaining Rp.3.534 Trillion in 2010 is unlikely to be achieved. Corporate Annual Message (CAM) for 2011 stated that Flexi must maintain business legacy based on narrow-band CDMA2000-1x technology. Referring to this, Flexi should be able to optimize the data service instead of voice, SMS, or VAS. Revenue of data-based services has been growing, but its contribution was not more than 3% of total revenue. To achieve sufficient customer satisfaction, it must be supported by excellent service.
The performance of Flexi data-based services has actually been measured by Operational KPI, however the indicator was only represented by data success rate parameter. On the other hand, subscribers expect quality more than just speed and service stability. It results in discongruency between operator claim of having achieved performance target and subscriber dissatisfaction as noted by many complaints, especially speed and application stability.
This thesis discussed the strategy of Flexi data-based services to maintain Flexi business legacy. Development strategy and analysis will be performed using the Balance Score Card performance tool to obtain appropriate and measureble operational strategy in order to increase data service contribution on Flexi revenue.
From the analysis, it is necessary to add some new KPIs, such as the addition of KPI Data Revenue Leakage Data on the financial perspective, Data Transmission Achieved and Delay on the customer perspective, MLS Connection Downtime, BTS Rehoming and Optimization of internal business process perspective, as well as additional strategic objective the improvement of competence employees and develop a climate of innovation. Once the strategic goals mapped out in a strategy map, management should build BSC software to monitor the achievement of such performance. They have to consider the cascading communications strategy for employees regarding only 72% of them have consider communication strategies DTF has been going well and only 28% are to understand the concept of strategy maps."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28361
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khaidar Subhan Rahman
"Divisi Telkom Flexi (DTF) TELKOM sebagai salah satu operator fixed wireless access (FWA) yang mengusung teknologi narrow-band CDMA2000-1x tengah mengalami tekanan kompetisi berat antar operator telekomunikasi selular. Revenue Flexi mengalami penurunan, khususnya Voice dan SMS, sehingga target revenue tahun 2010 tidak tercapai. Di sisi lain revenue data Flexi mengalami pertumbuhan meskipun kontribusinya masih rendah (kurang dari 3%). Sejalan dengan sasaran strategis Flexi 2011 yang mencanangkan pertumbuhan kontribusi revenue gelombang baru, tren ini perlu dipertahankan dengan tetap menjaga kualitas layanan data untuk mencapai kepuasan serta mempertahankan pelanggan. Kinerja layanan Flexi diukur dengan KPI operasional, di mana ditemukan indikator kinerja layanan data hanya diwakili parameter data success rate. Padahal pelanggan lebih mengharapkan kinerja kecepatan dan ketersediaan layanan.
Diperlukan analisis terhadap strategi meningkatkan kontribusi revenue layanan berbasis data melalui pencapaian kualitas layanan yang excellent. Alat analisis strategi yang dipilih adalah metode Balanced Score Card (BSC) yang berfungsi sebagai alat analisis manajemen kinerja yang dapat membedah permasalahan internal dari sisi keuangan dan non-keuangan dengan seimbang. Dari hasil analisis, perlu ditambahkan KPI baru, antara lain penambahan KPI Tingkat Kebocoran Revenue Data pada perspektif keuangan, Data Transmission Achieved dan Delay pada perspektif pelanggan, Downtime Koneksi MLS, Rehoming dan Optimasi BTS pada perspektif proses bisnis internal, serta penambahan sasaran strategis peningkatan kompetensi karyawan dan mengembangkan iklim inovasi. Setelah sasaran strategis dipetakan dalam sebuah peta strategi, perlu dibangun piranti lunak untuk memantau pencapaian kinerja tersebut. Manajemen perlu memperhatikan komunikasi strategi terhadap karyawan mengingat hanya 72% yang menganggap komunikasi strategi DTF telah berjalan baik dan hanya 28% yang memahami konsep peta strategi.

