Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fithri Rosalia
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sari Dewi
"Teori Goals orientation menjelaskan kinerja dan proses belajar anak dalam tugas-tugas akademik dan lingkungan sekolah (Pintrich, 1996). Lebih lanjut lagi i^oal orientation menjelaskan alasan-alasan mengapa siswa berusaha untuk mencapai prestasi akademis (Ames, 1992; Dweck & Legget, 1998; Nicholls 1984 dalam Wentzel 1998). Para ahli goal orientation menemukan dua tipe goal yang diadopsi siswa yang dapat mempengaruhi pelibatan siswa dalam tugas yaitu fask-invoh ed orientation dan ego-involved orientation (Nicholls, 1984 dalam Pintrich, 1996) yang memiliki perbedaan dalam memandang kemampuan dan usaha. Siswa yang mengadopsi task-involved oriental ion adalah yang memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi atau sukses Nan berasal dari proses belajar melalui minat terhadap pengembangan keterampilan baru, penguasaan terhadap tugas, perbaikan kemampuan dan kinerja-dan menjadikan kemajuan diri sendiri sebagai acuan kesuksesan. Sedangkan siswa yang mengadopsi ego-involved orientation memiliki keinginan mencapai sukses yang berasal dari penilaian orang lain terhadap hasil/performansi pada tugas, hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil/performansi yang tinggi disebabkan oleh kemampuan yang tinggi juga. Dilain pihak kesulitan atau kegagalan adalah hal yang biasa ditemui ketika mempeiajari sesuatu terutama peiajaran matematika. Namun sering kali terjadi bila individu mengalami kegagalan yang berulang-ulang terjadi perubahan performansi berupa kinerja- yang memburuk yang disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil yang diperoleh tidak ada hubungannya dengan usaha melainkan dipengaruhi oleh faktor diluarnya, individu yang demikian dikatakan mengalami learned helpless (Diener & Dweck, 1978 dalam Hokoda & Fincham, 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua tipe goal orienfation dengan pola motivasi learned helplessness. Elliot dan Dweck (1988 dalam Hokoda &. Fincham) menyebutkan bahwa anak-anak yang berpola motivasi helpless memiliki ego-involved orienia/ion, sedangkan anak-anak dengan pola motivasi mastery-oriented memiliki task-involved orientation. Maka dapat ditegakan hipotesis bahwa taskinvolved berhubungan negatif dan sigifikan dengan learned helplessness sedangkan ego-involved berhubungan positif yang signifikan dengan learned helplessness. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap siswa kelas 1 SMP Al-Izhar, Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner goal orientation dan kuesioner learned helplessness pada pelajaran matematika. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson's Product Moment. Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa task-involved orientation berhubungan negatif yang signifikan dengan learned helplessness (r=-0,462 los 0,05), sedangkan ego-involved tidak berhubungan secara signifikan dengan learned helplessness.
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi task-involved orientation kecenderungan helpless dalam pelajaran matematika semakin rendah. Karena perhitungan tidak dapat menunjukkan hubungan yang signifikan dengan learned helplessness peneliti menduga hal ini mungkin disebabkan oleh sampel yang homogen dan tambahan pula pengujian validitas instrumen goal orientation belum pernah diteliti menggunakan kriterion eksternal. Sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya sampel penelitian berasal dari berbagai sekolah agar diperoleh sampel yang heterogen, karena diduga latar belakang sekolah, faktor keluarga dan perlakuan guru mempengaruhi goal orientation. Untuk penelitian selanjutnya dapat berupa pengujian validitas instrumen goal orientation menggunakan kriterion eksternal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairun Nisa
"Self regulated learning merupakan aspek yang penting dalam kesuksesan akademik siswa. Pada sisi personal, goal orientation diketahui mempengaruhi komitmen seseorang dalam meregulasi dirinya pada proses belajar. Pada sisi kontekstual, classroom goal structure diketahui juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning siswa. Pada masyarakat Indonesia yang cenderung embedded, classroom goal structure sebagai faktor kontekstual diasumsikan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan goal orientation. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kontribusi peran goal orientation dan classroom goal structure sebagai terhadap self regulated learning.
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan partial correlation. Sebanyak 301 siswa sekolah menengah atas menjadi partisipan dalam penelitian ini. Goal orientation dan classroom goal structure diukur menggunakan adaptasi dari sub tes personal goal orientarion dan perception about classroom goal structure pada alat ukur Pattern of Adaptive Learning Scale. Self regulated learning diukur dengan alat ukur yang dikonstruksi berdasarkan dimensi self regulated learning yang dikemukakan oleh Lindner dan Harris 2002. Ketiga jenis classroom goal structure ditemukan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap self regulated learning. Adapun kontribusi goal orientation terhadap self regulated learning hanya didapatkan dari mastery goal orientation saja. Akan tetapi, secara keseluruhan, kontribusi goal orientation ditemukan lebih besar dibandingkan classroom goal structure terhadap self regulated learning.

