Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160925 dokumen yang sesuai dengan query
cover
B. Bimakarsa Wijaya
"Baja bebas atom interstisi (IF Steel) adalah produk baja lembaran dingin unggulan dengan sifat mampu bentuk setara kualitas E-DDQ (extra-deep drawing quality) dan banyak digunakan untuk aplikasi otomotif, galvanil, enamel, dan berbagai produk lainnya. Dengan kadar C dan N yang sangat rendah (<80 ppm) dan penambahan Ti atau Nb sebagai penstabil maka baja ini memiliki perilaku rekristalisasi yang berbeda dibandingkan baja karbon rendah biasa. Untuk itu telah dilakukan penelitian tentang mekanisme dan kinetika rekristalisasi IF Steel tipe Ti-Stabillized dalam simulasi proses anil kontinyu. Simulasi pendinginan canai panas dan reduksi tebal canai dingin dilakukan untuk memperoleh variasi pra-kondisi sebelum simulasi anil yang ditujukan , untuk memperoleh laju rekristalisasi pada beberapa kondisi isotermal. Dengan pemeriksaan metalografi ( optik dan SEM) dan dengan bantuan perangkat lunak pengolah citra (image processing) maka derajat rekristalisasi dihitung dan selanjutnya dianalisa berdasarkan model kinetika JMAK (Avrami) dan model S-F (Speich-Fisher). Hasil percobaan menunjukkan bahwa mekanisme rekristalisasi pada tahap pengintian dipengaruhi oleh pengintian pada pita transisi dan di sekitar partikel presipitat TiN kasar pada saat recovery, sementara mekanisme pertumbuhan butir selama rekristalisasi banyak dipengaruhi oleh efek pinning (Zener's drag) partikel presipitat halus TiC yang menyebabkan kinetika rekristalisasi terhambat dan lebih rendah dari baja karbon biasa. Temperatur rekristalisasi ditemukan sekitar 730- 750°C sementara eksponen waktu kinetika rekristalisasi bervariasi antara 0.66 - 0. 72 (n, JMAK) dan 0.83 - 1.20 (m, SF) tergantung pada kondisi awal, yaitu dispersi partikel presipitat yang dipengaruhi oleh temperatur penggulungan (coiling) canai panas dan variasi derajat reduksi dingin. Dengan menaikkan temperatur coiling (> 700°C) dan jumlah reduksi dingin (>85 %) maka kinetika rekristalisasi IF Steel dapat ditingkatkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T40994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Bimakarsa Wijaya
"Baja bebas atom interstisi (IF Steel) adalah produk baja lembaran dingin unggulan dengan sifat mampu bentuk setara kualitas E-DDQ (extra-deep drawing quality) dan banyak digunakan untuk aplikasi otomotif, galvanil, enamel, dan berbagai produk lainnya. Dengan kadar C dan N yang sangat rendah (<80 ppm) dan penambahan Ti atau Nb sebagai penstabil maka baja ini memiliki perilaku rekristalisasi yang berbeda dibandingkan baja karbon rendah biasa. Untuk itu telah dilakukan penelitian tentang mekanisme dan kinetika rekristalisasi IF Steel tipe Ti-Stabillized dalam simulasi proses anil kontinyu. Simulasi pendinginan canai panas dan reduksi tebal canai dingin dilakukan untuk memperoleh variasi pra-kondisi sebelum simulasi anil yang ditujukan untuk memperoleh laju rekristalisasi pada beberapa kondisi isotermal. Dengan pemeriksaan metalografi (optik dan SEM) dan dengan bantuan perangkat lunak pengolah citra (image processing) maka derajat rekristalisasi dihitung dan selanjutnya dianalisa berdasarkan model kinetika JMAK (Avrami) dan model S-F (Speich-Fisher).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa mekanisme rekristalisasi pada tahap pengintian dipengaruhi oleh pengintian pada pita transisi dan di sekitar partikel presipitat TiN kadar pada saat recovery, sementara mekanisme pertumbuhan butir selama rekristalisasi banyak dipengaruhi oleh efek pinning (Zener's drag) partikel presipitat halus TiC yang menyebabkan kinetika rekristalisasi terhambat dan lebih rendah dari baja karbon biasa. Temperatur rekristalisasi ditemukan sekitar 730 - 750°C sementara eksponen waktu kinetika rekristalisasi bervariasi antara 0.66 - 0.72 (n, JMAK) dan 0.83 - 1.20 On, SF) tergantung pada kondisi awal, yaitu dispersi partikel presipitat yang dipengaruhi oleh temperatur penggulungan (coiling) canai panas dan variasi derajat reduksi dingin. Dengan menaikkan temperatur coiling (>700°C) dan jumlah reduksi dingin (>85 %) makes kinetika rekristalisasi IF Steel dapat ditingkatkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kholilah Saadah
"Baja merupakan hal yang fundamental dalam setiap aspek kehidupan. Pada aplikasinya, seperti industir otomotif, dibutuhkan baja yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan kondisi pemakaian. Baja Bebas Interstisi mempunyai keuletan yang sangat baik karena memiliki kadar karbon yang sangat rendah. Oleh karena itu dibutuhkanlah sifat baja bebas interstisi (IF Steel) yang sesuai dengan kondisi pemakaian, terutama pemakaian pada lingkungan yang mengandung hydrogen.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh canai hangat terhadap sifat mekanis dan ketahanan korosi serangan hidrogen pada baja bebas interstisi. Penelitian dilakukan dengan proses canai hangat untuk melihat sifat mekanis baja bebas interstisi dan metode hydrogen charging 0.5M H2SO4 dan thiourea sebagai poison untuk menguji ketahanan korosi terhadap serangan hidrogen.
