Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112685 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Indar Koeswoyo
"ABSTRAK
Reformasi daiam tubuli Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
bertujuan membentuk suatu lembaga penegak hiikum yang mandiri dan
profesional uiituk dapat melaksanakan tugas dan fiingsi pokoknya sebagaimana
digariskan dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebiit, dukungan
kiialitas siimber daya manusia POLRI mutlak diperliikan. Salali satu sisi yang
menarik untuk dicermati dan akan dijadikan dasar penelitian ini adalali aspek well
educated dan well trained. Hal itu dikarenakan pendidikanlah yang mencetak
sosok polisi seperti yang diliarapkan oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara minat
menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama
Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido dan kontribusi aspek minat
terhadap prestasi belajar. Sampel diambil mengunakan metode insidental
sampling dari 100 siswa Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido.
Untuk melihat hubungan tersebut dilakukan analisa korelasi ( r ) Pearson Product
Momen, sedangkan untuk melihat kontribusi aspek-aspek minat terhadap prestasi
belajar dilakukan perhitungan Multiple Regression. Hipotesis yang diajukan
adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara minat menjadi Bintara
Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama Bintara Polisi
Sekolali Kepolisian Negara (SPN) Lido.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubimgan yang signifikan antara
minat menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan
Pertama Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido. Hal ini disebabkan minat
merupakan faktor perangsang untuk dapat melakukan suatu kegiatan menjadi
baik. Namun tidak selamanya minat berpengaruh langsung terhadap prestasi
belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian, bahwa tidak semua aspek
minat memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar. Keberhasilan
seseorang juga ditentukan oleh kemampuan yang telah dimilikinya, karena minat
hanyalalr sebagai perangsang agar siswa mau belajar tetapi tidak menjamin
hasilnya baik. Sehingga dapat disimpulkan baliwa minat bisa berhubungan
dengan prestasi belajar apabila didukung dengan adanya kemampuan seseorang
atau faktor-faktor yang menunjang lainnya."
2003
S2907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Irvina
"Pemilihan terhadap jurusan/bidang studi tertentu biasanya disesuaikan dengan minat seseorang Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program studi Manajemen Bisnis dan Akuntansi diasumsikan memilih sekolah tersebut karena minatnya di bidang ekonomi (minat ekonomi). Begitu juga dengan siswa yang mengikuti pendidikan di Sekolah Perawat Kesehatan dan Sekolah Pengatur Rawat Gigi, karena minatnya di bidang kesehatan (minat kesehatan).
Dalam membicarakan masalah pendidikan, yang menjadi topik utama adalah mutu siswa atau prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena sekalipun keberhasilan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses pendidikan itu, namun yang menjadi terminal penilaian adalah prestasi belajar yang dicapai siswa pada akhir pendidikan atau pada saat ujian, baik pengetahuan maupun keterampilan.
Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah minat (Suryabrata, 1983). Menurut Horrocks (1976) minat adalah kumpulan sikap yang tampil dalam bentuk perhatian selektif pada suatu obyek atau aktivitas tertentu.
Dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa, sejumlah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara minat dengan prestasi belajar, seperti penelitian Fredericksen & Melville, 1954; Barrileaux, 1961; Barak & Rabbi, 1982; serta Wiley & Magnon, 1982 (dalam Brown & Lent, 1984). Namun beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan tidak ada hubungan antara keduanya (Super & Crites, 1962 dan Stanley & Hopkins, 1978 dalam Brown & Lent, 1984).
Perbedaan hasil-hasil penelitian itu mendorong penulis untuk meneliti hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa SMK. Penelitian ini dilakukan di Jakarta pada tahun 1997. Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah Incidental Sampling. Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas 1 dari dua jurusan SMK, yaitu SMK jurusan/bidang ekonomi (program studi Manajemen Bisnis dan Akuntansi) serta SMK bidang kesehatan (Sekolah Perawat Kesehatan/SPK dan Sekolah Pengatur Rawat Gigi/SPRG). Penelitian ini memperoleh 158 orang subyek penelitian, yang terdiri dari 84 orang siswa SMK bidang kesehatan dan 74 orang siswa SMK bidang ekonomi.
Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah inventori minat dan tes formatif. lnventori minat digunakan sebagai alat ukur minat siswa dan tes formatif digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase (deskriptif statistik) dan Partial Correlation untuk melihat ada tidaknya hubungan antara minat dengan prestasi belajar, dengan mengontrol variabel kecerdasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara minat dengan prestasi belajar tidak terbukti secara signifikan pada penelitian ini. Walaupun tidak terdapat hubungan yang signifikan, ada dimensi-dimensi minat ekonomi dan minat kesehatan yang berhubungan dengan prestasi belajar, yaitu 'melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan bilangan' dan 'menjalankan standar kesehatan'.