Self Regulated Learning SRL is an important aspect in determining students 39 success in academic. At the personal side, goal orientation is known to be able to influence how much one puts a commitment in regulating oneself in studying process. At contextual side, classroom goal structure is also known to be affecting the degree of SRL in students. In Indonesia 39 s context which is prone to be more towards embedded culture, classroom goal structure as a contextual factor is assumed to have a bigger role in influencing SRL compared to goal orientation. This research is intended to test how significant is the role of goal orientation and classroom goal structure to SRL.
Research analysis was conducted using partial correlation. 301 high school students in Depok city became the participants in this research. Classroom goal structure and goal orientation were measured by adaptation from sub test perception on classroom goal structure and personal goal orientation using Pattern of Adaptive Learning Scale instrument. Meanwhile SRL was measured using an instrument that was constructed using a theory by Lindner and Harris 2002 . The 3 types of classroom goal structure was found to have a significant contribution to SRL. While contribution of goal orientation to SRL was only significantly found in mastery goal orientation. Nevertheless, overall, the contribution to SRL by goal orientation was found to be higher compared to classroom goal structure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T46975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Horas Ertoios
"Pendidikan moral religius sejak masa kanak-kanak diharapkan bisa membentuk suatu generasi yang bermoral dan bertingkah laku baik. Institusi keagamaan berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral religius tersebut seperti halnya gereja melalui Sekolah Minggu. Proses belajar mengajar dalam Sekolah Minggu diserahkan pada guru-guru Sekolah Minggu. Sebagai komponen vital dalam Sekolah Minggu, guru-guru Sekolah Minggu memiliki pengaruh langsung terhadap hasil belajar dan minat murid-murid. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh goal orientation guru yang menentukan cara guru melakukan pendekatan dan melaksanakan aktivitas mengajar. Tujuan yang ditetapkan guru dalam mengajar, apakah itu penekanan terhadap proses mengajar (task involved) atau penekanan terhadap hasil (ego involved) akan menunjukkan bagaimana perhatian guru terhadap tugasnya, usaha yang dilakukan dalam mengajar, daya tahan guru dalam mencapai tujuan pengajaran, dan strategi pengajaran yang digunakan. Guru-guru Sekolah Minggu ini merupakan individu-individu yang mengabdikan diri secara sukarela tanpa imbalan. Guru-guru tersebut bebas berhenti kapan saja mereka inginkan terutama jika mereka menilai kemampuan dirinya tidak memadai untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Karena tidak adanya sesuatu yang mengikat mereka maka menarik untuk ditelaah hal yang menyebabkan guru-guru tersebut mau bertahan dan meluangkan waktu menjadi guru Sekolah Minggu.
Penulis berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan guru-guru tersebut bersedia dan bertahan menjadi guru Sekolah Minggu antara lain karena mereka memiliki self efficacy, yaitu penilaian atau keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tingkah laku berkaitan dengan situasi tertentu dalam mencapai suatu tujuan, yang cukup tinggi. Guru-guru tersebut menilai kemampuan yang dimiliki cukup memadai untuk mengajar di Sekolah Minggu. Hal ini memicu motivasi untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Penelitian ini bermaksud untuk menemukan hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Self efficacy dan goal orientation adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi guru, kinerja guru, situasi yang ingin dihadapi atau dihindari, serta daya tahan guru dalam menghadapi masalah saat mengajar. Goal orientation memiliki beberapa karakteristik yang juga dimiliki self efficacy. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa ada kemungkinan hubungan di antara keduanya. Aspek-aspek goal orientation yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian Ames dan Archer (1988). Self efficacy dan goal orientation pada guru Sekolah Minggu diukur dengan menggunakan Skala Teacher Efficacy (Woolfolk & Hoy, 1990) dan Skala Goal Orientation (Ames & Archer, 1988). Analisa instrumen menggunakan coefficient alpha dan corrected Hem correlation.
Analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk melihat hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Analisis hasil tambahan menggunakan Hotelling untuk melihat perbedaan correlated coefficient antara masingmasing korelasi, t-test untuk melihat signifikansi perbedaan task involved dengan ego involved, cmova one way untuk mengetahui perbedaan self efficacy dan goal orientation pada guru dengan tingkat pendidikan berbeda, dan F test untuk melihat signifikansi perbedaannya. Proses perhitungan semua dilakukan oleh SPSS for Windows 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dan orientasi task involved pada guru Sekolah Minggu. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan orientasi ego involved pada guru Sekolah Minggu. Terdapat juga hubungan yang positif dan signifikan antara orientasi task involved dengan orientasi ego involved pada guru Sekolah Minggu. Melalui t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara orientasi task involved dengan orientasi ego involved. Orientasi task involved menunjukkan skor rata-rata yang lebih baik. Melalui t-test Hotelling untuk correlated coefficient diketahui bahwa korelasi self efficacy dengan task involved tidak signifikan menunjukkan hubungan yang lebih kuat dari pada korelasi self efficacy dengan ego involved. Melalui anova one way dan F test diketahui bahwa guru dengan tingkat pendidikan terakhir sarjana memiliki tingkat self efficacy dan ego involved yang lebih tinggi secara signifikan.
Disarankan dalam penelitian lanjutan terhadap self efficacy dan goal orientation, pencarian kecenderungan goal orientation pada individu dengan tingkat self efficacy tertentu mendapat perhatian khusus. Selain itu perlu dilakukan analisis mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui adanya kemungkinan pengaruh self efficacy terhadap goal orientation yang mengakibatkan terjadinya hubungan di antara keduanya. Kemudian yang perlu dilakukan adalah untuk meneliti kemungkinan korelasi negatif dan signifikan antara usia dan lama mengajar dengan orientasi task involved. Hal lain yang perlu dilakukan adalah penelitian tentang faktor-faktor pembentuk self efficacy dan hubungannya dengan goal orientation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mager, Robert
Belmont California: Lear Siegler, 1972
371.4 MAG g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Imantya Putri
"Kelompok tari Kencana Pradipa mengalami pergeseran cara belajar. Anggota yang sekarang dirasa kurang serius dan tidak menunjukkan semangat yang setinggi anggota terdahulu. Belajar menari yang tergolong dalam kegiatan belajar motorik melibatkan proses-proses yang menandakan dibutuhkannya self-regulated learning, yang digerakkan oleh goal yang ingin dicapai. Sebanyak 32 anggota klub tari Kencana Pradipa diminta untuk menuliskan goal mereka di Kencana Pradipa serta mengisi alat ukur Self-regulation Scale (SRS) yang mengukur enam komponen self-regulated learning. Berdasarkan goal yang disebutkan, partisipan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan goal meningkatkan kemampuan tari dan kelompok dengan goal lain-lain. Hasil pengujian statistik dengan independent sample T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok tersebut dalam total skor self-regulated learning (t= 1.194, p = 0.242). Namun ketika ditinjau dari enam komponen self-regulated learning, terdapat perbedaan pada komponen reflection (U = 71.00, p = 0.030). Analisis tambahan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komponen self-efficacy pada partisipan yang tergolong sering terpilih dan tidak terpilih untuk mengikuti penampilan selama bergabung bersama Kencana Pradipa (t = -2.635, p = 0.013).

Members of Kencana Pradipa dance group are showing changes of learning behavior. The current members are not seen as spiritful and serious as the past members on every learning session. Learning to dance is categorized as a form of motor learning, which involves processes that hinted the role of self-regulated learning, driven by the goal set. 32 members of Kencana Pradipa dance group were asked to write what they‟re trying to achieve by joining Kencana Pradipa, and asked to fill the Self-regulation Scale (SRS). SRS is measuring self-regulated learning by its six components. After writing down goals, participants were divided into two groups, the first being those who want to improve their dancing skills and the second is those who have other goals. Statistical analysis using independent sample T-test method shows that there are no difference between the two groups in terms of self-regulated learning as a whole (t = 1.194, p = 0.242), but there is a significant different in the reflection component (U = 71.00, p = 0.030). Additional analysis shows that there is a significant difference in the self-efficacy component between participant who are often choosen to be a part of a dance team to appear in a show during their membership in Kencana Pradipa and those who are not choosen (t = -2.635, p = 0.013)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arnanti fajariani
"Keberhasilan seseorang dalam pendidikan dipengaruhi salah satunya melalui motivasi seseorang dalam mengikuti kegiatan pendidikan. Motivasi ini bisa berupa keinginan untuk bisa memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan, yang sering disebut dengan task-involved goal, dan bisa juga bernpa keinginan untuk tampil baik dan mendapatkan penghargaan dari orang lain, yang disebut juga dengan ego-involved goal. Motivasi ini muncul pula dalam kegiatan pendidikan nonformal yang salah satunya berupa kursus mental aritmatika. Banyak faktor yang menyebabkan munculnya salah satu dari motivasi di atas, salah satunya adalah faktor pola asuh orangtua. Maka diadakanlah penelitian ini untuk melihat apakah ada hubungan antara jenis orientasi tujuan akademik peserta kursus sempoa dengan persepsi mereka terhadap pola asuh yang mereka terima dan hendak diteliti pula pola asuh mana yang lebih erat hubungannya dengan salah satu motivasi yang dimiliki peserta kursus sempoa.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 kuesioner yang mengukur orientasi tujuan dan persepsi terhadap pola asuh orangtua. Teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling. Jumlah subyek 34 orang dengan rentang usia 6-12 tahun yang semuanya adalah peserta kursus Yayasan Aritmatika Indonesia cabang Plumpang. Setelah semua data didapat dilakukan uji homogenitas item. Uji hipotesa lalu dilakukan menggunakan item-item yang dipertahankan yang berupa item-item dari kuesioner yang akan menaikkan reliabilitas bila dihilangkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ego-involved memiliki hubungan yang positif dengan persepsi terhadap pola asuh autoritarian pada peserta kursus sempoa. Sementara task-involved tidak memiliki hubungan yang positif dengan persepsi terhadap pola asuh autoritatif dan permisif pada peserta kursus sempoa.
