Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86985 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Choirul Anam
"Telah dilakukan studi kontaminasi elektron pada berkas foton 6MV pesawat Linac Elekta SL15 menggunakan simulasi Monte Carlo. Pemodelan kepala Linac menggunakan program BEAMnrc, analisis phase space file menggunakan program BEAMDP dan perhitungan dosis radiasi dalam phantom air menggunakan program DOSXYZnrc. Dalam simulasi ini, energi awal elektron yang optimum adalah 6.3 MeV, dan intensitas radialnya memiliki FWHM 1.0 mm karena diketahui paling sesuai dengan pengukuran. Dalam simulasi diperoleh, semakin besar ukuran lapangan radiasi, dosis kontaminasi elektron mengalami kenaikan. Pada kedalaman 1.0 mm dan ukuran lapangan radiasi 5x5, 10x10, 20x20, 30x30, dan 40x40 cm2, dosis kontaminasi elektron secara berurutan sebesar 3.71, 5.19, 14.39, 18.97 dan 20.89%. Semakin ke dalam, dosis kontaminasi elektron semakin berkurang dan pada kedalaman 15 mm, kontribusinya hanya sekitar 1%. Kontaminasi elektron terutama dihasilkan oleh udara antara Linac dan fantom, mirror dan flattening filter. Bagian lain dari kepala Linac, hanya memberikan kontribusi yang kecil.

Study on electron contamination for 6 MV photon beams from Elekta SL15 linac by using Monte Carlo simulation has been done. The linear accelerator head was simulated by BEAMnrc code and the phase-space file then was analyzed by BEAMDP, while the absorbed dose in water phantom was calculated using DOSXYZnrc code. In this simulation, the optimal initial electron beam parameters were 6.3 MeV in energy and 1.0 mm in FWHM (full width at half maximum) on the radial intensity distribution. They were found to be in good agreement with the measured data. It was obtained in this reasearch that the electron contamination increases as the field size increases. At 1.0 mm in depth and the field size 5x5, 10x10, 20x20, 30x30, and 40x40 cm2, the dose from electron cotamination respectively 3.71, 5.19, 14.39, 18.97 and 20.89%. The electron contamination decreases with depth. At 15 mm in depth, the contribution of electron contamination is about 1%. The electron contamination is mainly produced from air volume between the linac head and water phantom, mirror and flattening filter. The other parts of linac head only give small contribution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29121
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdi Wadud Syafi`i
"Telah dilakukan studi simulasi Monte Carlo untuk perhitungan besaran dosimetri dari berkas sinar X 6 MeV tanpa filter perata yang dihasilkan Linac Elekta SL-15. Pemodelan kepala Linac menggunakan program BEAMnrc, analisis phase space file menggunakan program BEAMDP dan perhitungan dosis radiasi dalam medium air menggunakan program DOSXYZnrc. Parameter awal elektron dalam simulasi ini menggunakan hasil yang sudah diperoleh oleh saudara Anam C. Perhitungan PDD dalam medium air dilakukan dengan variasi ukuran lapangan 5x5, 10x10, 20x20 dan 40x40 cm2 dengan SSD 100 cm. Dosis profil dihitung dengan variasi ukuran lapangan yang sama dengan kedalaman 10 cm.
Hasil perhitungan PDD tanpa filter relatif lebih rendah dibanding dengan PDD dengan filter dan tidak dipengaruhi ukuran lapangan radiasi. Spektrum berkas sinar-X tanpa filter perata mempunyai fraksi komponen energi rendah relatif lebih tinggi dibanding dengan sinar-X dengan filter perata sehingga kurva PDD-nya relatif lebih rendah. Hasil perhitungan dosis profil menunjukan dengan melepaskan filter perata akan meningkatkan fluence dan energi fluence serta laju dosis untuk setiap lapangan radiasi.
Hasil penting lainnya adalah dosis permukaan yang jauh lebih tinggi dibanding dengan sinar X yang ber-filter mencapai 59.42 % untuk lapangan 5x5 cm2 dan 70.13 % untuk lapangan 40x40 cm2 dan dosis yg tinggi pada daerah build-up diakibatkan kontaminasi elektron. Berdasarkan hasil yang didapat penggunaan sinar X tanpa perata akan menurunkan skin sparring effect, sehingga tidak cocok untuk dipakai pada Linac. Namun, masih mungkin digunakan untuk teknik IMRT yang membutuhkan intensitas output yang tinggi.