Flexi as one of the operators of Fixed Wireless Access (FWA) has to survive heavy competition among mobile carriers nowadays. Flexi subscribers has not decreased, but not significantly increased too. Its recent revenue decreased so that the target of obtaining Rp.3.534 Trillion in 2010 is unlikely to be achieved. Corporate Annual Message (CAM) for 2011 stated that Flexi must maintain business legacy based on narrow-band CDMA2000-1x technology. Referring to this, Flexi should be able to optimize the data service instead of voice, SMS, or VAS. Revenue of data-based services has been growing, but its contribution was not more than 3% of total revenue. To achieve sufficient customer satisfaction, it must be supported by excellent service. The performance of Flexi data-based services has actually been measured by Operational KPI, however the indicator was only represented by data success rate parameter. On the other hand, subscribers expect quality more than just speed and service stability. It results in discongruency between operator claim of having achieved performance target and subscriber dissatisfaction as noted by many complaints, especially speed and application stability.
This thesis discussed the strategy of Flexi data-based services to maintain Flexi business legacy. Development strategy and analysis will be performed using the Balance Score Card performance tool to obtain appropriate and measureble operational strategy in order to increase data service contribution on Flexi revenue. From the analysis, it is necessary to add some new KPIs, such as the addition of KPI Data Revenue Leakage Data on the financial perspective, Data Transmission Achieved and Delay on the customer perspective, MLS Connection Downtime, BTS Rehoming and Optimization of internal business process perspective, as well as additional strategic objective the improvement of competence employees and develop a climate of innovation. Once the strategic goals mapped out in a strategy map, management should build BSC software to monitor the achievement of such performance. They have to consider the cascading communications strategy for employees regarding only 72% of them have consider communication strategies DTF has been going well and only 28% are to understand the concept of strategy maps.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T40953
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, May Hendra
"Fixed Wireless Access (FWA) adalah salah satu kasus penggunaan populer di 5G, yang diharapkan dapat menggantikan layanan internet konvensional. Namun, implementasi jaringan telekomunikasi membutuhkan modal besar, sehingga harus dilakukan secara hati-hati untuk meminimalkan resiko. Secara umum, investasi jaringan dinilai dengan metode Net Present Value (NPV) standar. Ketika NPV positif, maka infrastruktur tersebut menguntungkan. Namun, NPV mungkin tidak akan seperti yang diharapkan karena ketidakpastian di masa depan. Salah satunya adalah jumlah pelanggan. Penelitian ini mengusulkan penggunaan Real Option (RO) dengan metode decision tree dan model Black Scholes untuk menganalisis implementasi jaringan FWA di kawasan urban. Dari hasil penelitian, metode NPV standar menghasilkan Expected NPV positif sebesar IDR 2.297.625.000. Namun, terdapat resiko sebesar 33% bahwa NPV akan menjadi IDR -6.093.690.000. Dengan menggunakan decision tree, memiliki pilihan untuk menunda pembangunan FWA selama satu sampai tiga tahun pembangunan FWA dapat dibatalkan apabila menghasilkan NPV negatif dan semua nilai ENPV yang lebih besar daripada tanpa pilihan untuk menunda pembangunan dimana penundaan pembaangunan FWA paling baik dengan pilihan menunda selama satu tahun. Nilai ENPV apabila terdapat pilihan untuk menunda pembangunan FWA yakni IDR 3.750.570.000 ketika menunda selama satu tahun, IDR 3.252.630.000 ketika menunda selama dua tahun, dan IDR 2.825.565.000 ketika menunda selama tiga tahun. Hasil dari metode model Black Scholes juga memiliki nilai ENPV yang lebih besar dari pada tidak memiliki pilihan untuk menunda pembangunan FWA dimana nilai ENPV paling besar apabila pembangunan dapat ditunda selama tiga tahun. Nilai ENPV dari model Black Scholes yakni: IDR 3.310.020.000 untuk penundaan pembangunan selama satu tahun, IDR 3.191.115.150 untuk penundaan pembangunan selama dua tahun, dan IDR 4.654.239.750 untuk penundaan pembangunan selama tiga tahun

