Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138381 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eliana Ayu Karinda
"Produksi biodiesel yang meningkat membutuhkan teknologi yang tepat dan efisien. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan proses produksi biodiesel dengan sistem kontinyu. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis alat separasi biodiesel-gliserol dengan sistem kontinyu. Separator berbentuk tangki pengendap dengan baffle yang memisahkan beberapa kompartemen. Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara laju alir dan ketinggian baffle terhadap proses separasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemisahan terjadi dengan sempurna apabila biodiesel dan gliserol membentuk dua lapisan dalam kompartemen dengan masing-masing ketinggian yang dapat diamati. Biodiesel dan gliserol membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memisah sehingga separator membutuhkan 3 baffle dengan ketinggian berbeda.

The increase of biodiesel production requires appropriate and efficient technology. Several studies have been conducted to develop biodiesel production process with continuous systems. This research was conducted to evaluate and analyze biodiesel-glycerol continuous separator. Shaped separator settling tank with baffle that separates several compartments. The analysis was performed to determine the relationship between flowrate and baffle height of the separation process. The results show that separation occurs with perfect when biodiesel and glycerol to form two layers in each compartment with a height that can be observed. Biodiesel and glycerol requires a long time to separate so that the separator will need 3 baffles with different heights."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Konsumsi energi sistem produksi non-catalytic biodiesel masih amat tinggi. Kebutuhan energi ini perlu diturunkan dengan cara menggunakan energi secara optimum yaitu dengan cara mensirkulasi energi secara berulang dengan menggunakan sistem perpindahan panas. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menampilkan analisa energi dan exergy pada sistem setelah dilakukan sirkulasi ulang dengan menggunakan alat perpindahan panas. Percobaan ini menggunakan uap metanol superheated pada sistem produksi non-catalytic biodiesel. Upaya dimulai dengan mencari dan menghitung parameter fisis dan termal dari bahan yang digunakan yaitu: palm olein, metanol, dan methyl ester. Kemudian mendisain alat perpindahan panas, melakukan percobaan produksi, lalu menganalisa energi dan exergynya. Proses dilakukan dalam pola semi-batch dengan laju aliran metanol 1,5; 3,0; and 4,5 ml per menit pada temperatur reaksi 290°C. Dalam analisa exergy, diasumsikan kondisinya steady state, sedang energi kinetik dan potensial diabaikan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa panas yang disirkulasikan ulang dengan memanfaatkan alat perpindahan panas dapat meningkatkan energy-ratio dari 0,84 ke 1,03. Menurut definisi, energy-ratio adalah perbandingan antara kandungan energi biodiesel dengan total energi bahan mentah dan energi proses. Bila energy-ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara 'peningkatan kandungan energi biodiesel dari energi bahan dasarnya' dibandingkan dengan energi proses, maka energy-ratio yang diperoleh adalah 7,85; 2,98; and 2,87 untuk laju alir metanol 1,5; 3,0; and 4,5 ml per menit. Analisa exergy menunjukkan bahwa nilai tidak dapat kembali terjadi atau irreversible yang terbesar ada pada proses superheater. Efisiensi exergy dari evaporator dan suoerheater meningkat dengan meningkatnya laju alir metanol, sedang efisiensi exergy reactor dan alat perpindahan panas menurun. "
JITE 1:13 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hasfi Rizki Nur
"Sektor industri dan transportasi sudah menjadi aspek utama dalam kehidupan manusia sehari-hari dengan sumber energi yang masih didominasi oleh energi fosil sehingga merusak lingkungan. Bahan bakar nabati (BBN) merupakan opsi yang kerap digunakan untuk mengatasi permasalahan energi tersebut. Biodiesel, salah satu dari jenis BBN, hewani dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif bahkan sebagai aditif untuk minyak solar. Selain itu, penggunaan Biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa sawit cocok dengan sumber daya alam Indonesia. Pemerintah Indonesia terus mendukung pengembangan produk biodiesel dan penggunaannya sebagai bahan bakar alternatif, namun terdapat beberapa permasalahan dikarenakan karakteristik dasar biodiesel memiliki perbedaan dibandingkan dengan minyak solar. Biodiesel memiliki karakteristik yang sensitif