Study on dosimetric properties for an unflattened 6-MV photon beams of an Elekta SL15 linac was calculated using Monte Carlo simulation has been done. The linear accelerator head was simulated by BEAMnrc code and the phase-space file then was analyzed by BEAMDP, while the absorbed dose in water phantom was calculated using DOSXYZnrc code. Initial parameters of electrons in this simulation using the results already obtained by Anam C. PDD calculations performed in water medium by variation of field size 5x5, 10x10, 20x20 and 40x40 cm2 with SSD 100 cm. Dose profiles calculated with the same field size variation with depth of 10 cm.
PDD calculation results without the filter is relatively lower compared with the PDD with the filter and not influenced by the size of the radiation field. The spectrum of unflattened X-ray beam has a fraction of the low energy component is higher than with flattened X-rays so that the PDD curve is relatively lower. The results of dose calculation shows the release flattening filter will increase the fluence and energy fluence and dose rate for each radiation field.
Another important outcome is that the surface dose is much higher than with flattened X-ray to the field reaches 59.42% and 70.13% of 5x5 cm2 to 40x40 cm2 field and on high doses in the build-up due to contamination of electrons. Based on the results obtained using unflattened X-rays the skin sparring effect will decrease, making it unsuitable for use in the linac. However, it still may be used for IMRT techniques that require high output intensity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29797
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rum Sapundani
"Telah dilakukan simulasi Monte Carlo pada berkas foton 6 MV Linac Elekta di dalam fantom air dan PMMA. Dalam simulasi digunakan code BEAMnrc berbasis 2 processor sistem Linux. File phase-space yang diperoleh menjadi input bagi code BEAMDP untuk memperoleh informasi karakteristik dan kontaminasi partikel. File yang sama juga menjadi input code DOSXYZnrc untuk menghasilkan PDD. Hasil PDD dibandingkan dengan hasil eksperimen dengan deviasi sangat kecil.

A Monte Carlo simulation on a Linac Elekta 6 MV photon beam has been performed using BEAMnrc code running on Linux-based 2 processor system. A phase- space files obtained were input to a BEAMDP code subsequently to produce information on particles characteristics and contamination. The same files were also input to a DOSXYnrc code to produce PDD in virtual water and PMMA phantoms. PDD results were compared with experimental results with significantly small deviation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho Oktavianto
"Telah dilakukan pengukuran relatif untuk mengetahui perubahan parameter dosimetri berkas sinar X 6 MV pada sumbu vertikal/sumbu normal terhadap permukaan dengan variasi sudut gantry 0º, 15º, 30º, 45º, dan 60º dari pesawat Linac Electa Precise 5991 milik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dengan luas lapangan 10x10 cm2, 15x15cm2 , dan 20x20 cm2. Rekonstruksi TPS dan simulasi Monte Carlo menggunakan parameter yang sama dengan pengukuran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan kedalaman maksimum yang dipengaruhi kenaikan luas lapangan dan sudut gantri dengan deviasi terbesar -33,3% pada luas lapangan 20x20 cm2 dan sudut gantri 600 terhadap luas lapangan 10x10 cm2 dan sudut gantri 00. Terjadi titik belok pada sumbu vertikal yang disebabkan karena adanya kemiringan permukaan, yang menurun dengan kenaikan sudut gantri. Hasil rekonstruksi TPS menunjukkan kesesuaian terhadap hasil pengukuran pada titik PDD maksimum, kedalaman 5 cm dan 10 cm, berbeda dengan hasil perhitungan Monte Carlo yang relatif lebih tinggi. Demikian pula untuk titik-titik di luar sumbu vertikal/sumbu normal.
Rekonstruksi TPS mempunyai deviasi < 2%, sedangkan perhitungan Monte Carlo mempunyai deviasi < 2% hanya pada daerah kuadran (+). Pengamatan titik-titik pada sumbu utama berkas hanya dilakukan dengan rekonstruksi TPS karena keterbatasan kemampuan alat, hasil penelitian menunjukkan bahwa PDD pada kedalaman dmax, 5 cm, dan 10 cm pada sumbu utama untuk sudut gantri 150 sampai dengan 600 cenderung menurun untuk ukuran lapangan yang sama demikian juga pada daerah kuadran (+).

