Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154050 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martha Yulia W. S.
"ABSTRAK
Keputusan karir remaja merupakan masalah penting dan perlu diperhatikan.
Erikson mengatakan bahwa kemampuan memilih dan menentukan keputusan karir
pada masa remaja merupakan pemecahan masalah identitas remaja sehingga
ketidakmampuan memilih dan menentukan karir dapat menganggu perkembangan diri
remaja (dalam Seligman, 1994). Remaja yang mampu membuat keputusan karir pada
masa ini ternyata cenderung memiliki keberhasilan akademik yang lebih tinggi daripada
remaja yang tidak membuat keputusan karir (Seligman, 1994). Remaja yang tidak
mampu membuat keputusan karir dengan mantap dapat mengalami berbagai kesulitan
pada saat mereka terjun di dunia kerja antara lain: cemas dan tidak yakin menghadapi
dunia kerja, ketidakpuasan kerja bahkan mengalami kegagalan (Mappiare, 1992).
Untuk meningkatkan daya saing angkatan kerja Indonesia dalam menghadapi
era globalisasi, potensi karir individu sebelum masuk ke dunia kerja perlu ditingkatkan
sejak awal antara lain sejak masa remaja. Masa remaja merupakan saat penting dalam
perkembangan karir karena merupakan masa persiapan terakhir individu sebelum
memasuki dunia kerja. Berbeda dengan masa perkembangan sebelumnya, pada masa
ini remaja dituntut untuk membuat keputusan karir yang akan menentukan arah
kehidupan berikutnya. Bila remaja mampu membuat keputusan karir dengan baik, hal
ini dapat meningkatkan keberhasilan mereka dalam menghadapi dunia kerja dan
memperkecil kemungkinan mereka mengalami kegagalan. Penelitian Tumer & Helms
(1995), Zanden (1993), dan Grotevant & Durret (dalam Papalia & Olds, 1993)
menunjukkan gejala-gejala adanya remaja yang mengalami kesulitan dalam
menentukan keputusan karir. Banyak yang mengalami kebimbangan dan tidak mampu
memilih karir kemudian menunda keputusan karir mereka, sampai pada saatnya
mereka harus memilih mereka tidak memiliki cukup waktu untuk memilih dengan baik.
Sampai saat ini tampaknya belum ada data yang sistematis mengenai status
keputusan karir remaja di Indonesia.
Untuk meningkatkan potensi remaja dalam memilih dan menentukan karir,
orangtua perlu meningkatkan keterlibatan mereka dalam perkembangan karir remaja
(Palmer & Cochran, 1991). Walaupun dalam kehidupan remaja orangtua tidak lagi
menjadi tokoh sentral, namun, sehubungan dengan merencanakan karir remaja masih
membutuhkan nasehat dan saran-saran dari orangtua khususnya mengenai masalahmasalah
keuangan, pendidikan, dan rencana karir (Papalia & Olds, 1992) Beberapa
penelitian terdahulu (Palmer & Cochran, 1988; Papalia & Olds 1993; Blustein, 1991)
mengungkapkan pendingnya dukungan orangtua terhadap perkembangan karir remaja
namun ada pula gejala-gejala yang menunjukkan bahwa keterlibatan (dukungan) orangtua dalam karir remaja justru mempersulit posisi remaja dalam menentukan
depan mereka. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti ingin melihat (a) gambaran status
keputusan karir remaja, (b) gambaran dukungan orangtua terhadap keputusan karir
remaja, (c) apakah ada hubungan antara dukungan orangtua terhadap keputusan karir
dengan status keputusan karir remaja, dan (d) bentuk dukungan yang paling berperan
terhadap status keputusan karir remaja.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan pada 184 murid kelas III SMUK
III, Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instumen pertama untuk mengukur status keputusan karir remaja
(Skala Keputusan Karir) dan instrumen yang kedua untuk mengukur dukungan
orangtua terhadap keputusan karir remaja (Skala Dukungan Orangtua).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian ini telah memiliki
keputusan karir dengan taraf keyakinan tergolong cukup yang berarti subyek penelitian
cukup yakin bahwa keputusan karir yang dipilih sesuai dengan keadaan dirinya. Secara
umum subyek menilai orangtua mereka telah memberikan dukungan terhadap
keputusan karir remaja dengan baik. Penelitian ini juga mengungkapkan adanya
hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua terhadap keputusan karir dengan
status keputusan karir remaja. Semakin tinggi dukungan orangtua yang diterima
subyek maka semakin tinggi pui a status keputusan karir subyek, sebaliknya semakin
rendah dukungan orangtua yang diterima subyek maka semakin rendah pula status
keputusan karir subyek. Dukungan orangtua terdiri dari 6 bentuk yaitu bimbingan,
bantuan instrumental, keberadaan orangtua sebagai sekutu yang dapat diandalkan,
kelekatan orangtua-anak, pengakuan akan kemampuan subyek dan kesamaan minat
antara orangtua dan remaja. Dari keenam bentuk dukungan tersebut, ternyata
dukungan pengakuan paling berperan terhadap status keputusan karir remaja.
Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan agar pengukuran variabel
dukungan orangtua terhadap keputusan karir remaja juga dilakukan terhadap orangtua
subyek dan difokuskan pada seluruh tahap-tahap perkembangan subyek agar
didapatkan gambaran yang lebih terintegrasi yaitu sejak masa kanak-kanak awal
sampai masa remaja. Selain itu untuk mempertajam hasil penelitian, subyek penelitian
diambil berdasarkan asal sekolah yang lebih beragam (SMU Negeri) dengan jumlah
subyek yang berasal dari jurusan IPA/IPS yang seimbang, suku, pekerjaan dan
penghasilan orangtua yang lebih beragam. Dengan karakteristik responden yang lebih
beragam ini diharapkan hasil penelitian akan lebih kaya dan tajam mengungkapkan
jenis intervensi (dukungan orangtua) yang paling sesuai untuk meningkatkan
perkembangan karir remaja dengan kondisi-kondisi yang lebih beragam."
1998
S2952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Badriyah
"Kemampuan dalam pengambilan keputusan merupakan awal bagi remaja menentukan karir kedepannya. Menentukan keputusan karir dapat mengasah kompetensi yang berhubungan dengan karir yang ditekuni sehingga mencapai potensi dan berfungsi secara sosial. Tujuan penelitian mendeskripsikan proses pengambilan keputusan karir remaja di SOS Children’s Village Jakarta dengan pendekatan kualitatif deskriptif menggunakan wawancara mendalam, dan Focus Group Discussion. Hasil penelitian: 1) tugas perkembangan remaja di SOS Children’s Village yaitu mengembangkan keterampilan mengambil keputusan dan 2) proses pengambilan keputusan karir pada remaja di SOS Children’s Village dilakukan melalui program CDP, IDP dan aftercare.

The ability to make decisions is the beginning for teenagers to determine their future careers. Determining career decisions can hone competencies related to the career they are engaged in so that they reach their potential and function socially. The purpose of the study was to describe the career decision-making process of adolescents at SOS Children’s Village Jakarta with a descriptive qualitative approach using in-depth interviews and Focus Group Discussions. The results of the study: 1) adolescent development tasks at SOS Children’s Village are developing decision-making skills and 2) the career decision-making process for youth at SOS Children's Village is carried out through CDP, IDP and aftercare programs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Deswanti Rio Dingin
"Dewasa ini, remaja mengalami banyak tantangan terutama dari perubahan pada diri mereka. Pada konteks emosional, secara fisiologis remaja mulai memiliki emosi yang tidak terkendali. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental pada remaja. Gangguan mental juga cenderung membuat ketidakseimbangan kematangan kognitif yang akan memengaruhi gaya pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi mental dengan gaya pengambilan keputusan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif-analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 111 remaja yang dipilih dengan teknik quota sampling.
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi mental dengan gaya pengambilan keputusan p=0,130, ?=0,05 . Dari hasil tersebut, maka diperlukan sosialisasi mengenai kesehatan mental dan pelatihan untuk meningkatkan gaya pengambilan keputusan yang adaptif. Peran perawat diperlukan dalam memberikan perawatan secara menyeluruh dan mengarahkan remaja dan caregiver mereka untuk mencapai strategi koping yang baik.

