Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181054 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kurniadi
"Televisi sebagai media massa mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
audiensnya, banyak renelitian yang telah membuktika hal tersebut. Gerbner (1956)
melakukan studi tentang efek televisi terhadap individu yang terkena terpaan televisi dan
yang tidak terkena terpaan, dari hasil J?enelitiannya dihasilkan Cu?tivation Theory. Di san
ia menjelaskan bahwa terpaan tayarigan televisi yang berkesinambungan mempengaruhi
pola pikir seseorang. T elevisi sebagai media, menampilkan realitas yang dibentuk · oleh
pekerja media. ealitas ini akan tert am dalam benak audien yang lambat laun akan
menjadi realita s0sial. Penanaman ini terjadi dalam kurun waktu tertentu. Banyak lagi
penelitian yang telah membuktikan pengaruh elevisi.
Penelitian ini pu masih.. dalam rangkaian pembuktian pengaruh televisi terhadap
individu, hanya saja jenis pengaruh yang menjadi fokus perhatian adalah pengaruh
terhadap nilat-nilai religius yang dimiliki oleh . individu. Banyak anggapan bahwa
televisimempunyai andil terhadap turunnya nilai-nilai masyarakat dewasa ini, namun
pembuktian dari an gapan tersebut ja ang sekali ditemukan. Penelitian ini mencoba
menjawab tantangan tersebut.
Pengaruh televisi terhadap individu tidak dilihat sebagai proses linear yang kaku,
seakan-akan tidak ada faktor lain yang turut mempengaruhi proses tersebut. Kondisi
lingkugan sekitarnya ataupun bentuk-bentuk pengaruh dari keluarga dan ternan
sepermainan turut membentuk nil i religius p,ada indiviou. Faktor-faktor lain dalam
proses tersebut berusaha diketengahkan dalam penelitian in·, namun penelitian ini tetap
memfokuskan pada kajian efek media tersebut, yakni pengaruh televisi terhadap
religiusitas seseorang. Apakah televisi menimbulkan efek yang mempengaruhi sistem
religius seseorang dengan latar belakang sistuasi religius lingkungan sekitarnya.
Latar belakang kondisi religius ini yang kemudian oleh Geertz dikategorikan
menjadi santri, abangan, dan priyayi ini kemudian banyak digunakan sebagai bahan
acuan dalam pengkategorian masyarakat Jawa. Hanya saja kemudia pengkategorian ini
mendapat banyak bantahan, karena abangan dan santri merupakan pengaktegorian
berdasarkan status religiusnya sedangkan priyayi lebih merupakan pengaktegorian
berdasarka status sosial yang dihubungkan dengan kedekatan pada komunitas keraton Penggunaan santri dan abangan dalam penelitia ini ingin menghindari kerancuan
pengaktegorian tersebut namun masih tetap melihat latar belakang religisu individu.
Santri digunakan untuk menunjuk pada se~orang yapg menuntut ilmu di pesantren
dan bertempat tinggal di sana. Istilah ini juga digunakan untuk menunjuk kelompok salah
satu agama yang berada di Jawa, yang ditandai dengan ketaatan dalam menjalankan
ibadah ritual serta berpegang teguh kepada doktrin agama. Abangan secara harfiah berarti
merahan, istilah ini dignakan untuk menunjuk 'kelompok yang mengaku muslim, tetapi
kurang acuh terhadap doktrin agama dan terpesona oleh detail keupacaraan dan slametan.
Kondisi masyarakat semacam ini masih terlihat di Cirebon. Pengambilan populasi pada
masyarakat Cirebon didasarkan pada latar belakang sejarahnya. Cirebon pernah menjadi
pusa penyebaran Islam pada akhir abad 18, di tempat ini pula pernah tinggal Sunan
Gunung Jati salah satu dari Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa. Kemudian
masyarakat Cirebon mernitiki karakteristik masyarakat yang dapat digolongkan pada dua
klasifikasi tersebut. perbedaan yang menyolok pada masyarakat tersebut adalah dengan
banyaknya pesantren yang berkembang di Cirebon namun banyak pula masyarakat yang
masih menganut adat peninggalan nenek moyang mereka.
Penggunaan media jika dilihat dari teori uses and effect memiliki tiga unsur ..
