Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148298 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna Surti Ariani
"Bam-baru ini Shafk dkk. (1997) meneliti tenlang konsep money illusion (Nil). MI adalah '9/ iendenc) to think in terms of nominal rather than real monetar) values (Shafir dkk., 1997), Penelilian Icniang konsep ini di Indone.sia pcrnali dilaksanakan oleh Susianto (1998a). Kcdua peneliiian tersebut membuktikan hasil yang berbeda, Menurut Sbalir dkk. (1997), proj)orsi parlisipan yang mengalaini MI pada kasus dengan kerangka permasalahan nominal akan lebili besar daripada proporsi parlisipan yang mengalami MI pada kasus dengan kerangka permasalahan riil. Shafu- dkk. (1997) meneliti k'H pada aspek penghasilan, transaksi, kontrak, investasi, akuntansi menial, dan keadilan. Sebaliknya menurul Susianto (1998a), proporsi pailisipan yang mengalami MI pada kedua tipe kasus tersebut tidak akan berbeda secara signifikan. Penelitian Susianto hanya pada aspek MI pengliasilan. Adanya perbedaan hasil penelilian ini sebaiknya ditelili lagi, unluk mengetahui mana yang berlaku di Indonesia.
Penelilian Shafn dkk. (1997) dan Susianto (lOpSa) inenggunakan kasus dengan tingkal inllasi rendah. Padahal di Indonesia, selama tahun 1998. mengalami inflasi tuiggi. .Akibatnya, hasil kedua penelitian tersebut munglon tidak dapat dilerapkan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini akan memodifikasi penelitian Shafir dkk. (1997) dan Susianto (1998a) dengan tmgkat inflasi yang berlaku di Indone.sia, menurut BPS ("Rcin", 1998).
Penelitian ini menggunakan melode kuesioner, memakai vignette, yaitu kasus yang dilanyakan kcpada partisi])an penelilian. Hasilnya adalah proporsi pailisipan yang mengalami MI pada masing-masing aspek, yang kemudian dianalisa dengan teknik analisa data Chi Square. Ternyata dari 11 hipotesa yang didirikan, lianya 3 hipotesa yang uiiciima. Hal uji menuniukkan bahwa temyata kerangka kasus tidak beipengaruh pada pengalaman b'fl. Selain itu, temyata tingkat inflasi juga tidak beipengaruh secara signifikan pada pengalaman MI.
Saran-saran yang dibeiikan akan mencakup saran-saran unluk penelitian selanjulnva. Selain itu juga akan dibeiikan beberapa saran praklis unluk membual masvarakat terhindar dari pengalaman Ml."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekantina Prihastuti
"Money Illusion adalah "a tendency to think in terms of nominal rather than real monetary values" (Shafir, dkk, 1997). Penelitian mengenai konsep ini di Indonesia pernah dilakukan oleh Susianto (1998), Ariani (1999) dan Cahyadi (1999). Namun keempat penelitian tersebut memberikan hasil yang berbeda. Menurut pendapat Shafir, dkk bahwa proporsi responden yang mengalami Money Illusion pada bentuk kasus dengan titik referensi nominal akan lebih besar daripada proporsi responden pada bentuk kasus dengan titik referensi riil. Shafir, dkk melakukan penelitian pada aspek penghasilan, transaksi, kontrak, investasi, akuntansi mental dan keadilan.
Sedangkan hasil penelitian Susianto (1998) pada aspek penghasilan menunjukkan bahwa proporsi responden yang mengalami Money Illusion pada kedua tipe kasus tersebut tidak berbeda secara signifikan. Demikian pula dengan hasil penelitian Ariani (1999) pada aspek penghasilan, transaksi, akuntansi mental dan persepsi dalam hiperinflasi terhadap mata uang asing menunjukkan bahwa ternyata ibu rumah tangga kelas menengah tidak mengalami Money Illusion. Namun sebaliknya hasil penelitian Cahyadi (1999) pada aspek transaksi yang dilakukan pada masyarakat berpendapatan rendah menunjukkan bahwa mereka terkena Money Illusion.
