Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165505 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Pristiana Dewi
"Serangan stroke di masyarakat sering dianggap bencana karena umumnya menimbulkan kegagalan fungsi lumpuh dan sulit berkomunikasi. Kurang lebih 50% penderita stroke yang masih hidup menjadi kegagalan fungsi, tidak dapat bekerja lagi, dan menjadi beban dari keluarga (Luckman & Sorensen, 1993 dalam Handiyani, Haryati, Sumarwati, 2003). Dengan daya ketergantungan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, pasien stroke membutuhkan bantuan dan dukungan dari keluarga. Keluarga yang mampu menyelesaikan lima tugas kesehatan keluarga akan memberikan dampak yang signifikan terhadap optimalisasi status kesehatannya. Dalam hal melakukan perawatan terhadap anggota keluarga dengan stroke perlu didukung dengan internalisasi motivasi.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran motivasi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan stroke di IRNA B di RS Dr Cipto Mangunkuso Jakarta Responden pada penelitian ini berjumlah 32 orang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengetahui data demografi responden dan motivasi keluarga. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dalam bentuk persentase.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 16 responden (50%) memiliki motivasi tinggi dan sebanyak 16 responden (50%) memiliki motivasi rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka hendaknya dapat dilakukan penelitian lebih Ianjut perbandingan motivasi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan stroke pada beberapa Rumah Sakit di Jakarta."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5575
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dastono Susantoro
"Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga diartikan sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisir tingkah lakunya. Bila individu merasakan suatu kebutuhan, maka akan mendorong individu untuk berbuat sesuatu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi klien terhadap tingkat kemandirian pada klien dengan storke non hemoragik.
Desain penelitian yang dilaksanakan adalah metode deskriptif eksploratif, sample yang diambil dalam penelitian ini adalah semua penderita stroke non hemoragik yang dirawat di IRNA B lantai I kanan, lantai II kiri, poliklinik saraf dan Instalasi Rehabilitasi Medik di RS. Cipto Mangunkusumo sebanyak 30 orang. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang mengacu pada teori dan konsep motivasi. Dari 15 item yang diajukan kuesioner kepada responden, rata-rata klien memiliki motivasi mandiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi klien terhadap tingkat kemandirian yaitu faktor pendidikan, pengetahuan, minat, dukungan keluarga, orang terdekat, dan perawat dalam memberi motivasi pada klien baik selama menjalani perawatan, pengobatan maupun rehabilitasi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5267
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Erwanto
"Penyebab kematian penyakit tidak menular terbesar peringkat tiga di propinsi Yogyakarta adalah stroke. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan spiritual keluarga dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional . pengambilan sampel secara sampling jenuh atau total sampling dengan responden berjumlah 80. Sampel penelitian ini adalah lansia dengan paska stroke dan anggota keluarga yang merawat lansia dengan paska stroke.
Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke. Dukungan spiritual yang dominan adalah dukungan transpersonal. Peran perawat komunitas dibutuhkan untuk mendukung keluarga dalam memberikan dukungan spiritual pada lansia paska stroke.

The third rank common cause of the death on non communicable diseases in Yogyakarta was stroke. This study was conducted to determine the association between spiritual support of family caregiver and the level of anxiety in the older people with post stroke disease in Mergangsan health center Yogyakarta. A analytic correlation with cross sectional approach was used in this study. Saturated sampling technique or total sampling was held in the study with the sample size of the study was 80.
The Results showed that there is association between intrapersonal, interpersonal, transpersonal support and the levels of anxiety in the older people with post-stroke. The dominant variable of spiritual support was transpersonal support. The Community Health Nursing is needed to support families in providing the spiritual support to decreased anxiety for older people with post stroke in the community.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Hermawan
"Latar belakang - Asam asetil salisilat (ASA) adalah obat antiplatelet yang telah digunakan secara luas dan terbukti efektif dalam pencegahan stroke iskemik berulang. Sebagian penderita tidak berespons terhadap terapi ASA diistilahkan sebagai resistensi ASA yang memiliki risiko tinggi mengalami stroke iskemik berulang. Resistensi ASA dapat disebabkan oleh banyak faktor. Saat ini, resistensi ASA dapat diketahui dengan pemeriksaan yang lebih sederhana, cepat dan akurat, dengan uji fungsi trombosit VerifyNow®.
