Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83622 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kuala Lumpur: Ampang Press SDN, 2009
899.28 KEA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Purwahyuningtyas
"Kearifan lokal menjadi budaya bagi masyarakat Jawa, khususnya di Keraton Yogyakarta. Skripsi ini menjelaskan bagaimana abdi dalem di KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta melestarikan manuskrip dan bagaimana pihak keraton menyikapi perkembangan budaya modern. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi yang mana fokus kepada perlakuan abdi dalem sebagai pelaku pelestari manuskrip. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta masih eksis hingga kini dengan cara kearifan lokal dan pihak keraton menerima adanya perkembangan budaya modern tanpa meninggalkan budaya tradisional.

Local wisdom becomes a culture for Javanese peoples, mostly in Keraton Yogyakarta. This mini - thesis describes about how abdi dalem preserving, conserving the manuscript in KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta also how abdi dalem responding the globalization. This research is qualitative etnography method. The focus of this study is abdi dalem as a preservator and conservator. The results suggest that KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta still exist until now with local wisdom and keraton accept the globalization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1975
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Izzatul Fitriyah
"Manuskrip lontar merupakan salah satu arsip yang sangat penting dalam sejarah perkembangan Indonesia. Salah satu museum yang bergerak dalam pelestarian manuskrip lontar adalah Museum Gedong Kirtya yang terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Preservasi manuskrip menjadi upaya penting dalam langkah pelestarian kandungan serta fisik aset bangsa, salah satunya melalui impelementasi preservasi berbasis kearifan lokal. Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala yang muncul dalam pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya dan kendala dalam preservasi manuskrip lontar berbasis kearifan lokal di Museum Gedong Kirtya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat upaya preservasi preventif melalui pembersihan rutin, pengendalian hama dengan kapur barus, penggunaan kropak dalam menjaga kelembapan manuskrip. Selain itu, terdapat upaya preservasi kuratif melalui penghitaman kembali dengan pasta kemiri, melemaskan manuskrip dengan alat pres, dan penyalinan kembali. Namun, terdapat beberapa kendala seperti belum adanya pedoman tertulis mengenai preservasi, minimnya tenaga kerja untuk melakukan preservasi, dan sirkulasi udara yang tertutup. 

Palm leaf manuscript is one of the most important archives in the history of Indonesia. One of the museums engaged in preserving lontar archives is Gedong Kirtya Museum, located in Buleleng Regency, Bali Province. The efforts to preserve manuscripts are essential in preserving the contents and physical assets of the nation, one of which is through the implementation of preservation based on indigenous knowledge. Even so, some obstacles arise in its implementation. This study aims to analyze the efforts and constraints in the indigenous knowledge￾based preservation of palm leaf manuscripts at the Gedong Kirtya Museum. This study used a qualitative approach with observation and interview methods. Based on the results of this study, there are preventive preservation efforts through routine cleaning, pest control with camphor, and the use of kropak to control the humidity of manuscripts. In addition, there are curative preservation efforts through re-blackening with hazelnut paste, softening the manuscript with a pres machine, and re-copying. However, there are several obstacles such as the non-existence of written guidelines regarding preservation, the lack of manpower to carry out preservation, and closed air circulation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Masyarakat Sasak di Kabupaten Lombok Utara memiliki ekologi budaya masyarakat hutan, karena sebagian besar wilayah budaya mereka berada di kaki Gunung Rinjani. Sejak ratusan tahun lalu mereka memiliki kebudayaan yang berasal dari strategi adaptasi mereka terhadap lingkungannya. Salah satu kearifan lokal tersebut adalah Sawineh yaitu kearifan lokal hubungan resiprositas antara petani dengan pemangku adat di bidang pertanian. Saat ini kearifan lokal tersebut coba diadopsi oleh beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) bersama dengan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk dihidupkan kembali dalam bentuk sebuah gerakan filantropi, yang mereka beri nama Gerakan Sawineh Sadu. Gerakan yang berumur belum terlalu lama ini mempunyai manfaat yang besar dalam pelestarian hutan dan juga peningkatan kesejahteraan para keluarga yang tinggal di sekitar hutan Rinjani. Melalui gerakan ini, masyarakat Sasak, khususnya di Kabupatcn Lombok Utara diingatkan kembali bahwa kearifan lokal yang dahulu pernah dimiliki mereka, sejatinya masih relevan dipakai dalam kehidupan dewasa ini. Nilai-nilai kerjasama dan gotong royong yang menjadi “roh” dari gerakan ini terbukti dapat menjadi altematif pemecahan berbagai permasalahan aktual."