Relative meauserement for change of dosimetry parameters X ray beam 6 MV Linac Electa Precise 5991 property of Hasan Sadikin Bandung?s hospital at the vertical central line from surface with incident obliquity 0º, 15º, 30º, 45º, 60º and 10x10 cm2, 15x15cm2, 20x20 cm2 field has been done. As in Reconstruction of TPS and Monte Carlo simuation with the same parameters measurement have been conducted.
The result of the experiment showed the change of maximum depth because of the increase in the filed dan angle of gantri with deviation -33% at the 20x20 cm2 field and 600 angle of gantry to 10x10 cm2 field and 00 angle of gantry . To happened point of to drop at the vertical central line because change sloping field to surface and drop on with increase of angle?s gantry.
The result of reconstruction of TPS to show not different with meaurement at point máximum PDD, 5 cm depth, 10 cm depth, point at off verical line, Monte Carlo calculation is higher. In all oint of reconstruction?s TPS has deviation < 2%, but calculation Monte Carlo just happen at the kuadran (+) area. Observation at the point in the central beam just done with reconstruction of TPS because the equipment capability limitation in the measurement, PDD at the depth of dmax, 5 cm, 10 cm, 150 to 600 angle of gantry in the central beam tilted decrease for the same field and kuadran (+) area too.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29077
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fiqron
"Telah dilakukan pengukuran faktor keluaran (OF) berkas sinar-X 6 MV dan 10 MV untuk lapangan bujur sangkar dan persegi panjang produksi linac varian 2100C. Ukuran lapangan yang digunakan berkisar dari 4x4 cm2 sampai 30x30 cm2 . Pengukuran dilakukan pada kedalaman efektif pengukuran 5,2 cm dan 10,2 cm dengan SSD 100 cm. Pada lapangan persegi panjang nilai OF didapatkan dengan metode pengukuran langsung dan kalkulasi dengan metode Sterlling. Hasil pengukuran menunjukkan hasil OF keduanya memiliki perbedaan yang sangat kecil untuk kedua berkas energi sinar-X pada masing-masing bentuk lapangan. Nilai OF mengalami kenaikan seiring meningkatnya ukuran lapangan yang digunakan. Penentuan nilai OF dengan menggunakan metode Sterllling dan pengukuran langsung pada lapangan persegi panjang juga tidak berbeda secara signifikan. Kata kunci : faktor keluaran, lapangan bujur sangkar, lapangan persegi panjang, sinar-X 6 MV dan 10 MV.

The measurement has been performed to know the output factors (OF) of 6 MV and 10 MV X-ray beams for square and rectangular fields. The field size used for the measurement range between from 4x4 cm2 to 30x30 cm2. The measurement were done at effective depths of 5,2 cm and 10,2 cm with SSD 100 cm. On the rectangular field, OF was obtained by direct measurement method and calculated by Sterlling method. The results of measurement showed that both OF’s results have very small differences for both energies on each field shape. The OF’s values increase along with the field size increase. The OF values determined by using calculated Sterlling method and direct measurement on rectangular field do not show significant differences."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Oesmanto
"Telah dilakukan pengukuran koefisien atenuasi dan koefisien penguatan berkas pada sinar-X LINAC 6MV dan 10 MV pada medium air, akrilik dan aluminium. Pengukuran selain pada lapangan terbuka (3 x 3 cm pada 100 cm) juga dilakukan pada berkas dengan aksesori tray dan filter wedge 60° yang sering digunakan pada penyinaran radioterapi. Berkas sempit 6 MV dan 10MV diperoleh dengan kolimator tambahan berdiameter 1.5 cm dengan ketebalan 20 cm Cerrobend sebelum detector. Untuk detektor digunakan mini phantom ( 2 x 2 x 6 cm) sesuai standar TRS 398 untuk pengukuran berkas foton energi tinggi di udara dan Bilik Ionisasi Farmer 0.6 cc. Jarak dari fokus ke detektor 173,3 cm.
Diperoleh dengan mmembandingkan referensi 8 bahwa nilai koefisien atenuasi μ dan koefisien penguatan η untuk medium air pada sinar-x 6 MV 0.0473 cm-1 dan 0.0014 cm-1 dari linac SL 75 dan 0.0488 cm-1 dan 0.0021 cm-1 dari linac SL 25 . Dari dua pasangan nilai tersebut dapat dilihat bahwa nilai μ dan η untuk sinar-x 6 MV dari satu linac berbeda dari linac yang lain. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan material maupun geometri flattening filter masing-masing alat sebagai suatu yang unik. Juga diperoleh perbedaan nilai μ dan η untuk berkas sinar-x 6 MV dengan filter wedge 600 dengan nilai 0.0437.