Hasil dari penelitian ini dapat menggambarkan sifat baja bebas interstisi saat digunakan sebagai material komponen otomotif baik sifat mekanis maupun sifat korosinya. Hasil dari penelitian ini merupakan tahap awal, sebagai bahan masukan untuk melakukan upaya peningkatan sifat mekanis baja bebas interstisi dan melihat pengaruh canai hangat terhadap ketahanan korosi akibat serangan hydrogen pada material baja bebas interstisi. Sehingga baja bebas interstisi ini dapat digunakan dengan aman.

Steel is fundamental in every aspect of life. In it?s aplication, such as automotive industry, steel sholud have characteristics required in accordance with the service condition. Interstitial free steel has excellent ductility because it has very low carbon content. Therefore, we need Intertitial Free Steel properties in accordance with the service condition especially in the environment that have a lot of hydrogen.
This study aim to see the effect of warm-rolled on the mechanical properties and hydrogen corrosion attack resistance on Interstitial free steel. Research carried out by the warm-rolling process to study the mechanical properties and hydrogen charging 0.5 H2SO4 and Thiourea as a poison to test the hydrogen corrosion attack resistance.
The results of this study may reflect the nature of the interstitial free steel material when used as aoutomotive parts. This study is an early stage, as input to meke efforts to improve the mechanical properties of interstitial free steel and hydrogen corrosion attack resistance. So, its can be used safely.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1840
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cyintia Anindita
"Pada penelitian ini dilakukan deformasi multipass reversible proses canai hangat 6500 C yang bertujuan untuk mengamati pengaruh proses tersebut terhadap ukuran butir ferit dan ketahanan Hydrogen Embrittlement pada material baja bebas interstisi. Sampel dipanaskan pada 700°C dan ditahan 5 menit, dideformasi pada temperatur 650°C dengan besar deformasi 20% x 3 diikuti pendinginan es. Proses canai hangat yang dilakukan dibawah temperatur rekristalisasi mengalami proses strain hardening dan terbentuk morfologi elongated grain dengan butir ferit yang halus. Ukuran butir ferit dapat mempengaruhi nilai kekerasan, kekuatan, dan ketahanan Hydrogen Embrittlement pada material.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan deformasi multipass reversible pada proses canai hangat akan meningkatkan kekerasan dan kekuatan material dari kekerasan awal sebesar 95.967 HVN dan kekuatan awal sebesar 301 MPa berturut-turut menjadi 118.333 HVN dan 304.519 MPa. Berkebalikan dengan ketahanan Hydrogen Embrittlement, pada sampel yang mengalami pemanasan dan pencanaian hangat lebih rentan terhadap Hydrogen Embrittlement yang disebabkan oleh ukuran butir yang lebih kecil dan batas butir yang lebih banyak.

In this study multipass reversible deformation 6500 C warm-rolled process which aims to observe the influence of the process of ferrite grain size and resistance of hydrogen embrittlement in interstitial free steel material. The samples heated at 700°C and held 5 min, deformed at a temperature of 650°C with a deformation of 20% x 3 followed by ice cooling. Warm-rolled process is performed under recrystallization temperature undergo a process of strain hardening and forming elongated grain morphology with fine ferrite grains. Ferrite grain size can affect the value of hardness, strength, and resistance of hydrogen embrittlement in materials.