JPSNT 20:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Minerva Mutiara
"Naskah Sejarah Tambusai ini kami peroleh dari Perpustakaan Museum Pusat Jakarta, bernomer kode Ml. 100a. Dalam Kesusastraan Melayu Lama cerita ini termasuk dalam cerita Sastra Sejarah. Yang dimakaud dengan cerita Sastra Sejarah ialah suatu hasil karya sastra yang dibuat berdasarkan peristiwa-peristiwa sejarah. Dalam penulisan ini kebenaran sejarah tidak dipentingkan. Itulah sebabnya dalam karya-karya sastra sejarah banyak dijumpai mitos-mitos dan legenda.
Penulisan sejarah di Indonesia pada masa lalu memang berbeda dengan penulisan sejarah Barat dimana fakta dan data yang disusun secara kronologis merupakan hal yang panting. Penulisan sejarah di Indo-nesia hanyalah untuk kepentingan istana dan memuliakan raja-raja yang berkuasa pada masa tu (Bottoms, 1965 : 180). Sedangkan yang dimaksud dengan sejarah ialah segala kejadian dimana lampau (Mulia, h 1224).
Cerita Sejarah Tambusai ini merupakan sebuah cerita, Syajarah yang artinya pohon atau Daftar Keturunan atau Silsilah (Klinkert, 1930 : 640) dari Raja-raja Tambusai, yaitu Raja-raja Islam yang berkuasa di daerah Rokan (Riau) sekitar abad ke XVI sampai abad ke III. Berdasarkan penelitian katalogus ternyata bahwa naskah cerita Sejarah Tambusai yang tersimpan di Perpustakaan Museum Pusat Jakarta ini merupakan naskah tunggal..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S11030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Purwaningsih
Yogyakarta: BPNB DI Yogyakarta, 2016
306.598 ERN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Teori kesantunan Brown dan Levinson (1987) tentang wajh dianggap sebagai salah satu yang sangat berpengaruh. Namun kenyataannya, teori tersebut berakar dari kearifan lokal Timur (Cina Kuno), yaitu Mianzi dan lian. Mianzi merupakan persepsi sosial seseorang diri yang dibangun melalui lian sebagai moralitas seseorang. Kesopanan dan limao memiliki dasar pragmatis yang sama tetapi dapat dirasakan berbeda karena konteks budaya yang bervariasi yang mendasari budaya bertutur suatu masyarakat. Dalam studi antarbudaya pragmatik, perbedaan seharusnya tidak membentuk akar-akar konflik tetapi seharusnya dianggap sebagai varietas kemajemukan tentang interaksi yang harus dipahami agar kegiatan komunikasi interpersonal dapat berjalan harmonis dan dapat terhindar dari segala macam konflik dan gesekan."
LINCUL 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001
121 ILM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Embun Kenyowati Ekosiwi
"Tesis ini, dengan mendapat inspirasi dan acuan utama dari buku Andrew Bowie, Aesthetics and Subjectivity (1990) bermaksud mencari pengetahuan dari agar mendapatkan pemahaman tentang konsep Subyektivitas dalam Seni pada pemikiran Immanuel Kant, Hegel dan Nietzsche, yang termasuk dalam masa Idealisme Jerman dan awal Romantisisme. Subyektivitas yang dimaksud adalah Subyektivitas metafisis maupun Epistemologis. Yang dimaksud subyektivitas metafisis adalah manusia, melalui kesadarannya, yang mengalami seni (pencipta maupun penikmat). Yang dimaksud subyektivitas epistemologis adalah manusia melalui putusannya, sebagai ukuran kebenaran dalam seni. (Adorno 1984).
Subyektivitas pada pemikiran Kant adalah permasalahan keberadaan manusia sebagai keberadaan yang otonom (Otonomous Being) dalam berhadapan dengan dunia di luarnya (alam). Bagaimana status kesadaran (self-consciousness) dalam berhadapan dengan dunia luar. Status kesadaran ini menentukan bentuk-bentuk cara mengetahui (forms of cognition). Bagaimana subyektivitas dapat menjadi landasan bagi keberadaannya sendiri, bagaimana subyektivitas dapat membentuk obyektivitas yang dapat dipertahankan tanpa mendasarkan pada asumsi akan adanya obyektivitas yang mendahului. (Bowie 1990: 15).
Pada Kant, subyektivitas dalam seni adalah subyektivitas universal (intersubyektif universal), ketika seseorang menyukai sesuatu obyek (alam dan karya seni) tanpa pamrih (disinteresred). Sikap tanpa pamrih pada Kant berarti rasa suka yang menimbulkan kesenangan (pleasure), tidak terkait pada eksistensi obyek.