Dari penelitian ini memang tidak dapat dilihat kaitan antara minat dengan prestasi belajar. Namun masih banyak aspek lain yang berhubungan dengan minat. Masalah minat siswa SMK ini penting untuk ditelaah, karena akan berkaitan dengan pembinaan siswa itu sendiri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Suseno
"ABSTRAK
Banyak kritikan yang diungkapkan oleh masyarakat kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) dalam melaksanakan tugas pokok
Kepolisian. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa kekurangan dalam
tubuh Polri. Polri sebagai organisasi telah berusaha secara maksimal
memenuhi kekurangan dalam melaksanakan tugas pokok kepolisian. Usaha
yang dilakukan adalah dengan meningkatkan profesionalisme polisi. Untuk
menghasilkan polisi yang profesional salah satunya adalah dengan cara
meningkatkan kualitas pendidikan Polri.
Pada lembaga pendidikan Polri, terutama Bintara siswa-siswa dituntut
untuk mempunyai nilai kebersamaan yang tinggi dan mempunyai prestasi yang
baik. Apabila dikaitkan dengan ilmu psikologi, nilai kebersamaan merupakan
salah satu aspek dalam motif afiliasi. Sedangkan tuntutan siswa pada lembaga
pendidikan Polri tampaknya bertentangan dengan beberapa hasil-hasil
penelitian. Dari hasil penelitian Fordham & Aqbu (dalam Gage & Berliner,
1998) ditemukan bahwa ada korelasi yang negatif antara motif afiliasi dengan
prestasi belajar. Namun demikian ada pula penelitian yang menunjukan bahwa
ada korelasi yang positif antara motif afiliasi dengan prestasi belajar Fordham
6 Aqbu (dalam Gage & Berliner, 1998). Tujuan penelitian ini ingin
mengetahui hubungan motif afiliasi dengan prestasi belajar di lembaga
pendidikan Polri.
Subyek penelitian ini terdiri dari 120 siswa SPN Lido yang diambil
secara insidental di SPN Lido. Untuk mengetahui motif afiliasi siswa SPN Lido
digunakan skala motif afiliasi. Untuk prestasi belajar diambil dari nilai rata-rata
mata pelajaran yang berisikan tentang operasional kepolisian. Selanjutnya data
yang diperoleh dihitung dengan teknik korelasi Pearson Product Moment
untuk mengetahui hubungan motif afiliasi dengan prestasi belajar.
Dari hasil perhitungan korelasi antara motif afiliasi dengan prestasi
belajar, diperoleh korelasi negatif sebesar - .015. Hal ini menunjukan bahwa
antara motif afiliasi dengan prestasi belajar mempunyai hubungan yang negatif
dan tidak signifikan. Artinya semakin tinggi motif afiliasi maka prestasi akan
makin rendah.
Hasil-hasil penelitian yang negatif dan tidak signifikan antara motif
afiliasi dengan prestasi belajar sesuai dengan penelitian yang diajukan
Fordham dan Aqbu (dalam Gage & Berliner, 1998). Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya tugas-tugas perkembangan dewasa muda yang
mengikuti pendidikan untuk meningkatkan karir. Sehingga walaupun di
lembaga pendidikan seseorang didorong untuk mempunyai nilai kebersamaan yang tinggi namun mereka tetap mengutamakan prestasi yang tinggi. Saransaran
yang diajukan untuk penelitian selanjutnya antara lain sampel penelitian
harus dapat mewakili populasi yang ada dan menggunakan alat yang sudah
diuji validitas eksternalnya. Disamping itu perlu melibatkan variabel-variabel
lain yang diperkirakan mempengaruhi prestasi belajar."
2003
S3289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soejoed Binwahjoe
"ABSTRAK
Menurut beberapa pakar, polisi merupakan profesi bahkan menurut Franz Magnis-Suseno polisi termasuk kelompok profesi luhur dan dituntut adanya budi luhur serta akhlak yang tinggi dalam melakukan profesinya.
Setiap Polri sebagai pemegang profesi dituntut agar menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, serta dalam keadaan apapun menjunjung tinggi profesinya. Agar Polri tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, maka Polri perlu mempunyai kode etik sebagai pedoman atau pegangan yang ditaati oleh para anggotanya.
Kode etik adalah kumpulan kewajiban yang mengikat para pelaku profesi itu dalam menjalankan tugasnya.
Dalam penjelasan pasal 23 dan 24 Undang-Undang nomor 28 tahun 1997, ditulis bahwa setiap pejabat Kepolisian Negara RI harus menghayati dan menjiwai etika profesi kepolisian yang tercermin dalam sikap dan perilakunya.
Etika profesi kepolisian dirumuskan dalam Kode Etik Kepolisian Negara RI yang merupakan kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Tri Brata dan Catur Prasetya, yang dilandasi dan dijiwai oleh Sapta Marga.