Tujuan - Mengetahui prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow® pada pasien stroke iskemik di RSCM dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.
Metode - Desain potong lintang melibatkan 50 penderita stroke iskemik yang hanya mendapatkan terapi ASA. Pemeriksaan resistensi ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow®. Resistensi ASA dinyatakan jika ARU ≥ 550.
Hasil - Dari 50 subyek didapatkan 7 penderita resistensi ASA. Hubungan prevalensi resistensi ASA dengan jenis kelamin laki-laki (OR= 5,217 ; p=0,115), merokok aktif (OR=4,625; p=0,1). Kelompok resistensi ASA rerata usia 51,3±9,2; median kolesterol total 140 mg/dL (124-283). Kelompok respons ASA rerata usia 57,8±9,7 (p=0,105), rerata kolesterol total 173,9 ±40,9 mg/dL (p=0,157). Analisis multivariat mendapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berperan menyebabkan resistensi ASA dibanding merokok aktif (OR 5,22 ; p = 0,141).
Kesimpulan - Didapatkan prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow® pada penderita stroke iskemik di RSCM sebesar 14%. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan karakteristik sosiodemografi, penyakit penyerta, klinis, dan laboratoris serta terapi ASA. Terdapat kecenderungan prevalensi resistensi laboratorik ASA lebih banyak terjadi pada penderita laki-laki, merokok aktif, berusia lebih muda, dan hiperkolesterolemia. Jenis kelamin laki-laki lebih berperan menyebabkan resistensi ASA dibanding merokok aktif.

Background - Asetylsalicylic acid (ASA) is considered to be effective antiplatelet and widely used for the prevention of recurrent ischemic stroke. Some patients did not respond to ASA therapy. Those patients defined as ASA resistant, which are associated with high risk for experiencing recurrent ischemic stroke. ASA resistant cause by many factors. Recently, ASA resistent could be examined by more simple, rapid and accurate method, using platelet function test VerifyNow®.
Purpose - Determine the frequency of ASA resistant among ischemic stroke patients in Cipto Mangunkusumo Hospital using platelet function test Verifynow® and the factors that influence it.
Method - Design research is a cross-sectional study involving 50 ischemic stroke patients with ASA therapy only. ASA resistant measured by platelet function test Verifynow®. ASA resistant was defined as an ARU ≥ 550.
Results - From 50 subjects obtained 7 subjects with ASA resistant. Association between the frequency of ASA resistant with male gender (OR= 5,217 ; p=0,115), active smoking (OR=4,625; p=0,1). ASA resistant group with a mean age 51,3±9,2 years; median total cholesterol 140 mg/dL (124-283). ASA respond group with a mean age 57,8±9,7 years (p=0,105); median total cholesterol 173,9 ±40,9 mg/dL (p=0,157). Multivariance analysis found that male gender more influenced to ASA resistant compare to active smoking (OR= 5,22; p = 0,141).