Have been measured attenuation coefficient and beam-hardening coefficient on 6 MV and 10 MV X-ray LINAC in water, acrilyc and Alloy. Measurement at open beam (3x3 cm at 100 cm) also at tray beam and wedge 60 beam ° while used oncology radiation. Narrow beam 6 MV and 10 MV with additional collimator 1,5 cm with cerrobend 20cm thickness to detector. Minifantom (2 x 2 x 6 cm) has been used for detector with TRS 398 high photon energy standard of measurement in air and 0,6 cc Farmer ionization chamber . Distance focus to detector is 173,3 cm.
Combine with reference 8 attenuation coefficientμ and beam-hardening coefficient η in water for 6 MV X-Ray 0.0473 cm-1 and 0.0014 cm-1 for linac SL 75 and 0.0488 cm-1 and 0.0021 cm-1 from linac SL 25 . From double value can be read at 6 MV X-Ray from one Linac is difference with others. Difference is happen because there is material difference also geometri flattening filter and be unique. Also difference at μ dan η value to X-Ray 6MV with filter wedge 600. 0.0437 cm-1 and 0.009 cm-1 for SL75 and 0.0432 cm-1 and 0.0014 cm-1 for SL25."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S29239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryaningsih
"ABSTRAK
Tesis ini membahas dosis neutron ekuivalen pada linear accelerator (Linac) yang diukur pada beberapa posisi dari isocenter dan kedalaman pada fantom. Pengukuran dilakukan pada in-field dan out-of-field dengan arah cross-plane dan diagonal axis. Pengukuran menggunakan dosimeter thermoluminescent dosimeter (TLD)-600 dan TLD-100, Linac iX dengan sinar-X 15 MV, dan fantom slab water-equivalent white polystyrene (RW3) dengan ukuran 30 × 30 × 30 cm3. TLD dikalibrasi dengan sumber gamma dan neutron secara terpisah. Kalibrasi respon gamma dilakukan dengan menggunakan 137Cs sedangkan kalibrasi respon neutron menggunakan 252Cf. Dosis neutron ekuivalen diukur pada isocenter dan 14 posisi dari isocenter di permukaan, kedalaman 2, 3 dan 15 cm pada fantom pada lapangan 10 × 10 cm2. Dosis neutron ekuivalen yang signifikan dan cenderung fluktuatif diperoleh di in-field pada hingga jarak 4 cm dan 6 cm dari isocenter pada cross-plane dan diagonal axis. Persentase distribusi dosis neutron ekuivalen maksimum diperoleh pada kedalaman 3 cm pada cross-plane dan diagonal axis. Dosis neutron pada out-of-field tidak memiliki respon yang signifikan dibandingkan pada in- field. Dosis neutron relatif di out-of-field pada cross-plane dan diagonal axis adalah 27% dan 24% yang dinormalisasikan pada dosis neutron maksimum pada setiap kedalaman.

ABSTRACT
This study focused on neutron dose equivalents by the high energy medical linear accelerator (Linac) that was measured for different positions from isocenter and depths in the phantom. The measurement was done in-field and out-of-field on cross-plane and diagonal axis. Measurements were using thermoluminescent dosimeter (TLD)-600 and TLD-100, Linac iX with 15 MV x-ray beam, and water-equivalent white polystyrene (RW3) with dimensions of 30 × 30 × 30 cm3. TLDs were calibrated separately by gamma and neutron sources. Gamma calibration was carried out using 137Cs source whereas neutron calibration was done using 252Cf source. Neutron dose equivalents were measured on the isocenter and 14 points of the isocenter on the surface, 2, 3 and 15 cm depths in 10 × 10 cm2 fields. Neutron dose equivalents had high and fluctuating responses that were obtained in-field at the distance up to 4 cm and 6 cm from the isocenter for cross-plane and diagonal axis. The percentage maximum neutron dose equivalent distributions were obtained around 3 cm depth for cross-plane and diagonal axis. Neutron dose in out-of- field had no significant response compared in-field. The relative neutron dose in out-of- field is 27% dan 24% normalized to the maximum neutron dose at each depth on cross- plane and diagonal axis."