terhadap suhu rendah yang akan terjadinya pengkristalan partikulat dan kontaminan sehingga akan menyebabkan fenomena penyumbatan filter. Selain itu, sifat fisik dasar biodiesel yang lebih kental dan padat dibanding minyak solar kerap berefek pada kurang maksimalnya pengabutan injektor di sistem injeksi mesin diesel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pencampuran biodiesel dengan minyak solar (B0 – B100) terhadap karakteristik fisika dan kimianya. Campuran bahan bakar pada penelitian ini adalah minyak solar dengan angka setana 48 dan biodiesel fatty acid methyl ester (FAME). Pengujian karakteristik yang dilakukan meliputi nilai densitas, viskositas kinematik, cleanliness, total kontaminan, filter blocking tendency (FBT), dan cold filter plugging point (CFPP). Selain itu juga dilakukan pengujian tekanan pengabutan injektor untuk membandingkan nilai pengujian karakteristik secara eksperimental di kondisi aktual. Hasil pengujian karakteristik menunjukan terjadi peningkatan seiring dengan penambahan tingkat pencampuran biodiesel sebesar 1,78%, viskositas kinematik sebesar 29,87%, total kontaminan sebesar 2 kali lipat, CFPP sebesar 6oC dan FBT sebesar 3,74 kali lipat. Selain itu, hasil uji tekanan pengabutan juga mengalami peningkatan nilai tekanan seiring meningkatnya pencampuran kadar biodiesel sebesar 5,45%.

The industrial and transportation sectors have become the main aspects of everyday human life, with fossil fuels still dominating energy sources, thus damaging the environment. Biofuel is an option that is often used to overcome these energy problems. Biodiesel, one of the biofuels, can be used as an alternative fuel. In addition, using Biodiesel with palm oil as raw material is compatible with Indonesia's natural resources. The Indonesian government continues to support the development of biodiesel products and their use as alternative fuels. However, there are some problems due to the different essential characteristics of Biodiesel compared to diesel oil. Biodiesel has characteristics that are sensitive to low temperatures, which will cause particulate and contaminant crystallization to occur, causing filter clogging. In addition, the basic physical properties of Biodiesel, which are thicker and denser than diesel oil, often affect the injector spray quality. The purpose of this study was to determine the effect of mixing level of Biodiesel with petro-diesel (B0 – B100) on its physical and chemical characteristics. The fuel mixture in this study was diesel oil with a cetane number of 48 (CN 48) and Fatty Acid Methyl Ester (FAME) biodiesel. The results of the characteristic test showed an increase along with the addition of the biodiesel blending level, the density value was 1.78%, the kinematic viscosity was 29.87%, the total contaminants were 2 times, the CFPP was 6oC and the FBT was 3.74 times. In addition, the results of the atomization pressure test also experienced an increase in the pressure value as the biodiesel blending content increased by 5.45%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Nugraha
"Indonesia memiliki potensi CPO yang sangat besar. Salah satu solusi menghadapi krisis BBM serta permasalahan kualitas udara akibat emisi adalah pemanfaatan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Telah dilakukan analisis life cycle biodiesel berbahan baku CPO di Indonesia tahun 2010 dengan model di kota Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Analisis life cycle dibatasi pada proses transportasi CPO, produksi biodiesel, transportasi biodiesel, dan transportasi campuran biodiesel (B-5); sehingga diperoleh data efisiensi energi life cycle dan rasio energi fosil (REF). Untuk menghitung nilai REF dibuat tiga model: (1) transportasi CPO, produksi biodiesel, transportasi biodisel dan transportasi B-5 menggunakan bahan bakar 100% solar (B-0); (2) transportasi CPO, produksi biodiesel, transportasi biodisel dan transportasi B-5 menggunakan bahan bakar campuran 95% solar dan 5% biodiesel (B-5); dan (3) transportasi CPO, transportasi biodisel dan transportasi B-5 menggunakan bahan bakar B-5, sedangkan produksi biodiesel menggunakan 100% biodiesel (B-100). Hasil simulasi menunjukkan bahwa efisiensi energi life cycle paling tinggi diperoleh di Bandung (33%), diikuti oleh Jakarta (32%), Medan (26%), dan Surabaya (21%). Secara keseluruhan (nasional) energi efisiensi life cycle adalah 27%. Dari ketiga model yang digunakan pada umumnya nilai REF < 1. Hal ini menunjukkan bahwa biodiesel adalah bahan bakar non renewable . Nilai REF>1 yang berarti biodiesel renewable ditunjukkan pada model 3 di wilayah Jakarta dan Bandung, masingmasing 1,19 dan 1,89.

