Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zetryana Puteri
"Polianilin (PANI) (emeraldin terprotonasi / ES) berukuran kecil disintesis secara Bulk Polymerization dengan mengoksidasi anilin menggunakan Amonium Peroksodisulfat (APS) dengan dopan HCl. Hubungan antara pengaruh kondisi polimerisasi seperti: konsentrasi HCl, rasio mmol APS/Anilin, konsentrasi reagen, dan temperatur polimerisasi dengan distribusi ukuran partikel dipelajari menggunakan PSA (Particle Size Analyzer). Pengaruh ukuran partikel terhadap waktu kontak pembentukan PANI terdeprotonasi (emeraldin basa / EB) dipelajari dengan menggunakan ES berukuran terkecil. Sulfonasi pada EB dilakukan dengan menggunakan jumlah H2SO4 pekat (95-97%) yang berbeda menghasilkan emeraldin basa tersulfonasi, EBS 1 dan EBS 2, dimana EBS 2 diperoleh menggunakan H2SO4 pekat kurang lebih dua kali lebih banyak daripada EBS 1. Selanjutnya EB, EBS 1, dan EBS 2 digunakan untuk mereduksi Cr(VI). Karakterisasi produk dilakukan dengan menggunakan PSA, SEM, spektrofotometer UV-Vis, dan FT-IR. Ukuran partikel terkecil ES 0,452μm (24,4% Vol.) didapatkan dari rasio mmol APS/Anilin 0,07 dengan konsentrasi APS/Anilin 3,12x10-2 M/87,2x10-2 M dalam HCl 3 M. Pengamatan menggunakan SEM terhadap partikel tersebut menghasilkan morfologi nanofiber (diameter ±100nm). Dedoping Nanofiber ES dalam NaOH 0,1M berlangsung dalam waktu kontak optimum selama 3 Jam. EB, EBS 1, dan EBS 2 mampu mereduksi Cr(VI) dalam larutan. Kecepatan dan kapasitas reduksi Cr(VI) diperoleh dengan urutan EBS2 > EBS1 > EB.

Polianilin (PANI) (emeraldine salt / ES) with small particle size was synthesized by Bulk Polymerization from aniline with ammonium peroxodisulfate (APS) as oxidator and HCl as a dopan. The relationship between polymerization conditions such as: concentration of HCl, the mmole ratio of APS/aniline, reagent concentration, and temperature of polymerization with the distribution of particle sizes studied using PSA (Particle Size Analyzer). The contact time of deprotonated PANI (emeraldine base / EB) formation from ES with smallest particle size was studied. Furthermore, sulfonation on EB was carried out using different amount of concentrated H2SO4 (95-97%) to produced sulfonated emeraldin, EBS 1 and EBS 2. EBS 2 was preparered by using twice amount of concentrated H2SO4 than for EBS 1. Finally, the EB, EBS 1 and EBS 2 prepared were used for reducing Cr(VI). Characterizations of products were observed by using PSA, SEM, UV-Vis spectrophotometer, and FT-IR. ES with smallest particle size 0.452 μm (24.4% Vol.) was obtained from the mmole ratio of APS/aniline 0.07 with the APS/aniline concentration 3.12 x10-2 M/87.2x10-2 M in HCl 3 M. The morphology of the particles shown nanofiber (diameter ± 100nm). Dedoping nanofiber ES in 0.1 M NaOH took place within 3 hours. EB, EBS 1 and EBS 2 prepared can be used to reduce Cr (VI) in solution. The reduction rate and capacity for Cr(VI) is in order of EBS 2 > EBS 1 > EB."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1003
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puriyati
"Ion logam Cr (III) dan Cr (VI) merupakan logam berat yang dapat membahayakan bagi lingkungan. Oleh karena itu diperlukan cara untuk dapat menangani limbah tersebut, salah satu caranya yaitu menggunakan biomassa alga hijau sebagai biosorben yang dapat menyerap logam berat. Selain itu juga dilakukan protonasi biomassa dengan menggunakan larutan HCl 0,1 M yang diharapkan menghasilkan serapan (daya adsorpsi) terhadap ion logam Cr (III) dan Cr (VI). Penelitian ini menggunakan beberapa variasi yiatu, pH awal larutan logam, waktu kontak, dan konsentrasi awal larutan logam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa biosorpsi optimum untuk ion logam Cr (III) berada pada pH 7 sebesar 94,68 % sedangkan biosorpsi optimum untuk ion logam Cr (VI) berada pada pH 2 sebesar 64,79 %. Penyerapan maksimum untuk ion logam Cr (III) dan Cr (VI) berada pada waktu kontak 60 menit. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serapan terbesar untuk ion logam Cr (III) terjadi pada konsentrasi 10 mg/L dan untuk ion logam Cr (VI) terjadi pada konsentrasi 80 mg/l. Biomassa alga hijau terprotonasi dapat digunakan sebagai biosorben ion logam Cr (III) dan Cr (VI)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30685