Conclusion - The frequency of ASA resistant using platelet function test Verifynow® among ischemic stroke patients in Cipto Mangunkusumo Hospital is 14%. There is no significant correlation between the frequency of ASA resistant with sociodemographic, concomitant diseases, clinical, laboratory, and treatment characteristics. There is a trend that ASA resistant more likely occured in male gender, active smoking, younger patients, and with hypercholesterol. Male gender more influenced to ASA resistant compare to active smoking.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahn, Jung
New York: HarperPaperback, 1992
616.81 AHN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Michael Keenan Efendi
"Latar Belakang Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi dari stroke adalah PSD (post-stroke dysphagia). Hingga saat ini, belum banyak penelitian yang dilakukan untuk membandingkan karakteristik klinis disfagia pada pasien stroke iskemik dan hemoragik dengan kuesioner EAT-10 (eating assessment test-10) dan FEES (flexible endoscopic examination of swallowing). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti berbagai karakteristik klinis dari disfagia pada pasien stroke dengan kuesioner EAT-10 dan FEES. Metode Data rekam medis 50 pasien stroke dengan disfagia di Poli Endoskopi RSCM diambil secara konsekutif. Jenis stroke dan lesi otak dikonfirmasi dengan melihat hasil pemeriksaan radiologi (CT scan kepala). Hasil anamnesis dan pemeriksaan FEES dicatat untuk kemudian dianalisis secara statistik. Hasil Kondisi PSD lebih banyak ditemukan pada pasien lanjut usia (62%). Pasien stroke dalam studi ini paling banyak mengalami lesi pada area supratentorial, yaitu sejumlah 60%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik dalam karakteristik disfagia pada pasien stroke iskemik dan hemoragik berdasarkan pemeriksaan fisik dan FEES (p > 0,05). Namun, terdapat perbedaan bermakna dalam skor residu pada pasien stroke dengan lesi infratentorial dan supratentorial (p = 0,034). Kesimpulan Masalah penurunan berat badan dan nyeri saat menelan paling jarang dialami pasien stroke menurut kuesioner EAT-10. Terdapat 80% pasien stroke yang mengalami kebocoran pra-menelan dan 32% pasien yang mengalami aspirasi. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada karakteristik disfagia antara pasien stroke iskemik dan hemoragik berdasarkan kuesioner EAT-10 dan FEES. Variabel standing secretion dialami oleh 88,9% pasien stroke lesi infratentorial. Sejumlah 50% pasien stroke lesi supratentorial tidak memiliki masalah penetrasi dan aspirasi.

Introduction One of the most frequent complications of stroke is post-stroke dysphagia. There have not been many studies conducted to compare the characteristics of dysphagia in ischemic and hemorrhagic stroke patients based on EAT-10 (eating assessment test-10) and FEES (flexible endoscopic examination of swallowing). Hence, this study aims to examine various clinical characteristics of dysphagia in stroke patients based on EAT-10 and FEES. Method Medical record data of 50 stroke patients from Poli Endoskopi RSCM were collected consecutively. Stroke types and lesions were confirmed by looking at radiological examinations. The results of history taking and FEES were written down to be analyzed statistically. Results Post-stroke dysphagia occurs more often in older patients (62%). In this study, the most prevalent location of lesions in stroke patients was lesions in supratentorial area (60%). There was no significant difference in dysphagia characteristics between ischemic and hemorrhagic stroke patients based on EAT-10 and FEES (p > 0,05). However, there was a significant difference in residual scores between stroke patients with supratentorial lesions and infratentorial lesions (p = 0,034). Conclusion Weight loss and pain during swallowing were the least problems experienced by stroke patients according to the EAT-10 questionnaire. There were 80% of stroke patients who experienced pre-swallowing leakage and 32% of them experienced aspiration. There was no significant difference in dysphagia characteristics between ischemic and hemorrhagic stroke patients based on the EAT-10 questionnaire and FEES. Standing secretion was experienced by 88.9% of infratentorial lesion stroke patients. Half of supratentorial lesion stroke patients did not have penetration and aspiration."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gordon, Neil F.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
616.81 GOR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Jordy Oktananda
"Disfagia adalah gangguan menelan dimana makanan dan cairan tidak dapat masuk kedalam sistem pencernaan bawah yang merupakan salah satu dampak dari stroke iskemik. Latihan menelan terstruktur merupakan salah satu intervensi untuk meningkatkan kekuatan otot lidah, rahang dan mengembalikan fungsi menelan.