Subyektivitas pada pemikiran Hegel adalah permasalahan identitas subyek dan obyek yang sama dalam Rah absolut. Ini dikarenakan bahwa proses berpikir dan proses realitas (dunia) adalah identik. Proses ini menampakan dirt pada seni (Bowie : 1990, 116). Proses ini ditampilkan melalui refleksi, Kesadaran suatu subyek, tanpa kehadiran kesadaran lain akan tetap berada dalam keadaan tidak ada refleksi dan tidak akan mencapai refleksi sadar. (Bowie 1990 : 118). Kesadaran Aku sangat tergantung pada obyektifikasi Aku.
Subyektivitas dalam pemikiran Nietsche adalah permasalahan kesadaran sebagai pertahanan diri (self preservation). (Bowie: 1990, 208). Subyek, si Alat, adalah konstruksi pikiran, tidak berbeda statusnya dengan 'materi', 'benda', 'angka', maka adalah suatu fiksi regulatif Sintesa menjadi subyek ini dan efek sintesa dari luar sebagai obyek merupakan manifestasi 'kehendak untuk berkuasa' yang terjadi terhadap satu sama lain. (Bowie 1990: 247). Subyektivitas tidak dapat menjadi landasan kebenaran, meskipun keberadaan subyek serdiri tak dapat ditolak.
Subyektivitas dalam seni pada Immanuel Kant yang terdapat dalam teorinya tentang selera, adalah subyektivitas universal ketika seorang menyukai obyek tanpa pamrih. Sikap tanpa pamrih berarti rasa suka yang menimbulkan kesenangan tidak terkait dengan eksistentensi obyek. Dengan demikian bersifat a priori. Obyek yang disukai dengan cara demikian disebut indah. Dan yang indah adalah yang tanpa konsep disukai secara universal.
Pada Hegel subyektivitas dalam Seni adalah proses perwujudan 'The Ideal dalam bentuk materi yang tercerap secara inderawi (sensuous material) melalui refleksi. Karena pada Hegel proses obyektivikasi Subyek (kesadaran) adalah melalui negasi dan terjadi secara terus menerus.
Pada Nietzsche subyektivitas dalam Seni menampakkan diri dalam perwujudan fisiologis pada subyek individual, dan memuncak pada kehendak untuk berkuasa.
Perbandingan di antara ketiganya adalah sebagai berikut :
1. Subyek pada Kant adalah subyek transendental. yaitu kesadaran yang memiliki kategeri-kategori yang ikut membentuk realitas.
2. Subyek pada Hegel adalah keberadaan yang asali yang selalu berada dalam keadaan bergerak menuju obyek.
3. Subyek pada Nietzsche adalah merupakan fiksi yang dibentuk oleh pikiran, namun memiliki manifestasi yang nyata pada tubuh yang merupakan perwujudan dari kehendak untuk berkuasa
Subyektivitas dalam seni pada Kant adalah persoalan keabsahan putusan (judgment) terhadap yang indah, Putusan yang indah hanya menyangkut subyek yang membuat putusan dan bersifat subyektif , menyangkut perasaan. Subyektivitas dalam seni pada Hegel adalah seni sebagai perwujudan yang Ideal yang berada pada jiwa subyektif. Sedangkan subyektivitas dalam seni Dada Nietzsche adalah .merupakan kehendak yang memanifestasi dalam ketubuhan kits sebagai usaha untuk mempertahankan diri dalam keberadaan sebagai manusia.
Tanggapan terhadap subyektivitas, muncul melalui argumentasi Bowie, mengacu Habermas, bahwa pokok persoalan modernitas dilihat oleh postmodemisme sebagai permasalahan subyektivitas.Persoalan estetika modern juga bukan masalah keindahan lagi meiainkan masalah subyektivitas.
Subyektivitas dalam seni pada Kant mendapat pembelaan dari Gadamer, bahwa putusan tentang seni juga menyangkut pengetahuan yang berbeda dengan pengetahuan kognitif dan pengetahuan moral, namun tetap :nenyampaikan pengetahuan sebagai transmisi kebenaran. Namun Adorno mengkritik bahwa subyektivitas yang mengklaim validitas universal dan tanpa konsep adalah tidak rnungkin. Validitas universal demikian, mengandaikan adanya konsep.
Subyektivitas dalam seni pada Hegel, seolah berusaha mengatasi subyektivitas dalam seni pada Kant, tetapi sesungguhnya kembali ke dalam subyektivitas karena Idealisme mengklaim bahwa apa yang subyektif adalah obyektif, menurut Heidegger, Subyektivitas dalam seni pada Nietzsche, sesungguhnya bukan merupakan persoalan estetika, tetapi lebih persoalan metafisika, karena seni dikembalikan pada kehendak sebagai dorongan mendasar yang ada pada manusia.