Dalam hal seorang pejabat kepolisian dianggap melanggar etika profesi, ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dihadapan Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Hal ini dimaksudkan untuk pemuliaan profesi kepolisian.
Menurut Lawrence Sherman ada dua cara untuk belajar etika kepolisian, satu cara ialah belajar sambil bekerja dibawah tekanan-tekanan waktu dan pengaruh tekanan kawan-kawan sejawat. Cara yang lain adalah belajar dengan tenang, jauh dari tekanan-tekanan sehingga dalam belajar ia bisa merenungkan dengan perspektif yang lebih obyektif.
Di Kepolisian Negara RI hal ini dicapai lewat pelajaran-pelajaran Kode Etik Kepolisian di sekolah-sekolah polisi dan juga di tanamkan lewat ketauladanan dan tindakan para pimpinan sekolah. para pembina dan para tenaga pendidik tanpa menutup mata terhadap pengaruh lingkungan.
Karena mengingat banyaknya mata pelajaran, untuk Kode Etik Kepolisian hanya disediakan 10 jam pelajaran sehingga yang dapat dicapai hanya mengerti dan menghafal yang juga terbukti dari hasil penilaian yang rata-rata dapat nilai cukup sebesar hampir 80 % dari siswa untuk aspek mental kepribadian yang didalamnya termasuk pendidikan etika.
Ternyata yang lebih menghasilkan adalah internalisasi lewat kontak yang berulang-ulang dalam memberi ketauladanan antara para pembina, para tenaga pendidik dengan para siswa. Meskipun terdapat kendala lingkungan dalam pelanggaran aturan-aturan sekolah yang oleh instruktur dianggap mengurangi pendidikan etika kepolisian, jumlah siswa yang berbuat demikian sangat kecil dan kalau ketahuan segera diambil tindakan koreksi.
Dari jumlah lulusan 552 siswa dan dari sebab-sebab tidak lulusnya 4 orang siswa terbukti tidak dikarenakan pelanggaran kode etik kepolisian. Metode yang saya gunakan adalah metode etnografi pelaksanaan pendidikan di sekolah dengan pendekatan kualitatif. Cara-cara pengumpulan data di lapangan saya lakukan dengan jalan pendekatan terlibat, misalnya hadir pada waktu makan di ruang makan, di kantin dan pada waktu sholat di Masjid.
Selain pengamatan terlibat, cara yang saya tempuh ialah dengan pengamatan misalnya waktu bangun pagi, apel dan latihan-latihan di lapangan. Untuk hal-hal yang sudah lampau saya gunakan cara wawancara dengan Kepala SPN, para pembina dan para tenaga pengajar dan para siswa angkatan XVIII dan angkatan XIX."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anizar Rahayu
"Abad 21, dunia semakin mengglobal, diperlukan individu berkuaiitas yang mampu berkompetisi sekaligus bergaui dan bekerjasama dengan bangsa Iain. Peran inteligensi, kreativitas dan adversity semakin penting.
Sampai saat ini inteligensi masih diyakini sebagai potensi terbesar yang berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang. Freeman (1971) menyatakan seseorang yang inteligen tidak hanya mampu memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari hal yang dipelajarinya, tetapi juga mampu mempertahankan pengetahuan dan pengalaman tersebut untuk diterapkan pada situasi baru. Kreativitas (berfikir kreatif) adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berlikir serta kemampuan mengelaborasi suatu gagasan (Utami Munandar, 1992).
Sedangkan Adversity (Stoltz, 2000) merupakan sebuah kerangka konseptual baru untuk memahami dan meningkatkan semua aspek keberhasilan; ukuran bagaimana seseorang merespon kemalangan dan alat untuk memperbaiki respon terhadap kemalangan.
Dari penelitian terdahulu terbukti bahwa ketiganya merupakan prediktor terhadap keberhasilan. Dalam dunia pendidikan, variabel-variabel tersebut terbukti memiliki hubungan secara bermakna terhadap prestasi belajar (Salah satu tolok ukur keberhasilan siswa). Inteligensi berkorelasi denan prestasi belajar sebesar r = 0,72 (Sekolah Dasar) dan r = 0,58 (SLTP), Utami Munandar (1977). Penelitian tentang hubungan kreativitas dan inteligensi dengan prestasi betajar membuktikan bahwa kreativitas sama absahnya seperti inteligensi sebagai prediktor prestasi belajar di sekolah; jika inteligensi dieliminasi, hubungan kreativitas dan prestasi belajar tetap substansial (Utami Nlunandar, 1977). Stoltz (2000), menemukan bahwa seseorang yang memiliki Adversity Quotient (AQ) tinggi, menikmati manfaat kinerja, produktivitas, kreativitas, kesehatan, ketekunan, daya tahan dan vitalitas Iebih besar dibanding orang ber-AQ rendah. AQ meramalkan siapa yang akan memiliki prestasi melebihi harapan kinerja mereka, dan siapa yang gagal.