The results showed that the reversible multipass deformation on warm-rolled process will increase the hardness and material strength of the initial hardness of 95.967 HVN and the initial strength of 301 MPa successive to 118.333 HVN and 304.519 MPa. Contrary to resistance of hydrogen embrittlement, warm-rolled sample is more susceptible to Hydrogen embrittlement caused by the smaller grain size and more grain boundaries.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1829
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Isabella
"Tesis ini membahas tentang pengaruh proses ani1 hasil dari canai dingin pada baja tahan karat AISI 316L menggunakan Bright Annealing Line yang bertujuan untuk mengetahui perubahan struktur mikro yang terjadi karena proses canai dingin dengan variasi persen reduksi 50% dan 75% . Struktur mikro dari hasil canai dingin reduksi 50% dan 75% terjadi deformasi butir dari bentuk persegi menjadi memanjang dan tampak butir yang terbagi menjadi beberapa butir. Selain itu, mengetahui perubahan struktur mikro yang terjadi pada proses ani1 dari hasil canai dingin setiap variasi reduksi dengan variasi temperatur 950, 1050, 1150°C yang ditandai dengan pertumbuhan butir baru dan bentuk butir menjadi bentuk persegi serta hasil optimal baik secara struktur mikro, nilai kekerasan dan uilai kuat tarik terjadi pada proses ani1 dengan waktu 27 detik dan temperatur 1150°C dari hasil 75% reduksi canai dingin dengan pencapaian nilai kekerasan 153.6 Hv, kuat tarik sebesar 646.95 MPa, kuat luluh sebesar 327.27 MPa dan elongasi 56%.

This thesis discusses the influence of the annealing process on the outcomes of cold rolled stainless steel AISI 316L using Bright Annealing Line that aims to identify changes in microstructure that occur due to process variations percent cold rolled with a reduction of 50% and 75%. Microstructure of cold rolled result of reduction of 50% and 75% deformation point of a equiaxed shape becomes elongated and looks grain split into several grains. In addition, knowing the changes in microstructure that occur in the annealing process from the cold rolled every variation reduction with temperature variation of 950, 1050, 1150°C characterized by the growth of new grains and grain shape into a equiaxed shape and optimum results both in the microstructure, hardness and tensile strength values occur in the annealing process with a time of 27 seconds and a temperature of 1150°C from the 75% reduction cold rolled with hardness 153.6 Hv, tensile strength of 646.95 MPa, yield strength of 327.27 MPa and elongation 56%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman
"Material High-Strength Low Alloy Steel (HSLA) yang digunakan dalam pembuatan produk tooth excavator mengalami retak dalam jumlah besar akibat proses heat treatment yang kurang optimal setelah didiamkan selama 2 bulan. Penelitian sebelumnya menemukan keberadaan fasa yang tidak homogen dan keberadaan austenit sisa pada baja. Kemohogenan fasa dibutuhkan untuk mendapatkan struktur mikro yang stabil. Penelitian ini akan berfokus pada prosess heat treatment material pada perlakuan pre-tempering yang dilakukan setelah proses normalisasi. Pre-tempering yang dilakukan pada temperatur 677 ℃ dengan variable waktu tempering masing-masing selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam dan 5 jam. Berdasarkan hasil percobaan, pre-tempering yang dilakukan mempengaruhi perubahan fasa yang terbentuk dibandingkan hasil normalisasi. Perubahan yang terjadi yaitu perubahan fasa yang sebelumnya upper-bainite, bainitik-ferit, dan austenit sisa pada hasil normalisasi menjadi fasa granular bainite, bainitik-ferit, austenit sisa, dan persebaran karbida pada sekitar batas butir setelah dilakukan pre-tempering. Kemohogenan fasa juga terlihihat setelah dilakukan pre-tempering selama 3 jam tanpa mengalami coarsening. Selain itu, pre-tempering juga menyebabkan penurunan nilai kekerasan pada baja HSLA akibat terjadinya proses recovery. Diharapkan setelah proses pre-tempering yang optimal terjadi perubahan fasa yang terbentuk secara homogen sehingga dapat ditekan dan dihindarinya fenomena delayed crack saat proses perlakuan panas selanjutnya.