Penelitian Shafir, dkk (1997) dan Susianto (1998) dilakukan dengan menggunakan kasus pada tingkat inflasi rendah. Sedangkan Ariani dalam penelitiannya melakukan kombinasi tingicat inflasi, yaitu yang digunakan pada penelitian Shafir, dkk, Susianto dan kondisi pada saat penelitiannya dilakukan. Keempat penelitian sebelumnya dilakukan dengan menggunakan responden yang berbeda satu sama lain.
Dalam penelitian ini responden yang digunakan adalah ibu rumah tangga tingkat sosial ekonomi atas. Dipilihnya ¡bu rumah tangga, karena ingin membandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariani. Karena diduga ibu rumah tangga tingkat sosial ekonomi atas akan mengalami Money Illusion.
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam bentuk kasus. Aspek yang diteliti sama dengan yang dilakukan oleh Ariani, yaitu aspek penghasilan, transaksi, akuntansi mental dan persepsi dalam hiperinflasi terhadap mata uang asing. Hasilnya adalah untuk mengetahui proporsi responden yang mengalami Money Illusion pada masing-masing aspek, kemudian dianalisa dengan menggunakan uji Binomial dan Chi-Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata ibu rumah tangga tingkat sosial ekonomi atas tidak mengalami Money illusion untuk empat aspek yang diteliti, kecuali untuk aspek transaksi pada tingkat inflasi 75 %. Sedangkan pada aspek persepsi terhadap mata uang asing, temyata hasil penelitian ini tidak mendukung asumsi dari Fisher (1928).
Disamping itu, pengujian variabel juga dilakukan dengan menggunakan cross tabulation dan correlation, untuk mengetahui bagaimana hubungan antara aspek aspek Money Illusion (seperti penghasilan, transaksi, akuntansi mental dan persepsi) dengan faktor usia, pendidikan dan pengeluaran. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor usia, pendidikan dan pengeluaran ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengalaman Money Illusion pada seseorang. Namun demikian hubungan satu-satunya hanya teij adj antara tingkat pendidikan dengan Money illusion pada aspek penghasilan, tetapi korelasinya lemah."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Cahyadi
"ABSTRAK
Money Illusion adalah ?a tendency to think in terms of nominal rather than real monetary values? (Shafir dkk 1997). Penelitian tentang konsep ini pernah dilakukan oleh Susianto (1998) dan Ariani, Anna Surti (1999). Ketiga penelitian tersebut memberikan hasil yang berbeda. Menurut Shafir dick (1997), proporsi partisipan yang mengalami Money Illusion pada kasus dan kerangka permasalahan nominal akan lebih besar dari proporsi partisipan yang mengalami Money illusion pada kasus dengan permasalahan riil. Shafir dIck (1997) meneliti Money illusion pada aspek penghasilan, transaksi, kontrak, investasi, akuntansi mental, dan keadilan. Sebaliknya menurut Susianto (1998) proporsi partisipan yang mengalami Money illusion pada kedua tipe kasus tersebut tidak akan berbeda secara signifikan. Penelitian Susianto (1998) hanya pada aspek Money Illusion Penghasilan. Penelitian Ariani (1999) ternyata partisipan ibu rumah tangga tidak mengalami Money illusion. Ariani (1999) meneliti Money Illusion pada aspek penghasilan, transaksi, Akuntansi Mental, Persepsi tehadap mata uang asing. Peneltian Shafir dkk (1997 ) dan Susianto (1998) dilakukan pada masa inflasi rendah. Sedangkan Ariani (1999) pada inflasi tinggi. Ketiga peneliti tersebut tidak dilakukan pada partisipan dengan pendapatan rendah. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan. Dengan dugaan bahwa partisipan berpendapatan rendah sensitif terhadap kenaikan harga terutama pada masa krisis ini.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara balk untuk produsen maupun konsumen. Satu pertanyaan pada konsumen berupa gambar kartun. Penelitian pada konsumen dimaksudkan untuk melihat seberapa besar partisipan mengalami Money illusion baik pria maupun wanita. Juga dianalisis dengan menggunakan teknik statistik Chi Square. Sedangakan penelitian pada produsen untuk mengetahui strategi yang diambil produsen pada masa krisis ini.