Pertama adalah konse uensi, konsekuensi di sini adalah e(ek kehilangan waktu, tidak
melakukan tindakan lain dan segala sesuatunya karena menggunakan media kedua adalah
effect, effect disini adalah pengaruh yang terjadi pada individu ~ena isi media yang
digunakan. Ketiga adalah konsefeks, . konsefeks disini adalah akibat yang dihasilkan
secara bersama-sama antara konsekuensi dan dan effect pada seseorang. Sedangkan
religius sebagai efek dilihat dalam tiga'dimensi efek, kognitif: afektif: dan konati£
Sesuai dengan paradigma positivis, penelitian ini menggunakan teknik analisa
statistik alpha cronbach, t test, pearson correlation, regresi linear, dan z test untuk dua
sampel independen. Sedangkan pengumpulari data primer menggunakan kuesioner,
namun untuk mendukung interpretasi penelitian ini menggunakan data literatur dan
wawancara terhadap tokoh yang kompeten. Pengambilan sampel menggun.ak,an{lustering
. sampling, sampel yang ditarik adalah 30 responden dari masing-masing karakteristik.
Clustering sampling ini mengakibatka hasil penelitian hanya bisa dilihat pada populasi
yang berdekatan dengan sampe~ tidak bisa diterapkan pada kelompok populasi
Analisa data yang melihat sampai hubungan p~ masing-masing dimensi
membuktikan beberapa hipotesis penelif ditolak, nilai signifikansi tidak mencapai
batas maksimum yang diperbOle an. Secara umum kesimputan yang dapat ditarik
adalah pola religius Santri memiliki religiusitas yang kuat. Sedangkan pada masyarakat
abangan po Ia religiusnya cenderung lebih lemah dibandingkan sntri. Nilai-nilai religius
· masyarakat abagan kuat pada level kognitif, tetapi pada level selanjutnya semakin
melemah. Pola menonton televisi santri hanya untuk · mengisi waktu luang saja,
sedangkan pada masyarakat abangan pola menonton televisi masyarakat abangan
merupakan masyarakat yang melakukan pemilihan cara televisi.
Hampir semua pengujian yang memasukkkan variabel ketiga tidak signifikan.
Berarti bahwa sosialisasi agama tidak mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dan dependen. Ada uji antar hubungan yang ~cara signifikan membuktikan
bahwa variabel ternan dan keluarga ini mempengaruhi hubungan antara televisi dan
religiusitas. Pada masyarakat santri variabel ternan mempengaruhi hubungan televisi dan religiusitas pada hubungan antara konsekuensional dengan religisusitas, konsekuensional
dengan aspek kognitif religiusitas, dan konsekuensional dengan aspek afektif religiusitas.
Hubungan antara isi televisi dan religiusitas temyata berbanding positif. Efek
televisi mempunyai arah positif terhadap religiusitas, semakin besar efek yang terjadi
maka sernakin besar pula religiusitas seseorang. Jadi semakin menggunakan isi televisi
maka sernakin religius. Hal ini karena sampel memiliki penanaman religiusitas yang kuat.
Keinudian hal ini membe~t~ filter pada mereka untuk menerirna pengaruh dari televisi.
Penggunaan pandaiigan active audiens yang melatar belakangi teori uses and effect
. telah dibuktikan pada sampel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini sudah
berusaha membuktikan hubungan antara penggunaan televisi dengan efek religiusitas
audiens. Namun disadari penelitian ini masih tetap memiliki kekurangan"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Oktafianto
"Fungsi media selain sebagai sumber informasi, juga mempunyai kekuatan yang dapat mempengaruhi kesadaran khalayak. Produsen Extra Joss menggunakannya melalui penciptaan simbol atau tanda dalam upaya mempengaruhi kesadaran, yang mencakup pembentukan makna melalui audio, benda-benda, dan aktivitas yang merupakan sistem tanda. Dalam iklan Extra Joss versi laki, nilai-nilai maskulin dikembangkan dalam narasi iklannya. Permasalahan yang diteliti ialah “Bagaimana representasi maskunilitas pada produk minuman energi dalam iklan televisi?” Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis dengan metode semiotika Roland Barthes yang menganalisis pemaknaan dua tahap tanda. Hasilnya, ditemukan adanya konstruksi pesan maskulinitas pada iklan televisi Extra Joss versi laki secara jelas dan terepresentasi dalam iklan Extra Joss versi laki. Terdapat tiga karakteristik maskulinitas tradisional dalam iklan Extra Joss dan tidak dijumpai karakteristik maskulinitas baru atau yang disebut juga metroseksual. Tiga karakteristik maskulinitas tradisional dalam iklan Extra Joss versi laki yang ditemukan adalah bahwa laki-laki tidak boleh mengeluh walaupun dalam kondisi capek. Yang kedua adalah mitos kejantanan laki-laki dan ketiga adalah mitos kekuatan laki-laki. Media pun turut andil dalam membentuk citra maskulin. Iklan sebagai tayangan yang sering tampil di televisi telah memproduksi representasi maskulinitas yang ada di Indonesia.

