Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103769 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S3931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machfudi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S4069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S4438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tjipta Lesmana
Jakarta: Puspa Swara, 1965
363.47 TJI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Trio Kurnia Ryplida
"Sebagai media massa yang lahir dari situasi revolusi, Siasat memiliki peran yang tidak sedikit di dalam sejarah pers Indonesia. Didirikan oleh dua tokoh intelektual pers Indonesia, Soedjatmoko dan Rosihan Anwar, Siasat berupaya menjadi media masa yang membela kepentingan bangsa Indonesia ketika masa revolusi. George McTurnan Kahin mengatakan bahwa Siasat adalah media massa berhaluan sosialis yang cukup berpengaruh pada zamannya. Media massa mingguan ini lahir pada 4 Januari 1947 dan mulai berakhir penerbitannya pada 1957. Pada periode tahun 1947-1950, Siasat menjadi media yang memerjuangkan kepentingan Republik Indonesia melawan Belanda. Ketika Indonesia diduduki oleh Belanda, Siasat tetap memilih terbit kendati beberapa kali dibreidel oleh tentara Belanda. Namun demi berdirinya negara Indonesia, Siasar tetap terbit. Pada masa tahun 1950-an, Siasat menjadi media yang bertugas mengawasi jalannya kekuasaan. Ia menjadi pengawas dan berfungsi sebagaimana layaknya media massa lainnya di dalam sejarah pers. Siasat berhasil menjadi media massa yang menyumbangkan pemikiran-pemikiran berharga bagi bangsa Indonesia. Pada saat Indonesia memasuki era percobaan demokrasi, Siasat kembali memegang pernan penting di dalam penyadaran masyarakat akan pentingnya demokrasi. Siasat juga melalui rubrik kebudayaan Gelanggang, menyumbangkan banyak gagasan tentang arah kebudayaan baru di Indonesia. Kendati namanya jarang disebut-sebut dalam khasanah sejarah pers di Indonesia, Siasat memiliki peran tersendiri di dalam dinamika intelektual di Indonesia. Sehingga Siasat bolehlah dicatat sebagai media massa yang berhasil menyumbangkan peran penting dalam sejarah pers Indonesia.

According to George McTurnan Kahin, Siasat is the most influencing socialist mass media. It founc by two prominent journalist and inteligencia in Indonesia, Soedjatmoko and Rosihan Anwar in January 4 1947. As a media which found in the time of Indonesia revolution, Siasat have played an important role in the history of Indonesian press. Siasat played an important role to against Dutch psy-war in media. During Dutch occupation in Indonesia, Siasat is the one media who struggle to defend Indonesia's independence. Siasat still publish even thought Dutch Army force the board of editor were consist from young journalist and intellectuals who knew very much what have they do in the new nation named Indonesia Prior to 1950, Siasat stand side by side with Indonesian government to against the Ducth occupation. But after Round Table Conference in The Hague, Siasat tried to be a watchdog mass media who gave their critique to the government of Indonesia. Although it was a socialist weekly magazine, Siasat can be a media with broaden perspectives. Its cultural column, called 'Gelanggang', attracted a number of young writers belonging to the 'Generation of 45'. It shows us how important Siasat democratization process in the early period of Indonesian independence. Even thought Siasat has never mentioned in the Indonesian journalism history, Siasat has own role in Indonesian intellectual dynamics. In 1950's, Siasat become a media which oppose to the government it is strongly related to those in the board of editor who affiliate to the Indonesian Socialist Party (Partai Sosialis Indonesia)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T38090
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fivien Oktaviani
"Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai lembaga pemerintah yang baru dibentuk pada tahun 2000 dalam melaksanakan tugas pembangunan di sektor kelautan dan perikanan menghadapi berbagai tantangan untuk mewujudkan tujuannya. Salah satunya adalah sektor kelautan dan perikanan belum dikenal dan dipahami oleh publik sebagai satu isu yang penting untuk membangun bangsa dan mengatasi krisis ekonomi menuju Indonesia yang maju dan makmur. Untuk menyampaikan pesan pembangunan di sektor ini kepada masyarakat perlu langkah sosialisasi terhadap program dan kebijakan kelautan dan perikanan. Tugas penyampaian informasi kepada publik menjadi tugas seluruh komponen yang terlibat di dalamnya, tak terkecuali Humas yang dalam struktur organisasi departemen dinamakan Pusat Informasi dan Pelayanan Masyarakat (Pusinfoyanmas). Sarana yang paling efektif dalam menyampaikan pesan dan membentuk opini publik adalah media massa. Oleh karena itu dipandang perlu bagi Pejabat Humas dan seluruh komponen yang ada di unit kerja humas untuk menjalin dan membina hubungan yang baik dengan media massa.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk dan pola hubungan media yang dilaksanakan, cara-cara media mencari informasi dan akses media terhadap informasi, permasalahan atau kendala yang dihadapi, serta menganalisis sikap dan tindakan Humas terhadap suatu pemberitaan yang dianggap menyudutkan instansi.
