Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32626 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsir Dewang
"Lidar (light detection and ranging) adalah sebuah aplikasi remote sensing yang panting untuk meneliti parikel-partikel aerosol dan awan di atmoslir. Data sinyal lidar dari Micro Pulse Lidar (MPL) telah diteliti untuk daerah tropis_ Dalam penelitian ini, sifat-sifat fisis dari aerosol dam awan telah dianalisis untuk hamburan tunggal, selanjutnya analisis hamburan ganda dilakukan simulasi dengan menggunakan metoda Monte Carlo. Simulasi sinyal hamburan tunggal untuk memprediksi saturasi ketebalan optis maksimum. Telah diteliti bahwa saturasi ketebalan optis dari sinyal lidar bergantung pada variasi koelisien pelemahan (extinction coeliicient). Hasil simulasi ini dibandingkan dengan perhitungan ketebalan optis dari data Iidar. Data MPL (pada panjang gelombang 523 nm) telah dihitung, baik untuk siang maupun malam han. Selanjutnya data sky-radiometer (panjang gelombang 500 nm) digunakan sebagai data retbrensi. 1-Iasil perhitungan diperoleh kctebalan optis maksimum pada 2,6 untuk malam hari, dan 2,25 pada siang hari untuk tanggal 31 Oktober 1997_ Sedangkan ketebalan optis maksimum untuk sky-radiometer adalah 1,7 untuk waktu yang sama pada 31 Oktober 1997. Selanjunya untuk lidar rasio telah dihitung pada daerah Iapisan dasar (boundary layer) dan pada awan cim1s_ Nilai lidar rasio (81) pada lapisan dasar telah diperoleh antara 31 sampai 40 sr pada ketinggian sckitar 2 km. Selanjutnya untuk penelitian daerah citrus telah digunakan sebuah metoda baru dalam perhitungan nilai lidar rasio. Hasil perhitungan menuniukkan bahwa nilai iidar rasio (Sl) untuk awan cirrus sekitar 10 sampai I8 sr. Penelitian ini juga dibandingkan dengan metoda iterasi, dan membedkan basil perhitungan yang sesuai. Pada hamburan ganda dilakukan simulasi dengan menggunakan metoda Monte Carlo. Efek hamburan gt-mda dianalisis dengan menghitung rasio hamburan ganda terhadap hamburan tunggal (MSS ratio) pada berbagai \'3.I'i6Si sudut Field-of-View (FOV) dad teleskop. Hasil simulasi menunjukkan bahwa awan Iapisan pertama dan kedua dapat diamati pada FOV lebih besar dari 1 mrad. Sedangkan awan yang berlapis dua belum bisa terdeteksi untuk FOV kurang dari 0,1 mrad. Kata kunciz Hamburan Iunggql, hamburan ganda, ketebalan optis, koefsien pelemahan, dan lidar rasio.