Indonesia has very big potential of Palm Oil (CPO). Use the palm oil biodiesel as fuel is a solution for fosil fuel crisis and air pollution because of emission problem. Life cycle analysis (LCA) of palm oil biodiesel in Indonesia at 2010 was studied with models of Medan, Jakarta, Bandung, and Surabaya s case. Scope of LCA studies are CPO transportation, biodiesel production, biodiesel transportation, and biodiesel mix (B-5); to get the energy efficiency life cycle models and fosil energy ratio (FER). There are three models to count FER value: (1) CPO transportation, biodiesel production, biodiesel transportation and B-5 transportation process used 100% fosil fuel (B-0); (2) CPO transportation, biodiesel production, biodiesel transportation and B-5 transportation process used mixed fuel of 95% fosil diesel oil and 5% biodiesel (B-5); and (3) CPO transportation biodiesel transportation and B-5 transportation process used B-5, biodiesel production process used 100% biodiesel fuel (B-100). Result of simulation showed the highest energy efficiency life cycle was in Bandung (33%), followed by Jakarta (32%), Medan (26%), and Surabaya (21%). From the three models, usually FER value 1 mean palm oil biodiesel is renewable fuel showed by third model for Jakarta and Bandung, each 1,19 and 1,89."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julliana Isnuuntari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total biaya ekonomi produksi biodiesel minyak kelapa sawit. Biaya produksi dihitung dari tahap penanaman kelapa sawit di perkebunan, pengolahan menjadi minyak kelapa sawit dan pengolahannya menjadi biodiesel serta distribusi ke depo Pertamina. Pada tingkat perkebunan mengasumsikan luas lahan tanam 6.000 ha di Provinsi Riau. Total biaya ekonomi produksinya yaitu Rp 1.023/kg, dengan komponen biaya terbesar yaitu biaya tenaga kerja (41%) dan biaya material (27%). Biaya lingkungan dan biaya sosial yang merupakan eksternalitas negatif dari perkebunan sawit adalah Rp 169/kg (16%). Pada pabrik kelapa sawit dilakukan perhitungan pada 4 skala pabrik, dan total biaya produksi rata-rata terendah adalah skala 45 ton/jam, yaitu Rp 5.511/kg. Komponen biaya terbesarnya yaitu biaya proses (65%) dan biaya material (22%). Pada pabrik biodiesel dilakukan perhitungan pada 2 skala pabrik, dan biaya produksi rata-rata terendah adalah skala 300 ton per day yaitu Rp 9.721/kg. Secara total biaya ekonomi produksi biodiesel dari kelapa sawit mulai dari tahap penanaman sampai distribusi adalah Rp 9.971/kg, dengan komponen biaya terbesar yaitu biaya material (64%) dan biaya proses (30%). Perhitungan rinci komponen biaya produksi ini menghasilkan beberapa masukan bagi kebijakan efisiensi biaya produksi biodiesel guna meningkatkan ketahanan energi nasional melalui pemanfaatan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar fosil.