Nowadays, adolescents faced many challenges especially from the changes of themselves. In emotional context, physiologically adolescents begin to have uncontrolled emotion. This condition can result in mental health problem in adolescents. Mental illness also tend to make cognitive maturity imbalances which will affect decision making style. This research aims to know the relatonship between mental condition and decision making style. This study use descriptive analytic method with cross sectional approach. These samples included 111 adolescents who have been selected with a quota sampling technique.
The result are analyzed using Chi Square Test and showed no significant relationship between mental condition and decision making style p 0,130, 0,05 . From the result, then the necessary sosialization about mental health and training to increase adaptive decision making style. The role of nurse are providing the holistic care and guiding adolescents and their caregiver to achieve a good coping strategy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Kosasi
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2002
003.56 KOS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Darullail
"Pemberlakuan regulasi yang berkaitan dengan otonomi daerah membawa implikasi pada pengelolaan infrastruktur jalan relatif lebih besar di pihak pemerintah daerah serial transparansi dalam hal program pembangunannya. Keterbatasan dana dan ketimpangan alokasi investasi infrastruktur jalan tetap menjadi isu penting dalam menentukan program yang akan dilaksanakan. Hal tersebut memaksa para pengambil keputusan untuk menghasilkan keputusan yang bisa memuaskan banyak pihak (multi stakeholders) dengan meminimalisir resiko-resiko yang mungkin terjadi seperti disparitas wilayah.
Penelitian ini merupakan upaya untuk membuat prototype suatu sistem pendukung keputusan yang mampu membantu para pengambil keputusan dalam menghasilkan kualitas keputusan yang lebih baik dalam pengembangan infrastruktur jalan. Sistem pendukung keputusan dalam pengembangan infrastruktur jalan yang dinamakan IDE, berasal dari Infrastructure Driven Economy, memfokuskan pada seleksi proyek dan rekomendasi tindakan koreksi. Dari perspektif perancangan sistem, IDE mengindikasikan integrasi dari DSS, ES dan GIS dengan tujuan menciptakan sinergi untuk mendapatkan kualitas keputusan yang lebih baik.

Implementation of regulations which are related with regional autonomy is bringing implications : a bigger part on regional authority side in roadway infrastructure management and a demand of transparancy in its development. Budget constraints and imbalance allocation of roadway infrastructure investment are major issues in selecting executed programs. These are force policy makers to produce a decision which can satisfy most of stakeholders with minimizing all possible risks that can occurred, such as regional disparity.
This research is an effort to build a prototype of decision support system that can help policy maker to produce better quality of decision in roadway infrastructure development. The system is called IDE, came from Infrastructure Driven Economy, has focuses on project selection and suggestion of corrective action. From system design perspective, IDE indicates the integration of DSS, ES and GIS with aim to create synergy in getting better quality of decision.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosliyanti
"

Efikasi diri keputusan karier sangat dibutuhkan oleh remaja dalam rangka membuat keputusan karier. Namun demikian, perubahan yang terjadi ditengah perkembangan informasi dan teknologi dapat membuat remaja yang memiliki kecenderungan thinking style tipe II kesulitan untuk beradaptasi dan fleksibel sehingga menyebabkan mereka ragu dalam pembuatan keputusan karier. Oleh sebab itu, remaja diharapkan dapat menggunakan planned happenstance skills untuk membantu mereka dalam proses eksplorasi diri dan kemudian dapat memiliki efikasi diri yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh thinking style tipe II terhadap efikasi diri keputusan karier melalui mediasi planned happenstance skills pada remaja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang melibatkan 720 orang partisipan dari tiga sekolah unggulan di Jakarta. Data penelitian didapatkan dengan menggunakan tiga  skala: Career Decision Self-Efficacy-Short Form (CDSE-SF), Thinking Style Inventory – Revised II (TSI-RII), dan Planned Happenstance Career Inventory (PHCI) yang telah diadaptasi oleh peneliti ke dalam bahasa Indonesia. Data penelitian dianalisis menggunakan macro PROCESS. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa thinking style tipe II dapat berpengaruh secara langsung terhadap efikasi diri keputusan karier maupun tidak langsung melalui planned happenstance skills. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan jika siswa memiliki planned happenstance skills yang baik, maka keterampilan tersebut dapat membantu siswa yang cenderung memiliki thinking style tipe II untuk dapat memiliki efikasi diri yang baik.