The function of the media apart from being a source of information, also has the power to influence public awareness. Extra Joss producers use it through the creation of symbols or signs in an effort to influence consciousness, which includes the formation of meaning through audio, objects, and activities which are a sign system. In the Extra Joss Television ad, masculine values ​​are developed in the advertising narrative. The problem studied is "How is the representation of masculinity in energy drink products in television commercials?" The paradigm used in this research is the constructivist paradigm with Roland Barthes' semiotic method which analyzes the two-stage sign's meaning. As a result, it was found that the construction of a masculinity message in the television ad “Extra Joss versi laki” was clearly represented in the television ad “Extra Joss versi laki”. There are three characteristics of traditional masculinity in Extra Joss advertisements and there is no new masculinity characteristic or what is also called metrosexual. Three characteristics of traditional masculinity in the television ad “Extra Joss versi laki” that were found were that men should not complain even when they are tired. The second is the myth of male virility and the third is the myth of male power. The media also took part in forming a masculine image. Advertisements as shows that often appear on television have produced representations of masculinity in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasoit, Ina Rohana
"Keadaan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat
negara berkembang masih dihadapkan dengan berbagai masalah,
diantaranya masalah kesehatan. Departemen Kesehatan RI
sebagai instansi yang berwenang terhadap masalah ini,
berusaha mengatasinya dengan mengadakan penyuluhan di
berbagai media massa dengan tu juan khusus yaitu peningkatan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan. Salah satu media massa yang dipergunakan adalah
televisi (TV), karena TV mempunyai fungsi-fungsi yang rnernbuat media ini lebih efektif sebagai sarana penyebaran
pesan-pesan kesehatan, antara lain rnelalui acara sinetron.
TVRI adalah badan siaran rnilik pemerintah, yang
tidak menayangkan iklan bagi surnber dananya melainkan
hanya mernperoleh dana dari iuran televisi dan subsidi dari
APBN, sehingga menyebabkan adanya keterbatasan dana
untuk produksi dan siarannya . Namun demikian TVRI didukung
oleh keunggulan jangkauannya yang luas sebesar 900. ooo km
persegi untuk seluruh wilayah Indonesia. Dengan · kondisikondisi
tadi , maka oleh Departemen Kesehatan RI, TVRI
dipilih sebaga i media untuk penayangan sinetron dengan
pesan-pesan kesehatan, atmaha pen anaan produksi sinetron
ini diperoleh dari Depatemen Kesehatan RI.
Sinetron seba,gai acara. hiburan yang disisipi pesan
pendidikan kesehatan, memerlukan alur cerita yang terpadu
agar tidak iari dari fungsi utamanya dimana , sinetron
adalah sebagai acara hiburan. Dengan pendekatan e ntereducation
maka disajikan sebuah cerita engenai kehidupan
keluarga dokter muda, yaitu melalui cerita sinetron seri
Sartika.
Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana
pesan-pesan kesehatan ini dikemas, dengan melakukan metode
penelitian analisis isi pesan. Dari analisis isi yang
dilakukan terhadap pesan-pesan kesehatan dalam sinetron
Sartika periode Agustus 1989 sampai dengan Pebruari"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S4078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Rimenda
"ABSTRAK
Disertasi ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara kondisi kongruen dan inkongruen ketika konsumen melihat model iklan yang sebaya dan lebih tua. Ketika konsumen mempersepsikan usianya kongruen ketika melihat model iklan, maka dapat lebih mempengaruhi persepsi produk untuk saya, persepsi evaluasi dan persepsi referensi yang akhirnya mempengaruhi sikap terhadap produk.  Untuk menjawab pertanyaan itu, maka pada penelitian ini diadakan dua studi. Setudi satu membuktikan bahwa kondisi kongruen terjadi pada saat konsumen melihat model iklan yang usianya lebih tua, sedangkan kondisi inkongruen terjadi ketika konsumen melihat model yang sebaya. Study 2 menjawab pertanyaan yang mucul pada studi 1, yaitu persepsi inkongruen anak usia tween yang melihat model iklan sebaya dapat dipengaruhi dengan memperlihatkan model iklan sebaya.

ABSTRACT
This dissertation aims to examine the differences between the conditions congruent and incongruent when consumers see the advertising model of the same age and older. When consumers perceive congruent age when seeing the advertising model, it may be affecting the perception of the product for me, perceptual evaluation and perception of reference which ultimately affect attitudes toward the product. To answer that question, so in this study conducted two studies. One of the studies prove that the congruent condition occurs when consumers see the advertising model who is older, while the incongruous condition occurs when consumers see a model of the same age. Study 2 answer the questions that appear on the first study, the perception incongruous tween -age children who saw the ad model peer can be influenced by peer advertising model show

"
2016
D2732
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisjnu Wardhana
"Bidang periklanan di Indonesia saat ini sudah berkembang sedemikian rupa menjadi sebuah industri raksasa. Namun hingga saat ini belum ada suatu peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai masalah periklanan dan sebagai akibatnya praktik-praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan yang dilakukan oleh pengiklan dan perusahaan periklanan sudah sering terjadi. Perjanjian periklanan yang merupakan titik awal perikatan antara pengiklan dengan perusahaan periklanan dan sekaligus menjadi titik awal proses produksi sebuah iklan seharusnya mampu menjadi sarana pencegah terjadinya praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, dengan merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat ke dalamnya namun ternyata hal ini belum menjadi perhatian serius bagi kalangan pelaku usaha periklanan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, memberikan fakta mengenai adanya praktik-praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, serta memberikan gambaran mengenai pentingnya merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat kedalam suatu perjanjian periklanan. Berdasarkan penelitian, maka Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pemerintah tentang Label dan Iklan Pangan merupakan peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan. Sayangnya dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen tidak dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan etika periklanan. Berdasarkan penelitian ini pula, terungkap bahwa perjanjian periklanan tidak merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, karena pelaku usaha periklanan, khususnya pengiklan dan perusahaan periklanan tidak menjadikan masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan ini sebagai suatu masalah yang serius. Dengan demikian, kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, persaingan usaha tidak sehat melalui iklan merupakan suatu tindakan yang dilarang, dan kalangan pelaku usaha periklanan belum merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat ini ke dalam perjanjian periklanan yang dibuat oleh dan antara pengiklan dengan perusahaan periklanan. Sebagai saran, maka sebaiknya Undang-Undang Perlindungan Konsumen menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan etika periklanan dalam hal ini serta pelaku usaha periklanan sebaiknya menjadikan masalah praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan ini sebagai suatu masalah serius dan melakukan pencegahan dengan merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat kedalam suatu perjanjian periklanan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
S20626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dewan Periklanan Indonesia, 2020
343.082 ETI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang ada atau tidaknya pengaruh antara dimensi atau variabel intrinsik religiusitas, ekstrinsik religiusitas, materialisme dan long term orientation terhadap tujuh dimensi dari etika konsumen. Pengumpulan data menggunakan teknik convenience sampling secara offline. Dari pengumpulan dan pengolahan data dengan program IBM SPSS Statistic 22 yang dilakukan terhadap 550 responden masyarakat kota Depok, dapat ditemukan bahwa social (ekstrinsik religiusitas) dan planning (long-term orientation) berpengaruh negatif terhadap passive, active, legal, dan no harm/no foul. Sedangkan materialisme berpengaruh positif terhadap active, illegal, passive, active, legal, no harm/no foul dan downloading. Social (ekstrinsik religiusitas), tradition dan planning (long-term orientation) berpengaruh positif terhadap recycling dan doing good. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa sikap negatif akan menyukai atau melakukan kegiatan tidak etis dan menghindari kegiatan yang etis dari perilaku konsumen.