This study aims to calculate the total economic cost of biodiesel production from palm oil. The production cost is calculated from the plantation level, the conversion into oil palm, the conversion into biodiesel and finally the distribution of biodiesel to Pertamina?s depot. At the plantation level, the study assumes a planting area of 6.000 hectares in Riau Province, resulting in the cost of Rp 1.023/kg with the largest components being the cost of labor (41%) and materials (27%). Environment and social cost as negative externalities incurred by oil palm plantation is Rp 169/kg (16%). In the palm oil mill stage, calculation is done on 4 different mill sizes, and the lowest total average production cost is a mill with capacity of 45 ton/hour, Rp 5.511/kg; the largest cost being processing costs (65%), and materials cost (22%). In the biodiesel plant stage, calculation was done on 2 different plant sizes and the lowest total average production cost is a plant with capacity of 300 ton per day. In total, the economic cost of biodiesel production form palm oil from the planting and distribution stages is Rp 9.971/kg, with the largest cost being materials cost (64%) and processing cost (30%). The detailed calculation on production cost results in a list of policy recommendations to enhance the efficiency of biodiesel production in order to improve national energy security through the use of biodiesel as substitute for fossil fuels."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatullah
"Kedepan kebuttuhan bahan bakar miinyak semakiin meniingkatt akan tetapi ketersediaan bahan bakar minyak semakin menipis. Selain masallah ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis, bahan bakar yang akan digunakan juga harus memperhatikan kualliittas lliingkungan dallam hall ini adallah pengurangan emisi gas buang. Salah satu solusi adalah bahan bakar biodiesel. Biodiesel dibuat dengan menggunakan procesor BDP-10FG-BV tipe batch dan pereaksi spirtus. Pembuatan meliputi pencampuran trgliserida, pereaksi ethanol spirtus dan katalis NaOH. Setelah proses itu terjadi, kemudian dilakukan proses pemisahan antara biodiesel dan gliserol dan tahap yang terakhir adalah pencucian untuk menghilangkan ethanol spirtus dari biodiesel. Prosessor yang digunakan mempunyai kelebihan yaitu kendali suhu dan fiber glass sehingga reaksi yang terjadi dapat dilihat dan diukur, kelemahannya adalah waktu proses yang lama. Hasil yang didapatkan cukup bagus, dapat dilihat dari uji spesifikasi hanya beberapa variabel yang tiidak sesuai. Dari hasil pengujian spesifikasi didapatkan bahwa biodiesel jagung dan sawit masih ada bagian yang tidak sesuai standard. Total gliserol biodiesel jagung memiliki kelebihan 0,,0835% dari standard, sedangkan biodiesel sawit memiliki kelebihan dalam viskositas dan total gliserol (kelebihan total gliserol 0,,0832% dan viskositas kelebihan 0,183 cSt) dan kurang dallam flash point (kurang 30 dari nilai standard 100). Sellain itu biodiesel sawit mempunyai titik tuang, titik kabut, viskositas, angka asam total, angka penyabunan, angka setana dan kandungan ester lebih tinggi dari pada biodiesel jagung, sedangkan biodiesel jagung mempunyai nilai lebih tinggii dalam massa jenis, titik nyala, jumlah gliserol bebas dan gliserol total.

In the future the demand of oil fuel will increase but the supply will decrease. Beside that problem, the oil fuel that we use shouldn?t destroyed the environment in this case is exhaust gas. One of the solution are biodiesel of corn oil and palm oil which produce by transesterification process. Biodiesel producted by batch procesor BDP-10FG-BV and alcohol spirtus ethanol and catalyst NaOH. There are three step/phase in producing biodiesel. First mixing trigeliceride, spirtus and NaOH. Then the second step is separating biodiesel from glycerol and the last step is washing biodiesel with water. The processor has a temperature controller and fiber glass so we can see and measure the reaction, but the processor has weakness it need long time to produce biodiesel. The result is good enough because there is only a few variable outside standard of biodiesel. The result from the test are first biodiesel of corn oil have surplus of total glyserol 0,0835%, the biodiesel of palm oil surplus total gliserol 0,,0835% and 0,183 cSt of viscosity and minus 30 point of Flash Point. The palm oil biodiesel have better point in viscosity, cloud point, pour point, total acid number, saponification number, cetane numebr and estter contentt. The corn biodiesel have better point in density, flash point, free glycerol and total glycerol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Masitha
"Skripsi ini membahas analisis dampak rancangan kebijakan REDD+ terhadap tercapainya target industri biodiesel di Indonesia. Model sistem dinamis digunakan untuk mendapatkan proyeksi dari setiap alternatif kebijakan. Selain itu teori analisis kebijakan menjadi dasar dalam menganalisis setiap alternatif kebijakan dan dampaknya terhadap indikator keberlanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif kebijakan REDD+ dengan Kelapa Sawit Berkelanjutan memberikan dampak yang paling baik terhadap indikator keberlanjutan karena mampu mengurangi emsisi CO2e dengan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Beberapa alternatif kebijakan dianalisis untuk menjadi bahan pertimbangan mengenai kebijakan pemerintah terhadap program REDD+ di Indonesia.

The focus of this study is to analyze the impact of REDD+ policy design to the biodiesel production in Indonesia. System Dynamis model is used to obtain projection of every alternative policy. Besides that, policy analysis is a used to analyze every alternative policies and their outcomes in sustainable indicators.