Begitu penting peranan ke tiga variabel diatas bagi keberhasitan seseorang khususnya siswa dalam mencapai prestasi belajar di sekolah. Permasalahannya, masih banyak siswa underachiever yaitu berprestasi dibawah taraf keoerdasannya (S- Sadli, dikutip Yusuf Munawir, 1996). Dari variabel kreativitas, masih dijumpai penelitian yang meragukan pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa (Sukarti, 1997). Selain itu Iingkungan kondusif yang dibutuhkan untuk menemu-kenali kreativitas sejak dini dan memberinya kesempatan beragam agar dapat muncul sebagai prestasi nyata, sering tidak memberinya dorongan yang cukup kuat. Demikian juga adversity yang memiiiki hubungan bermakna terhadap keberhasilan (Stoltz, 2000) merupakan teori baru, berasal dari dunia barat yang masih perlu dibuktikan keefektifannya bila diterapkan di Indonesia.
Sampai saat ini pemanfaatannya pun masih terbatas pada dunia kerja, alat yang dipakainya juga masih sangat terbatas- Dengan alasan-alasan tersebut penelitian ini dilakukan. Dari penelitian ini ingin diketahui hubungan inteligensi, kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity dengan prestasi belajar siswa SLTP; dan variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
Subyek penelitian yang diambii dengan Stratiiied Random Sarnpiing adalah siswa SLTP Negeri 49 (mewakili peringkat atas) SLTP Negeri 184 (mewakili peringkat tengah) dan SLTP 222 (mewakili penngkat bawah), dengan sampel 37 pria dan 37 wanita dari masing-masing sekolah, sehingga jumlah seluruhnya 222 orang.
Alat yang diorgunakan untuk mengukur inteiigensi adalah Standard Progressive Matrices (SPM) dari Raven; alat ukur kreativitas (bertikir kreatif) adalah Tes Kreativitas Verbal Pararel 1 (TKV Pararel-1) dari Utami Munandar, dan untuk mengukur Adversity Quotient digunakan Adversity Response Protiie Moditikasi (ARP-MAR).
Melalui kajian teoritis diajukan delapan hipotesis yang teiah diuji kebenarannya meialui teknik korelasi berganda, korelasi parsial dan korelasi bivariat dari Pearson, dan diperoleh hasil sebagai berikut;
1. Ada hubungan yang signihkan antara inteligensi, kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa SLTP.
2. Ada hubungan yang signitikan antara inteligensi dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity.
3. Ada hubungan yang signiikan antara kreativitas (berpikir kreatif) dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel inteiigensi dan adversity.
4. Tidak ada hubungan yang signitikan antara adversity dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel inteligensi dan kreativitas (berHkir kreatif).
5. Ada hubungan yang signitikan antara inteligensi dengan kreativitas (bertikir kreatif) siswa SLTP.
6. Tidak ada hubungan yang signihkan antara inteligensi dengan adversity siswa SLTP.
7. Tidak ada hubungan yang signitikan antara kreativitas (bertikir kreatif) dengan adversity siswa SLTP.
8. Secara murni hanya variabel inteligensi dan kreativitas (bertikir kreatif) yang memberi sumbangan secara bermakna terhadap prestasi belajar siswa SLTP. Dan dari dua variabel tersebut, variabel kreativitas (berfikir kreatif) adalah penyumbang terbesar terhadap prestasi belajar siswa SLTP.
Sebagai hasil tambahan ditemukan :
1. Dimensi adversity control, origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan prestasi belajar siswa SLTP.
2. Dimensi adversity origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan inteligensi.
3. Dimensi advers;ty control, origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan kreativitas (berfikir kreatif).
Saran yang diajukan berkaitan dengan :
1. Sampel. Agar hasil dapat dimanfaatkan dalam lingkup yang lebih luas, disarankan untuk memperluas sampet penelitian.
2. Alat Ukur
a. Alat ukur prestasi belajar {nilai rapor) Nilai raper dari sembilan mata pelajaran dianggap terlalu sempit untu mewakili prestasi elajar siswa (lebih banyak engukur ranah kognitif). Pada penelitian sejenis disarankan menyertakan nilai mata elajaran ekstra kurikuler.
b. Alat ukur adversity
1) Dalam penyajiannya ARP-MAR disarankan lebih memperhatikan faktor rappert dan administrasinya.
2) Bagi peneliti lain yang ingin memakai ARP-MAR, disarankan meneliti ulang validitas dan reliabilitasnya.
3) Peneliti I in yang ingin me odifikas1 ARP-Stoltz, disarankan untuk lebih memperhatikan pengaruh budaya.