Tanggapan penulis mengenai masalah subyektivitas adalah bahwa subyektivitas merupakan persoalan yang dapat dipertahankan sejauh dapat dikompromikan dengan pandangan-pandangan lain, baik pandangan yang mendukung maupun yang menolak. Maka subyektivitas adalah titik tolak ,yang mencukupi dan sah bagi dunia seni. Salah satu argumentasi lagi adalah bahwa ilmu pengetahuan yang memperoleh landasan dari positivisme pun pada akhirnya mempertanyakan obyektivitasnya sendiri, terutama pada ilmu-ilmu manusia dan budaya, karena faktor subyektivitaslah yang sesungguhnya dapat memunculkan obyektivitas."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T1626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madinna Rahmadewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapang dari dua manuskrip Cina lama yang mengalami deteriorasi asal plot 1 Ruang Naskah PP-UI Depok berdasarkan data sekuens daerah internal transcribed spacers ribosomal DNA ITS rDNA . Pengambilan sampel kapang dari manuskrip dengan metode swab dan isolasi kapang dengan metode culture-dependent. Amplifikasi daerah ITS rDNA dan DNA sequencing menggunakan primer forward ITS5 dan primer reverse ITS4.
Pencarian homologi sekuens daerah ITS rDNA menggunakan program basic local alignment search tool BLAST. Pembuatan pohon filogenetik menggunakan metode Neighbor Joining, model dua parameter Kimura dan bootstrap sebanyak 1.000 kali replikasi. Lima isolat kapang terpilih diperoleh berdasarkan tipe morfologi yang berbeda dengan kapang dari manuskrip Cina lama asal plot 2, 4, 5, dan 6.
Hasil elektroforesis gel produk PCR daerah ITS rDNA menunjukkan lima strain memiliki ukuran fragmen ITS rDNA dengan kisaran 500--700 pb dan DNA sequencing menunjukkan panjang daerah ITS rDNA berkisar 579--610 pb. Lima strain UICC merupakan anggota dari dua kelas Class Eurotiomycetes dan Dothideomycetes , dua ordo Order Eurotiales dan Capnodiales serta tiga famili Family Aspergillaceae, Cladosporiaceae dan Trichocomaceae.
Strain UICC 1099 dan UICC 1102 memiliki homologi 99,4 dan 99,8 dengan type strain Aspergillus pseudodeflectus NRRL 6135T. Strain UICC 1103 memiliki homologi 99,7 dengan type strain Cladosporium colocasiae ATCC 200944 T. Strain UICC 1101 memiliki homologi 99,8 dengan type strain Penicillium coffeae NRRL 35363T. Strain UICC 1100 memiliki homologi 99,4 dengan type strain Penicillium mallochii DAOM 239917T. Lima strain UICC merupakan fungi anamorf dan bersifat xerofilik.

The objective of this study was to identify moulds isolated from two deteriorated old Chinese manuscripts from plot 1 Ruang Naskah Central Library Universitas Indonesia Depok based on sequence data of internal transcribed spacer regions of ribosomal DNA ITS rDNA . Sterile cotton swab was used to obtain samples and culture dependent method was used to isolate moulds. Forward primer ITS5 and reverse primer ITS4 were used to amplify ITS rDNA region and sequencing the DNA.
Basic Local Alignment Search Tool BLAST program was used to determine the sequence homology of ITS rDNA region. A phylogenetic tree was constructed by Neighbor Joining method with Kimura rsquo s two parameter model and bootstrap with 1,000 replicates. Five selected mould isolates were obtained based on the morphological type differences compared to moulds from old Chinese manuscripts from plot 2, 4, 5, and 6.
Gel electrophoresis showed that the fragment lengths of ITS rDNA region from five strains were on the range of 500 700 bp and DNA sequencing showed that the length variations of ITS DNA fragments were 579 to 610 bp. The five UICC strains belonged to two classes Class Eurotiomycetes and Dothideomycetes , two orders Order Eurotiales and Capnodiales and three families Family Aspergillaceae, Cladosporiaceae and Trichocomaceae.
UICC 1099 and UICC 1102 strains showed 99.4 and 99.8 homologies with their type strain Aspergillus pseudodeflectus NRRL 6135T. UICC 1103 strain has 99.7 homology with its type strain Cladosporium clocasiae ATCC 200944T. UICC 1101 strain has 99.8 homology with its type strain Penicillium coffeae NRRL 35363T. UICC 1100 strain has 99.4 homology with its type strain Penicillium mallochii DAOM 239917T. The five UICC strains are anamorphic and xerophilic fungi.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>