This study shows that REDD+ with Sustainable Palm Oil offers the best sustainable indicators outcome as it reduces CO2e emission while maintaining economic growth. Some alternative policy are analyzed to be considered in government policy for REDD+.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43100
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Eka Firmansyah
"Kedepan kebutuhan bahan bakar minyak semakin meningkat akan tetapi ketersediaan bahan bakar minyak semakin menipis. Selain masalah ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis, bahan bakar yang akan digunakan juga harus memperhatikan kualitas lingkungan dalam hal ini adalah pengurangan emisi gas buang. Untuk itulah perlu dicari bahan bakar minyak yang terbarukan dan juga ramah lingkungan. Salah satu solusinya adalah bahan bakar biodiesel dari minyak sawit dan minyak jagung yang dihasilkan dari tumbuhan melalui proses transesterifikasi. Biodiesel yang telah dibuat perlu diuji unttuk mengetahui apakah bisa menggantikan solar. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian prestasi mesin serta gas buang. Dalam pengujian prestasi mesin, biodiesel jagung dan sawit dicampur dengan solar dengan komposisi 10% biodiesel 90% solar (B10), komposisi 20% biodiesel 80% sollar (B20), komposiisii 30% biosiesel 70% solar (B30). dari hasil pengujian prestasi mesin biosiesel jagung dan sawit memiliki nilai efisiiensi thermal dan opasitas yang lebih baik dari solar. Campuran biosiesel yang paling baik adalah B30 Jagung dan B30 sawit untuk efisiensi thermal dan B30 Jagung dan B20 Sawit untuk opasitas.

In the future the demand of oil fuel will increase but the supply will decrease. Beside that problem, the oil fuel that we use shoulldn?t destroyed the environment in this case is exhaust gas. One of the solution are biodiesel of corn oil and palm oil which produce by transesterification process. Biodiesel that we made have to be tested to compare with Automotive Diesel Oil (ADO). There are two kind of tested, engine perform test and opacity test. In this process we blended the biosiesel from oil corn and pllm oil, the percentage of blending are 10% (10% biosiesel and 90% ADO), 20% (20% biosiesel and 80% ADO), and 30% (30% biosiesel and 70% ADO). Biiodiiesell productted by battch procesor BDP-10FG-BV and alcohol spirtus ethanol and catalyst NaOH.there are three step/phase in producing biodiesel.First mixing trigeliceride , spirtus and NaOH. Then the second step is separating biodiesel from glycerol and the last step is wahing biodiesel with water.procesor BDP-10FG-BV suittable for small scale production with good quality because it has fiber glass and temperature controller, the weakness is tthe process need alot of time. The result from it are the biosiesel of corn oil and palm oil have better thermal effciency and opacity than diesel fuel. The best blending are B30 Jagung and B30 Sawit for thermal efficiency and B30 Jagung and B20 Sawit for opacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Handriyanto
"Pada masa depan kebutuhan bahan bakar minyak akan semakin meningkat namun ketersediaan bahan bakar minyak yang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui akan semakin menipis. Selain masalah ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis, bahan bakar yang akan digunakan juga harus memperhatikan dampak terhadap lingkungan, dalam hal ini adalah pengurangan emisi gas buang. Untuk itulah perlu dicari bahan baker minyak yang terbarukan dan juga ramah lingkungan. Salah satu solusinya adalah bahan bakar biodiesel dari minyak kelapa yang dihasilkan dari tumbuhan melalui proses transesterifikasi. Biodiesel dibuat dengan proses batch dengan prosesor BDP-10FG-BV dengan methanol sebagai pereaksi dan NaOH sebagai katalis. Terdapat tiga langkah dalam pembuatan biodiesel. Pertama adalah pencampuran trigeliceride, methanol and NaOH. Kemudian yang kedua adalah memisahkan biodiesel dari gliserol, dan yang terakhir adalah pencucian biodiesel dengan menggunakan air murni. Prosesor BDP-10FG-BV cocok untuk produksi berskala kecil karena memiliki hasil yang berkualitas baik. Kelemahan dari proses ini adalah waktu produksi yang lama. Biodiesel yang telah dibuat perlu diuji untuk mengetahui apakah bias menggantikan solar. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian spesifikasi biodiesel dan pengujian prestasi mesin serta gas buang. Dalam pengujian prestasi mesin, biodiesel minyak kelapa dicampur dengan solar dengan komposisi 5% biodiesel 95% solar (BM-5), komposisi 10% biodiesel 90% solar (BM-10), komposisi 20% biodiesel 80% solar (BM-20). Dari hasil pengujian spesifikasi biodiesel, didapatkan bahwa biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol masih memiliki gliserol total yang tidak sesuai dengan standar syarat mutu biodiesel. Gliserol total pada biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol memiliki kelebihan 0,0489 [% - massa] dari standar. Sedangkan dari hasil pengujian prestasi mesin, dapat disimpulkan bahwa biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol memiliki nilai efisiensi thermal yang lebih baik dari biosolar dan juga memiliki opasitas yang lebih baik dari solar maupun biosolar. Campuran biodiesel yang terbaik adalah BM-10 untuk efisiensi thermal pada bukaan throttle tetap dan BM-20 pada putaran tetap. Sedangkan untuk opasitas campuran biodiesel yang terbaik adalah BM-5 pada bukaan throttle tetap dan BM-20 pada putaran tetap.