3. Variabel inteligensi, kreativitas, adversity dan prestasi belajar. Mengingat ke empat variabel tersebut panting bagi dunia pendidikan, disarankan terus mengembangkannya melalui peneli ian secara berkala.
4. Variabel kreativitas dan a dversity dapat ditemu-kenali serta ditumbuhkembangkan ejak dini. Oleh karena itu disarankan agar dilibatkan dalam proses belajar-mengajar di berbagai lingkup dan memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Barliana Sutisna
"Penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan mengenai persepsi guru tentang kemampuan siswa yang seringkali dianggap subyektif dan kurang tepat dalam memahami kemampuan yang dimiliki siswa dalam mengikuti mata pelajaran di kelas, padahal setiap perilaku siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari perhatian guru. Namun masih banyak guru pada umumnya belum efektif memanfaatkan hasil pengamatannya dalam mengelompokkan siswanya atas dasar kemampuan yang dimiliki siswa.
Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru tentang kemampuan siswa dengan inteligensi, dan prestasi belajar serta latar belakang pendidikan orang tua siswa. Dari topik penelitian ini dapat diketahui bahwa yang merupakan variabel bebas adalah inteligensi dan prestasi belajar serta latar belakang pendidikan orang tua, sedangkan variabel terikat adalah persepsi guru tentang kemampuan siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta dengan mengambil sampel 5 sekolah swasta, yang berlokasi di wilayah Jakarta Selatan dengan jumlah subyek 100 orang guru. Mengenai data persepsi guru tentang kemampuan siswa diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diisi oleh guru sebagai responden. Dan data mengenai inteligensi dan prestasi belajar serta latar belakang pendidikan orang tua diperoleh dari dokumen siswa.
Melalui kajian pustaka, dikemukakan 4 buah hipotesis yang kemudian di uji secara empirik. Analisis data yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah teknik analisis regresi berganda. Dan dari analisis tersebut ditemukan bahwa: ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi guru tentang kemampuan siswa dengan inteligensi siswa; 2) ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi guru tentang kemampuan siswa dengan prestasi belajar siswa setelah inteligensi diperhitungkan ; 3) ada hubungan sangat kecil dan tidak signifikan antara persepsi guru tentang kemampuan siswa dengan latar belakang pendidikan orang tua siswa setelah inteligensi dan prestasi belajar siswa diperhitungkan; 4) ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi guru tentang kemampuan siswa dengan inteligensi, prestasi belajar dan latar belakang pendidikan orang tua secara bersamaan.
Dari hasil temuan dalam penelitian ini dapat disimpulkan secara umum bahwa terciptanya persepsi guru yang tepat tentang kemampuan siswa yang tampak selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas lebih memudahkan dalam menangani permasalahan kesulitan belajar yang mungkin timbul dari siswanya, didukung oleh data mengenai tingkat inteligensi, prestasi belajar dan latar belakang pendidikan orang tua. Sebagai implikasinya bagi guru dapat lebih jelas menyusun dan menentukan program pengajaran sesuai tingkat kemampuan siswanya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anies Syafitri
"Peneliti tertarik untuk melakukan identifikasi aspek yang mempengaruhi prestasi belajar pada siswa remaja berprestasi akademik rendah, karena berdasar data yang ada pada SMUN 106 Jakarta Timur bahwa hasil prestasi yang rendah dari siswa dapat menimbulkan masalah antara lain menurunkan peringkat sekolah karena output nilai yang dihasilkan siswa lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan Selain itu beberapa siswa yang berprestasi rendah memilih mengundurkan diri dari sekolah atau juga memang dikeluarkan oleh pihak sekolah sehingga menambah jumlah siswa yang drop out dari sekolah. Di sisi lain, beberapa siswa yang berprestasi rendah melakukan kompensasi ketidakmampuannya dalam bidang akademik dengan sikap apatis dan kenakalan misalnya mencontek atau membolos sekolah untuk menarik perhatian para guru.
Penelitian deskriptif ini mengambil sampel pada remaja usia 15-18 tahun dengan pertimbangan di rentang usia ini remaja mulai mengembangkan identity achievement (Hurlock, 1994). Inventor yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tes SPM dan alat ukur kuesioner aspek-aspek yang mempengaruhi prestasi belajar yang telah disusun oleh peneliti sendiri. Dari hasil uji reliabilitas kuesioner dengan SPSS 11.0 diperoleh alpha sebesar 0, 9154 (total item yang dipakai berjumlah 139).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 50 siswa SMUN 106 Jakarta yang berprestasi akademik rendah, hanya 6 % subjek yang memiliki potensi kecerdasan yang tergolong kurang dan 2 % subyek yang memiliki potensi kecerdasan yang tergolong rendah. Selebihnya, 92 % subyek potensi kecerclasannya tergolong baik, cukup dan tinggi. Jadi ditemukan subyek yang memiliki kecerdasan tinggi namun berprestasi akademik rendah. Terlihat bahwa sebagian besar subyek memiliki jenis motivasi ekstrinsik, dimana 76 % subjek belajar di sekolah karena selalu ingin memperoleh bekal ijazah untuk bekerja Didukung dengan 92 % subjek mengaku orang tua mereka selalu beranggapan bahwa pendidikan sekolah sebagai bekal subyek untuk bekerja Menurut Mc Clelland (1987), harapan orang tua yang dikomunikasikan kepada subyek dapat mempengaruhi motivasi anak.