ABSTRACT
This study aimed to investigate the influence between dimensions or variables of intrinsic religiosity, extrinsic religiosity, materialism and long-term orientation towards 7 dimensions of ethical consumers. Data collected using a convenience sample techniques and delivered offline. From the collection and processing of data by IBM SPSS Statistics 22 program, conducted on 550 respondents from Depok city community. It can be found that social (extrinsic religiosity) and planning (long-term orientation) negatively affect the passive, active, legal, and no harm / no foul. While materialism have positive affect on active, illegal, passive, active, legally, no harm / no foul and downloading. Social (extrinsic religiosity), tradition and planning (long-term orientation) have positive affect on recycling and doing good. This suggests that some of the negative attitudes would have or liked unethical behavior and avoid activities that ethical towards consumer behavior.
"
2016
S63113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wininta Febri Handayani
"Penelitian ini terfokus pada fenomena program tayangan di delapan televisi swasta yang mengandung materi seksual. Materi seksual merupakan isi dari materi pornografi. Pornografi merupakan salah satu hal tertua yang ada di dunia ini. Sejak dahulu segala sesuatu yang dibalut dengan materi seksual selalu mengundang ketertarikan sekaligus perdebatan. Memasuki tahun 2002, persaingan antar stasiun televise swasta semakin tajam, terutama dalam hal memperebutkan share audience dan slot iklan komersial. Menyikapi hal ini, media televise melihat materi seksual sebagai pemikat yang sangat ampuh untuk meraih penonton dalam jumlah besar. Selain itu hal-hal yang bersentuhan dengan materi seksual akan selalu up to date dan terus dikonsumsi oleh masyarakat, walaupun dalam skala yang berbeda.
Program tayangan malam yang dimulai pukul 18:00 WIB hingga 03:00 WIB, memiliki kandungan materi seksual yang sangat kental, Beberapa mempertontonkan adegan bermaterikan seksual dalam bentuk yang vulgar, kendati sebagian lagi hanya diekspose samara-samar. Namun pada dasarnya tetap dapat menimbulkan rangasangan seksual dan mengundang birahi. Program tayangan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah program tayangan yang telah ditentukan peneliti dengan menggunakan teori purposive random sampling di delapan stasiun televisi swasta Indonesia yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, TM, Trans TV, ANTV, TV7, dan Lativi, yang dimulai pukul 18:00 WIB hingga 03:00 WIB.
Peneliti melihat ada keterkaitan hubungan antara iklim persaingan antar stasiun televisi swasta dalam memperbutkan share audience dan iklan komersial dengan banyaknya frekuensi pemunculan materi seksual di delapan stasiun televisi swasta tersebut. Semakin banyak frekuensi pemunculan materi seksual pada sebuah tayangan, maka semakin tinggi pula share audience dan slot iklan komersial yang diperoleh sebuah stasiun televisi swasta. Oleh karena itu saat ini tayangan bermaterikan seksual marak kita saksikan di layar televisi.
Materi seksual yang digunakan sebagai alai ukur adalah materi seksual yang diambil peneliti dari Lembaga Sensor Film (LSF). Sehingga yang diukur pada saat pencatatan atau koding adalah pemunculan materi-materi seksual tersebut pada seluruh tayangan yang dijadikan sampel.
Peneliti mengaitkan frekuensi pemunculan tersebut dengan tingkat share audience dan jumlah slot iklan komersial tayangan yang bersangkutan dengan batasan materi seksual yang telah dijelaskan pada Bab IV. Ini ditujukan untuk memperoleh deskripsi pemunculan materi seksual secara detail di delapan stasiun televisi swasta tersebut.
Pengolahan data menggunakan SPSS versi 11.0 dan hasilnya peneliti menemukan bahwa korelasi atau hubungan antara frekuensi pemunculan materi seksual dengan share audience dan jumlah slot iklan komersial menghasilkan hubungan yang signifikan dan positif nmun cukup lemah.
