Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174712 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kornelia Larasati Suhardi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3594
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiurmauly, Virna
"Kematian merupakan satu-satunya hal yang pasti dialami oleh individu. AIDS adalah penyakit dimana tingkat kematian penderitanya tinggi. Selain itu, sampai saat ini masih kuat terdapat stigma kematian yang diberikan pada ODHA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecemasan terhadap kematian pada remaja dengan HIV/AIDS. Gambaran tersebut dilihat melalui pandangan mereka terhadap kematian serta hadirnya masing-masing dimensi kecemasan terhadap kematian.
Dalam penelitian ini, digunakan empat dimensi kecemasan terhadap kematian yang didasarkan pada Choron (dalam Kastenbaum & Aisenberg, 1976) serta Florian & Kravetz (Dalam Florian & Mikulincer, 1997). Dimensi-dimensi tersebut adalah kecemasan akan proses menuju kematian, kecemasan akan kehidupan setelah kematian, kecemasan akan kemusnahan diri, serta kecemasan akan dampak kematian bagi orang-orang terdekat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Pandangan yang dimiliki subjek mengenai kematian antara lain kematian sebagai transisi atau hukuman. Tiap subjek memiliki satu atau lebih dimensi kecemasan terhadap kematian yang berbeda. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain agama, budaya, serta pengalaman berhubungan dengan kematian.