The lidar remote sensing is one important application to observe the aerosol and cloud of the atmosphere. The micro pulse lidar (MPL) return signals are studied in the tropical area. In this investigation, the single scattering is analyzed the physical properties of aerosol and cloud, and multiple scattering is simulated by.Monte Carlo method. The signal simulation of single scattering predicts the maximum optical thickness by saturation. It was observed that the saturation of optical thickness from the lidar signal depends on the variation of extinction coefficient. This simulation is compared to the optical thickness estimation Hom the lidar data. The MPL data (at wavelength of 523 nm) was determined at night and daytime. And the slcy-radiometer (at wavelength 500 nm) is used as a reference data. The maximum lidar optical thickness was 2.6 at nighttime, and the daytime was 2.25 on October 31, 1997. Then, the maximum optical depth of sky-radiomcter data was 1.7 at the same time on October 31, 1997. Furthermore, the estimation of lidar ratio was determined at boundary layer and at cirrus cloud. The Si value of aerosol at boundary layer was observed in ranging of 31 to 40 sr at about 2 kin high. This research observed a new method to estimate the lidar ratio at cimrs cloud. It was estimated of S; parameter about 10 to 18 sr of citrus cloud. This result is also compared with iterative method, and the result shown the reasonable estimation. . The multiple scattering is simulated by Monte Carlo method. The eli`ect of multiple scattering is analyzed by multiple-scattering-to-single-scattering (MSS) ratio for various values of field-of-view (FOV) angles ofthe detection telescope. The simulation showed the first and second layers of cloud for FOV of larger then I mrad. However, the double-layers of cloud can?t be detected for FOV of less then 0.l mrad. Keywords: Single scattering, multiple scattering optical thickness, extinction coefficient, and lidar ratio."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
D1366
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In Indonesia, there is now no operational sea surface temperature (SST) monitoring for such activities as oceanography, climatology or fishery. Indeed until 1986, LAPAN required NOAA data without atmospheric correction. It is even worse that local hardware constraints prevent any operational monitoring with mainframe computers. By analysing NOAA data with microcomputers, the methodology presented in this paper intends to fill this gap. It was tested with the study of large scale SST features in Indonesia from 1981-1985. This study stresses the possibility of an operational SST Monitoring in Indonesia, allowing simple data manipulation with a type of hardwarw equipment maintained locally and easily."
GEOUGM 17:54 (1987)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"As satellite oceanography matures, there is an increasing demand for quantitative satellite data. Numerous scientific users are concerned by the determination of Sea Surface Temperatures (SST), dynamical oceanography, deep water convection, and pollution. Numerous physical and technological factors prevent to achieve accurate satellite measurements of SST. The main contamination due to the atmosphere (water vapor) and can lead to errors up to 10 Kelvin. The variability of sea surface emissivity and the sensor noise lead also to errors. The use of radiometric correction permits to get SST maps with more or less good accuracy according to the type of processing. In Indonesia the reception of the GMS and NOAA data must be used for a systematic analysis of the accuracy of the remote sensed SST in order to get n automatic routine mapping of these SST."
GEOUGM 13:46 (1983)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ety Parwati
"Segara Anakan dan sekitarnya, berada di Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah merupakan daerah kajian yang dipilih. Wilayah tersebut memiliki ekosistem payau yang unik, yakni berupa estuari yang terlindung dan dikelilingi oleh hutan payau yang perkembangannya sangat dinamis. Wilayah ini terlindung dari Samudera Hindia karena adanya Pulau Nusakambangan. Meskipun demikian di daerah ini proses sedimentasi berlangsung sangat intensif pada dasawarsa terakhir ini. Pendangkalan Segara Anakan dipengaruhi erosi yang terjadi pada daerah aliran sungai di sebelah utara kawasan ini.
Perairan Segara Anakan berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground) dan habitat berbagai spesies ikan dan udang. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah ini, Segara Anakan merupakan tempat mencari ikan (fishing ground). Selain bermatapencaharian sebagai nelayan, sebagian masyarakat juga mengembangkan kegiatan pertanian (sawah, tegalan) dan pertambakan pada lahan-lahan yang memungkinkan.
Wilayah atas Segara Anakan merupakan lahan yang subur untuk pertanian. Banyak penduduk yang mengandalkan hidupnya dari bertani. Dalam rangka meningkatkan hasil pertanian, penduduk menggunakan pestisida yang sering kali tanpa perhitungan yang tepat. Akibatnya sisa pestisida sering terbuang ke sungai. Aliran sungai Citanduy yang cukup deras serta kondisi lahan atas yang berbukit-bukit akan membawa pesitisida dari lahan pertanian di bagian atas bermuara ke sekitar estuari di bagian bawah. Kondisi iklim dan curah hujan dapat mengakibatkan berkurangnya sifat pestisida yang dikandungnya, akan tetapi sisa pestisida dalam jumlah sekecil apapun akan menumpuk di sekitar estuari.