Pada penelitian yang bersifat kualitatif ini data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap pihak eksternal yang terdiri Hari Para wartawan/jumalis yang meliput sektor kelautan dan perikanan serta pihak internal yaitu Pejabat Humas. Untuk memilih informan, penulis menggunakan purposive sampling dan menjaring informasi melalui teknik snowball.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media relations merupakan sesuatu yang sangat penting dilakukan bagi Humas untuk menciptakan opini publik dan memenuhi kebutuhan media massa terhadap informasi. Bentuk kegiatan hubungan media dilakukan melalui dua cars yaitu personal contact dan media services. Dalam aktifitas ini Humas berperan sebagai Communication Technician dan Facilitator Communication. Hambatan utama dalam pelaksanaan media relations adalah keterbatasan data dan informasi, keterbatasan anggaran, dan perbedaan kepentingan antara Humas dan media massa dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Keterbukaan terhadap informasi sangat diperhatikan oleh Humas termasuk terhadap pemberitaan yang bemada menyudutkan instansi.
Humas termasuk terhadap pemberitaan yang bernada menyudutkan instansi dan menganggap tersebut sebagai kritik membangun. Namun demikian terdapat pula perlakuan yang kurang menyenangkan terhadap wartawan jika terdapat tulisan yang miring. Perlakuan sumber informasi yang tidak menyenangkan ini tidak selaiu tampak dan hanya dapat dirasakan oleh wartawan yang bersangkutan misalnya tidak diberi akses informasi.
Untuk mengatasi permasalahan yang sering dialami dalam pelaksanaan media relations, penulis menyarankan balk media massa maupun Humas untuk Iebih memahami fungsi, tugas dan menghormati etika profesi masing-masing. Untuk meningkatkan peran sebagai sumber informasi, meningkatkan akses informasi dan mengatasi keterbatasan data dan informasi dapat diatasi dengan melakukan koordinasi secara intensif dengan seluruh unit kerja melalui Forum Komunikasi Kehumasan di Iingkup departemen, tindakan proaktif (jemput bola) untuk menghimpun data dari seluruh unit penghasil data, serta meningkatkan kemampuan jumaiistik personal Humas melalui berbagai pelatihan sehingga produk tulisan menarik dan bemilai tinggi. Agar peran Humas efektif maka Pejabat Humas hangs menjadi menjadi ujung tombak informasi dan juru bicara departemen. Untuk itu top manajemen perlu memberikan kewenangan penuh dan mempercayakan informasi departemen kepada Pejabat Humas tanpa hambatan birokrasi. riset dan evaluasi juga perlu dilakukan terhadap pelaksanaan program komunikasi guna perencanaan yang lebih baik."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nor Aizan Abdul Halim
"Pers di negara berkembang seperti Malaysia, sering dituntut untuk lebih berperan sebagai agen pembangunan yang mendukung program-program pemerintah daripada sebagai agen pengontrol pemerintah sebagaimana yang dijalankan di negaranegara maju. Dalam hal ini, pers diharapkan lebih mementingkan aspek tanggung jawab sosial pers daripada mempersoalkan kebebasan pers. Keadaan ini telah menarik minat peneliti untuk melihat bagaimana dalam konteks sistem pers Malaysia, kartun editorial berfungsi sebagai kontrol sosial. Pertanyaan utama penelitian ini adalah apakah dimungkinkan