Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moh. Dimas Faizal
"Berkembangnya industri pertelevisian di Indonesia berdampak pada berkembangnya pula industri production House yang menawarkan berbagai macam program televisi. Stasiun televisi pun berlomba untuk menayangkan program TV yang menarik dan memberikan nilai edukasi kepada khalayak. Dari sekian banyak program TV yang dihadirkan, game show adalah salah satu dari sekian jenis program non drama yang mencuri perhatian pemirsa. Tak jarang program tersebut adalah hasil adaptasi dari program luar, seperti Spontan yang diadaptasi dari candid camera dan Tantangan yang menjadi bahan penelitian dalam tuiisan ini- yang merupakan hasil adaptasi dari Who Dares Wins. Namun dalam proses pengadaptasian program luar ke program lokal tidak selalu berjalan mulus. Banyak pemirsa yang lebih menyukai program buatan luar karena di anggap lebih berkualitas' dibanding program lokal. Pada perkembangan selanjutnya, setelah sebuah program minimal melewati 13 episode, maka akan terbentuk dua kelompok besar, yaitu kelompok yang jarang sekali menonton bahkan tidak pernah, dan kelompok kedua yang selalu menonton dengan setia, dan menanti penayangan selanjutnya. Fenomena ini dijelaskan oleh Katz, Blumler, dan Gurevitch sebagai uses and gratification. Anggota khalayak atau pemirsa dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi. Penulis mendapatkan data dari SRI untuk mencari tahu bagaimana profil dari anggota kedua kelompok tersebut di acara Tantangan. Alasan penulis memilih subjek penelitian yang berasal dari pemirsa biasa adalah karena pada akhirnya merekalah yang memilih dan melakukan zapping di TV mereka. Penulis secara random memilih populasi untuk diadakannya eksperimen, lalu ditentukan bahwa Kelurahan Tanjung Duren Utara kecamatan Grogol Petamburan menjadi populasi penelitian. Lalu pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive mengingat penelitian eksperimen membutuhkan subjek yang sangat homogen, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu 30 subjek kelompok heavy viewers dan 30 subjek kelompok light viewers. Penulis membagi subjek ke dalam 6 kelas, mengingat diperlukan bimbingan yang intensive dalam pengisian kuesioner. Tiap kelas kemudian di putarkan acara Tantangan dan Who Dares Wins, kemudian subjek dipersilahkan mengisi kuesioner sambil di jelaskan cara pengisian pada pertanyaan yang berbau teknis oleh pembimbing. Setelah diadakan tes reliability dan validity didapatkan bahwa keseluruhan pertanyaan adalah reliable dan valid. Setelah dilakukan T Test terbukti bahwa Kelompok heavy viewers memiliki persepsi kualitas yang Iebih tinggi di banding kelompok light viewers. Namun kelompok heavy viewers dan light viewers tidak terbukti memberikan perbedaan persepsi kualitas antara program Tantangan dan Who Dares Wins, kecuali pada tahap Pra produksi, subjek menilai Who Dares Wins Iebih unggul dari pada Tantangan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumardi, researcher
Yogyakarta: Departemen Sosial, 1998
364.36 Sum p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Aslamiah Achmad
"Manusia membutuhkan informasi dan hiburan. Salah satu sumber informasi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini adalah televisi. Mengapa televisi ?. Televisi memiliki banyak keunggulan yaitu mudah dalam penggunaannya, menghasilkan audio dan visual sekaligus, mudah didapatkan dan yang utama program acara yang disajikan sangat bergam dan dikemas dengan cara yang menarik. Bahkan orang-orang, sering mengumpamakan televisi sebagai `second mother' (ibu kedua) yang dapat memberi pengaruh pada proses pembentukan persepsi dan nilai-nilai terutama terhadap anak-anak dan remaja.
Beragamnya isi pemberitaan televisi termasuk penyajian program berita yang mengkhususkan pada kejadian kriminal dan banyak ditayangkan merupakan salah satu alasan mengapa penelitian ini dilakukan. Dalam penyajian berita khusus kriminal khalayak dengan mudah melihat peristiwa kekerasan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dengan sangat vulgar, berani, mengerikan, menakutkan sekaligus membuat hati miris. Penayangan adegan kriminal dan kekerasan yang terus menerus dikhawatirkan dapat menjadikan khalayak utamanya anak-anak dan remaja menjadi tidak sensitif atau tidak peka terhadap kejadian kriminal , sehingga peristiwa-peristiwa sejenis dianggap hal yang lumrah.