Kesimpulan yang diambil peneliti adalah bahwa jika frekuensi pemunculan materi seksual tinggi atau banyak tidak selamanya akan menyebabkan share audience dan slot iklan komersial meningkat karena ada beberapa ha! lain yang mempengaruhi kedua hal tersebut, misalnya jam tayang dan tema tayangan. Namun bagaimanapun juga program tayangan yang dibalut dengan materi seksual selalu menarik perhatian penonton dan mendapatkan slot iklan yang cukup besar. Sehingga program tayangan dengan materi seksual yang kental tidak akan pernah dilewatkan penonton kapanpun jam tayangnya dan apapun temanya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Alimuddin Unde
Jakarta : Prenada, 2014
302.234 AND t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lukmiyati
"[ABSTRAK
Industri televisi di Indonesia semakin berkembang pesat. Saat ini ada
sekitar lebih dari 200 stasiun televisi yang tersebar di berbagai propinsi. Semakin
sesaknya pasar membuat persaingan di industri ini semakin ketat sehingga
diharapkan setiap stasiun televisi memiliki positioning yang jelas di benak
khalayak untuk dapat bertahan. Namun tidak selamanya proses positioning dapat
berjalan sesuai harapan, ada kalanya sebuah perusahaan mengalami kesalahan
dalam positioning yang disebabkan oleh beberapa hal. Pada penelitian ini, Jak tv,
sebagai salah satu stasiun televisi lokal di Jakarta, mengalami confused
positioning akibat terlalu banyaknya informasi yang diberikan kepada khalayak
dan bahkan salah satu informasi kesehatan menimbulkan image yang berbeda bagi
khalayak. Kondisi ini menjadi salah satu alasan Jak tv melakukan repositioning
untuk membangun image menjadi televisi informasi. Metodologi dalam penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma post-positivis. Teknik
pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap 3 orang
informan yaitu Direktur Utama Jak tv, Direktur Pemberitaan NCA, dan mantan
Manajer R & D Jak tv, selain itu juga dilakukan observasi partisipatori dan
penelusuran dokumen terkait tema penelitian. Penelitian ini bersifat evaluasi
untuk menganalisis strategi repositioning yang dilakukan Jak tv yang mengalami
confused positioning untuk membangun image sebagai televisi informasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa strategi repositioning yang dilakukan yaitu
penyesuaian kembali STP (segmentation, targeting, positioning), perubahan
manajerial di bidang SDM, perbaikan alat dan teknologi serta perubahan dan
perbaikan program tayangan. Dalam rangka meraih posisi yang baru, Jak tv terus
melakukan komunikasi dengan khalayak yakni penonton dan pemasang iklan,
dengan memanfaatkan media promosi on air dan off air termasuk memanfaatkan
unit jaringan dalam grup Mahaka Media dan Artha Graha Network

ABSTRACT
The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are
more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a
good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the
positioning process can not always going well, some of them had positioning gap,
which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv
station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too
many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information
had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning
was made to build image of Jak tv as the information television. This research
using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did
an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R &
D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the
researcher also did participatory observation and documents study. This is an
evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had
confused positioning to build image as the information television. The result
showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment
of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation
of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and
change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv
always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv,
as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used
media promotion both on air and off air to inform their new positioning;The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are
more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a
good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the
positioning process can not always going well, some of them had positioning gap,
which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv
station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too
many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information
had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning
was made to build image of Jak tv as the information television. This research
using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did
an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R &
D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the
researcher also did participatory observation and documents study. This is an
evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had
confused positioning to build image as the information television. The result
showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment
of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation
of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and
change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv
always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv,
as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used
media promotion both on air and off air to inform their new positioning, The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are
more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a
good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the
positioning process can not always going well, some of them had positioning gap,
which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv
station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too
many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information
had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning
was made to build image of Jak tv as the information television. This research
using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did
an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R &
D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the
researcher also did participatory observation and documents study. This is an
evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had
confused positioning to build image as the information television. The result
showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment
of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation
of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and
change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv
always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv,
as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used
media promotion both on air and off air to inform their new positioning]"
2015
T43747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>