Perubahan yang terjadi pada dasawarsa terakhir, terutama laju sedimentasi yang cepat telah menimbulkan penurunan fungsi ekologi yang secara tidak langsung mengurangi hasil tangkapan nelayan setempat. Sedimentasi juga telah mengakibatkan terbentuknya tanah timbul yang menutupi sebagian perairan, sehingga semakin lama luas perairan Segara Anakan semakin berkurang.
Penerapan teknologi penginderaan jauh (inderaja) untuk pemantauan kondisi lingkungan memberikan hasil guna yang optimal, karena penginderaan jauh memberikan kemudahan dalam analisis spasial, berulang, kontinu, serta meliputi wilayah relatif luas dengan biaya yang relatif murah dan cepat bila dibandingkan dengan survei terestris. Artinya, data inderaja mampu menyediakan informasi obyektif, andal dan ekonomis dalam usaha inventarisasi, pemantauan maupun evaluasi sumberdaya.
Dari uraian latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di Segara Anakan, yaitu: 1) Apakah telah terjadi penurunan kualitas lingkungan di kawasan perairan Segara Anakan ?, 2) Bagaimana caranya mengevaluasi kondisi kualitas lingkungan dengan biaya dan tenaga seminimal mungkin?, dan 3). Apakah data penginderaan jauh (inderaja) dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kualitas lingkungan ?
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji kondisi kualitas lingkungan kawasan perairan Segara Anakan dengan melihat apakah telah terjadi penurunan kualitas lingkungan dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2000, 2) Mengkaji cara melakukan evaluasi kualitas lingkungan dengan biaya dan tenaga seminimal mungkin dan 3) Mengkaji kemampuan data inderaja dalam mengevaluasi kondisi lingkungan di kawasan perairan Segara Anakan.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam menentukan cara yang efisien untuk mengevaluasi kondisi lingkungan. Cara dan metoda yang sama diharapkan dapat dimodifikasi dan diaplikasikan untuk kawasan perairan wilayah Indonesia lainnya.
Analisis inderaja yang dilakukan mencakup analisis mangrove, analisis perubahan penutup lahan dan analisis kualitas perairan. Penutup lahan di kawasan ini dibagi menjadi 9 (sembilan) kelas, yaitu : 1) Perairan, mencakup sungai, danau dan laut, 2) Rawa, 3) Tambak, 4) Hutan mangrove, 5) Sawah, 6) Tegalan, yang meliputi kebun dan lahan pekarangan, 7) Hutan, 8) Lahan kosong dan 9) Permukiman. Parameter kualitas perairan yang akan dideteksi menggunakan data inderaja adalah beberapa parameter yang merupakan parameter yang dapat digunakan dalam evaluasi kualitas lingkungan, yaitu Kekeruhan, TSS (Total Suspended Solid), Kandungan Pb , Kandungan minyak dan BOD (Biochemycal Oxygen Demand).
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian laboratorium untuk analisis data inderaja dan survey lapangan untuk memperoleh kelengkapan data mengenai posisi dan lokasi obyek pengamatan, pengukuran parameter kualitas perairan, dan pengumpulan data sosial ekonomi. Kelengkapan data lapangan juga di peroleh dengan memanfaatkan data sekunder, baik berupa hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan maupun data hasil olahan dari Biro Pusat Statistik.
Analisis inderaja dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu; 1) Tahap pra pengolahan yang mencakup proses-proses koreksi data citra inderaja, meliputi koreksi geometri presisi dan koreksi atmosfer, 2) Proses pengolahan data citra itu sendiri yang dilakukan dengan menggabungkan data-data hasil pengukuran di lapangan sebagai acuan uji ketelitian.