High-Strength Low Alloy Steel (HSLA) materials used in the manufacture of tooth excavator products have cracked in large numbers due to sub-optimal heat treatment process after being allowed to stand for 2 months. Previous studies have found the presence of non-homogeneous phases and the presence of residual austenite in steels. Homogeneous pahses is needed to obtain a stable microstructure. This research will focus on the process of heat treatment materials in pre-tempering treatment conducted after the normalization process. Pre-tempering is carried out at a temperature of 677 ℃ with variable tempering time each for 1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours and 5 hours. Based on the results of the experiment, the pre-tempering carried out affected the change in phase formed compared to the results of normalization. Changes that occur are changes in the previously upper-bainite, bainitic-ferrite, and residual austenite phases in the normalization results to the granular phase of bainite, bainitic-ferrite, residual austenite, and the distribution of carbides around the grain boundaries after pre-tempering. Homogeneous phases was also seen after pre-tempering for 3 hours without experiencing coarsening. In addition, pre-tempering also causes a decrease in the value of hardness in HSLA steel due to the recovery process. It is expected that after an optimal pre-tempering process, the phase changes will occur which are formed homogeneously so that it can be suppressed and avoided the phenomenon of delayed cracking during the subsequent heat treatment process"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toweula, Sanserlis F.
"Terbentuknya fasa spheroidite pada proses anil tidak selalu berhasil. Oleh karena itu, diperlukan analisis struktur kristal setiap fasa spheroidite yang terbentuk untuk mengetahui sejauh mana struktur kristal ini mempengaruhi terbentuknya fasa spheroidite pada setiap proses anil. Untuk keperluan analisis struktur kristal baja karbon rendah digunakan XRD. Keluarannya dapat mengidentifikasi fasa yang terbentuk atau perubahan parameter kristal. Hasil yang diharapkan adalah sebuah hubungan antara kandungan spheroidite pada baja karbon rendah dan sedang dengan struktur kristalnya. Ini berguna untuk meningkatkan pemahaman tentang sifat pembentukan fasa spheroidite."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Salsabilla Fitriani
"Baja karbon adalah bahan utama yang digunakan dalam struktur jaringan pipa untuk jalur produksi gas dan minyak. Namun, baja karbon rentan mengalami korosi akibat media korosif di sekitarnya. Hal inilah yang menjadi alasan utama kerusakan pipa yang menyebabkan kerugian ekonomi. Meskipun demikian, korosi dapat dikendalikan untuk memperlambat proses perusakannya menggunakan senyawa turunan imidazolin sebagai inhibitor korosi organik. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis senyawa imidazolin-oleat dari trietilentetramina (TETA) dan asam oleat (AO) pada suhu 140°C dengan variasi kecepatan pengadukan 500, 750, dan 1000 rpm. Senyawa hasil sintesis tersebut kemudian dimurnikan dengan metode ekstraksi pelarut, diidentifikasi (KLT), dan dikarakterisasi menggunakan instrumen UV-Vis, FTIR, dan 1H-NMR. Berdasarkan hasil karakterisasi, senyawa imidazolin-oleat telah berhasil disintesis dengan menunjukkan adanya puncak serapan maksimum pada panjang gelombang 204 nm (UV-Vis), serapan pada bilangan gelombang 1600 dan 1500 cm-1 yang berasal dari C=N dan C-N-C (FTIR), serta sinyal pada geseran kimia 2,17 ppm yang menunjukkan H-C-C=N (1H-NMR). Analisis penentuan data kinetika dan termodinamika serta penentuan persen konversi dari reaksi sintesis senyawa imidazolin-oleat dengan variasi waktu, suhu, dan kecepatan pengadukan ditentukan dengan metode titrasi asam basa untuk melihat jumlah AO yang tersisa. Hasil penentuan angka asam menunjukkan bahwa reaksi mengikuti kinetika pseudo-orde 1 pada suhu maksimum 140°C. Nilai konstanta laju reaksi pada suhu 140°C dengan variasi pengadukan 500, 750, dan 1000 rpm berturut-turut sebesar 2,081 x 10-3; 2,177 x 10-3; dan 2,212 x 10-3 menit-1. Persen konversi tertinggi didapatkan sebesar 86,143±1,089% (140°C, 1000 rpm). Pada suhu yang lebih tinggi, 150°C dan 160°C, menunjukkan adanya perubahan orde reaksi menjadi orde 2 sehingga data tersebut kurang relevan digunakan dalam penentuan termodinamika reaksi. Uji aktivitas sebagai inhibitor korosi pada baja karbon dilakukan pada senyawa hasil sintesis dengan persen konversi tertinggi dan sampel komersil menggunakan metode gravimetri dalam larutan 1% (w/v) NaCl. Nilai persen efisiensi inhibisi (%EI) tertinggi dari senyawa imidazolin-oleat dan sampel komersil pada konsentrasi 500 ppm berturut-turut sebesar 86,67% dan 80,00%. Nilai %EI senyawa imidazolin-oleat yang didapat dari metode gravimetri ini tidak berbeda signifikan dengan metode elektrokimia (87,95%, 500 ppm). Hal ini menunjukkan bahwa laju korosi menurun secara signifikan dengan adanya senyawa imidazolin-oleat. Senyawa imidazolin-oleat dari penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dan dikembangkan dalam skala besar di industri.