Tujuannya yaitu menganalisis penerapan intervensi latihan menelan terstruktur pada pasien stroke yang mengalami disfagia.
Metodenya dengan menerapkan latihan menelan terstruktur pada pasien stroke iskemik yang mengalami disfagia, dilakukan selama 7 hari berturut-turut, sebanyak 5 kali dalam sehari, selama 15 menit setiap latihan, dan 8 hitungan setiap gerakan.
Hasil evaluasi hari ke 7 reflek menelan pasien sudah ada, pasien dapat menjulurkan lidahnya, dan wajah pasien simetris. Hasil dari keefektifan latihan menelan terstruktur ini dapat dijadikan sumber informasi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri untuk mengatasi masalah gangguan menelan pada pasien stroke iskemik.

Dysphagia is a swallowing disorder that causes food and fluids cannot enter the lower digestive system, which is one of the effects of ischemic stroke. Structured swallowing exercise is one of intervention to strengthen tongue muscle, jaw, and restore the swallowing function.
The purpose of this paper is to analyze the application of structured swallowing excercise in stroke patient with dysphagia.
This study used case study method wich applied structured swallowing exercises in ischemic stroke patient who underwent dysphagia, is conducted for 7 consecutive days in 5 times a day, for 15 minutes each exercise, and 8 counts for each movement.
The results of the 7 th day evaluation, the patients swallowing reflex is present; the patient can stick out his tongue; and the facial grimace is symmetric. The results of the effectiveness of structured swallowing exercise can be an information for nurses in implementing independent nursing intervention to solve the problem of swallowing disorders in ischemic stroke patient.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Laras
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat ukur yang akurat dalam bahasa Indonesia untuk menilai fungsi menelan pasien pasca stroke. FOIS diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diuji kesahihan serta keandalannya. Total 29 subjek dinilai menggunakan FOIS versi bahasa Indonesia dan menjalani VFSS. Kesahihan antar penilai untuk FOIS versi bahasa Indonesia menunjukkan tingkat kesepakatan yang tinggi (κ=0.90). FOIS versi bahasa Indonesia berkorelasi negatif secara signifikan dengan skor PAS dari VFSS (r=−0.702, p<0.001). FOIS versi bahasa Indonesia juga berkorelasi dengan aspirasi dan derajat keparahan aspirasi (p<0.05), tetapi tidak signifikan dengan adanya disfagia. Sensitivitas FOIS versi bahasa Indonesia adalah 0.89 dan spesifisitas adalah 0.72, dengan nilai prediktif positif (PPV) 80.0% dan nilai prediktif negatif (NPV) 84.21%. Secara keseluruhan, FOIS versi Bahasa Indonesia ditemukan memiliki kesahihan dan keandalan yang baik serta sensitivitas dan spesifisitas yang baik dalam menilai proses menelan pada pasien pasca stroke.

This study aimed to create a reliable tool in Indonesian for evaluating oral food and fluid intake in post-stroke patients. The FOIS was translated into Indonesian and tested for validity and reliability. 29 subjects (15 men, 14 women) with ischemic stroke (93.1%) and bleeding stroke (6.9%) participated. The Indonesian FOIS showed high inter-rater reliability (κ=0.90). Criterion validity testing indicated a significant negative correlation between PAS and FOIS scores (r=−0.702, p<0.001). Cross-validation with VFSS results revealed significant correlations with aspiration (p<0.05) but not dysphagia presence. Indonesian FOIS demonstrated 0.89 sensitivity, 0.72 specificity, 80.0% PPV, and 84.21% NPV, indicating good validity and reliability in assessing swallowing safety post-stroke. The Indonesian version of FOIS has good validity and reliability. The Indonesian version of FOIS has good sensitivity and specificity in assessing whether the swallowing process is safe or not in post-stroke patients."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>