Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202788 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achaddiani Tjahjaningsih
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Galih Suri Pakerti Ningrum
"ABSTRAK
Prestasi matematika adalah tingkat ketrampilan seseorang dalam tugas-
tugas matematika yang berupa pengetahuan-pemahaman dalam jangka waktu
tertentu. Dalam tingkat dan jenis tertentu, prestasi dapat mempengaruhi
kepuasan siswa terhadap matematika. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi tercapainya prestasi yang optimal. Taraf inteligensi mempunyai
peranan penting dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar,
khususnya dalarn pelajaran yang menuntut banyak berpikir, seperti pada
matematika (Winkel, 1991). Rata-rata korelasi antara taraf inteligensi dan
prestasi belajar adalah 0.4 (Gage & Berliner, 1992). Stainback & Stainback
(1999) menyatakan bahwa baik buruknya prestasi belajar anak di sekolah
berkaitan erat dengan dukungan orang tua terhadap anak di rumah. Beberapa
tahun terakhir, berkembang program belajar alternatif dalam mempelajari
matematika, yaitu program pendidikan matematika dengan menggunakan
metode sempoa. Program sempoa Iebih efektif dalam meningkatkan
ketrampilan berhitung anak terhadap pelajaran matematika dibandingkan
dengan kegiatan belajar matematika di sekolah dan program bimbingan belajar
matematika lainnya (Herawati, 1999) dan skor matematika yang diperoleh
semakin meningkat (Osner dalam Suzuki, 1999). Berdasarkan hal tersebut,
terlihat bahwa inteligensi, dukungan orang tua dan menggunakan metode sempoa dalam belajar matematika akan mempengaruhi prestasi matematika.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan faktor-faktor
tersebut terhadap prestasi belajar matematika jika dilihat secara bersama-sama.
Selain itu, juga ingin dilihat besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-
masing faktor terhadap prestasi belajar matematika.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah anak usia 9-12 tahun
yang duduk di kelas IV sampai VI Sekolah Dasar. Penarikan sampel dilakukan
rnelalui teknik incidental sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur
inteligensi adalah tes CFIT skala 2 bentuk A, sedangkan untuk mengukur
dukungan orang tua terhadap matematika digunakan kuesioner yang disusun
sendir oleh peneliti dengan mengacu pada teori. Teknik analisis yang
digunakan adalah Multiple Regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
antara inteligensi, dukungan orang tua, keikutsertaan dan lamanya belajar
matematika menggunakan metode sempoa secara bersama-sama terhadap
prestasi matematika. Namun, variabel yang menunjukkan sumbangan yang
signifikan terhadap prestasi matematika hanyalah keikutsertaan dalam belajar
matematika menggunakan metode sempoa. Tidak demikian halnya dengan
inteligensi, dukungan orang tua dan' lamanya belajar matematika menggunakan
metode sempoa. Dengan demikian hipotesis yang diterima adalah hipotesis
yang menyatakan ada hubungan antara inteligensi, dukungan orang tua,
keikutsertaan dan lamanya belajar matematika menggunakan metode sempoa
secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika serta keikutsertaan
belajar matematika menggunakan metode sempoa memberikan sumbangan
yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, saran yang perlu
diperhatikan adalah memperluas sampel, yaitu dengan membandingkan antara
sampel yang mengikuti metode sempoa dan yang tidak mengikuti metode
sempoa serta mengembangkan tes berhitung yang digunakan untuk mengukur
kemampuan matematika siswa, sehingga lebih terukur efektifvitas metode
sempoa pada siswa Sekolah Dasar. Di samping itu, perlu dilakukan penelitian
yang melihat faktor-faktor lain yang turut berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika sehingga diharapkan prestasi belajar matematika siswa SD dapat
dikembangkan seoptimal mungkin."
2000
S2788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Notowidigdo
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Monika Iyana
"Agar siswa dapat mencapai potensi maksimalnya, proses pembelajaran harus berpusat pada anak didik. Pembelajaran yang berpusat pada anak didik berarti pendidikan yang memperhatikan keseluruhan dari aspek anak didik, yang berarti aspek kognitif, fisik, sosial, dan emosional, dan memperhatikan perbedaan individu anak didiknya.