Death is the only certainty in individual`s life. AIDS is one of disease that has high death rate to its patients. The aim of this research is to give the picture of death anxiety in adolescence with HIV/AIDS. Today, there still strong stigma relating HIV/AIDS patients with death.
The dimensions of death anxiety is based on Choron`s dimensions of death anxiety (Kastenbaum & Aisenberg, 1976) and supplemented with one dimension from Florian & Kravetz (Florian & Mikulincer, 1997). Those dimensions are fear of dying, fear of afterlife, fear of extinction, and fear of individual death`s effect to family and friends.
The research is conducted with qualitative method which interview and observation is done to four subjects. All subjects view death as a transition or punishment. Every subject has one or more difference dimension of death anxiety. Some factors that have relation with their death anxiety are religion, culture, or experience with death."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miniwaty Halim
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep kematian
pada anak Katolik usia 5 sampai 8 tahun. Konsep kematian merupakan salah satu
konsep abstrak yang sukar dipahami karena orang dewasa cenderung menghindari
informasi tentang kematian bagi anak. Konsep kematian sendiri terdiri dari 4
subkonsep, yaitu Irreversibility (kematian merupakan proses yang tidak bisa
dibalik), Inevitability (kematian dapat terjadi pada semua makhluk hidup),
Cessation (semua proses kehidupan berakhir pada saat kematian), dan Causality
(penyebab-penyebab obyektif dari kematian). Dalam pemahaman konsep
kematian, manusia mengidentifikasikan diri dengan sistem religius dan filosofis
yang dianutnya (Feifel, 1959).
Penelitian-penelitian sebelumnya (Nagy dalam Feifel, 1959; Gartley &
Bernasconi dalam Binter & Frey, 1973) menggambarkan keseluruhan ide anak
tentang kematian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah perbedaan yang ditunjukkan oleh anak dengan rentang usia yang berbeda merupakan perbedaan
yang bermakna.
Kemampuan pemahaman berkaitan dengan perkembangan kognisi.
Semakin kompleks struktur kognisi seorang anak, semakin tinggi pula tingkatan
pemahamannya. Tingkatan pemahaman bersifat hierarkis, terdiri dari translation,
interpretation, dan yang paling tinggi extrapolcition (Gronlund, 1968).
Berdasarkan karakteristik berpikirnya, diperkirakan anak usia 5 tahun berada pada
tingkat pemahaman translation, dan anak usia 8 tahun pada tingkat interprelation.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif tampak dalam metode
pengumpulan data yang menggunakan teknik wawancara. Sedangkan pendekatan
kuantitatif tampak dalam teknik analisis skor hasil wawancara dengan
menggunakan uji signifikansi.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa anak usia 5 tahun telah mencapai
tingkat extrapolation untuk subkonsep lrreversibility, tingkat interprelation untuk
subkonsep Inevitabilily dan Causality, serta tingkat translation untuk subkonsep
Cessation. Sedangkan anak usia 8 tahun telah mencapai tingkat extrupolation
untuk subkonsep lrreversibility, lnevitability, dan Causality, serta masih dalam
tingkat translation untuk subkonsep Cessation. Pemahaman anak Katolik akan
konsep kematian merefleksikan ajaran agama Katolik, antara lain adanya
kehidupan setelah mati. Untuk penelitian berikut, peneliti menyarankan
penggunaan jumlah subyek yang lebih besar, instrumen yang lebih komprehensif
serta situasi pengumpulan data yang lebih konstan."
2001
S3027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Lifina Dewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venus Eleonora
"Kecemasan terhadap kematian adalah perasaan yang tidak menyenangkan, yang ditimbulkan oleh kematian dan atau proses menjelang kematian ataupun antisipasi terhadap kematian dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Menurut Lonetto & Templer (1986) setiap orang memiliki kecemasan terhadap kematian tetapi intensitasnya berbeda-beda, Demikian pula dengan orang lanjut usia yang diasumsikan sudah mendekati kematian tentunya juga memiliki kecemasan tersebut.
Erikson (dalam Miller, 1989) mengatakan bahwa orang lanjut usia mengalami dua krisis psikososial, yaitu integritas dan keputusasaan. Akan tetapi ia tidak mengatakan bahwa orang yang mencapai integritas memiliki kecemasan tersebut, sebaliknya orang yang mengalami keputusasaan memilikinya. Orang lanjut usia yang mencapai integritas merasa puas akan hidupnya sedangkan orang lanjut usia yang mengalami keputusasaan merasa kurang puas dengan hidupnya, Berdasarkan perbedaan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecemasan terhadap kematian yang dimiliki oleh orang lanjut usia dan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kecemasan terhadap kematian pada orang lanjut usia yang mencapai integritas dan yang mengalami keputusasaan.
Metode penarikan sampel adalah non-probability sampling, yaitu sampel diambil dengan kriteria tertentu yaitu orang lanjut usia. Teknik pengambilan sampel adalah random sampling sesuai dengan kriteria subyek penelitian. Terdapat dua alat ukur, pertama Alat Ukur Kecemasan Terhadap Kematian yang dirancang oleh Hartanto pada tahun 1995 dan dimodifikasi oleh penulis, Terdiri dari 34 item, Uji reliabilitas mendapatkan nilai alpha 0,9042. Alat kedua adalah alat ukur untuk raembedakan orang yang mencapai integritas dan yang mengalami keputusasaan, alat ini penulis susun sendiri. Terdiri dari 32 item. Uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha 0,6443.
Tipe penelitian ini adalah non-eksperimental dengan metode kuantitatif yaitu mem band ingkan dua kelompok dengan melakukan data secara statistik. Penelitian ini menggunakan t-test untuk membandingkan skor rata-rata antar dua kelompok dan anova satu arah untuk mengetahui perbedaan antar lebih dari dua kelompok. Metode pengolahan data menggunakan bantuan SPSS (Statistical Package for Social Studies).
Hasil penelitian adalah didapatnya perbedaan yang signifikan padda tingkat kecemasan pada kelompok orang lanjut usia yang mencapai integritas dan yang mengalami keputusasaan. Perbedaan tersebut signifikan pada los 0,05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sarah Najma Fathia Sutanto
"Masa pandemi COVID-19 membuat kematian terasa lebih dekat dari sebelumnya dan membuat kecemasan kematian lebih prevalen. Regulasi emosi dan religious coping hadir sebagai pilihan yang dapat digunakan individu untuk menangani kecemasan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kemampuan regulasi emosi dan penggunaan religious coping dalam memprediksi tingkat kecemasan kematian pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Kecemasan kematian diukur menggunakan Death Anxiety Scale (DAS) (Templer, 1970), kemampuan regulasi emosi diukur menggunakan Perth Emotion Regulation Competency Theory (PERCI) (Preece, Becerra, Robinson, dan Dandy, 2018), dan religious coping diukur menggunakan Brief RCOPE (Pargament, Feuille, dan Burdzy, 2011). Partisipan penelitian (n = 384) merupakan orang berusia 18-25 tahun dan sedang tinggal di Indonesia saat pandemi COVID- 19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa regulasi emosi dan religious coping dapat memprediksi tingkat kecemasan kematian, baik secara independen maupun secara bersama-sama.