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahdi Jufri
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Aribowo
"ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis polianilin melalui polimerisasi oksidatif dengan menggunakan oksidator ammonium persulfate APS dengan metode kontinyu. Proses polimerisasi dilakukan dalam media asam kuat, HCl 1,5 M dibandingkan dengan media netral dengan variasi suhu lingkungan 20 oC, 30 oC dan 50 oC. Temperatur proses polimerisasi, pH larutan dan ukuran partikel dari polimer yang terbentuk setiap 5 menit hingga 60 menit pertama, dalam kurun waktu 8 jam. Nilai pH hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama pembentukan PANI tidak banyak berubah, suhu larutan selama proses relatif sama. Pertumbuhan ukuran partikel selama proses polimerisasi dalam menunjukkan adanya tahapan inisiasi, propagasi dan terminasi baik dalam media netral dan asam kuat. Dalam media netral, pertumbuhan ukuran partikel berjalan relatif lambat, dan didominasi oleh pembentukan oligomer anilin oligoanilin yang berantai pendek. Ukuran partikel rata-rata sebesar 29 ndash; 39 m diperoleh dari polimerisasi dalam kedua media. Kedua media juga menunjukkan semakin rendah temperature media semakin besar ukuran partikel yang dihasilkan. Efek doping dengan p-TSA terhadap PANI-EB dilakukan sebagai konfirmasi untuk menunjukkan penerapan dari polianilin terdoping. Diketahui bahwa semakin tinggi suhu maka konduktivitas semakin naik. Hal ini sebagai bukti polianilin terdoping bersifat sebagai semikonduktor. Semakin besar ukuran partikel dan semakin tinggi konsentrasi doping akan meningkatkan konduktivitas dan menurunkan energi gap dari PANI terdoping p-TSA yang berakibat pada penurunan serapan terhadap gelombang mikro.

ABSTRACT
The synthesis of polyaniline was carried out by the oxidative polymerization method using ammonium persulfate APS by continuous method, in strong acid medium 1.5 M HCl and neutral medium with ambient temperature variation at 20 C, 30 C and 50 C. Measuring of the process temperature, the pH of the process solution and the particle size formation every 5 minutes to the first 60 minutes, and every hour until process has finished for 8 hours. The pH value of the measurements shows that during the formation of PANI does not change much, the temperature of the solution during the process is relatively the same. The growth of particle size during the polymerization process in indicating the presence of initiation, propagation and termination stages both in neutral and strong acid medium. In neutral media, growth of particle size formation runs relatively slowly, and it was dominated by the formation of short chain aniline oligomers oligoanilines . The average particle size of 29 39 m was obtained from polymerization in both media. Both media also show the lower the media temperature the larger the particle size have formed. The doping effect with p TSA on PANI EB was performed as a confirmation to demonstrate the application of a doped polyaniline. It is known that the higher the temperature the conductivity increases. This is a proof of polyaniline doped has behavior as semiconductor. The larger the particle size and the higher the doping concentration will increase the conductivity and decrease the gap energy of the p TSA doped PANI that decreased of microwave absorbing properties."
2018
T49057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yulia Ningsih
"Bentonit merupakan salah satu mineral yang kelimpahannya cukup besar di Indonesia. Untuk meningkatkan daya guna bentonit maka dibuat bentonit terpilar Al dengan polianilin dan diaplikasikan sebagai agen pereduksi ion Cr(VI). Pengukuran dengan XRD menunjukkan pilarisasi dengan polikation Al menyebabkan basal spacing dari bentonit alam naik menjadi 18,41 Å. Sintesis Bent@Al@PANI dilakukan secara in situ dengan anilin 0,05 M sebagai monomer dan amonium peroksodisulfat (APS) 0,0625 M sebagai inisiator dalam polimerisasi fasa bulk. Perbandingan konsentrasi APS/anilin adalah 1,25.