Hasilnya temyata sebesar 78 % konsumen mengalami Money illusion. Sedangkan produsen temyata tidak mengerti fenomena Money Illusion tapi seolah-olah melakukan antisipasi terhadap Money Illusion. Juga ada produsen yang melakuican strategi yang tidak berkaitan dengan fenomena Money Illusion.
Saran- saran perbaikan merupakan masukan kepada produsen agar dapat melakukan perbaikan strategi pemasaran pada masa krisis."
Lengkap +
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidta Masyithah
"Pemerintah Indonesia berencana melaksanakan kebijakan redenominasi. Redenominasi adalah pemotongan jumlah angka nol pada tampilan suatu mata uang. Eksperimen 2 x 2 anova mixed design ini dilakukan untuk melihat apakah akan terjadi ilusi uang ketika tampilan jumlah angka nol pada mata uang berkurang dan apakah kemampuan kognitif akan memberikan pengaruh terhadap terjadinya ilusi uang tersebut. Sejumlah 78 yang dibedakan pada dua kelompok tahapan kognitif berdasarkan teori Piaget, yaitu, concrete operational dan formal operational. Setiap partisipan diberikan dua treatmen, yaitu treatmen menggunakan uang dengan tampilan tanpa digit angka nol dan treatmen menggunakan uang dengan tampilan 3 digit angka nol. Uji terhadap willingness to pay antar kedua treatmen memperlihatkan bahwa tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada nilai willingness to pay (F (1,76) = 1.312, p > 0.05, partial = .017).
Eksperimen ini juga menemukan bahwa perbedaan nilai willingness to pay antar treatmen akan lebih besar pada partisipan dengan kemampuan kognitif yang lebih rendah(F (1,76) = 5.040, p < 0.05, partial = .062). Penelitian ini berimplikasi pada rancangan strategi sosialisasi kebijakan redenominasi yang akan dilaksanakan Indonesia dan juga berimplikasi pada produsen dan pelaku usaha dalam menerapkan strategi penjualan untuk mendapatkan laba yang lebih besar.

The Indonesian government plans to implement redenomination. Redenomination in a policy that cutting the number of zeros on money display. A 2 x 2 ANOVA mixed desing experiment was conducted to see if money illusion will appear when the number of zeros on money display change and if cognitive ability influence the money illusion. A number of 78 participant divided in two group based on Piaget?s Theory, that is, concrete operational and formal operational. Each participant is given two treatmens, the treatmen using money without zero on its display and the treatmen using money with 3 zeros on its display.
The experimental result are seen from the difference in the willingness to pay between the two treatmens. Althought there is no significant differences in participant?s willingness to pay (F (1,76) = 1.312, p > 0.05, partial = .017) value between the two treatment, this experiment also find that differences in willingness to pay among the treatment would be greater in participants with lower cognitive ability(F (1,76) = 5.040, p < 0.05, partial = .062). This study has implications for the design of redenomination strategies policy that will be implemented in Indonesia and also has implications for manufacturers and businesses in implementing sales strategies to earn greater profits.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustien Bayu Ristanti
"Latar Belakang: Halusinasi verbal auditori (HVA) adalah pengalaman mendengar suara tanpa stimulus eksternal dan sering dikaitkan dengan skizofrenia. HVA diperkirakan terjadi sebagai akibat dari ucapan internal yang disalahartikan sebagai bagian dari sumber eksternal karena gangguan pemantauan persepsi verbal pada orang dengan skizofrenia (ODS). Penelitian sebelumnya telah menyatakan bahwa ada aktivitas otot bicara ketika pasien skizofrenia berhalusinasi. Hingga saat ini, penelitian serupa belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara halusinasi auditorik verbal dengan kejadian bicara internal yang digambarkan oleh aktivitas elektromiografi otot perioral.