 


Career decision self-efficacy is needed by teenagers in making career decision. However, the changes that happens in the midst of globalization can make teenagers who have type II thinking style face some difficulties in making career decision. Therefore, adolescents who have type II thinking style are expected to be able to use planned happenstance skills which can help them in the process of self exploration and help them to improve their career decision self-efficacy. This study aimed to examine the influence of type II thinking style on career decision self-efficacy through mediation of planned happenstance skills in adolescence. This is quantitative study by using of 720 students from three excellent schools in Jakarta. The data were collected by using three scales: Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form, Thinking Style Inventory – Revised II, and Planned Happenstance Career Inventory, that have been adapted to Indonesian version by the researcher. Researcher were used macro PROCESS to analyzed the data. The result showed that type II thinking style can affect career decision self- efficacy directly, also indirectly. Based on the result of this study, researcher concluded when adolescents have good planned happenstance skills, these skill can help adolescence who have type II thinking style have a good career decision self-efficacy.

"
2019
T53249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Paramita
"Proses pengambilan keputusan merupakan tindakan yang biasa dilakukan dalam kehidupan seharl-hari. Pengambllan keputusan adalah tingkah laku memlllh antara leblh darl satu alternatif untuk mendapatkan solusi masalah tertentu (Cornel dalam Trisayektl, 1993). Variabel yang mempengaruhl pengambllan keputusan adalah utility dan subjective probability. Dalam hidup ini terdapat pengambllan keputusan yang leblh penting darl yang lain karena dampaknya yang langsung nyata ataupun pengaruhnya yang slgnlfikan dimasa yang akan datang (Harris, 1996). Salah satunya adalah keputusan untuk menggunakan narkoba (Rice, 1996).
Jumlah Individu pengguna narkoba di Indonesia semakin meningkat. Bahkan penlngkatannya mencapal sepuluh kail llpat dalam tiga tahun (Trevalga S., 2000). Penyalahgunaan narkoba dapat mengaklbatkan ketergantungan secara fislk dan psikologis (Davison & Neale, 1999; Rice, 1996). Menurut Sarafino (1994) leblh banyak individu yang menggunakan alkohol dan zat adiktif pertama kali pada usia remaja dibandlngkan pada tahap lain darl kehidupan. Darl penelitlan Sari, dkk (2000), diketahul bahwa sebaglan besar pengguna narkoba di Jakarta menggunakan narkoba pada tahap remaja akhIr (15-24 tahun). Sedangkan dibandlngkan remaja awal, remaja akhir leblh kompeten dalam pengambllan keputusan (Rice, 1996). JadI seharusnya remaja akhIr sudah leblh mampu membuat keputusan dengan leblh balk. Penelitlan Ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran awal tentang faktor-faktor yang berpengaruh bagi remaja akhIr dalam proses pengambllan keputusan untuk menggunakan narkoba dan memberikan gambaran mengenal proses pengambllan keputusan tersebut.
Jenis penelitlan yang dilakukan adalah penelitlan deskriptif dengan tujuan untuk memahami dan menjelaskan proses individu mengolah InformasI yang ada sehingga mencapal keputusan tertentu (Hart & Koele, 1997). Pendekatan yang dipillh dalam penelitlan Ini adalah pendekatan kualitatif, agar gambaran mengenal proses pengambllan keputusan individu yang bersifat unik dan dinamis dapat dipahami leblh tepat, sesual dengan makna yang diberlkan Individu. Subyek dalam penelitlan ini berjumlah empat orang, yang dipllih berdasarkan karakterlstik berikut: remaja yang berusia 15 sampal 24 tahun, pertama kali menggunakan narkoba pada rentang usia 15 sampal 24 tahun dan sedang atau sudah menjalani program rehabllltasl.