Hasil uji FTIR dan spektrofotometer UV-Vis mengindikasikan bahwa polianilin yang diperoleh merupakan bentuk emeraldin salt (ES). Hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan Bent@Al@PANI 0,05 M dengan waktu reaksi 10 menit, pH 3,0, massa 0,1 g mampu mereduksi Cr(VI) 1,92x10-4 M sebesar 83,03 %. Tetapan laju reduksi orde satu untuk Cr(VI) diperoleh sebesar 0,72 menit-1.

Bentonite is a mineral that has a large abundance in Indonesia. To improve the usage of it, polyaniline-modified Al-pillared bentonite was synthesized and applied as a reductant of Cr(VI) ion. XRD measurement showed that the pillarization of bentonite using Al polycation caused the basal spacing value of bentonite to be 18,41 Å. Bent@Al@PANI was synthesized by in situ process with aniline 0,05 M as monomer, and ammonium peroxodisulfate (APS) 0,0625 M as initiator of bulk polymerization. Concentration ratio of APS/aniline was 1,25.
The analysis result of FTIR and UV-Vis spectroscopy indicated that the result of synthesis was polyaniline in its emeraldine salt form. The result of measurement by UV-Vis characterization showed that 0,1 g of Bent@Al@PANI 0,05 M with 10 minutes reduction time and pH 3,0, resulted 83,30 % reduction percentage of Cr(VI) 1,92x10-4 M. First order reaction rate constant of Cr(VI) was found to be 0,72 min-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amanda Vania Tjendana
"Limbah fenol dan logam Cr(VI) merupakan limbah organik dan logam berat berbahaya dan sulit didegradasi. Kedua jenis limbah tersebut dihasilkan dari berbagai macam proses industri seperti industri tekstil, cat, pewarna, dan lain lain. Maka, diperlukan teknologi pengolahan limbah yang efektif, salah satunya adalah dengan teknologi Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE). Metode Cathodic Contact Glow Discharge Electrolysis adalah bagian dari teknologi CGDE, dimana plasma terbentuk di katoda dengan pancaran sinar yang terang (glow discharge). Metode ini dapat menghasilkan spesi reaktif •OH dan H• dalam jumlah besar sehingga mampu mendegradasi limbah cair fenol dan Cr(VI) secara simultan. Kondisi optimum yang didapatkan adalah pada konsentrasi awal Cr(VI) 100 ppm, konsentrasi elektrolit Na2SO4 0,02 M, dan laju alir udara 0,2 L/menit. Untuk plasma anodik, didapatkan persentase degradasi untuk fenol sebesar 99,7% dan Cr(VI) sebesar 49%. Sedangkan untuk plasma katodik didapatkan persentase degradasi untuk fenol sebesar 70,98% dan Cr(VI) sebesar 44,77% selama 120 menit proses CGDE.

Phenol waste and Cr(VI) metal are hazardous organic waste and heavy metals that are difficult to degrade. Both types of waste are generated from various industrial processes such as textile, paint, dye, and so on. Therefore, an effective waste treatment technology is needed, one of which is Contact Glow Discharge Electrolysis technology. Cathodic Contact Glow Discharge Electrolysis is a part of plasma electrolysis technology in which plasma is formed at cathode with a bright glow (glow discharge). This method produces large quantity of reactive species •OH and H• which can degrade phenol and Cr(VI) liquid waste simultaneously. The optimum conditions obtained were at the initial concentration of Cr (VI) 100 ppm, electrolyte Na2SO4 0.02 M, and air flow rate of 0.2 L/minute. For anodic CGDE, the percetage for phenol degradation was valued at 99.7% and Cr(VI) degradation was valued at 49%. Whereas for the cathodic CGDE, the percentage for phenol degradation was valued at 70.98% and Cr(VI) degradation was valued at 44.77% for 120 minutes of plasma electrolysis process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noverra Mardhatillah Nizardo
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emulsi. Polimer emulsi memiliki ukuran partikel antara 10 sampai dengan 1500 nm. Untuk aplikasi coating, dibutuhkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil agar diperoleh hasil coating yang halus, kekuatan adhesi dan ketahanan terhadap air yang baik, serta kestabilan yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari surfaktan natrium dodesil benzena sulfonat (SDBS) rantai lurus dan bercabang serta beberapa teknik polimerisasi emulsi terhadap ukuran partikel pada kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dengan menggunakan kombinasi surfaktan anionik dan nonionik (nonil fenol, EO10) dan inisiator ammonium persulfat.