Dalam hal ak value, sebanyak 66 % subyek terkadang merasa tidak mendapat kepuasan batin dalam belajar. Sedangkan dalam hal perceived cost, 44 % subjek mengaku selalu menyediakan waktu belajar tanpa harus mengganggu jadwal bermain mereka. Dari aspek minat juga tampak 76 % subyek terkadang lebih berminat pergi bermain bersama teman-temannya dibanding belajar. Hal ini dapat dimaklumi mengingat subyek berada pada usia remaja yang memiliki kebutuhan psikologis untuk menjalin persahabatan, maka mereka belajar tanpa harus mengorbankan waktu bermainnya (Samah, dalam Rianiwulan, 1989).
Dari aspek terlihat 62 % subyek selalu hanya akan terlibat pada tugas sekolah dimana ia benar-benar yakin mampu mengerjakannya. Sifat tugas yang dihadapi memberi pengaruh pada subjek, dimana 54 % subjek mengaku terkadang jilza tugas yang dihadapinya semakin sukar, maka subyek semakin merasa tidak mampu untuk mengerjakannya Dari kinerja yang dicapai sebagai Salah satu sumber informasi self efficacy, sebanyak 50 % subjek terkadang merasa keyakinan dirinya dalam menghadapi tugas akan menurun jika sering gagal dalam mengerjakan tugas. Menurut Pajares (1996), siswa yang memiliki persepsi yang rendah dapat mengakibatkan siswa menghindari tugas yang dinilainya sukar untuk dikerjakan, karena subyek takut gagal.
Dari komponen harga diri akademik terlihat 54 % subyek terkadang kurang merasakan manfaat dari belajar. Untuk karakteristik siswa dengan harga diri akademik rendah terlihat bahwa 68 % subyek terkadang merasa pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Sebanyak 64 % subjek terkadang memandang kemampuan dirinya tidak selera dibanding kemampuan orang lain, dan 60 % subyek mengaku selalu menghindari situasi yang dapat membuat mereka malu atau cemas. Memang siswa dengan harga diri akademik yang rendah menampilkan perilaku yang kurang matang. la mudah menyerah dan merasa tidak berdaya serta mudah terpenga.rul1 oleh kegagalan dan kritik dari orang lain. Oleh karena itu, ia cenderung menghindari situasi yang menimbulkan rasa cemas, malu, dan terhina, akibat melakukan kesalahan (Clemes & Bean, dalam Dewi, 1999; Maslow, dalam Frey & Carlock, 1937).
Dari aspek kebiasaan belajar, 66 % subyek terkadang merasa susah berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sebanyak 66 % subyek juga terkadang tidak membuat rangkuman dari materi yang dibacanya Ada 52 % subjek yang mengaku terkadang tidak memiliki jadwal belajar secara teratur dan hanya belajar menjelang ulangan atau ujian. Subjek tampaknya kurang memiliki kemauan untuk berlatih disiplin belajar. Sesuai dengan pendapat Gie (dalam Sugema, 1997) bahwa belajar secara teratur, disiplin dengan konsentrasi membutuhkan latihan tersendiri. Tidak ada kendala dari aspek Etik, 60 % subjek selalu melakukan aktivitas olahraga untuk memperkuat Fisik mereka. Namun dari kondisi mental, SD % subyek selalu merasa cemas dengan hasil prestasi sekolah mereka yang tidak bagus.
Dari aspek lingkungan sekolah, 53 % subyek menilai terkadang guru di sekolah-mya memberi beban pelajaran terlalu banyak melebihi batas kemampuan siswa. Banyaknya beban pelajaran yang diberikan kepada siswa tanpa memandang kemampuan mereka., dan memberi sanksi karena mereka tidak bisa memenuhinya memiliki pengaruh besar terhadap ketertinggalan anak dalam belajar (Asy-syakhs, 2001). Walaupun 92 % subjek mengaku bahwa pihak sekolah akan memberi sanksi kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah, namun 84 % subyek mengaku terkadang mencontek ketika ulangan- Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (1999) menunjukkan semakin rendah motivasi berprestasi siswa, maka semakin tinggi perilaku menyontek siswa muncul.