Penelitian ini dilakukan pada remaja akhir yang sedang mengikuti program rehabilitasi di RSKO Jakarta. Untuk pengumpulan data dipilih metode wawancara mendalam yang bersifat informal atau s&mi structurod dengan menggunakan pedoman wawancara umum. Selain itu, digunakan pula observasi sebagai metode penunjang. Analisa dilakukan dalam dua tahap. Pertama analisa terhadap masingmasing kasus untuk mengetahui pengalaman, permasalahan dan dinamlka yang terjadi pada tiap subyek. Kemudlan dilakukan analisa antar kasus, dimana peneliti membandingkan, menangkap persamaan dan perbedaan, menyimpulkan ha-hal umum dan memberi perhatian pada hal-hal khusus yang ditemukan diantara subyek penelitian. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh suatu pola dalam proses pengambilan keputusan untuk menggunakan narkoba.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa masalah-masalah yang dialami oleh remaja akhir adalah kebutuhan untuk diterima, dikenal dan mendapatkan status dalam lingkungan sosialnya. Dalam proses pengambilan keputusan, remaja akhir selalu dipengaruhi oleh utility emosional sehingga mereka memberikan atribut positif terhadap narkoba. Remaja akhir juga sangat yakin akan kemungkinan keberhasilan mereka mencapai tujuan (subjective probability) jika menggunakan narkoba. Kedua variabel tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan remaja akhir untuk menggunakan narkoba.
Temuan lain dalam penelitian ini adalah beberapa faktor pepyebab remaja memilih untuk memakai narkoba, beberapa faktor penyebab perubahan evaluasi terhadap narkoba, hubungan antara penggunaan obat dan perilaku tawuran, penyebab timbulnya kesadaran untuk berhenti menggunakan narkoba dan pengaruh lingkungan pada penggunaan narkoba. Beberapa saran praktis yang didapat dari penelitian adalah pemberian informasi mengenai narkoba dengan lengkap dan nyata sehingga remaja memiliki informasi yang cukup tentang narkoba, diadakan pelatihan pengambilan keputusan untuk remaja melalui sekolah atau perkumpulan remaja agar remaja dapat mengambil keputusan dengan lebih kompeten dan memperbesar kontrol guru agar penggunaan narkoba di sekolah dapat berkurang atau bahkan hilang."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S2990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Ferylina
"Penelitian ini mengukur hubungan antara planned happenstance dan career decision-making self-efficacy pada siswa Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini juga mengukur peran kepribadian proaktif sebagai moderator pada hubungan antara planned happenstance dan career decision-making self-efficacy. Partisipan penelitian ini adalah 839 siswa Sekolah Menengah Atas. Variabel penelitian ini diukur menggunakan kuisioner penelitian dari Career Decision Self-Efficacy- Short Form CDSE-SF, Planned Happenstance Career Inventory PHCI dan Proactive Personality Scale PPS, yang kemudian diadaptasi sesuai dengan konteks Indonesia. Data penelitian dianalisis menggunakan regresi ganda dan PROCESS dari Hayes dengan menggunakan model moderator sederhana Model 1. Hasil penelitian menunjukan: a planned happenstance berhubungan secara positif dan signifikan dengan career decision-making self-efficacy dan b kepribadian proaktif tidak berperan sebagai moderator dalam hubungan planned happenstance dan career decision-making self-efficacy.

