Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Sumber-sumber informasi tentang seksual yang tidak dijamin kebenarannya dan
pengaruh dari teman dapat mengubah pandangan remaja terhadap perilaku seksual
pranikah. Persepsi akhirnya mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual
pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi remaja terhadap
perilaku seksual pranikah Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain
deskriptif sederhana dengan purposive sampling, dimana pemilihan elemen untuk
menjadi sampel berdasarkan pertimbangan yang tidak acak (subjektif). Studi dilakukan
di SMA 12 Jakarta pada kelas XII saja. Data diperoleh dari 73 responden melalui
kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat meliputi distribusi
frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 54,8% responden
menganggap bahwa perilaku seksual pranikah adalah hal yang tidak boleh. Sisa
responden yang berjumlah 45,2% menganggap bahwa perilaku seksual pranikah boleh
dilakukan oleh remaja. Penelitian ini merekomendasikan sekolah memberikan
pendidikan seksuai yang lebih gencar lagi pada siswa-siswa SMA 12 Jakarta."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5297
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Perilaku seksual remaja di era globalisasi yang dinamis dan terbuka menjadikan remaja
harus berhadapan dengan pergeseran nilai-nilai, budaya dan norma dari bangsa ini.
Spiritualitas, kebutuhan remaja yang sering terlupakan namun mampu memberi arah dan
arti kehidupan serta dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai dan norma. Penelitian
ini bertujuan mengetahui hubungan antara pelaksanaan spiritual dengan perilaku seksual
remaja. Desain penelitian yang digunakan deskriptif korelasi yang diambil secara
random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMAN 43 Jakarta dengan jumlah
responden 82 orang dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Analisis data yang
digunakan adalah distribusi frekuensi dan Pearson Chi Square untuk menganalisis
hubungan antar variabel. Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pelaksanaan spiritual dengan perilaku seksual remaja dengan p value 0,031 < α
(0,05). Penelitian ini merekomendasi peningkatan pemenuhan kebutuhan spiritualitas
remaja di keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5306
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Syifa 'Uttami
"Perilaku seksual pranikah pada remaja wanita merupakan perilaku bermasalah yang dapat mengancam kesehatan dan kesejahteraan remaja di masa mendatang. Terlebih remaja wanita menjadi kelompok berisiko jika harus mengalami kehamilan pada usia remaja. Presentase perilaku seksual pranikah remaja wanita baik pada daerah perdesaan maupun perkotaan mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor penyebab terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja wanita di perdesaan dan perkotaan. Penelitian ini menggunakan sumber data dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dan dengan studi potong lintang. Populasi pada penelitian ini adalah remaja wanita usia 15-24 tahun yang belum menikah. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda usia, konsumsi alkohol, konsumsi narkoba, sikap terhadap perilaku seksual pranikah, pengetahuan kesehatan reproduksi dan pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perkotaan. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perdesaan meliputi usia, pendidikan, status ekonomi, sikap terhadap perilaku seksual pranikah, paparan media massa, perilaku merokok, konsumsi alkohol, pengalaman pacaran dan komunikasi kesehatan reproduksi dengan tenaga kesehatan. Variabel sikap terhadap perilaku seksual pranikah menjadi faktor yang berhubungan paling dominan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perkotaan maupun remaja wanita di perdesaan.

Premarital sexual behavior in female adolescent is a problematic behavior that can affect negative impact on health. Female adolescent is a risk group if they get pregnant at young age. The percentage of premarital sexual behavior among female adolescents in both rural and urban areas has increased. This study aims to determine the factors associated with premarital sexual behavior among female adolescent adolescent in rural and urban areas. This research used secondary data from Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) 2017 with cross-sectional design. The population in this study were unmarried female adolescent aged 15-24 years. Based on the results of multiple logistic regression, age, alcohol consumption, drug consumption, attitudes towards premarital sexual behavior, knowledge of reproductive health, and peer influence are related to premarital sexual behavior of adolescent girls in urban areas. Meanwhile, factors related to premarital sexual behavior of teenage girls in rural areas are age, education, economic status, attitudes towards premarital sexual behavior, exposure to mass media, smoking behavior, alcohol consumption, dating experience, and reproductive health communication with health workers. The attitude variable towards premarital sexual behavior is the most dominant factor associated with the premarital sexual behavior of female adolescents in urban and rural areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Megawati Habeahan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi yang mendalam tentang
pengetahuan, persepsi dan sikap guru tentang perilaku seksual remaja tunagrahita
di SLB C Asih Budi II Jakarta Timur Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan Rapid Assessement Procedures. Total informan adalah 9
orang dengan informan kunci 3 orang.