Metode: Penelitian ini menggunakan teknik potong lintang dan responden dengan HVA dipilih sebagai sampel dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah pasien skizofrenia dengan halusinasi auditorik verbal yang berobat di Poliklinik Jiwa dr. Cipto Mangunkusumo berusia antara 19 - 59 tahun. Dalam penelitian ini, responden yang sehat juga dimasukkan sebagai kelompok kontrol. Aktivitas otot perioral pada masing-masing responden akan direkam dengan elektromiografi selama fase istirahat dan HVA tanpa artikulasi. Pada responden sehat, aktivitas otot perioral dicatat dengan membaca tanpa artikulasi. Analisis data bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai p < 0,05 menggunakan SPSS ver. 20.
Hasil: Sebanyak 13 dari 21 responden dengan HVA sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (61,9%) dengan rentang usia 18-25 tahun (38,1%) dan memiliki skor 2 (57,1%) pada skala uji P3 PANSS Wilcoxon. menunjukkan perbedaan yang signifikan (perbedaan: 0,0550mV, p=0,009) antara hasil aktivitas otot perioral awal dan hasil aktivitas otot perioral selama HVA. Selain itu, hasil uji chi-square antara HVA dan internal speech menunjukkan hubungan yang signifikan dengan p=0,007.
Kesimpulan: Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hasil aktivitas otot dasar perioral dengan hasil aktivitas otot perioral saat terjadi HVA. Hasil ini membuktikan bahwa pembicaraan internal terjadi selama halusinasi

Background: Auditory verbal hallucinations (HVA) are experiences of hearing sounds without external stimuli and are often associated with schizophrenia. HVA is thought to occur as a result of internal speech being misinterpreted as part of an external source due to impaired monitoring of verbal perception in people with schizophrenia (ODS). Previous studies have suggested that there is speech muscle activity when schizophrenic patients hallucinate. Until now, similar research has never been conducted in Indonesia.
Objective: To determine the relationship between verbal auditory hallucinations and internal speech events described by electromyographic activity of perioral muscles.
Methods: This study used a cross-sectional technique and respondents with HVA were selected as samples using a consecutive sampling technique. Inclusion criteria were schizophrenic patients with verbal auditory hallucinations who were treated at the Mental Polyclinic of dr. Cipto Mangunkusumo is between 19 - 59 years old. In this study, healthy respondents were also included as a control group. Perioral muscle activity in each respondent will be recorded by electromyography during the resting phase and HVA without articulation. In healthy respondents, perioral muscle activity was recorded by reading without articulation. Bivariate data analysis was performed using the Wilcoxon test with a p value <0.05 using SPSS ver. 20.
Results: A total of 13 of the 21 respondents with HVA were mostly male (61.9%) with an age range of 18-25 years (38.1%) and had a score of 2 (57.1%) on the P3 PANSS test scale. Wilcoxon. showed a significant difference (difference: 0.0550mV, p=0.009) between baseline perioral muscle activity results and perioral muscle activity results during HVA. In addition, the results of the chi-square test between HVA and internal speech showed a significant relationship with p=0.007.