Pembelajaran inteligensi majemuk merupakan salah satu bentuk upaya pembelajaran yang berpusat pada anak didik. Gardner (1983) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki delapan kecerdasan dasar yang saling berinteraksi dalam kadar yang berbeda-beda pada setiap manusia. Teori ini kemudian memberikan pemahaman bahwa dikarenakan setiap manusia memiliki aspek inteligensi yang berbeda-beda maka setiap individu tentunya mempunyai cara beiajar yang berbeda. Kedelapan .inteligensi yang diajukan oleh Gardner tersebut adalah inteligensi linguistik-verbal, inteligensi logis-matematis, inteligensi spasial-visual, inteligensi ritmik-musik, inteligensi kinestetik, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, dan inteligensi naturalis.
Pada penelitian ini, kedelapan inteligensi tersebut dilihat dalam bentuk profil. Profil yang dimaksud adalah gambaran umum dari inteligensi majemuk siswa yang diperoleh melalui instrumen panel itian yang bernama NIICY (Multiple Intelligences Checklist for Youngsters (grades 2-4)). A]at ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa self-report dengan gaya Likert skala 4 yang terdiri dari delapan kategori inteligensi majemuk.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sumbangan dari inteligensi majemuk pada pencapaian akademik siswa kelas 2-3 sekolah dasar High/Scope Indonesia dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Penelitian ini merupakan kajian lapangan dengan desain non-eksperimental.
Responden penelitian ini adalah siswa kelas 2-3 sekolah dasar yang berada pada tahapan operasional kongkret (N= 78).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensi linguistik-verbal menyumbang secara positif dan signifikan kepada pencapaian akademik pada pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 7,3% (Ian pada pelajaran Matematika sebesar 7.6%. Hal ini menwijukkan bahwa siswa kelas 2-3 sekolah dasar High/Scope® Indonesia - TB. Simatupang menggunakan inteligensi linguistik-verbalnya untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. PeneIitian ini belum dapat membuktikan bahwa kedelapan inteligensi bekerja secara bersama-sama dalam mempelajari Bahasa Indonesia dan Matematika.
Saran yang diajukan untuk penelitian lebih lanjut adalah: (1) menggunakan metode wawancara dan observasi untuk mendapatkan profil inteligensi majemuk secara lebih komprehensif, (2) menggunakan pendekatan kualitatif karena sifat inteligensi majemuk yang unik dan individual (3) meningkatkan .reliabilitas alat ukur MICY dengan cara menambah item, memperbaiki susunan kalimat dan pilihan kata."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T17983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tri Wardhani
"ABSTRAK
Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam tercapainya sebuah tujuan
proses belajar. Dalam bidang pendidikan, dikenal teori Goa/ Orientation (GO) untuk
menggambarkan performa dan bagaimana anak belajar menghadapi tugas-tugas
akademik di dalam situasi sekolah. GO dapat berupa keinginan untuk bisa
memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan, yang disebut dengan
task involved atau berupa keinginan untuk tampil baik dan mendapatkan
penghargaan dari orang lain, yang disebut dengan ego involved. Selain faktor
internal, GO juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain lingkungan
rumah dan lingkungan sekolah. Dalam kaitannya dengan sekolah, metode
pengajaran yang diterapkan di kelas dapat menjadi salah satu faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi GO, karena metode pengajaran mempengaruhi
bagaimana guru memberikan materi dan bagaimana situasi dalam kelas itu
berlangsung. Di dalam penelitian ini, metode pengajaran dibagi menjadi belajar
aktif dan belajar pasif. Belajar aktif adalah metode pengajaran yang memberikan
peluang kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dan belajar pasif adalah
metode pengajaran yang menempatkan siswa pada peran yang pasif di dalam
proses belajarnya di kelas. Selanjutnya penelitian ini diadakan untuk melihat ada
tidaknya perbedaan GO yang signifikan pada siswa sekolah dasar (SD) yang
mendapatkan metode pengajaran belajar aktif dan belajar pasif.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang
mengukur GO dan diberikan pada dua kelompok subyek, yaitu kelompok belajar
aktif dan belajar pasif. Peneliti menggunakan 44 siswa sekolah dasar Islam (SDI)
Pondok Duta sebagai subyek yang mewakili kelompok belajar pasif dan 34 siswa
SDI Terpadu Fajar Hidayah yang mewakili kelompok belajar aktif. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Seluruh subyek
memiliki rentang usia 10-12 tahun atau kelas tinggi SD dimana pada usia tersebut
siswa memiliki GO yang lebih stabil dibandingkan kelas rendah sehingga sudah
dapat dilakukan pengukuran terhadap GO. Perhitungan reliabilitas alat dan T-fesf
dalam penelitian menggunakan program SPSS 10.0.1 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan GO baik task involved maupun
ego involved yang signifikan antara kelompok belajar aktif dan belajar pasif.