Pada penelitian ini diperoleh bahwa rendahnya pengetahuan guru disebabkan oleh
minimnya sumber informasi yang diperoleh. Persepsi guru kurang baik karena
rendahnya pengetahuan tentang persoalan- persoalan perilaku seksual pada remaja
tunagrahita. Sikap guru adalah ketidaksetujuan remaja tunagrahita
mengekspresikan hasrat seksualnya dalam bentuk perilaku seksual, hal ini
disebabkan guru- guru tidak menyadari akan keterbatasan pengetahuan

ABSTRACT
The study aims of this was to obtain in-depth information about knowledge,
perceptions and attitudes of teachers about adolescent sexual behavior in mental
retardation Budi Asih SLB C II East Jakarta in 2013. This study used qualitative
methods with Rapid Assessement Procedures. Total informants are 9 people with
key informants as 3 people. In this study showed that the lack of knowledge of
teacher's due to lack of resources obtained. Perceptions is not good because the
teacher’s lack of knowledge about the issue of sexual behaviour in adolescent
mental retardation. The attitudes of the teacher is to express disapproval of
adolescent mental retardation sexual desires in the form of sexual behavior, it is
because the teachers are not aware of the limitations of knowledge."
2014
S54572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awalia Ahsana Sabila
"Perilaku seks pranikah remaja berdampak terhadap masalah kesehatan salah satunya penularan infeksi menular seksual. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui determinan perilaku seks pada remaja di Kota Depok berdasarkan Theory of Planned Behavior. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel berjumlah 165 responden remaja 15-19 tahun di Kota Depok dan belum/tidak menikah. Sampel terbatas pada remaja yang memiliki akses pada media sosial. Instrumen berupa kuesioner YSI-Q dan Perilaku Seksual Remaja dan Pengukurannya. Kuesioner disebar secara online pada komunitas online remaja di Kota Depok. Hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 13,3% responden memiliki perilaku seks berisiko, meliputi berhubungan seksual dengan lebih dari satu orang (0,6%), berhubungan seksual dengan/tanpa kontrasepsi (1,8%), petting (4,2%), seks oral (3,6%) dan berciuman (13,3%). Diketahui sikap memiliki hubungan dengan perilaku seks pranikah (p=0,003) dengan OR=5,1 (1,6-15,8). Remaja yang memiliki sikap positif terhadap seks pranikah memiliki risiko 5,1 kali lebih mungkin melakukan seks pranikah berisiko dibanding remaja yang memiliki sikap negatif. Norma subjektif juga memiliki hubungan dengan perilaku seks pranikah remaja (p=0,010) dengan OR=3,9 (1,3-11,3). Remaja yang memiliki norma subjektif mendukung memiliki risiko 3,9 kali lebih mungkin melakukan perilaku seks pranikah berisiko dibanding norma subjektif yang tidak mendukung. Persepsi kontrol perilaku dan intensi seksual tidak ada hubungan dengan perilaku seks pranikah (p value > 0,05). Hasil dari penelitian ini diharap menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait dalam menyikapi masalah perilaku seks pranikah remaja.