Bisa disimpulkan lebih lanjut bahwa persepsi terhadap pola asuh jenis apapun akan berhubungan secara positif dengan ego-involved goal dan task-involved goal tidak berhubungan secara positif dengan persepsi terhadap satu jenis pola asuh pun pada peserta kursus mental aritmatika. Disarankan kepada orangtua untuk lebih memahami kebutuhan anaknya akan pendidikan nonformal, dalam hal ini kursus mental aritmatika, jangan menuntut mereka terlalu banyak. Hal ini dikarenakan anak akan memunculkan ego-involved goal sehingga pemahaman mereka tentang hal yang diajarkan menjadi dangkal dan uang yang dikeluarkan akan menjadi sia-sia.
Disarankan pula kepada tempat kursus untuk menciptkan iklim kelas yang memunculkan task-involved goal. Akan tetapi hasil ini hanya spesifik pada sampel penelitian ini saja dan untuk generalisasi membutuhkan jumlah sampel yang lebih besar dengan rentang usia yang lebih spesifik atau lebih seimbang. Selain itu, perlu diadakan perbaikan pada kuesioner yang diberikan, seperti pemilihan kata yang lebih tepat dan lebih mudah dipahami oleh subyek."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinna Respati Winedar
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avecienna
"ABSTRAK
Rendahnya mutu dan prestasi belajar matematika, yang mempakan
mata pelajaian yang sangat penting untuk masa depan siswa terutama siswa
sekolah dasar, merupakan raasalah yang dihadapi berbagai pihak, karena
matematika berperan untuk melatih aspek-aspek beipikir yang juga
digunakan dalam berbagai mata pelajaran lainnya. Penelitian yang
dilakukan Miller dkk. (1996) pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
matematika menemukan beberapa jenis orientasi tujuan akademik (OTA)
yang mempunyai hubungan dengan prestasi belajai- matematika. Menmnt
mereka pengadopsian jenis OTA tertentu memungkinkan teijadi tidaknya
proses belajar matematika yang optimal.
Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian Miller ini pada
budaya dan sampel yang berbeda yaitu pada murid-murid sekolah dasar di
Indonesia. Penelitian dilakukan pada 109 siswa SD I dan SD 11 Yasporbi
Jakaita Selatan untuk menguji kembali hubungan antara pengadopsian
jenis-jenis OTA dengan prestasi belajar matematika mereka. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.
InstTumen yang digunakan pada penelitian ini kiiesioner OTA yang
mempakan hasil modifikasi dari alat Survey toward Mathemaiic dari Miller
dkk. (1996).sedangkan untuk pengukuran prestasi matematika digunakan
nilai rapor siswa tiga caturwulan terakhir yang dijadikan skor skala
{standarl score). Untuk pengolahan data digunakan teknik statistik pariial
correlation dengan kovarian rctw score Raven's Standard Progressive
Matrices untuk mengontrol intelegensi. Penelitian ini tidak mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian
Miller dkk. (1996) yang menyatakan bahwa jenis OTA future
consequences, OTA learning goals dan OTA performance goals
mempunyai hubungan bermakna positif dengan prestasi belajar
maatematika siswa. Hasil penelitian ini mendapatkan hasil bahwa jenis
OTA future consequences goals, learning goals, dan pleasing the family
goals tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan prestasi belajar
matematika. Sedangkan jenis OTA performance goals dan OTA pleasing
the teacher mempunyai hubungan yang bermakna secaia berlawanan
(negatif) dengan prestasi belajar matematika."
1999
S2586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>