Selanjutnya saran untuk perbaikan penelitian adalah melengkapi dengan metode wawancara, melihat gambaran kemampuan pada tiap-tiap subyek agar dapat menggambarkan populasi secara lebih akurat, Serta melihat kontribusi aspek yang paling berpengaruh pada prestasi belajar Disamakan pula menambah jumlah item pada setiap aspek kuesioner, dan melakukan uji korelasional. Untuk data prestasi belajar, disarankan menggunakan tes prestasi yang baku sesuai kurikulum yang berlaku.
Akhirnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para siswa untuk memperbaiki prestasi akademik mereka Juga sebagai langkah awal bagi pihak sekolah dan orang tua untuk lebih memahami siswa sehingga dapat membantu mengatasi berbagai masalah yang bed kaitan dengan prestasi akademik siswa. Semoga hasil penelitian ini dapat mendorong timbulnya ide-ide baru untuk melaksanakan penelitian lain lebih lanjut, misalnya dengan menyusun suatu program pelatihan peningkatan prestasi bagi para siswa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"lndeks prestasi mahsiswa FIK-UI Program Ekstensi Pagi 2004 pada semester Il 79%
mengalami penurunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan cara dan
kesiapan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Ekstensi FIK-UI, 2005. Penelitian
ini dilakukan di kampus FIK-UI dengan jumlah responden 61 orang. Desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu
kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi, distribusi proporsi,
dan uji chi-kuadrat untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hasil penelitian ini
menyimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara cara belajar dengan prestasi belajar
(p value 0,062; a = 0,05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara kesiapan belajar
dengan prestasi belajar (p value 2,07; a = 0,05). Penelitian ini merekomendasikan pada
mahasiswa untuk lebih mengenali karakteristik cara belajar yang dimiliki secara benar
dan meningkatkan belajar agar diperoleh prestasi belajar yang maksimal."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5459
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khalifah Abadini
"ABSTRAK
Nama : Khalifah AbadiniProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajarpada Siswa SMP Negeri 170 Jakarta Tahun 2018Pembimbing : Prof. Dr. dr. Kusharisupeni Djokosujono, M.Sc.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungandengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 170 Jakarta. Sampel yang ditelitiadalah kelas VII dengan total sampel berjumlah 198 siswa. Penelitiandilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 dengan desain studi cross-sectional.Data yang dikumpulkan berupa rata-rata nilai Ujian Tengah Semester UTS yangterdiri dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, danIPA, asupan gizi energi, protein, zat besi, iodium, seng , status gizi indeksTB/U, IMT/U , karakteristik individu jenis kelamin, berat lahir , kebiasaansarapan, keikutsertaan bimbingan belajar, dan karakteristik sosial ekonomi tingkat pendidikan orang tua . Data dikumpulkan dengan menggunakan laporannilai UTS siswa, pengisian kuesioner mandiri, wawancara food recall 2x24 jam,dan pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan . Hasil penelitianmenunjukkan rata-rata nilai prestasi belajar siswa sebesar 79,77 dan 52 berprestasi baik. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yangsignifikan antara jenis kelamin, kebiasaan sarapan, keikutsertaan bimbinganbelajar, tingkat pendidikan ayah, dan tingkat pendidikan ibu p

ABSTRACT
Name Khalifah AbadiniStudy Program Public Health ScienceTitle Factors Associated with Academic Achievement of theStudents of SMP Negeri 170 Jakarta in 2018Counsellor Prof. Dr. dr. Kusharisupeni Djokosujono, M.Sc.This study aims to determine the factors associated with academicachievement in students of SMP Negeri 170 Jakarta. The sample studied was the7th grade with a total sample of 198 students. The study was conducted fromApril May 2018 with a cross sectional study design. The data collected consistedof the mean score of the students 39 mid test Bahasa Indonesia, English,Mathematics and Science , nutritional intake energy, protein, iron, iodine, zinc ,nutritional status height for age, BMI for age , individual characteristics gender,birth weight , breakfast habits, tutoring, and socioeconomic characteristics parent rsquo s education level . Data were collected by using students 39 mid test reports,self administered questionnaires, 2x24 hours food recall interviews, andanthropometric measurements height and weight . The results showed the meanscore of student rsquo s mid test is 79,77 and 52 have good achievement. The resultsalso showed a significant relationship between gender, breakfast habits, tutoring,father 39 s education level, and mother rsquo s education level. The result of multipleregressions linear, gender were found to be the greatest variable of influence onthe determination of academic achievement after controlled by height for age,BMI for age, breakfast habits, tutoring, father 39 s education level, and mother 39 seducation level at the students of SMP Negeri 170 Jakarta.Key words academic achievement, breakfast, father rsquo s education level, gender, mother rsquo seducation level"
2018
T51377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Ius Kartika Julianti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang penyesuaian diri dan prestasi belajar mahasiswa PPKB di fakultas-fakultas bidang studi Ilmu Sosial Universitas Indonesia yang berasal dari daerah di luar pulau Jawa. Memasuki dunia tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mahasiswa PPKB ini dihadapkan pada masalah Iain selain tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, yaitu adanya tuntutan menyesuaikan diri dengan lingkungan budaya pergaulan yang berbeda dari lingkungan budaya yang sebelumnya ia miliki. Pertanyaan yang muncul adalah apakah kelompok mahasiswa yang berpredikat ?siswa berprestasi? di tingkat pendidikan sebelunmya ini juga berprestasi baik di tingkat pendidikannya yang sekarang ? Pada kenyataannya, sebagian besar dari mereka memiliki prestasi belajar yang rendah atau bahkan ada pula yang harus dikenakan sistem ?drop-out? oleh pihak fakultas.