Penelitian ini, ingin mengetahui apakah ada pengaruh antara menonton berita khusus tentang kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. Teori utama yang digunakan adalah teori kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner. Teori ini berasumsi bahwa apabila seseorang sering melihat adegan kekerasan yang terus menerus dan berulang-ulang maka akan mempengaruhi persepsi mereka sehingga timbul anggapan bahwa dunia ini penuh dengan kekerasan.
Yang menjadi populasi penelitian ini adalah pelajar SLTP di Kota Bogor, dengan sampel yang dipilih dari 2 SLTP negeri di Kota Bogor. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis bivariat dengan menggunakan Korelasi Tau Kendal , analisis korelasi parsial.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : (1) Tidak ada hubungan yang signifikan antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. (2) Pengalaman tidak mempengaruhi hubungan antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. (3). Komunikasi antar pribadi.tidak mempengaruhi hubungan antar menonton berita kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan tidak adanya pengaruh antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan , antara lain karena tingkat terpaan tayangan berita kriminal terhadap responden relatif kecil. Menurut Gerbner penonton ringan (light viewers) umumnya menonton antara 1-2 jam perhari, dimana jenis penonton ini tidak melihat dunia sesuram dengan penonton berat (heavy viewers). Umumnya responden dalam menonton tayangan berita kriminal masih digolongkan sebagai penonton ringan (light viewers).
Self sensor dari dalam diri para responden yang kuat sehingga tayangan tersebut tidak mempengaruhi persepsi mereka. Hal ini disebabkan karena umumnya responden memiliki orang tua dengan status sosial ekonomi yang cukup tinggi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Fetter (1984) bahwa keluarga dengan status sosial yang tinggi lebih memungkinkan untuk menyediakan media lain yang dapat merangsang bakat dan keterlibatan orang tua mendorong untuk membaca serta membuat pekerjaan rumah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S6874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiah Rusmayati
"Penelitian ini didasari oleh fenomena pertelevisian baru, yaitu ketika bertambahnya lembaga penyiaran televisi di luar TVRI, yaitu RCTI dan TPI . Waktu siar yang lebih panjang dari biasanya tentunya mempunyai akibat akibat tersendiri bagi masyarakat penggunanya. Anak - anak pun mempunyai sifat tersendiri yang tidak kalah menariknya. Mereka seperti kertas putih yang akan diwarnai oleh orang tua atau lingkungannya. Dari kenyataan di atas , penulis ingin melihat bagaimana pola menonton televisi di kalangan anak anak dan sejauh mana pola menonton televisi tersebut menimbulkan dampak bagi anak. Dalam usaha penelitian ini penulis memutuskan untuk memilih anak - anak di daerah kelurahan Sukapura sebagai responden penelitian ini. Penulis juga mewawancarai orang tua responden untuk mendapatkan data mengenai peran orang tua. Metoda penelitian yang dipakai adalah metode survei dengan unit analisis individu. Data dari penelitian ini akhirnya menunjukkan bahwa dampak menonton televisi bagi anak ternyata cukup tinggi. Hal itu terjadi karena besarnya jumlah waktu yang digunakan anak untuk menonton televisi, sementara orang tua lebih menitik beratkan kontrolnya terhadap jenis jenis acara yang tidak boleh ditonton anak, daripada membatasi jumlah waktu yang digunakan anak untuk menonton televisi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S4002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirda Haryany