Conclusion: The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the results of perioral muscle activity and the results of perioral muscle activity during HVA. These results prove that internal speech occurs during hallucinations
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Rosa Fariska Alexandra
"Halusinasi merupakan pengalaman persepsi atau sensori yang salah terhadap sumber yang tidak nyata. Halusinasi bersifat menyulitkan dan melemahkan, sehingga berdampak pada penurunan kualitas hidup dan kesejahteraan akibat gangguan pada aktivitas sehari-hari. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan asuhan keperawatan jiwa generalis dengan teknik distraksi aktivitas terjadwal menjahit pada klien dengan masalah keperawatan halusinasi. Klien Tn. T (32 tahun) dibawa ke RSMM dengan diagnosis medis skizofrenia paranoid dan masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Implementasi diberikan selama 11 hari dengan memberikan asuhan keperawatan jiwa generalis yang dikombinasikan dengan kegiatan menjahit sebagai strategi koping yang pilih klien ke dalam jadwal kegiatan klien. Perkembangan kondisi klien dievaluasi menggunakan tiga instrumen; Auditory Vocal Hallucination Rating ScaleQuestionnaire, evaluasi tanda gejala, dan evaluasi kemampuan mengontrol halusinasi. Hasil studi menujukkan terdapat penurunan tingkat keparahan dan tanda gejala setelah intervensi diberikan. Rekomendasi bagi perawat untuk memberikan teknik distraksi berdasarkan kemampuan dan minat klien. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya membandingkan keefektifan hasil antara klien yang diberikan intervensi keperawatan jiwa generalis dengan teknik distraksi aktivitas terjadwal menjahit dengan klien yang hanya diberi intervensi keperawatan jiwa generalis.

Hallucinations are perceptual or sensory experiences that are false to sources that are not real. Hallucinations are burdensome and debilitating, which can decrease quality of life and wellbeing due to disruption in daily activities. This case study aims to analyse the effectiveness of applying generalist psychiatric nursing care with distraction technique using sewing as scheduled activity on patients with hallucinations. Mr. T (32 years old) was admitted to RSMM with a medical diagnosis of schizophrenia paranoid and nursing diagnosis of auditory hallucination. Intervention was carried out for 11 days by providing generalist psychiatric nursing care combined with adding sewing as coping strategy chosen by the client into scheduled activity. The progress of client’s condition was evaluated using three instruments; Auditory Vocal Hallucination Rating Scale-Questionnaire (AVHRS-Q), evaluation of sign and symptoms, and evaluation of client’s ability to control hallucination. Result showed a decrease in the severity and sign of hallucination after intervention was given. Recommendations for nurses to provide distraction techniques based on client's abilities and preferences. Recommendations for future research is to compare the effectiveness of the results between clients who are given generalist psychiatric nursing interventions with sewing scheduled activity distraction techniques with clients who are only given generalist mental nursing interventions."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Nur Fadilla
"Halusinasi adalah salah satu gejala positif yang dapat muncul pada klien dengan skizofrenia. Nn. K (30 tahun) dengan masalah keperawatan halusinasi dan diagnosis medis skizofrenia mendapatkan intervensi keperawatan generalis berupa menghardik, mengabaikan halusinasi, melakukan distraksi dengan bercakap-cakap dan berkegiatan, serta patuh minum obat dengan prinsip 5 benar obat. Selain intervensi generalis, klien juga diberikan intervensi inovasi berupa expressive writing sebagai bentuk distraksi dari halusinasi. Penilaian tanda dan gejala dilakukan dengan menggunakan 3 instrumen yaitu instrumen tanda dan gejala halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, dan PSYRATS. Expressive writing telah terbukti dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi setelah dilakukan dalam 4 sesi. Diharapkan expressive writing dapat menjadi salah satu alternatif kegiatan distraksi.