COVID-19 pandemic is making death feel closer and death anxiety more prevalent than ever. Emotion regulation and religious coping are present as choices that can be used to deal with death anxiety. This research aimed to see the role of emotion regulation ability and the use of religious coping in predicting death anxiety level during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Death anxiety was measured using Death Anxiety Scale (DAS) (Templer, 1970), emotion regulation ability was measured using Perth Emotion Regulation Competency Theory (PERCI) (Preece, Becerra, Robinson, and Dandy, 2018), and religious coping was measured using Brief RCOPE (Pargament, Feuille, dan Burdzy, 2011). The participants of this study (n = 384) are aged 18-25 years old and lived in Indonesia during the COVID-19 pandemic. The results of this study showed that both emotion regulation and religious coping can predict death anxiety level, both independently and simultaneously."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Muaz Sabirin
"Manusia dapat menunjukkan perilaku yang cenderung konservatif ketika dalam keadaan cemas akan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecemasan tentang kematian dan konservatisme. Pengukuran kecemasan kematian dilakukan dengan menggunakan skala interval dan konservatisme dengan skala Likert 6 poin. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei online terhadap 300 responden yang diperoleh dengan metode accidental sampling. Hasil analisis data dengan korelasi Pearson dari 300 peserta menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kecemasan kematian dan konservatisme. Hasil penelitian ini mendukung konsep sentral TMT tentang pertahanan pandangan dunia budaya dan harga diri.

Humans can show behavior that tends to be conservative when in a state of anxiety about death. This study aims to examine the relationship between anxiety about death and conservatism. Measurement of death anxiety was carried out using an interval scale and conservatism with a 6-point Likert scale. Data was collected using an online survey method for 300 respondents obtained by the accidental sampling method. The results of data analysis with Pearson correlation of 300 participants showed a significant positive relationship between death anxiety and conservatism. The results of this study support TMT's central concepts of defense of cultural worldviews and self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rossy Candrawati
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara makna hidup dan kecemasan kematian pada orang dengan kanker. Pengukuran makna hidup pada orang dengan kanker dilakukan dengan menggunakan Meaning in Life Scale (MiLS) yang dikembangkan oleh Jim et al. (2006). Di samping itu, pengukuran kecemasan kematian menggunakan Death Anxiety Scale (DAS) yang dikembangkan oleh Templer (1970). Secara keseluruhan, terdapat 54 orang orang dengan kanker (20 ? 65 tahun) dengan jenis penyakit kanker yang berbeda yang diikutsertakan sebagai partisipan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara makna hidup (M= 12.58, SD = 2.06) dan kecemasan kematian (M = 46.65, SD = 9.24) pada orang dengan kanker dengan r = -0.268, p=0.05, signifikan pada L.o.S 0.05.

ABSTRACT
, This research was conducted to examine the correlation between meaning in life and death anxiety among cancer survivors. Meaning in life in person with cancer was measured by using Meaning in Life Scale (MiLS), developed by Jim et al. (2006). Beside, death anxiety was measure by using the Death Anxiety Scale (DAS) developed by Templer (1970). Overall, there are 54 person with cancer (20 – 65 years) with different types of cancer that include in this research. The results showed a significant negative correlation between meaning in life (M = 12.58, SD = 2.06) and death anxiety (M = 46.65, SD = 9.24) in person with cancer with r = -0.268, p = 0.05 , significant at L.o.S 0.05.]
"
2015
S58930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiana Noviani
"Penelitian ini bertujuan melihat gambaran konsep kematian dan reaski kedukaan pada remaja yang kehilangan orang tua akibat gempa di Yogyakarta pada tahun 2006. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan melibatkan tiga orang remaja siswa/i SMPN 2 Pundong, Bantul, Yogyakarta. Teknik penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi, ditambah pengisian kuesioner "Ceritaku tentang gempa" dan diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian dipahami secara matang. Mereka memahami kematian secara emosional, religius, kultural, dan konseptual (7 komponen konsep kematian, yaitu irreversibility, universality, inevitability, non-functional/cessation, causality, personal mortality, dan unpredictability). Namun, reaksi kedukaan yang dimiliki ketiga subjek berbeda satu sama lain. Mereka juga belum menyelesaikan proses kedukaannya. Perbedaan dan belum terselesaikannya proses kedukaan yang dialami oleh mereka mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengaruh karakteristik individu, pengalaman yang berkaitan dengan kematian itu sendiri, keluarga, kebudayaan dan agama, lingkungan, atau pengalaman yang berkaitan dengan kematian itu sendiri.

This aim of this study is to describe the concept of death and grief reactions on adolescence who lost their parent in Yogyakarta 2006?s earthquake. This study is conducted by using qualitative method approach and entangling 3 students on SMPN 2 Pundong, Bantul, Yogyakarta. Methods on this study are interview and observation, added by open-ended questionnaire about ?My stories of earthquake? and group discussion. The result of this study shows that death is conceived by 3 students in a mature explanation. They conceived death as emotional, religious, cultural, and conceptual (7 components of death concept, such as, irreversibility, universality, inevitability, non-functional/cessation, causality, personal mortality, and unpredictability). But, their grief reactions are different. They also have not achieved the final stage of grieving. Many factors are possible to influence the result, such as individual characteristics, the experienced of death, family, culture and religion, or the experiences of the death."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.92 SUL k
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>