Hasil pengukuran DSC, solid content, IR, dan berat molekul relatif rata-rata menunjukkan bahwa terbentuk kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat). Surfaktan SDBS rantai bercabang menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan surfaktan SDBS rantai lurus tetapi grit yang terbentuk lebih banyak. Teknik batch dapat menghasilkan solid content tertinggi yaitu 38,73% saat menggunakan surfaktan SDBS rantai lurus dan 38,47% saat menggunakan surfaktan SDBS rantai bercabang. Teknik semi kontinyu secara umum menghasilkan viskositas yang tinggi yaitu 168,5 mPas saat menggunakan SDBS rantai lurus dan 128 mPas saat menggunakan SDBS rantai bercabang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Budianto
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emulsi. Untuk aplikasi coating, dibutuhkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil agar diperoleh hasil coating yang halus, kekuatan adhesi dan ketahanan terhadap air yang baik, serta kestabilan yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari surfaktan natrium dodesil benzena sulfonat (SDBS) rantai bercabang serta beberapa teknik polimerisasi emulsi terhadap ukuran partikel kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dengan menggunakan kombinasi surfaktan anionik dan nonionik (nonil fenol, EO|U) serta inisiator ammonium persulfat.
Hasil pengukuran DSC, solid content, dan IR menunjukkan bahwa terbentuk kopoli (stirena/butil akrilat/metil metakrilat). Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa terbentuk grit yang banyak. Teknik batch dapat menghasilkan solid content tertinggi yaitu 38,47%. Teknik semi kontinyu secara umum menghasilkan viskositas yang tinggi yaitu 128 mPas. Surfaktan SDBS rantai bercabang secara umum menghasilkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil tetapi grit yang terbentuk lebih banyak. Banyaknya persen seeding monomer dan inisiator yang ditambahkan ke dalam initial charge mempengaruhi ukuran partikel polimer emulsi yang terbenluk, dan jumlah inti yang dihasilkan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2006
SAIN-11-3-2006-13
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Claresta Borris Agrippina
"Tujuan :Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi gel acidulated
phosphate fluoride terhadap perubahan warna material restoratif resin komposit bulk-fill
flowable yang direndam dalam larutan kopi. Metode penelitian: Dua puluh spesimen
resin komposit bulk-fill flowable berbentuk silinder berdiameter 6 mm dengan tebal 2 mm
disiapkan kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, dengan salah satu kelompok menerima
aplikasi gel APF dan kelompok lainnya tidak. Setelah diberikan aplikasi gel, spesimen
kemudian direndam di dalam larutan kopi (37oC) selama 7 hari. Pengukuran warna
dilakukan dengan colorimeter pada saat sebelum perlakuan, setelah aplikasi gel APF dan
setelah perendaman di dalam larutan kopi, kemudian dihitung nilai perubahan warnanya
sesusai sistem CIE Lab. Analisis data menggunakan uji statistik Independent T-Test
untuk menilai perbedaan perubahan warna antara kelompok dengan dan tanpa aplikasi
gel APF. Hasil: Hasil menujukkan kelompok yang menerima gel APF mengalami
perubahan warna yang lebih besar (p>0.05) daripada kelompok tanpa gel APF.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa aplikasi gel APF memiliki
pengaruh terhadap perubahan warna pada resin komposit bulk-fill flowable

Objective: The aim of this study was to determine the effect of application of
acidulated phosphate fluoride gel on the color change of bulk-fill flowable composite
resin restorative material immersed in coffee. Methods: Twenty specimens of bulk-fill
flowable composite resin in the form of cylinders 6 mm in diameter and 2 mm in thickness
were prepared and then divided into 2 groups, with one group receiving APF gel
application and the other group not. After being given the gel application, the specimens
were then immersed in a coffee solution (37oC) for 7 days. Color measurement was
carried out with a colorimeter before treatment, after application of APF gel and after
immersion in coffee solution, then the value of the color change was calculated according
to the CIE Lab system. Data was analyzed using the independent T-Test statistical test to
assess differences in color change between groups with and without APF gel application.
Results: The results showed that the group that received the APF gel had a greater color
change (p> 0.05) than the group without APF gel application. Conclusion: From the
results of the study, it was concluded that the application of APF gel had an effect on the
color change of the flowable bulk-fill composite resin.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>