Hallucination is one of the symptoms that may arise from schizophrenia. Ms. K (30 years) with hallucinations and a medical diagnosis of schizophrenia received general intervention for hallucination by shouting, ignoring hallucinations, providing distraction with conversations and activities, and complying with taking medication according to the principles of the 5 correct medications. Apart from generalist intervention, clients are also given innovative interventions with expressive writing as a form of distraction from hallucinations. Evaluating signs and symptoms of hallucinations using 3 instruments, they are instrument for signs and symptoms of hallucinations, the instrument for the ability to control hallucinations, and PSYRATS. Expressive writing has been proven to reduce signs and symptoms of hallucinations after 4 sessions. It is hoped that expressive writing can be an alternative distraction activity.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kholifia Nabila
"Halusinasi merupakan salah satu dari tanda dan gejala dari skizofrenia. Halusinasi masih menjadi gangguan mental yang berbahaya. Studi kasus ini bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi dengan menerapkan aktivitas terjadwal: mendengarkan musik suara alam dan yoga pranayama. Sebuah studi case report dilakukan menggunakan instrumen AVHRS-Q dan instrumen tanda gejala serta kemampuan halusinasi residen FIK UI 2018. Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan aktivitas terjadwal: mendengarkan musik suara alam dan yoga pranayama. Hasil dari pemberian intervensi keperawatan didapatkan adanya penurunan tanda dan gejala pada Ny. N yang ditandai dengan penurunan skor tanda dan gejala halusinasi pendengaran dari 10 menjadi 3, penurunan skor tanda gejala halusinasi dari 27 menjadi 2, dan peningkatan skor kemampuan halusinasi dari 6 menjadi 11. Studi ini menunjukkan bahwa adanya manfaat dan efektivitas dalam penerapan aktivitas mendengarkan musik dan yoga pranayama terhadap penurunan tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi. Studi kasus ini merekomendasikan agar perawat keperawatan jiwa mampu menerapkan aktivitas terjadwal: mendengarkan musik suara alam dan yoga pranayama sehingga, dapat mengurangi tanda dan gejala halusinasi. Studi kasus lebih lanjut yang menghubungkan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi penurunan tanda dan gejala halusinasi serta menerapkan metode yoga lainnya seperti asanas atau postur.

Hallucinations are one of the signs and symptoms of schizophrenia. Hallucinations are still a dangerous mental disorder. This study aims to reduce signs and symptoms in patients with hallucinations by implementing scheduled activities: listening to nature sounds and yoga pranayama. A case report study was conducted using the AVHRS-Q instrument and the instrument for signs and symptoms and hallucination abilities of FIK UI 2018 residents. The nursing interventions provided were in accordance with nursing care standards and scheduled activities: listening to music, natural sounds and yoga pranayama. The results of providing nursing interventions showed a decrease in signs and symptoms in Ny. N which was characterized by a decrease in the score of signs and symptoms of auditory hallucinations from 10 to 3, a decrease in the score of signs and symptoms of hallucinations from 27 to 2, and an increase in the score of hallucinatory ability from 6 to 11. This study shows that there are benefits and effectiveness in implementing music listening activities and yoga pranayama on the reduction of signs and symptoms in patients with hallucinations. This study recommends that psychiatric nurses be able to implement scheduled activities: listening to music, natural sounds and yoga pranayama so that they can reduce the signs and symptoms of hallucinations. Further research linking internal and external factors that can affect the reduction of signs and symptoms of hallucinations as well as applying other yoga methods such as asanas or postures."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Ngadiran
"Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik, Halusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat, cium, raba dan kecap. Keberadaan klien halusinasi dengan prilakunya yang cukup beragam di dalam keluarga menimbulkan stressor tersendiri bagi setiap anggota keluarganya karena keluarga merupakan suatu sistem dan akan menimbulkan masalah atau beban bagi keluarganya.
Tujuan penelitian ini adalah menguraikan secara mendalam pengalaman keluarga tentang beban dan sumber dukungan keluarga serta makna dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami halusinasi. Desain penelitian metoda kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini di lakukan pada keluarga yang anggota keluarganya mengalami halusinasi yang pernah di rawat atau sedang di rawat di rumah sakit Jiwa Cimahi Propinsi Jawa Barat dengan tehnik pengambilan partisipan secara purposive sampling yaitu tujuh partisipan. Kriteria inklusi partisipan dalam penelitian ini adalah keluarga yang anggota keluarganya mengalami halusinasi dan sebagai care giver, mampu berkomunikasi dengan baik dengan baik, tinggal satu rumah dengan klien halusinasi. Pengumpulan data di lakukan dengan cara tehnik wawancara mendalam ( indept interview ) dan menggunakan catatan lapangan ( field note ).
Hasil wawancara mendalam di dan catatan lapangan di analisis menggunakan metoda colaizzi dengan enam tahapan analisis. Dalam penelitian ini teridentifikasi delapan tema sebagai hasil penelitian yaitu beban psikologis, beban financial, masalah dalam fasilitas pelayanan kesehatan, dukungan social, dukungan keluarga, perhatian tanpa pamrih, kecewa terhadap pemberi dukungan, takdir.