Selanjutnya, skor rata-rata dari kedua kelompok menunjukkan bahwa siswa pada
kelompok belajar aktif memiliki skor GO task involved yang lebih tinggi daripada siswa pada kelompok belajar pasif. Hal ini berarti siswa pada kelompok belajar aktif
cenderung memiliki GO task involved daripada kelompok belajar pasif. Sebaliknya,
siswa pada kelompok belajar pasif memiliki skor GO ego involved yang lebih tinggi
daripada siswa pada kelompok belajar aktif. Hal ini berarti siswa pada kelompok
belajar pasif cenderung memiliki GO ego involved daripada kelompok belajar aktif.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran mungkin
menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi GO siswa. Meskipun demikian,
hasil yang diperoleh belum tentu menggambarkan hubungan sebab akibat. Artinya
perbedaan GO yang signifikan antara kedua kelompok tidak benar-benar mutlak
menggambarkan bahwa metode pengajaranlah yang mempengaruhi GO. Hal ini
disebabkan karena penelitian ini bukanlah penelitian eksperimental yang dapat
memastikan hubungan sebab akibat antar variabel penelitian.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan memperhatikan penggunaan bahasa yang
lebih sederhana dan mudah dipahami mengingat subyek adalah siswa SO. Selain
itu, penggunaan sampel yang lebih banyak diperlugan untuk hasil yang lebih baik.
Secara aplikatif, hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak
sekolah maupun guru untuk menggunakan metode pengajaran belajar aktif
sebagai sarana mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik."
2002
S3094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Sapariningsih
"Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenagatanaga kreatif yang dapat memberi sumbangan kepada bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan kreativitas peserta didik (Utami Munandar, 1999). TAP MPR no. 11 / MPR /1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara menyebutkan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk menghasilkan manusia Indonesia yang kreatif. Renzulli (1981) menyatakan bahwa kreativitas merupakan salah satu ciri yang harus dimiliki oleh siswa berbakat.
Menurut Roger (dalam Munandar 2002), salah satu faktor yang dapat mendorong tumbuhnya kreativitas adalah locus of control yang internal. Locus of control merupakan salah satu bagian dari kepribadian yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya (Rotter, 1975). Seseorang dengan locus of control yang internal dapat mengarahkan dirinya sendiri, mempunyai standar dan nilai-nilai sendiri serta dapat mengambil keputusan sendiri. Ciri-ciri tersebut merupakan pendorong tumbuhnya kreativitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara locus of control dan kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar.
Subyek penelitian adalah siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar di SMUN 81 Jakarta. Jumlah sampel sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 22 orang wanita dan 8 orang pria. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur locus of control adalah skala locus of control yang disusun oleh Rotter dan alat yang digunakan untuk mengukur kreativitas adalah Tes Kreativitas Verbal yang disusun oleh Utami Munandar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor skala locus of control berkorelasi dengan skor tes kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar. Dengan demikian, maka ada hubungan yang signifikan antara locus of control dan kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar.
Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan agar para orang tua dan guru dapat menciptakan suatu kodisi yang dapat membentuk locus of control locus yang, internal pada diri anak sehingga kreativitas yang mereka miliki dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avecienna
"ABSTRAK
Rendahnya mutu dan prestasi belajar matematika, yang mempakan
mata pelajaian yang sangat penting untuk masa depan siswa terutama siswa
sekolah dasar, merupakan raasalah yang dihadapi berbagai pihak, karena
matematika berperan untuk melatih aspek-aspek beipikir yang juga
digunakan dalam berbagai mata pelajaran lainnya. Penelitian yang
dilakukan Miller dkk. (1996) pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
matematika menemukan beberapa jenis orientasi tujuan akademik (OTA)
yang mempunyai hubungan dengan prestasi belajai- matematika. Menmnt
mereka pengadopsian jenis OTA tertentu memungkinkan teijadi tidaknya
proses belajar matematika yang optimal.
Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian Miller ini pada
budaya dan sampel yang berbeda yaitu pada murid-murid sekolah dasar di
Indonesia. Penelitian dilakukan pada 109 siswa SD I dan SD 11 Yasporbi
Jakaita Selatan untuk menguji kembali hubungan antara pengadopsian
jenis-jenis OTA dengan prestasi belajar matematika mereka. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.
InstTumen yang digunakan pada penelitian ini kiiesioner OTA yang
mempakan hasil modifikasi dari alat Survey toward Mathemaiic dari Miller
dkk. (1996).sedangkan untuk pengukuran prestasi matematika digunakan
nilai rapor siswa tiga caturwulan terakhir yang dijadikan skor skala
{standarl score). Untuk pengolahan data digunakan teknik statistik pariial
correlation dengan kovarian rctw score Raven's Standard Progressive
Matrices untuk mengontrol intelegensi. Penelitian ini tidak mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian
Miller dkk. (1996) yang menyatakan bahwa jenis OTA future
consequences, OTA learning goals dan OTA performance goals
mempunyai hubungan bermakna positif dengan prestasi belajar
maatematika siswa. Hasil penelitian ini mendapatkan hasil bahwa jenis
OTA future consequences goals, learning goals, dan pleasing the family
goals tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan prestasi belajar
matematika. Sedangkan jenis OTA performance goals dan OTA pleasing
the teacher mempunyai hubungan yang bermakna secaia berlawanan
(negatif) dengan prestasi belajar matematika."
1999
S2586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sari Dewi
"Teori Goals orientation menjelaskan kinerja dan proses belajar anak dalam tugas-tugas akademik dan lingkungan sekolah (Pintrich, 1996). Lebih lanjut lagi i^oal orientation menjelaskan alasan-alasan mengapa siswa berusaha untuk mencapai prestasi akademis (Ames, 1992; Dweck & Legget, 1998; Nicholls 1984 dalam Wentzel 1998). Para ahli goal orientation menemukan dua tipe goal yang diadopsi siswa yang dapat mempengaruhi pelibatan siswa dalam tugas yaitu fask-invoh ed orientation dan ego-involved orientation (Nicholls, 1984 dalam Pintrich, 1996) yang memiliki perbedaan dalam memandang kemampuan dan usaha. Siswa yang mengadopsi task-involved oriental ion adalah yang memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi atau sukses Nan berasal dari proses belajar melalui minat terhadap pengembangan keterampilan baru, penguasaan terhadap tugas, perbaikan kemampuan dan kinerja-dan menjadikan kemajuan diri sendiri sebagai acuan kesuksesan. Sedangkan siswa yang mengadopsi ego-involved orientation memiliki keinginan mencapai sukses yang berasal dari penilaian orang lain terhadap hasil/performansi pada tugas, hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil/performansi yang tinggi disebabkan oleh kemampuan yang tinggi juga. Dilain pihak kesulitan atau kegagalan adalah hal yang biasa ditemui ketika mempeiajari sesuatu terutama peiajaran matematika. Namun sering kali terjadi bila individu mengalami kegagalan yang berulang-ulang terjadi perubahan performansi berupa kinerja- yang memburuk yang disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil yang diperoleh tidak ada hubungannya dengan usaha melainkan dipengaruhi oleh faktor diluarnya, individu yang demikian dikatakan mengalami learned helpless (Diener & Dweck, 1978 dalam Hokoda & Fincham, 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua tipe goal orienfation dengan pola motivasi learned helplessness. Elliot dan Dweck (1988 dalam Hokoda &. Fincham) menyebutkan bahwa anak-anak yang berpola motivasi helpless memiliki ego-involved orienia/ion, sedangkan anak-anak dengan pola motivasi mastery-oriented memiliki task-involved orientation. Maka dapat ditegakan hipotesis bahwa taskinvolved berhubungan negatif dan sigifikan dengan learned helplessness sedangkan ego-involved berhubungan positif yang signifikan dengan learned helplessness. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap siswa kelas 1 SMP Al-Izhar, Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner goal orientation dan kuesioner learned helplessness pada pelajaran matematika. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson's Product Moment. Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa task-involved orientation berhubungan negatif yang signifikan dengan learned helplessness (r=-0,462 los 0,05), sedangkan ego-involved tidak berhubungan secara signifikan dengan learned helplessness.