Adolescent premarital sexual behavior has an impact on health problems, one of which Sexual Transmitted Infections. The purpose of this study was to determine the determinants of sexual behavior in adolescents in Depok City based on the Theory of Planned Behavior. The research design used was cross-sectional. The sample was 165 adolescent respondents 15-19 years old in Depok City and not married. The sample was limited to adolescents who had access to social media. Instruments in the form of a YSI-Q  (Azimah, 2016) and Adolescent Sexual Behavior and Measurements (Muflih & Syafitri, 2018). Questionnaires were distributed online to the youth online communities in Depok City. The results showed that as many as 13,3% of respondents had risky sexual behavior, including having sex with more than one person (0,6%), having sex with and without contraception (each 1,8%), petting (4,2%), oral sex (3,6%) and kissing (13,3%). It is known that attitude signifcantly related with premarital sex behavior (p = 0.003) with OR = 5.1 (1.6-15.8). Adolescents who have a positive attitude towards premarital sex have a risk of 5,1 times more likely to have risky premarital sex than adolescents who have a negative attitude. Subjective norms also related with adolescent premarital sexual behavior (p=0,010) with OR=3.9 (1,3-11,3). Adolescents who have a supportive subjective norm have a risk of 3,9 times more likely to engage in risky premarital sex behavior than a not supportive subjective norm. Perceived control behavior and sexual intention have no significant relation with premarital sex behavior (p-value > 0,05). The results of this study are to be a consideration for related parties who handling the problems of adolescent premarital sexual behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ananda Safitri
"Remaja mulai muncul ketertarikan dengan lawan jenis sehingga mulai memiliki hubungan pacaran. Ketika berpacaran, banyak remaja yang bersama pasangannya menjalani hubungan pacaran di luar rumah dan tidak adanya pengawasan dari orang tua. Perilaku tersebut bisa mendorong hasrat seksual yang dimiliki remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum adanya ikatan pernikahan. Oleh karena itu, perlu adanya cara preventif untuk mencegah terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran, salah satunya dengan kontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrol diri dengan perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 116 partisipan dengan karakteristik yaitu remaja berusia 11-20 tahun dan pernah atau sedang memiliki hubungan pacaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Brief Self Control Scale (BSCS) versi adaptasi Bahasa Indonesia untuk meneliti variabel kontrol diri (Arifin & Milla, 2020) dan Brief Sexual Attitude Scale (BSAS) versi adaptasi Bahasa Indonesia untuk meneliti perilaku seks pranikah (Wahyudina & Rahmah, 2016). Melalui perhitungan uji reliabilitas, alat ukur kontrol diri dan perilaku seks pranikah terbukti memiliki konsistensi internal yang baik dengan nilai α = 0,750 untuk Brief Self Control Scale (BSCS) dan nilai α = 0.907 untuk Brief Sexual Attitude Scale (BSAS). Analisis korelasi menggunakan model bivariat menunjukkan bahwa terdapat korelasi secara negatif dan signifikan antara kontrol diri dan perilaku seks pranikah r = -.305, p < 0.01. Maka, terdapat hubungan antara kontrol diri dan seks pranikah.

Teenagers begin to appear interested in the opposite sex so that they begin to have a courtship relationship. When dating, many teenagers with their partners undergo courtship outside the home and there is no supervision from their parents. This behavior can encourage the sexual desire of teenagers to have sex before the marriage. Therefore, it is necessary to have a preventive way to prevent the occurrence of premarital sexual behavior in adolescent dating, one of which is self-control. This study aims to determine the relationship of self-control with premarital sexual behavior in adolescent dating. This study is a quantitative study involving 116 participants with the characteristics of adolescents aged 11-20 years and have or are in a dating relationship. In this study, researchers used the Indonesian version of the Brief Self Control Scale (BSCS) to examine self-control variables (Arifin & Milla, 2020) and the Indonesian version of the Indonesian-adapted Brief Sexual Attitude Scale (BSAS) to examine premarital sex behavior (Wahyudin & Rahmah, 2016). Through the calculation of the reliability test, self-control and premarital sex behavior was proven to have good internal consistency with a value of α = 0.750 for the Brief Self Control Scale (BSCS) and a value of α = 0.907 for the Brief Sexual Attitude Scale (BSAS). Correlation analysis using bivariate model showed that there was a negative and significant correlation between self-control and premarital sex behavior r = -.305, p > 0.05. So, there is a relationship between self-control and premarital sex."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Miladia Sari
"Angka hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia tidak mengalami penurunan yang signifikan sepanjang tahun 2007 hingga 2017. Berbagai penelitian menemukan bahwa remaja usia pertengahan (pelajar SMA) lebih banyak yang melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja usia awal (pelajar SMP). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor determinan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP dan pelajar SMA di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan menggunakan data sekunder Global School-based Student Health Survey (GSHS) tahun 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 11 – 18 tahun yang terdapat pada data GSHS 2015. Hasil penelitian menunjukkan 5,8% pelajar SMP dan 3,7% pelajar SMA di Indonesia pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan hasil penelitan, ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP terdiri dari keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, pendidikan seksualitas dan HIV/AIDS di sekolah, keinginan bunuh diri, dan konsumsi alkohol. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMA, yaitu usia, keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, keinginan bunuh diri, merokok, dan konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol menjadi faktor yang paling berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah, baik pada pelajar SMP maupun pelajar SMA.