2019
T52704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendra Dandi Sugandi
"Telah dilakukan penelitian untuk menentukan persamaan faktor wedge dan PDD (Percentage Depth Dose) hingga kedalaman 31 cm beserta faktor outputnya.pada pesawat Linac Siemens Primus 2D Plus baik tanpa wedge dan dengan filter wedge ukuran 15o, 30o, 45o dan 60o. Pengukuran menggunakan water phantom Wellhoffer RFA 300 dan semikonduktor detektor (Photon Field Detektor, PFD3G dan Reference Field Detektor, RFD3G) . Luas lapangan yang yang digunakan bervariasi dengan ukuran 2 x 2 cm2, 3 x 3 cm2, 5 x 5 cm2, 10 x 10 cm2 dan 20 x 20 cm2. Pengukuran ini menggunakan metode SSD dengan jarak 100 cm dengan energi masing-masing 6 dan 10 MV. Digunakan persamaan umum :WF = a (Α)∗ d + b (Α) ,dimana, a(A) adalah nilai slope faktor wedge terhadap kedalaman yang masih tergantung luas lapangan A, yang kemudian menjadi a(A) = α∗Α + α1 dan d merupakan kedalaman (mm) serta b(A) adalah nilai perpotongan persamaan terhadap sumbu Y terhadap perubahan luas lapangan yang kemudian menjadi b(A) = β∗Α + β1. Sehingga didapat persamaan akhir :WF = (α∗Α + α1)∗d + β∗Α + β1.

Wedge factor and PDD measurements have been performed without and with wedge filter 15o, 30o, 45o dan 60o until 31 cm depth using Welhoffer water phantom and associated RFA 300 instrumentation on Siemens Primus 2d Plus linac machine. Field sizes were varied (2 x 2 cm2, 3 x 3 cm2, 5 x 5 cm2, 10 x 10 cm2 and 20 x 20 cm2. Measurements were done using SSD technique at 100 cm on 6 MV and 10 MV beams. General formula of: WF = α (Α)∗ d + β (Α) was used, where a(A) is the slope of wedge factor against depth d (mm) that still depends on field size as a(A) = α∗Α + α1 and b(A) is constant that can be calculated using b(A) = β∗Α + β1. The final expression used was :WF = (α∗Α + α1)∗d + β∗Α + β1."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Ali
"Beton dan timbal merupakan material yang biasa digunakan sebagai dinding penahan radiasi. Beton dan timbal memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Beton memiliki harga yang relatif lebih murah namun memerlukan ruang yang besar sedangkan timbal dengan nomor atom yang tinggi memiliki harga yang lebih mahal namun ukuran ruangan dapat diminimalisir. Perhitungan ketebalan dinding penahan radiasi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Safety Report Series No. 47 dengan nilai pembatas dosis sesuai dengan Perka Bapeten no 3 tahun 2013 lalu dilakukan pemodelan menggunakan Monte Carlo EGSnrc untuk memastikan nilai dosis yang dihasilkan tidak melebihi pembatas dosis yang ditetapkan Bapeten. Pemodelan dengan menggunakan Monte Carlo umum digunakan ketika pengukuran secara langsung tidak memungkinkan. Hasil simulasi Monte Carlo juga mampu merepresentasikan kondisi yang sesungguhnya dengan memasukan berbagai parameter seperti memodelkan linac, memodelkan material yang digunakan, memodelkan dinding penahan radiasi, hingga melakukan kalibrasi linac sehingga didapatkan nilai dosis yang dapat dibandingkan dengan nilai dosis referensi yang digunakan. Pada penelitian dilakukan perhitungan dosis di luar dinding primer dengan memodelkan dinding beton densitas 2,35 g/cm3 dengan ketebalan 1,45 meter dan dinding timbal densitas 11,35 g/cm3 dengan ketebalan 21,73 cm lalu dibandingkan dengan nilai dosis referensi yang ditetapkan oleh Bapeten. Hasilnya nilai dosis pada simulasi Monte Carlo EGSnrc untuk material beton dan timbal lebih rendah dibandingkan dengan nilai dosis referensi yang digunakan akibat perbedaan komposisi material penyusun beton dan timbal yang digunakan dalam simulasi dengan referensi