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi task-involved orientation kecenderungan helpless dalam pelajaran matematika semakin rendah. Karena perhitungan tidak dapat menunjukkan hubungan yang signifikan dengan learned helplessness peneliti menduga hal ini mungkin disebabkan oleh sampel yang homogen dan tambahan pula pengujian validitas instrumen goal orientation belum pernah diteliti menggunakan kriterion eksternal. Sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya sampel penelitian berasal dari berbagai sekolah agar diperoleh sampel yang heterogen, karena diduga latar belakang sekolah, faktor keluarga dan perlakuan guru mempengaruhi goal orientation. Untuk penelitian selanjutnya dapat berupa pengujian validitas instrumen goal orientation menggunakan kriterion eksternal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairun Nisa
"Self regulated learning merupakan aspek yang penting dalam kesuksesan akademik siswa. Pada sisi personal, goal orientation diketahui mempengaruhi komitmen seseorang dalam meregulasi dirinya pada proses belajar. Pada sisi kontekstual, classroom goal structure diketahui juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning siswa. Pada masyarakat Indonesia yang cenderung embedded, classroom goal structure sebagai faktor kontekstual diasumsikan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan goal orientation. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kontribusi peran goal orientation dan classroom goal structure sebagai terhadap self regulated learning.
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan partial correlation. Sebanyak 301 siswa sekolah menengah atas menjadi partisipan dalam penelitian ini. Goal orientation dan classroom goal structure diukur menggunakan adaptasi dari sub tes personal goal orientarion dan perception about classroom goal structure pada alat ukur Pattern of Adaptive Learning Scale. Self regulated learning diukur dengan alat ukur yang dikonstruksi berdasarkan dimensi self regulated learning yang dikemukakan oleh Lindner dan Harris 2002. Ketiga jenis classroom goal structure ditemukan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap self regulated learning. Adapun kontribusi goal orientation terhadap self regulated learning hanya didapatkan dari mastery goal orientation saja. Akan tetapi, secara keseluruhan, kontribusi goal orientation ditemukan lebih besar dibandingkan classroom goal structure terhadap self regulated learning.

Self Regulated Learning SRL is an important aspect in determining students 39 success in academic. At the personal side, goal orientation is known to be able to influence how much one puts a commitment in regulating oneself in studying process. At contextual side, classroom goal structure is also known to be affecting the degree of SRL in students. In Indonesia 39 s context which is prone to be more towards embedded culture, classroom goal structure as a contextual factor is assumed to have a bigger role in influencing SRL compared to goal orientation. This research is intended to test how significant is the role of goal orientation and classroom goal structure to SRL.
Research analysis was conducted using partial correlation. 301 high school students in Depok city became the participants in this research. Classroom goal structure and goal orientation were measured by adaptation from sub test perception on classroom goal structure and personal goal orientation using Pattern of Adaptive Learning Scale instrument. Meanwhile SRL was measured using an instrument that was constructed using a theory by Lindner and Harris 2002 . The 3 types of classroom goal structure was found to have a significant contribution to SRL. While contribution of goal orientation to SRL was only significantly found in mastery goal orientation. Nevertheless, overall, the contribution to SRL by goal orientation was found to be higher compared to classroom goal structure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T46975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>