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana persepsi responden yang mewakili khalayak terhadap penyiar berita di televisi (newscaster) dan program berita di stasiun televisi (newscaster). Dengan menggunakan teknik Multi Dimensional Scaling akan dihasilkan peta spatial yang berisi pemetaaan persepsi responden terhadap newscaster maupun newscast. Proses penelitian mencakup dua. tahap. Tahap pertama adalah deskripsi. Tahapanselanjutnya adalah tahap eksplanatif yang berupaya. melihat ada atau tidaknya perbedaan yang sipiiikan antara responden pria dan wanita dalam hal persepsi terhadap newscaster dan newscast. Tahap deskriptif akan didahului beberapa uji statistik yang secara ketat akan menyaring indikator —indikator yang aka dipakai untuk MDS. Uji statistik itu meliputi thktor analisis yang bertujuan untu menguji apakah tiap indiaktor telah mengtunpul pada dimens yang akan diukurnya_ Faktor analisis tnembantu inereduksi sejuinlah indikator yang ternyata. mengukur variabelaya. Kemudian dilakukan pengujim reliability analysis yang herb jean untuk mengulair sejauh mana konsistensi antara jawaban responden. Pada tahapan selanjutnya akan dilakukan prosedur Multi Dimensional Scaling untuk melihat posisi newscaster dan newscaster dalam banal( audience. Pada tahap eksplanatifprosedur statistik yang dipakai adalah T — test. Image terhadap newscaster akan dibatas menjadi enain tnacam image, yaitu interpersonal attractiveness, likability, dominance, credibility/competence, penampilan fisik dan intelektualitas. Ada delapan newscaster yang akan dibandingkan. Ke delapan newscaster itu adalah Yan Partawijaya (TVRI), Shanta Curanggana (ANTEVE), Teguh Juwarno (RCTI), Tjandra. Wibowo (scerv), Jeremy Teti (SCTV), Tuti Marlina (ANTEVE), Dewi Yudhomiranti (Indosiar) dan Dentamira Kusuma (TPI). Mini output MD. S diktahui bahwa Teguh Juwarno adalah newscaster yang relatif paling tinggi nilainya untuk ke-6 tipe image tersebut. dipersepsikan responden paling tinggi daya tank interpersonalnya, relatif paling tinggi tingkat intelektualitasnya, relatif paling tinggi kredibilitas/kompetensinya„ relatif paling dominan dan relatif paling disukai. Urutan selanjutnya adalah Tjandra Wibowo, Jeremy Teti, Dewi Yudhomiranti dan Dentatnira Kusurna di urutan yang saina. Kemudia Tuts Marlina, Shanta. Curanggana dan Yan Partawijaya, Yan adalah newscaster yang nilainya tiap-tiap tipe image itu relatif paling rendah. Bisa disebutkan bahwa Yan adalah newscaster yang relatif paling tidak menarik dari segi penampilan fisik, relatif paling rendah daya tank interpersonalnya, relatif paling tidak kredibei dan relatif paling tidak dotninan dibandingkan newscaster 1 ai nnya. Image terhadap program berita dilihat dari dua tipe, yaitu kredihil.itas dan daya tank. Dilihat dari dua hal ini, maka Liputan 6 dipersepsikan sebagai program berita yang paling menarik dan juga paling kredibel dibandingkan program berita lainnya. Urutan kedua ditempati Seputar Indonesia, kemudian Pokus, CalifaWala, Lintas 5. Dua program berita yang paling rendah nilainya untuk kredibilitas dan daya tank adalah program Dunia Dalam Berita. Hasil pengujian T — test menunjukkan perbedaan yang signifikan antara persepsi responden pria dan responden wanita untuk image likability, credibility/competence, penampilan fisik dan intelektualitas. Namun ketika perbedaan itu dipetakan, tidak terbukti bahwa responden pria mempersepsikan newscaster pria lebih tinggi dibandingkan newscaster wanita ataupun sebaliknya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S4155
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Drita Arivita
"Strategi untuk mempromosikan perusahaan memang akan sangat membantu dalam membesarkan suatLf produk/service yang akan dikeluarkan oleh suatu perusahaan tersebut. Image masyarakat akan tertanam terhadap perusahaan tersebut setelah melihat iklan perusahaan tersebut- Promosi yang unik dan menarik dan tetap sesuai dengan anggaran dari perusahaan tersebut adalah harus seimbang antara kualitas produk dengan promosi yang drlakukan. Gambaran ini dapat dilihat dari dari semakin maraknya promosi perusahaan/produk yang berbentuk "promotainment" di televisi terutama di televisi-televisi swasta di Indonesia, seperti beberapa diantaranya yang dapat langsung disaksikan oleh konsumen di media televisi, yang beberapa diantaranya dapat dilihat seperti "Gebyar BCA di Indosiar", "Layar BN1 di SCTV", "Semarak Bukopin beberapa waktu lalu di SCTV", "Telkomania di RCTI" atau yang baru-baai ini muncul yaitu "Pesta Federal Oil di Indosiar" dan beberapa promotainment lainnya di beberapa televisi swasta lainnya. Bentuk-bentuk promosi perusahaan seperti dalam bentuk promotainment tersebut juga merupakan sarana bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan "marketing public relation" kepada seluruh target market yang ingin dituju.