Carbon steel is the principal material used in gas and oil pipelines for production lines. However, carbon steel is vulnerable to corrosion due to its corrosive media. Therefore, this is the main reason for pipelines damage which is causing economic losses. However, corrosion rate can be slow down by using imidazoline, one of the organic corrosion inhibitors. In this study, oleic-imidazolin was successfully synthesized from triethylentetramine (TETA) and oleic acid (OA) at 140°C with various stirring speeds of 500, 750, and 1000 rpm. The reaction mixture then was separated using solvent extraction method, identified using TLC, and characterized using UV-Vis, FTIR, and 1H-NMR instruments. According to characterization data, oleic-imidazolin was successfully produced by showing a maximum absorption peak at wavelength of 204 nm (UV-Vis), absorption at wavenumber of 1600 and 1500 cm-1 from C=N and C-N-C, respectively, (FTIR), and a peak at chemical shift of 2.17 ppm to indicate H-C-C=N (1H-NMR). Determination of kinetic and thermodynamic data as well as the conversion percentage of synthesis reaction with various reaction time, temperature, and stirring speed were analyzed by using acid-base titration to analyze the remaining amount of OA. The results of acid number indicated that the reaction follows the pseudo first order at a maximum temperature of 140°C with the reaction rate constant at 140°C with various stirring speeds of 500, 750, and 1000 rpm were 2.081 x 10-3; 2.177 x 10-3; and 2.212 x10-3 minutes-1, respectively. The maximum conversion percentage was obtained at 86,143±1,089% (140°C, 1000 rpm). At higher temperatures, 150°C and 160°C, the reaction showed different reaction order (second order), therefore these data were less relevant for determination of reaction thermodynamic study. The ability as corrosion inhibitor of oleic-imidazoline towards carbon steel was conducted on the highest conversion percentage product together with the commercial sample using gravimetric method in 1% (w/v) NaCl solution. The highest inhibition efficiency percentage (%IE) from oleic-imidazoline and commercial sample at concentration of 500 ppm were 86.67% and 80.00%, respectively. The %IE value of oleic-imidazoline obtained from gravimetric method was not significantly different from the electrochemical method (87.95%, 500 ppm). The %IE values from both gravimetric and electrochemical methods indicated a significant corrosion inhibitor. Therefore, oleic-imidazoline from this study are expected to be applied and developed on a large scale in the industry."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daud Joseph
"ABSTRAK
Begitu banyaknya proses produksi yang dilakukan, begitu banyaknya detinasi produk yang akan dibuat dan begitu banyaknya sifat material yang diinginkan. Di dalam semuanya itu terdapat sebuah material yang mulai banyak dilirik oleh pangsa pasar karena sifat maupun bentuknya yang unggul namun tidak mengurangi sifat-sifat mekanisnya.
Permintaan akan material dengan kekuatan yang tinggi, ketahanan korosi, namun mudah dibentuk talah memacu pada penelitian yang lebih dalam pada baja bebas atom interstisi. Proses rekristalisasi sebagai komponen utama salam pemnentu sifat mekanis baja bebas atom interstisi menjadi objek penelitian yang begitu banyak diminati.
Proses rekristalisasi dipengaruhi oleh berbagai parameter seperti besarnya deformasi, tingkat pemanasan (temperatur tahan dan waktu tahan), kadar berbagai unsur dalam material (seperti li, l, Mn, N, dan lainnya). Pengaruhnya akan dijelaskan pada bagian studi literatur dan efek spesifik pada material lT-Steel tipe Ti-Stabilized akan dijelaskan pada bagian pembahasan.
Dengan mengetahui waktu tahan yang optimal untuk proses rekristalisasi maka akan diketahui parameter-parameter proses yang diperlukan untuk memperoleh sifat mekanis yang paling baik. Dengan menghasilkan proses rekristalisasi yang lebih cepat maka akan dihasilkan proses yang diperlukan efektif secara teknis, efisien secara ekonomis, sehingga tidak membahayakan produk secara fisik maupun financial.

"
2001
S41534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>