Fixed Wireless Access (FWA) is one of the popular use cases in 5G, which is expected to replace conventional internet services. However, the implementation of telecommunications networks requires large capital, so it must be done carefully to minimize risks. In general, network investments are valued by the standard Net Present Value (NPV) method. When the NPV is positive, the infrastructure is profitable. However, the NPV may not be as expected due to future uncertainties. One of them is the number of customers. This study proposes the use of Real Option (RO) with the decision tree method and the Black Scholes model to analyze the implementation of the FWA network in urban areas. From the research results, the standard NPV method produces a positive Expected NPV of IDR 2,297,625,000. However, there is a 33% risk that the NPV will be IDR -6,093,690,000. By using the decision tree, having the option to delay the construction of the FWA for one to three years, the construction of the FWA can be canceled if it produces a negative NPV and still result all ENPV values are greater than without the option to postpone the construction where delaying the construction of the FWA is best with the option of delaying for one year. The ENPV value if there is an option to postpone the construction of the FWA is IDR 3,750,570,000 when delaying for one year, IDR 3,252,630,000 when delaying for two years, and IDR 2,825,565,000 when delaying for three years. The results of the Black Scholes model method also have a greater ENPV value than not having the option of delaying the construction of the FWA where the ENPV value is greatest if the construction can be delayed for three years. The ENPV values of the Black Scholes model are: IDR 3,310,020,000 for a one-year implementation delay, IDR 3,191,115,150 for a two-year implementation delay, and IDR 4,654,239,750 for a three-year implementation delay."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ginta Mardalin
"Skripsi ini membangun GySurv, sebuah aplikasi mobile surveillance system, dengan memanfaatkan teknologi selular GSM dan UMTS. Pada mobile surveillance system ini awalnya keadaan suatu ruangan ditangkap menggunakan kamera, lalu hasil keluaran dari kamera ini dikirimkan pada suatu broadcaster yang akan melakukan proses encoding dan pembentukan file SDP. Video yang telah diencoding dan file-file SDP ini lalu dikirimkan ke streaming server yang akan melayani pengiriman file ini kepada client melalui jaringan internet. Transmisi, baik dari broadcaster ke streaming server, maupun dari streaming server ke client dilakukan dengan melibatkan protokol pada lapisan aplikasi, lapisan transport, dan lapisan jaringan. Untuk dapat mengambil stream data yang dikirimkan streaming server, maka client membutuhkan sebuah perangkat lunak.
Perangkat lunak ini bangun dengan menggunakan platform J2ME. Ujicoba dan analisa dilakukan dengan mengukur delay yang terjadi, serta mengganti parameter data rate dan frame rate yang mempengaruhinya. Dari hasil ujicoba diketahui bahwa delay rata-rata yang terjadi saat sistem diterapkan pada jaringan GSM adalah 23,652 detik, sedangakan delay rata-rata yang terjadi apabila sistem diterapkan pada jaringan UMTS adalah 9,681 detik.

This Project build GySurv, a mobile surveillance system application which is based on GSM and UMTS cellular technology. This mobile surveillance system is preceded by capturing a room condition by camera, then the output of the camera is transmitted to the broadcaster, where the files is encoded and the SDP file is builded. The encoded video and the SDP files are transmitted to the streaming server, which will send it to the clients via internet. The transmission from broadcaster to streaming server and transmission from streaming server to clients, use some protokols from application layer, transport layer, and network layer. In order to take data stream, that being send by streaming server, the clients need a capturing software.
This software is made by using java programming language in J2ME platform. The trial and analysis is done by measuring delay that happens, and by controlling the data rate and frame rate. The trial show that this system average delay, when it's using GSM networks is 23,652 seconds, while the system average delay, when it's using UMTS networks is 9,681 seconds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40536
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Pratiwi Santoso
"Tesis ini membahas tentang penentuan franchise profit sharing Lexus Indonesia yang sebaiknya diberikan kepada dealer dan yang diterima distributor dalam rangka ekspansi bisnis. Penelitian ini menggunakan metode valuasi Discounted Cash Flow dan metode Feasibility Study. Penentuan franchise profit sharing dealer dan distributor didapat dengan perhitungan proyeksi laporan keuangan selama lima tahun menggunakan asumsi skenario penjualan pessimistic, most likely, dan optimistic serta analisis biaya modal. Penentuan franchise profit sharing juga dilakukan dengan menggunakan analisis Break Even Point untuk mengetahui rentang negosiasi dengan kondisi BEP.

This thesis discusses about the determination of franchise profit sharing Lexus Indonesia that should be given to dealers and profit received by distributor in order to expand the business. This research using the Discounted Cash Flow valuation method and Feasibility Study. Determination dealers and distributor franchise profit sharing is obtained by calculating the projected financial statements for five years using pessimistic, most likely, and optimistic scenario and cost of capital analysis. This research also using the break even point analysis to determine the range of negotiations with the BEP condition."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>