Prevalence of premarital sexual intercourse among adolescents in Indonesia did not decrease during 2007 to 2017. Various studies found that middle-aged adolescents (high school students) had more premarital sexual intercourse experience than early adolescents (junior high school students). This study was conducted to determine the determinants of premarital sexual intercourse behavior in junior high and high school students in Indonesia. This study is a quantitative study with cross sectional design and uses secondary data from the Global School-based Student Health Survey 2015. The sample of this study was junior and high school students aged 11-18 years in the GSHS 2015. The results showed 5,8% of junior high school students and 3,7% high school students in Indonesia ever had premarital sex. It found that factors related to premarital sexual behavior in junior high school students consisted of parental connectedness, role of peers, education on sexuality and HIV/AIDS at school, suicidal ideation, and alcohol consumption. Meanwhile, factors related to premarital sexual behavior in high school students, namely age, parental connectedness, role of peers, suicidal ideation, smoking, and alcohol consumption. Alcohol consumption is the most related factor to premarital sexual behavior, both in junior high school students and high school students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofwah Nur Athallah
"Zaman yang semakin maju menyebabkan perkembangan internet yang pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengguna internet terutama di kalangan remaja. Remaja berada ditahap perkembangan menuju dewasa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilakunya jika tidak dapat menggunakan internet dengan bijak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan internet dengan pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional pada 413 remaja sesuai dengan kriteria inklusi melalui metode purposive sampling. Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kepemilikan gadget, akses ke internet, penggunaan internet harian, media sosial yang digunakan, tempat untuk mengakses internet, mengakses konten seksual, dan tergabung kelompok terkait seksual di media sosial. Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengunaan internet. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara akses ke internet, media sosial yang digunakan, dan tempat untuk mengakses internet dengan pengetahuan seksualitas (p-value < 0,05). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara media sosial yang digunakan, mengakses konten seksual, tergabung kelompok terkait seksual di media sosial, dan penggunaan internet dengan perilaku seksual (p-value < 0,05). Peneliti menyarankan untuk mengawasi penggunaan internet pada remaja kepada orang tua, kemudian edukasi dan promosi oleh pelayanan kesehatan terkait pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual.

The Internet has developed rapidly with the increasingly advanced age. This is evidenced by the increase in the number of Internet users, especially among teenagers. Adolescents are in the stage of development towards adulthood. Therefore, it may affect their knowledge and behavior if they cannot use the Internet wisely. This study aims to determine the relationship of Internet use with sexuality knowledge and sexual behavior. This study used a cross-sectional approach on 413 adolescents according to the inclusion criteria through purposive sampling method. The characteristics of the respondents in this study are age, gender, gadget ownership, internet access, daily internet usage, social media used, place of internet access, access to sexual content, and joining sexually related groups on social media. The independent variable in this study is Internet use. The dependent variable in this study is sexuality knowledge and sexual behavior among adolescents. The results showed a significant relationship between access to the internet, social media used, and place to access the internet with sexuality knowledge (p-value <0.05). In addition, the results also showed a significant relationship between social media used, accessing sexual content, joining sexually related groups on social media, and internet use with sexual behavior (p-value <0.05). Researchers suggest to supervise the use of internet in adolescents to parents, then education and promotion by health services related to sexuality knowledge and sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loveria Sekarrini
"Seksualitas dan kesehatan reproduksi adalah sebuah isu yang paling jarang untuk di bicarakan dan menjadi isu yang tabu di masyarakat. Secara psikologis remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin mencoba hal yang baru. Isu seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tabu untuk dibicarakan menjadikan remaja cinderung ingin mencoba-coba sehingga remaja menjadi beresiko pada perilaku seks yang beresiko dan berdampak pada kehamilan tidak di inginkan, married by accident, infeksi menular seksual, hiv dan aids serta masih banyak lagi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di SMK Kesehatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2011 dengan responden sebanyak 112 responden yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang telah di uji coba terlebih dahulu.