Concrete and lead are materials commonly used as primary radiation walls. Concrete and lead have their respective advantages and disadvantages. Concrete has a relatively cheaper price but requires a large space, while lead with a high atomic number has a higher price, but the size of the room can be minimized. Calculation of the thickness of the radiation retaining wall can be carried out using the Safety Report Series No. 47 equations with a dose limiting value in accordance with Perka Bapeten Number 3. Of 2013 and then modeling using the Monte Carlo EGSnrc to ensure the resulting dose value does not exceed the limiting dose value by Bapeten. Monte Carlo modeling is commonly used when direct measurements are not possible. The Monte Carlo simulation results are also able to represent the real conditions by entering various parameters such as modeling the linac, modeling the materials used, modeling the primary radiation walls, and performing the linac calibration so that a dose value can be compared with reference dose value used. In this study, the dose calculation outside the primary wall was carried out by modeling a concrete wall with a density of 2,35 g/cm3 with a thickness of 1,45 meters and a lead wall with a density of 11,35 g/cm3 with a thickness of 21,73 cm and then compared with the reference dose value set by Bapeten. The result is that the dose value in the Monte Carlo EGSnrc simulation for concrete and lead materials is lower than the reference dose value used due to differences in the composition of the concrete and lead materials used in the simulation with reference"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Mas Raditya Respati
"Fetus seperti organ-at-risk (OAR) lainnya diketahui sangat radiosensitif, maka perlu dilakukan perencanaan radioterapi yang tepat untuk menjaga fetus menerima dosis di bawah dosis ambangnya. Simulasi Monte Carlo menggunakan PRIMO diketahui memberikan akurasi yang tinggi dalam probabilitas untuk produksi partikel menggunakan mesin linac Varian Unique. Hasil kecocokkan kurva profil berkas dan percentage depth dose (PDD) pada simulasi PRIMO terhadap commissioning BDC secara berurutan memiliki ketidakpastian sebesar 2,93 ± 0,09% dan 0,51 ± 0,02%. Setelah PRIMO memproduksi partikel yang menyesuaikan kondisi lapangan linac Varian Unique, penyinaran dilakukan menggunakan fantom khusus yang tersusun atas gabungan fantom CIRS dan fantom air balok. Fantom dirancang pada kedalaman 22 cm yang mewaliki trimester 2. Penyinaran payudara menggunakan teknik empat lapangan: 1) Tangensial I (Medio Lateral), 2) Tangensial II (Latero Medial), 3) Supraclavicula, dan 4) Axilla. Rentang persentase dosis pada PRIMO diamati 0,03 – 0,28% di kedalaman 2 cm, 0,03 – 0,26% di kedalaman 5 cm, dan 0,03 – 0,25% di kedalaman 10 cm. Hasil simulasi PRIMO dibandingkan terhadap hasil treatment planning system (TPS) dan penelitian Mulyaningsih [8] dengan kondisi fantom dan lapangan yang sama. Simulasi PRIMO dan Mulyaningsih [8] memiliki kesesuaian pada jarak pengukuran 32 – 26 cm dan mengalami tren yang serupa yaitu kenaikan persentase dosis yang drastis pada jarak pengukuran di bawah 24 cm.

Fetus like any other organ-at-risks is known to be highly radiosensitive, therefore an accurate radiotherapy planning is necessary to keep the fetal dose below the threshold. PRIMO Monte Carlo simulation is used as it gives excellent accuracy in terms of particle production using the Varian Unique linac. The commissioning results of both the beam profile and the percentage depth dose in sequence are having uncertainties of 2.93±0.09% and 0.51±0.02%. After PRIMO produces the particles that suit the condition of Varian Unique linear accelerator, the treatment uses a special configurated phantom consisting CIRS and water phantom. The phantom has a depth of 22 cm that resembles pregnancy age of the 2nd trimester. The treatment configures a four-field technique: 1) Tangential I (Latero Medial), 2) Tangential II (Medio Lateral), 3) Supraclavicula, and 4) Axilla. The dose percentage range of PRIMO is measured 0.03–0.28% in the depth of 2 cm, 0.03–0.26% in the depth of 5 cm, and 0.03–0.25% in the depth of 10 cm. The result of PRIMO simulation is then compared with the treatment planning system (TPS) and the thesis performed by Mulyaningsih [8] under the same condition. PRIMO simulation and Mulyaningsih [8] governs likeliness in the measuring distance range of 32–26 cm and inhabits a similar trend in the measuring distance below 24 cm, that in particular is a drastic increasing dose percentage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>