In the future the demand of oil fuel will increase, but because oil fuel is a non renewable energy the supply will decrease. Beside that problem, oil fuel that we used must be care with environment, in this case is reducing of exhaust gas. For that reason, we must search for the oil fuel which made from renewable energy and care with environment. One of the solutions is biodiesel of coconut oil which produce by transesterification process. Biodiesel produced by batch processor BDP-10FG-BV with methanol and catalyst NaOH. There are three step in producing biodiesel. First mixing trigeliceride, methanol and NaOH. Then the second step is separating biodiesel from glycerol and the last step is washing biodiesel with pure water. Processor BDP-10FG-BV suitable for small scale production because have a good quality result. The weakness is the process need a lot of time. Biodiesel that we made have to be tested to compare with diesel fuel. There are two kind of tested, biodiesel specification test and engine perform and opacity test. In engine perform and opacity test, biodiesel from coconut oil are blended with diesel fuel. The percentage of blending are 5% biodiesel and 95% diesel fuel (BM-5), 10% biodiesel and 90% diesel fuel (BM-10), 20% biodiesel and 80% diesel fuel (BM-20). From the biodiesel specification test result, we got that coconut biodiesel with methanol still had unsuitable total glycerol value from biodiesel standardization. Total glycerol from coconut biodiesel with methanol have 0,0489 [% - mass] surplus than standard. From engine perform and opacity test we got that coconut biodiesel with methanol had better thermal efficiency than biodiesel fuel (biosolar) and had better opacity than biodiesel fuel (biosolar) and diesel fuel (solar). The best blending are BM-10 for thermal efficiency at constant throttle opened and BM-20 at constant rpm. For opacity, the best blending are BM-5 at constant throttle openedand BM-20 at constant rpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Heru Susanto
"ABSTRAK
Biodiesel adalah minyak diesel alternatif yang secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil dari minyak tanaman, lemak hewan, dan minyak jelantah. Biodiesel diperoleh dari hasil reaksi transterifikasi antara minyak dengan alcohol monohidrat dalam suatu katalis NaOH. Reaksi transterifikasi berlangsung 0,5-1 jam pada suhu sekitar 40°C hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah adalah gliserol dan lapisan atas metil ester. Penelitian ini pada intinya adalah mensimulasikan proses pembuatan biodiesel dengan menggunakan chemcad, dimana metode yang digunakan adalah metode hybrid. Pada penelitian ini akan digunakan senyawa trigliserida sebagai minyak nabatai (CPO) yang akan direaksikan dengan senyawa alkohol (methanol) dengan bantuan katalis basa (NaOH) dalam proses transesterifikasi. Transesterifikasi adalah tahap konversi dari trigliserida menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Dalam penelitian ini, dimana akan menggunakan temperatur proses pada reaktornya sebesar 60°C dan pada tekana 200 Kpa, rasio molar Alkohol-Minyak 9:1 dengan katalis sebanyak 1% dari jumlah minyak yang diumpankan. Perhitungan awal ekonominya diperoleh dengan memperhatikan nilai CCF sebesar 1,30 maka bisnis dalam produksi biodiesel sangat feasible untuk dijalankan mengingat nilai CCF > 0,33."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>