Dari hasil analisis, didapatkan sebanyak 60,7% berperilaku seksual beresiko berat. Sebagian besar responden perempuan, pubertas normal, memiliki pengetahuan yang kurang, memiliki sikap positif. Sebagian responden tidak melakukan komunikasi aktif dengan orang tua (50%), sebagian besar responden melakukan komunikasi pasif dengan teman (61%). Mempunyai orang tua yang masih lengkap (92%). Sebanyak 53% responden memiliki orang tua dengan pola asuh demokratis. 96,4% yang menyatakan pernah mempunyai pacar. Usia rata-rata berpacaran 13 tahun. Lama pertemuan dengan pacar kurang dari 5 jam/minggu dan lebih dari 21 jam/minggu, variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual remaja yaitu paparan terhadap media, sedangkan variabel yang lain tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Di sarankan bagi pihak SMK untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan melakukan kerjasama lintas sektor dalam memberikan penyuluhan untuk siswa dan orang tua disekolah. Bagi pemerintah/departemen terkait untuk penetapan kurikulum pendidikan seksualitas yang komprehensif. Bagi Dinas Kesehatan/ Puskesmas memberikan akses informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas serta dapat menjadi wadah remaja untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja, khususnya tentang seksualitas.

Sexuality and reproductive healt is an issue that is rare to be talk and become a taboo issue in society. Psychologically adolescent have a high curiosity and wanted try something new. Taboo Sexuality and reproductive health issues are makes adolescent want to create new experiment about sexual behavior which may impact on on unwanted pregnancy, married by accident, sexually transmitted infections, hiv and aids and many more. This research was conducted to determine the factors associated with adolescent sexual behavior in SMK Health in Bogor Regency Year 2011.
This research hase been conducted with cross-sectional design. The data was collected in December 2011 with 112 respondents taken by multistage systematic random sampling. Data collected by using a structured questionnaire that has been tested and analyzed prior univariate and bivariate.
Based on the result, it showed 60,7% have high risk of sexual behavior. The majority of female respondents, have normal puberty, have less knowledge, have a positive attitude. Most respondents did not perform active communication with parents (50%), most respondents do passive communication with friends (61%). Still have both parent (92%). As many as 53% of respondents had parents with democratic parenting. 96.4% said they never had a boyfriend. The average age of respondents was 13 years old with an age range of 9-16 years. Meeting with the boyfriend/girlfriend have less than 5 hours / week and more than 21 hours/week, and that the variables that have a significant relation with adolescent sexual behavior that exposure to media and the other variables showed no significant relation.
Suggested for the vocational high school (SMK Kesehatan) to increase of students' knowledge and conduct cross-sector cooperation in providing counseling to students and parents in schools. For the government / departments to create and apply the curriculum of comprehensive sexuality education. For Public Health / Community Health Center provides access to information about reproductive health and sexuality and provide a chance for adolecents to consult about sexual reproductive health and right.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S1265
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Banyak faktor yang menyebabkan remaja melakukan prilaku seksual pranikah.
termasuk diantaranya faktor pengelahuan. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang dampak perilaku
seksual pranikah di Kelurahan Pondok Cina Kota Depok. Responden pada penelitian
ini berjumlah 67 orang, berstatus mahasiswa dengan usia 18-24 tahun, dua diantaranya
tidak memenuhi syarat karena usia responden diatas 24 tahun dan bukan mahasiswa.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan alat ukur
kuesioner yang terdiri dari dua bagian yang pertama pertanyaan tentang data
demografi dan bagian kedua pertanyaan tentang dampak perilaku seksual pranikah.
Analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah metode distribusi frekuensi dengan
ukuran persentase atau proporsi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa di peroleh
gambaran tingkat pengetahuan remaja secara umum tentang dampak perilaku seksual
pranikah di Kelurahan Pondok Cina Kota Depok adalah tinggi dengan persentase 95,4
%, terdiri dari tingkat pengetahuan remaja tentang kehamilan yang tidak diinginkan.
aborsi, resiko kanker mulut rahim, penyakit seksual menular, Gonorea, HIV/AIDS
adalah tinggi, namun pengetahuan tntang penyakit sifilis masih kurang. Penelitian ini
merekomendasikan perlu dilakukan penelitian mengenai persepsi remaja tentang
hubungan seksual pranikah dan dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan
pengetahuan remaja tentang penyakit sifilis melalui seminar-seminar dan lulisan di
masmedia yang dapat di jangkau oleh kaum remaja."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5518
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>