Untuk menjelaskan dinamika permasalahan yang ada maka dalam penelitian ini dicantumkan teori-teori yang mendukung, yaitu Prestasi Belajar yang akan menjelaskan tentang pentingnya prestasi belajar sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa PPKB di bidang akademis. Selain prestasi belajar, perubahan-perubahan sikap, tingkah laku dan perasaan yang terjadi selama proses penyesuaian diri adalah variabel yang akan dilihat gambarannya pada subyek. Karena penyesuaian diri sangat penting agar mahasiswa PPKB Iuar daerah dapat belajar hal-hal baru dari lingkungannya dan mengembangkan sikap-sikap yang positif dalam dunia perkuliahannya, maka dalam penelitian ini juga disertakan teori-teori tentang Penyesuaian Diri.
Sebagai suatu studi awal dan dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu serta biaya, penelitian ini dibatasi pada mahasiswa PPKB bidang studi Ilmu Sosial meliputi Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Sastra dan Fakultas Ekonomi. Disamping itu, penelitian ini juga dibatasi pada mahasiswa PPKB yang brasal dari luar pulau Jawa dengan pertimbangan adanya perbedaan kondisi geografis, budaya serta kehidupan masyarakat yang diasumsikan dapat mempengaruhi penyesuaian diri mereka.
Sebagai alat untuk memperoleh data-data yang dimaksudkan di atas, maka peneliti menggunakan tes APM untuk mengukur kapasitas intelektual mahasiswa dan lembar kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk survai opini tentang hal-hal yang mempengaruhi proses penyesuaian diri dan prestasi belajar. Untuk menggali hal-hal yang tidak tergali dari kuesioner, maka dilakukan wawancara pada beberapa subyek sebagai alat pelengkap pengumpulan data.
Dalam pelaksanaannya, tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah memberikan tes APM secara massal dan pengisian kuesioner yang dilakukan oleh 65 orang subyek dengan perincian 50 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. Dari hasil penelitian tahap pertama ini, peneliti memilih lima orang dari jumlah seluruh subyek di atas dimana masing-masing dari mereka mewakili satu fakultas bidang Ilmu Sosial guna dilakukan wawancara mendalam. Untuk melihat dinamika perubahan perasaan yang timbul selama proses penyesuaian diri, dalam proses wawancara ini subyek diminta untuk membayangkan dan kemudian menggambarkan di secarik kertas mengenai kondisinya ketika masih di daerah asal, ketika saat pertama datang di Jakarta dan saat pengambilan tes dilangsungkan.
Kesimpulan yang berhasil diperoleh dari penelitian ini cukup kaya. Secara umum kapasitas intelektual subyek tergolong cukup. Cukup banyak pula kapasitas intelektual subyek yang tergolong rendah bahkan ada yang tergolong kurang. Hanya sedikit yang tergolong baik. Dengan kondisi ini, Indeks Prestasi Semester mereka umumnya berkisar antara 2.00-2.45. Berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi selama masa penyesuaian dirinya, perasaan kehilangan orang tua dan tuntutan untuk mandiri dalam segala hal adalah beban terberat bagi mereka, terlebih lagi dengan adanya perasaan dibedakan dari mahasiswa lain atau perasaan rendah diri dengan kondisi yang mereka miliki, maka hal ini pun dapat mengganggu jalannya penyesuaian diri mereka.
Melihat hasil penelitian ini, tampaknya bukan hanya persiapan dalam hal akademis yang harus dilakukan oleh pihak akademis yang berwenang, tapi persiapan mahasiswa PPKB sebagai pribadi pun perlu dipertimbangkan agar mereka dapat lebih siap menghadapi stres-stres yang akan dialaminya selama proses penyesuaian diri berlangsung, misalnya dengan memberikan pelatihan pengembangan pribadi ataupun membentuk suatu wadah yang dapat menampung aspirasi dan membantu mengatasi permasalahan yang mereka hadapi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>