Latar belakang ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan selalu berusaha agar dapat terus berkomunikasi dengan konsumennya, Hal tersebut dilakukan agar perusahaan mereka tersebut selalu terpositioning dalam benak konsumen. Salah cara perusahaan untuk berkomunikasi dengan konsumennya adalah dengan cara melalui tayangan promotainment. Dalam kaitannya dengan hal ini permasalahan yang muncul adalah apakah promotainment yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut dapat dianggap sebagai salah satu cara yang paling efektif untuk mengkomunikasikan produk / service yang ditawarkan karena mengingat dana promotainment tersebut yang cukup besar. Dan berdasarkan kondisi persaingan yang ada apakah promotainment tersebut merupakan pilihan yang tepat dan dapat diterima oleh konsumen yang dituju sebagai suatu bentuk acara promosi dan tidak hanya dianggap sebagai sekedar bisnis hiburan semata.
Pemilihan media komunikasi melalui "promotainment" ini adalah terutama untuk kegiatan promosi atau "public relation" bagi perusahaan tersebut dapat dianggap sebagai suatu kegiatan yang akan memberikan pemasukan bagi perusahaan yang tidak dapat dilihat secara fisik saja, tetapi kegiatan ini diharapkan akan "menancapkan" awareness dalam benak konsumen terhadap suatu merek atau jasa yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan kepada konsumen.
Penelitian ini sendiri dilakukan untuk mengetahui sampai sejauhmana efektifas promotainment dalam membentuk persepsi konsumen dan pada akhtrnya dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk komunikasi yang paling tepat antara perusahaan dengan konsumennya yang dalam hal ini analisa persepsi dilakukan dari mulai tahap exposure sampai dengan tahap* retention terhadap ke-2 tayangan promotainment (Gebyar BCA dan Telkomania) sebagai contoh kasus yang akan diteliti dalam karya akhir ini.
"
2001
T795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Wiryandari
"Menurut Dimmich & Rothenbuhler (1984) dalam perkembangan Teori `Niche' atau celung, bahwa kelangsungan hidup suatu industri media sama halnya dengan makhluk hidup tergantung pada sejumlah sumber penunjang yang ada di sekitarnya. Menurut teori ini ada tiga sumber utama penunjang kehidupan media, yakni: capital (iklan), types of content (jenis isi media) dan types of audience (jenis penonton).
Dari survey yang dilakukan oleh organisasi Cooper sejak tahun 1959 menunjukkan bahwa televisi merupakan sumber berita yang paling banyak digunakan dan dipercaya oleh masyarakat untuk memperoleh berita (Dominick, 1996). Bagi stasiun TV sendiri program acara berita sangat penting artinya karena merupakan representasi image dari stasiun TV itu sendiri. Daya jual sebuah stasiun tv dapat dipengaruhi oleh departemen pemberitaannya.
Hal inilah yang membuat stasiun TV berusaha menampilkan program acara berita yang baik dan berkualitas, sehingga diminati oleh penonton yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan iklannya. Dengan kehadiran 10 stasiun TV swasta membuat pilihan audiens terhadap acara berita makin banyak. Menurut data ACNielsen acara berita sore merupakan acara yang paling banyak ditonton oleh audiens dibandingkan acara berita pagi maupun siang harinya dan kondisi ini berlaku di hampir semua stasiun TV swasta yang menayangkan program berita secara regular.