Hasil analisis data citra inderaja menunjukkan tiga hal, yaitu: 1) Hutan mangrove di kawasan ini terus menerus mengalami penurunan luasan dan perubahan tingkat kerapatan selama enam tahun pengamatan, yaitu dari tahun 1994 sampai tahun 2000, 2) Konversi penggunaan lahan dari penutup lahan yang satu menjadi penutup lahan lainnya banyak terjadi di kawasan ini, akan tetapi konversi yang terjadi seringkali dilakukan tanpa perhitungan yang matang, dan 3)Kualitas perairan di kawasan ini menunjukkan kondisinya terus mengalami penurunan.
Dari hasil pengamatan dan analisis yang mendalam mengenai kondisi perairan Segara Anakan dan sekitarnya dapat disimpulkan dua hal, yaitu :
1) Telah terjadi penurunan kualitas lingkungan kawasan perairan Segara Anakan dan sekitarnya dari tahun 1994 sampai tahun 2000.
2) Data inderaja dengan cakupannya yang luas dan resolusi temporalnya yang tinggi serta karakteristik spektralnya yang baik mampu mengevaluasi kualitas lingkungan dengan melakukan analisis beberapa parameter, yaitu : 1) Analisisi perubahan luasan dan kerapatan mangrove, 2) Analisis perubahan penutup/penggunaan lahan dan 3) Analisis beberapa parameter kualitas perairan.
3) Jika dibandingkan dengan penelitian yang semata-mata mengandalkan hasil uji lapangan, biaya dari tenaga yang diperlukan dengan menggunakan data inderaja tidak terlalu besar.
Daftar kepustakaan : 43 (1982 - 2000)

Segara Anakan and its surrounding, located in Cilacap, Central Java, has been selected as study area. The area has a unique brackish ecosystem: an estuary which is protected and surrounded by brackish forest with very dynamic growth. The area is isolated from Indian Ocean as it covered by Nusakambangan island. However, sedimentation process in this estuary has been going very intensively during the last decade. The sedimentation of Segara Anakan is influenced by erosion that occurs in the watershed area in the north.
The function of Segara Anakan is nursery ground and habitat of various fish and shrimp species. Segara Anakan is also as fishing ground for local fishermen. Besides fishermen, people are also developing agriculture (rice field, mixed plants) and fish farming in possible areas.
Upper Segara Anakan area is fertile for agriculture. Many inhabitants rely their lives on farming. In improving agricultural production, people use pesticides. However, pesticides is often used excessively. As a result, the residue is often dumped into the rivers. The fast flow of Citanduy River and the hilly upland are bring the pesticides from farming area in the upper area down to lower area in the estuary. The condition of climate and rainfall may result in the decrease of pesticides concentration; however, any little amount will deposit around the estuary.
The changes in the last decade, especially the rapid sedimentation rate has resulted in the decrease of ecological function, which is indirectly reduce fish catch for local fishermen. Sedimentation has also resulted in the new land that covers some parts; consequently, Segara Anakan water area is reduced.
Application of Remote sensing technology to monitor the condition of the environment produces an optimal result, as remote sensing provides' capability in spatial analysis, repetitiveness, and covers relatively wide areas with relatively inexpensive and fast compared to terrestrial survey. This means that remote sensing is able to provide objective, reliable, and economical information in inventory, monitoring or assessment of resources.
The objectives of the study are : 1) to analyze the environmental condition of Segara Anakan waters by evaluating the condition of environmental quality from 1994 to 2000, 2) to analyze how to evaluate environment quality with minimum cost and effort, and 3)to assess the capability of remote sensing data in evaluation of environmental condition in Segara Anakan waters.
The result of the study is expected to be beneficial as inputs in determining the efficient method to evaluate environmental condition. Similar method is expected to be able to be modified and applied for other water areas in Indonesia.
Remote sensing analysis carried out consists of mangrove analysis, land cover changes analysis, and water quality analysis. Land cover in this area divided into nine classes, that is : 1) water, including river, lake and sea, 2) swamp, 3) ponds, 4) mangrove forest, 5) rice field, 6) mixed plant, 7) forest, 8) bare land, and 9) settlement. Parameters of water quality detected from remote sensing data are turbidity, Total Suspended Solid (TSS), Plumbum (Pb), oil and Biochemical Oxygen Demand (BOD).