Rekomendasi penelitian untuk keperawatan jiwa yaitu perawat akan lebih meningkatkan kompetensi dalam melakukan pengkajian terhadap kebutuhan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi sehingga akan semakin tepat dalam memberikan intervensi kepada keluarga terutama untuk meningkatkan kemampuan dan meminimalkan beban yang di rasakan keluarga.

Hallucination is sensory perceptions disorder without external stimulus that could involves all five senses, in which occurs during the individual's full awareness. Hallucination appears in such types, depends on the sense attacked, heard, seen, smelled, touch, or taste. The presence of client with hallucinations by various behaviors in family raises its own stressor for each member of the family, because family is like a system and this situation will cause a problem or burden to the family.
The purpose of this study is to get in-depth description of family experiences about their burden and family support resource, as well as the principle purpose of caring their family member with hallucination. The design used in the research is Qualitative method with phenomenology approach. The objects are seven families with its member who had experienced hallucinations treatment or being treated in Psychiatric Hospital in Cimahi, West Java Province; techniques of sampling using purposive sampling. The inclusion criteria of participants in this research are family member with hallucination, families experience as care giver, is able to communicate well, living under the same roof with client. The data collected by depth-interviewed technique and using field note.
The result was analyzed in six steps analysis by Colaizzi method. In this research, eight themes identified as the result; these are psychological burden, financial burden, the burden of health services accessibility, social support, family support, require a sincere support, disappointed by care giver, and destiny.
The recommendations of this research for Psychiatric Nursing is that nurses will be more in depth assessment based on family needs, in caring for clients with hallucinations, so the interventions planned for the family will be more precise, especially to minimize the burden felt by the family."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28413
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Noviarmachda
"Skizofrenia adalah gangguan kesehatan mental kronis yang kompleks yang ditandai dengan serangkaian gejala, termasuk delusi, halusinasi, bicara atau perilaku yang tidak teratur, dan gangguan kemampuan kognitif. Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua kategori utama yaitu gejala positif atau gejala nyata dan gejala negatif atau gejala samar. Salah satu gejala positif pada skizofrenia ditandai dengan adanya halusinasi. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling umum terjadi pada pasien skizofrenia. Tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk memberikan analisis mengenai penerapan terapi seni menggambar dalam menurunkan tanda dan gelaja pada pasien halusinasi pendengaran. Penerapan terapi seni menggambar menunjukkan adanya pengaruh dalam menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Rekomendasi dari laporan kasus ini adalah perawat perlu mengidentifikasi kemampuan dan motivasi pasien dalam menerapkan suatu intervensi sebagai salah satu faktor internal tercapainya penerapan intervensi ini secara efektif. Perawat juga perlu memfasilitasi faktor eksternal yang mendukung keberhasilan intervensi, yaitu dengan melibatkan keluarga sebagai support system, dan memastikan kepatuhan rejimen pengobatan.

Schizophrenia is a complex, chronic mental health disorder characterized by a range of symptoms, including delusions, hallucinations, disorganized speech or behavior, and impaired cognitive abilities. Symptoms of schizophrenia are divided into two main categories, namely positive symptoms or real symptoms and negative symptoms or vague symptoms. One of the positive symptoms of schizophrenia is characterized by hallucinations. Auditory hallucinations are the most common type of hallucination in schizophrenic patients. The purpose of this scientific work is to provide an analysis of the application of drawing therapy in reducing signs and symptoms in patients with auditory hallucinations. The application of the art of drawing therapy shows an influence in reducing the signs and symptoms of hallucinations. The recommendation from this case report is that nurses need to identify the patient's ability and motivation in implementing an intervention as one of the internal factors for achieving effective implementation of this intervention. Nurses also need to facilitate external factors that support the success of the intervention, namely by involving the family as a support system, and ensuring adherence to treatment regimens."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>