Dari teori yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui ada banyak faktor yang mempengaruhi audiens menonton acara berita antara lain pengeluaran, pendapat terhadap isi, penilaian tentang penyiaran, akivitas promosi, pendapat kelompok, minat, media use dan penilaian terhadap packaging (Kotler, 2000; Barwise & Ehrenberg,1988; Turrow, 1997; McQuail & Windahl, 1996; Sutisna, 2001; Webster & Wakshlag, 1983; Rubin, 2002). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Diketahuinya faktor yang paling dominan mempengaruhi intensitas menonton a audiens terhadap program berita sore pilihan di TV.
2. Diketahuinya topik-topik berita yang diminati audiens terhadap program acara berita sore pilihan di TV.
3. Diketahuinya Intensitas audiens dalam menonton program acara berita sore pilihan di televisi
Penelitian yang bersifat ekspanatif ini dilakukan pada populasi penduduk usia 17 tahun ke atas dan sampelnya dipilih secara simple random sampling. Sedangkan yang menjadi sample adalah warga 3 RT di Kelurahan Kelapa Gading Barat dengan total responden 100 orang.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa program acara berita Liputan 6 Petang, Seputar Indonesia dan Metro Sore merupakan acara favorit pilihan responden. Sementara, topik-topik yang paling diminati oleh responden dalam tayangan suatu berita antara lain masalah metropolitan dan kesehatan masing-masing sebesar (9%) diikuti oleh topik yang mengupas masalah nasional (8,8 %), bencana alam (8,5%) dan kriminalitas sebesar (7,8%). Hasil pengolahan data dalam penelitian ini memaparkan bahwa media use menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi secara langsung intensitas menonton audiens.
Setelah dilakukan elaborasi berdasarkan acara berita favorit pilihan responden seperti Liputan 6 Petang, Seputar Indonesia dan Metro Sore, menunjukkan bahwa hanya acara berita Metro Sore yang memperlihatkan adanya 3 variabel yang signifikan mempengaruhi secara langsung intensitas menonton audiens, yaitu: pengeluaran, motivasi penilaian terhadap packaging dan pendapat kelompok. Oleh karena itu, pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengelolan televisi perlu mempertimbangkan faktor -faktor di atas dalam menyusun program atau format berita.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa sebanyak 66% dari total responden memiliki intensitas menonton di atas rata-rata. Responden, umumnya, menonton acara berita sore pilihan sebanyak 6-7 kali per minggu dengan durasi menonton selama 20-30 menit per harinya. Dengan demikikian bisa dikatakan bahwa intensitas menonton berita sore pilihan oleh responden cukup tinggi. Hal ini juga didukung oleh strategi stasiun televisi yang menayangkan program acara berita sore dengan durasi yang tidak terlalu panjang, sehingga mampu membuat audiens cukup intens melihat tayangan tersebut.
Ada beberapa rekomendasi akademis yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini. Disamping menggali lebih dalam lagi teori-teori komunikasi mengenai perilaku audiens terhadap program acara berita TV. Perlu juga diperhatikan dalam setiap penelitian tentang proses konsumsi media yaitu pengaruh berbagai jenis media yang terdapat di lingkungan audiens. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian teoritis yang lebih luas dan mendalam agar didapatkan model regresi yang lebih baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marina Chiara
"Maraknya stasiun televisi swasta di Indonesia saat ini, membuat masyarakat bebas menentukan program acara seperti apa yang ingin ditontonnya. Dengan berbagai pilihan program acara dan waktu siaran yang terpancar lebih dari 18 jam/hari. Penonton disajikan berbagai tayangan yang sangat variatif, mulai dari tayangan yang bersifat informatif sampai dengan tayangan yang bersifat menghibur. Sehingga penonton dapat dengan bebas memilih program-program acara yang diminati dan sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu jenis tayangan yang diminati penonton Indonesia saat ini adalah jenis acara misteri atau yang bertema dunia supernatural. Hal ini dapat diketahui dari tingginya rating program acara tersebut. Sehingga tayangan program acara bertema misteri/dunia supernatural di stasiun televisi