The study is a laboratory research for analysis of remote sensing data and field survey to gain and locate observation, measurement of water quality, and collecting social and economy data. Field data is also obtained from secondary data, that is the result of previous research and from Statistical Central Agency.
Remote sensing analysis is carried out in several steps, that is : 1) pre processing, including precision geometric correction and atmospheric correction, and 2) image processing by using field data as references of accuracy.
The result of remote sensing data analysis shows three points: 1) mangrove forest in this area has been continuously experiencing a decreasing acreage and change in density level during 6 years of observations, from 1994 to 2000, and 2) conversion of land use from one land cover into another has been continuously happened in this area, hence quality of the environment in the area shows a continuous decrease.
From the result of observations and analysis of condition of Segara Anakan and surrounding waters, two points can be concluded, that is :
1. Environmental quality in Segara Anakan and surrounding waters have declined from 1994 to 2000
2. Remote sensing data with wide coverage, high temporal resolution, and its good spectral characteristic is capable of evaluating environmental condition by using analysis of several parameters, that is: 1) Analysis of mangrove acreage and density changes, 2) Analysis of land use/cover changes, and 3) Analysis of water quality parameters.
3. Compared to research that relies only on terrestrial observation, cost and effort using remote sensing data are relatively small.
Number References : 43 (1982 - 2000)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T14628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalacska, Margaret
"
"
Boca Raton: CRC Press, 2008
577KALH001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
"Images acquired by the SIR-A in 1981 demonstrate the capability of this microwave remote sensing system to perceive and map a wide range of different surface features. A selection of West Java scene displays this capability with respect to earth resources such as geology, geomorphology, land cover, and land use. The study area is grouped into nine units on the basis of their drainage patterns and image texture characteristics."
GEOUGM 13:46 (1983)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The Indonesian spatiotemporal cloud cover distribution was quantified with the aid of GMS, Landsat and SPOT data. Iterative interactive factorial analyses grouped pixels with similar profiles into 18 classes for all land areas. For each class, statistics of Landsat and SPOT images, grouped by class, were used to verify, calibrate and improve class profiles. This led to quantified temporal profiles of probability of acquiring remotely sensed data with 10, 20, and 30 percent cloud cover, for any Indonesian land area.
"
GEOUGM 18:55 (1988)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Harmoko Saputro
"Telah dikembangkan sistem pemantauan jarak jauh untuk stasiun monitoring kualitas udara. Sistem ini terdiri atas tiga komponen utama, sistem stasiun yang mempunyai fungsi sebagai akuisisi data untuk 7 buah sensor; sensor temperatur, kelembaban dan gas O2, O3, NO, CO and SO2, sistem master yang mempunyai fungsi sebagai pengumpul data dan pengendali stasiun dan server database yang mempunyai fungsi sebagai bank data kualitas udara. Perangkat lunak sistem pemantau jarak jauh dibuat berdasarkan standar SDI-12 untuk sensor berbasis mikroprosesor. Sistem pemantauan jarak jauh hasil rancangan telah diuji non stop selama 2 minggu dan menunjukkan hasi! yang baik tanpa dijumpai adanya error.

Remote Monitoring Systems for Air Quality Stations. A remote monitoring system for air quality station has been design and developed. The system consist of three main units: stations, master, and server. Station collects and processes data from 7 sensors (temperature, humidity, and O2, Oj, NO, CO, and SO2 gas sensor), master system has a duty as data collector and station control and as air quality data bank is the server. Remote monitoring software was developed base on SDI-12 (A Serial-Digital Interface) standard for microprocessor-based sensor, The system has been tested and showed good results."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2004
SAIN-9-3-2004-5
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Cloud cover is a serious problem for remote sensing in Indonesia. Some areas around 10-20% of the land territory are almost never cloud-free. The only system of remote sensing capable of overcoming cloud cover problem is that applying microwave energy. This article deals with a radar system being operated by the Columbia SIR-A in 1981 in Batu Angkal area, West Kalimantan. The study is aimed at learning the interpretability of SIR-A images of 1:500,000 which is blown up to 1:250,000 for the study of environment of this area. Factors affecting the ease of identification are mainly tonal contrast, shape, size, surface roughness, direction in relation to the illumination, and dielectric constant. Due to the future availability of SIR-B image of Kalimantan, further study is recommended.