kartun ed’itorial yang sering dianggap "tidak serius" dan sekedar "menghibur" berfungsi sebagai medium untuk menyampaikan kritik-kritik pers terhadap pemerintah pada khususnya dan lingkungan nonpemerintah pada umumnya? Dengan menggunakan metode analisis isi dan pendekatan kuantitatif, peneliti berusaha melihat pola karikatur di surat kabar pro pemerintah (Berita Harian) dan surat kabar independen (Watan) selama periode 1981-1991, untuk menelaah permasalahan tersebut. Data empiris yang diperoleh menunjukkan bahwa karikatur dalam pers Malaysia memang telah digunakan untuk melontarkan kritik. Hanya saja terdapat sejumlah bentuk pembatasan diri. Secara umum kritik lebih banyak ditujukan pada isu-isu yang tidak sensitif, seperti ekonomi, sosial dan budaya, dibandingkan pada isu-isu politik dan pemerintahan; dan keamanan dalam negeri. Selain itu, kritik pun lebih banyak ditujukan pada pihak non-pemerintah daripada pemerintah. Ditemukan pula bahwa, dibandingkan surat kabar propemerintah, surat kabar independen jauh lebih memanfaatkan karikatur sebagai medium kontrol terhadap pemerintah. Ini ditunjukkan oleh temuan bahwa surat kabar independen lebih tinggi kecenderungannya untuk mengkritik pemerintah daripada surat kabar pro-pemerintah. Surat kabar independen juga cenderung menyampaikan kritiknya secara langsung, sementara surat kabar pro pemerintah cenderung menyampaikan kritik secara tidak langsung. Namun dipihak lain, terlihat bahwa kedua surat kabar tidak segan-segan untuk turut mendukung kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu didukung. Surat kabar independen misalnya banyak juga menyajikan kartun-kartun yang mendukung kebijakan ekonomi pemerintah Malaysia. Dengan demikian, terlepas dari pembatasan-pemabatasan politik yang ditetapkan pemerintah, pers Malaysia tampaknya tetap menjalankan fungsi kontrol sosialnya dengan menunjukkan tanggung jawab sosial ala Malaysia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S4007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uki M. Kurdi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditama Rizky Noviandry
"Penelitian ini membahas mengenai penjinakan hasrat yang terjadi di dalam ranah Instagram oleh pihak kapitalisme terhadap para pengguna Instagram. Penulis menggunakan pendekatan fenomenologis yang mana penulis melihat kebebasan yang terjadi di dalam menggunakan media sosial Instagram hanya sebuah kebebasan semu belaka. Para pengguna Instagram telah diarahkan dalam penyaluran hasratnya dalam menggunakan Instagram sehingga tidak adanya lagi kebebasan, karena dalam penyaluran hasratnya mereka sudah dikotak-kotakkan ke dalam kotak-kotak tertentu agar hasrat mereka dapat tersalurkan.

This research is focused to explain about desire taming that occurs in Instagram by capitalism to the Instagram user. Writer used phenomenology approach to examine where the the writer sees that the freedom that happened when using Instagram as social media just a sheer freedom. The user of Instagram have been directed in channeling his desire in using the Instagram so there is no more freedom, because in channeling his desire, the user have been directed to some boxes so that their desire can be channeled."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>