This study measures relationship between planned happenstance and career decision making self efficacy on high school students. This study also measures the role of proative personality as a moderator of relationship between planned happenstance and career decision making self efficacy. Data were collected from 839 high school students. Variables were measured using a research questionnaire in the form of Career Decision Self Efficacy Short Form CDSE ndash SF, Planned Happenstance Career Inventory PHCI, and Proactive Personality Scale PPS, which were adapted to the Indonesian context. The data were analyzed using multiple regression and Hayes rsquo PROCESS 2013 simple moderator model Model 1. The result showed a Planned happenstance is positively and significantly correlated with career decision making self efficacy and b proactive personality does not act as a moderator of the relationship between planned happenstance and career decision making self efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satriyo Wibowo
"Pengangguran usia muda merupakan masalah yang membutuhkan perhatian. Untuk itu upaya membantu remaja dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja menjadi penting. Kesiapan individu untuk membuat keputusan karir dengan informasi yang cukup dan sesuai dengan usianya serta menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan perkembangan karir disebut dengan kematangan karir. Keyakinan diri dan pusat kendali merupakan prediktor yang relevan dalam mempelajari kematangan karir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pusat kendali dan keyakinan diri keputusan karir terhadap kematangan karir siswa SMK Negeri 6 Jakarta.
Jumlah responden penelitian sebanyak 115 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan cara multistage random sampling. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang melakukan pengujian hipotesis dan menganalisis hubungan di antara variabel-variabel. Dalam penelitian ini digunakan konsep pusat kendali yang dikembangkan oleh Levenson (1972) yang membagi pusat kendali ke dalam tiga dimensi, yaitu Internal (I), Powerful-others (P), dan Chance (C). Konsep keyakinan diri keputusan karir yang digunakan merupakan konsep yang telah dikembangkan oleh Betz dan Taylor (2000) yang menunjukkan tingkat keyakinan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam membuat keputusan karir. Untuk mengukur kematangan karir digunakan instrumen yang dikembangkan Super et al. (1981) yang dikenal sebagai career development inventory (CDI). Analisis statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pusat kendali dimensi internal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keyakinan diri keputusan karir. Siswa yang memiliki pusat kendali internal merasa bahwa hasil kerja serta karirnya tergantung dari faktor internal, antara lain usaha, kemampuan, dan pengambilan keputusan sehingga akan meningkatkan keyakinan diri siswa dalam mengambil keputusan karir. Keyakinan diri keputusan karir berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karir. Siswa yang mempunyai keyakinan diri keputusan karir yang tinggi akan berpikir bahwa hambatan atau kendala selalu dapat diatasi melalui pengembangan diri dan ketekunan, sehingga akan menghasilkan kesiapan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir. Pusat kendali dimensi internal berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karir. Siswa yang memiliki pusat kendali internal merasa bahwa karirnya tergantung dari faktor internal, antara lain usaha dan kemampuannya sehingga siswa akan aktif mencari informasi dan berusaha keras untuk mencapai karir yang diharapkan.

Youth unemployment is a problem that requires attention. Therefore, the effort to help youth in preparing themselves to enter the world of work becomes important. Career maturity refers to the individual?s readiness and awareness to make age-appropriate career decisions and cope with career development tasks. Self- efficacy and locus of control are a relevant predictors in studying career maturity. This study aims to determine the effect of locus of control and career decision-making self-efficacy on students' career maturity of SMK Negeri 6 Jakarta.
Total respondents of this research are 115 students. The sampling technique used was multistage random sampling. This is an explanatory research which is to test hypotheses and analyze the relationship between the variables. This study use the concept of locus of control developed by Levenson (1972) that divide locus of control into three dimensions, Internal (I), Powerful-others (P), and Chance (C). Career decision-making self-efficacy concept used is the concept that developed by Betz and Taylor (2000), which shows individual?s belief in completing the tasks necessary to making career decisions. The instrument used to measure career maturity was developed by Super et al. (1981), known as the Career Development Inventory (CDI). Statistical analysis used to test the hypothesis is path analysis.
The results showed that internal locus of control dimension has a significant effect on career decision-making self-efficacy. Students who have internal locus of control feel that the work and his career depends on internal factors, such as an effort, ability, and decision making that will enhance students' self-efficacy in making career decisions. Career decision-making self-efficacy significantly influence career maturity. Students who have high self-efficacy would think that the barriers or constraints can always be solved through selfdevelopment and persistence, so that will result readiness in completing career development tasks. Internal locus of control dimension significantly influence career maturity. Students who have internal locus of control feel that his career depends on internal factors, such as efforts and abilities so that students will actively seek information and strive to achieve the expected career."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28146
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>