"
GEOUGM 15-16:49-51 (1985-86)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Ferdianto Herlambang
"Pemetaan prospek geothermal di daerah ldquo;Sigma rdquo; dilakukan dengan pendekatan analisis data penginderaan jauh PJ dan diintegrasikan dengan data Geosains berupa Geokimia dan magnetotelluric MT . Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah umum kelurusan yang berasosiasi dengan struktur geologi di daerah geothermal ldquo;Sigma rdquo; adalah NW-SE dengan sub-ordinate N-S dan NE-SW. Struktur N-S merupakan stuktur paling awal, mengontrol vulkanisme di kompleks G. Maria. Sedangkan struktur NE-SW yang bersifat ekstensional berkaitan dengan munculnya manifestasi di daerah S. Apas, dan struktur paling akhir berarah NW-SE yang merupakan hasil pergerakan transpressional, berperan sebagai boundary dalam sistem geothermal daerah ldquo;Sigma rdquo;. Berdasarkan analisis geokimia, manifestasi mata air panas dan mud pool di sekitar S. Apas merupakan manifestasi outflow dengan zona upflow diperkirakan berada di Tenggara puncak G.Maria. Estimasi temperatur reservoir berdasarkan geothermometer Na-K-Ca adalah 186 C. Berdasarkan model inversi 3D MT lapisan claycap resistivitas le; 20 ?m tersebar di bagian Tenggara puncak G. Maria, dengan TOR top of reservoir pada kedalaman sekitar 800 m. Posisi reservoir berada di atas suatu bentukan dome yang diinterpertasikan sebagai heat source. Sistem geothermal daerah ldquo;Sigma rdquo; adalah sistem Vulkanik-Hidrothermal berumur Kuarter dengan temperatur sedang. Litologi penyusun komponen sistem geothermal adalah produk G. Maria, berupa piroklastik dan lava. Daerah prospek geothermal daerah ldquo;Sigma rdquo; berada di Tenggara puncak G. Maria dengan luas sekitar 8 km2.
The geothermal prospectivity mapping in ldquo Sigma rdquo area is conducted by remote sensing data analysis approach, integrated with geoscience data which are geochemistry and magnetotelluric MT . The results shows that the general trend of the lineament associated with the geological structure in the geothermal region Sigma is NW SE with sub ordinate N S and NE SW. The structure of the N S is the earliest, controlling volcanism process in the Mount Maria complex. While the NE SW structure is extensional in relation to the emergence of manifestations in the S. Apas region, and the most recent NW SE trending structure which is the result of transpressional movement, acting as a boundary in the geothermal system of the Sigma area. Based on geochemistry analysis, the manifestation of hot springs and mud pools around S. Apas is an outflow manifestation with an estimated upflow zone located in the southeastern peak of Mount Maria. Estimated reservoir temperature based on Na K Ca geothermometer is 186 C. Based on the 3D MT inversion model, claycap layer resistivity le 20 m is spread over the southeastern peak of Mount Maria, with TOR top of reservoir at around 800 m depth. The reservoir position is above a dome that is interpreted as heat source. The geothermal system in ldquo Sigma rdquo area is a Quarternary Hydrothermal Volcanic System with medium temperature. The lithology composed this geothermal system is the product of Mount Maria, which are the pyroclastic and lava. The geothermal prospect area located in the Southeast of Mount Maria peak with an area of about 8 km2."
2017
T48409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>