swasta akhir-akhir ini sangat marak. Gejala ini ditandai dengan jumlah program acara yang ditayangkan dalam setiap minggu, dimana minimal satu judul program acara bertema misteri/dunia supernatural diputar di masing-masing stasiun televisi swasta. Format acaranya pun berbeda-beda. Ada yang berformat sinetron, film lepas, drama seri, reality show, serta infotaintment yang berisi perbincangan dan rekonstruksi. Tayangan-tayangan bertema misteri/dunia supernatural tersebut kebanyakan merupakan produk lokal, namun terdapat juga produk asing, seperti film-film horor Barat, India serta Mandarin. Melihat semakin tinggi kuantitas tayangan program acara misteri/dunia supernatural di televisi, menjadi nnenarik untuk mengetahui bagaimana pemetaan persepsi khalayak remaja terhadap image program acara misteri tersebut di beberapa stasiun televisi swasta dikaitkan dengan gaya hidup remaja tersebut. Sehingga nantinya terbentuk 3 cluster (kelompok remaja), yaitu cluster hedonis, cluster achiever, dan cluster activist. Setelah terbentuk ketiga cluster tersebut maka akan dibandingkan pemetaan persepsinya terhadap image program acara misteri yang ada balk sebelum terbentuk cluster maupun setelah terbentuk cluster. Dalam penelitian ini program acara misteri yang akan dibandingkan ada sepuluh program acara misteri, yaitu Kismis (RCTI), Antara Dua Alam (SCTV), Gentayangan (TPI), Gaib (TPI), Percaya Nggak Percaya (ANTV), Scariest Places On Earth (Metro TV), Dunia Lain (Trans TV), Ekspedisi Alam Gaib (TV 7), Rahasia Alam Gaib (Lativi), dan Saksi Misteri (Lativi). Penelitian dilakukan terhadap remaja SMUN di wilayah Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey terhadap 120 orang siswa SMUN kelas 1, 2 dan 3. Dengan pertimbangan usianya yang berkisar antara 14-18 tahun. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel probabilita, menggunakan multistage cluster sampling. Tahap 1, memilih satu secara acak kota madya yang ada di DKI Jakarta. Tahap 2, memilih dua secara acak kecamatan. Tahap 3, memilih dua secara acak kelurahan masing-masing satu dari kecamatan yang sudah terpilih. Tahap 4, memilih dua secara acak SMUN masing-masing satu dari tiap kelurahan yang telah terpilih. Tahap 5, memilih tiga secara acak dari masing-masing SMUN yang telah terpilih (kelas1,2 dan 3). Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisa multivariate, yaitu Cluster Analysis dan Multidimensional Scaling (MDS). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tayangan program acara misteri dapat dikatakan memiliki kredibilitas yang tinggi apabila informasi yang disajikan berdasarkan kisah nyata/pengalaman seseorang dan seluruh informasi program acara misteri ini berasal dari sumber yang terpercaya. Tayangan program acara misteri dapat menarik/memiliki daya tarik yang tinggi apabila program acara misteri ini selalu menyajikan cerita yang berbeda setiap episodenya, lokasi/tempat yang dipilih untuk syuting selalu menyeramkan, dapat memberikan informasi mengenai tempat-tempat mana saja yang menyeramkan/angker, serta program acara misteri yang tidak hanya memberikan rasa takut tetapi juga dapat memberikan pelajaran buat penontonnya agar selalu bertaqwa kepada Tuhan YME. Program Acara Misteri yang paling kredibel menurut responden (dimana hampir semua indikatornya yang digunakan untuk mengukur nilai kredibilitas, memiliki persentase tertinggi), adalah Dunia Lain (Trans TV). Program Acara Misteri yang paling tidak kredibel menurut responden (dimana hampir semua indikatornya yang digunakan untuk mengukur nilai kredibilitas, memiliki persentase terendah), adalah Antara Dua Alam (SCTV). Program Acara Misteri yang paling menarik menurut responden, adalah Dunia Lain (Trans TV). Program acara misteri yang paling tidak menarik menurut responden, adalah Antara Dua Alam (SCTV). Program Acara Misteri yang paling disukai oleh responden adalah Scariest Places On Earth ( Metro TV ). Program Acara Misteri yang paling sering ditonton oleh responden adalah Dunia Lain ( Trans TV ) Serta faktor pembentukan cluster mempengaruhi pemetaan persepsi khalayak remaja terhadap image program acara misteri di beberapa stasiun televisi swasta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>