Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135716 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Visi Mirani
"ABSTRAK
Situasi penonton dalam suatu pertandingan olahraga dipandang sebagai situasi yang berkaitan erat dengan timbulnya kecemasan pada diri atlet (Singer, Murphey, dan Tennant, 1993). Selanjutnya, situasi hadirnya penonton ini dapat menimbulkan hasrat pamer (self-presentation) pada diri atlet, terutama jika di antara penonton hadir orang yang berarti bagi atlet (significant other). Bagi atlet yang sedang berada pada tahap perkembangan dewasa muda, dimana salah satu tugas perkembangannya adalah mencari pasangan hidup, kehadiran pacar atau orang yang menjadi sasaran ketertarikan atlet akan menjadi masalah tersendiri, dimana ia akan mengkhawatirkan kesan yang akan timbul di benak pacarnya atau orang yang menjadi sasaran ketertarikannya karena ia merasa penampilannya dievaluasi. Keinginan untuk menjaga kesan baik ini akan menjadi konflik jika tugas yang akan diselesaikan adalah tugas yang relatif sulit. Hoki merupakan cabang olahraga yang atletnya dituntut untuk menyelesaikan tugas yang relatif sulit (Ward, 1994) karena atlet dituntut untuk mampu menguasai bola yang berukuran kecil (11,4 cm) dengan sebuah alat yang berupa tongkat yang panjangnya 91 sampai 101 cm. Jadi, permasalahan dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara self-presentation terhadap pacar atau orang yang menjadi sasaran ketertarikan dengan kecemasan pada atlet hoki.
Yang dimaksud dengan self-presentation adalah keinginan yang diwujudkan dalam usaha atau dapat juga merujuk pada sarana yang digunakan individu dalam rangka membentuk kesan baik yang diharapkan akan timbul di benak orang lain. Self-presentation ini diukur dengan alat yang dibuat dan terdiri dari 48 item. Selanjutnya, menurut Spielberger kecemasan terdiri dari dua macam. Yang pertama adalah kecemasan dasar yang merujuk pada disposisi umum yang dimiliki individu untuk berespon pada berbagai macam situasi (yang mengancam) dan bentuk responnya adalah kecemasan sesaat. Kecemasan dasar ini diukur oleh alat ukur yang disusun oleh Martens (1977) yaitu Sport Competition Anxiety Test. Yang kedua adalah kecemasan sesaat yang merupakan keadaan emosi yang muncul segera, mempunyai karakteristik yang ditandai adanya rasa takut, cemas, dan ketegangan serta diikuti dengan adanya kegairahan fisiologis (physiological arousal). Kecemasan sesaat ini diukur oleh alat ukur yang juga dikembangkan oleh Martens (1977), yaitu Competitive State Anxie(y Inventory (CSAI). ketiga alat ukur tersebut disebarkan kepada 75 atlet hoki ketika Invitasi Hoki Ruangan Antar Perguruan Tinggi dan Pelajar Nasional berlangsung dan yang dapat diolah sebanyak 48 subyek.
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode stastistik teknik korelasi Pearson's Product Moment, maka diketahui tidak terdapat hubungan antara kecenderungan self-presentation terhadap pacar atau orang yang menjadi sasaran ketertarikan dengan kecemasan pada atlet hoki. Namun hal ini bukan berarti atlet tidak mempunyai keinginan untuk menjaga kesan baik di benak pacarnya atau orang yang menjadi sasaran ketertarikannya. Hal ini dimungkinkan karena adanya beberapa kelemahan dalam penelitian ini, salah satunya adalah bagaimanapun juga pacar dan orang yang menjadi sasaran ketertarikan atlet merupakan dua hal yang berbeda. Maka dari itu, disarankan dalam penelitian selanjutnya dilakukan pemisahan terhadap subyek yang memiliki pacar dan yang baru merasa tertarik kepada seseorang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Ramadhania Mumtaz
"Kegiatan akademik yang dilakukan oleh pihak perguruan tinggi mengalami perubahan sebagai bentuk adaptasi Pasca Pandemi COVID-19. Salah satunya yaitu metode pembelajaran hybrid. Perubahan ini sangat mempengaruhi mahasiswa, terutama mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi yang dapat memicu rasa cemas dan stres bagi mahasiswa tingkat akhir.  Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara  kecemasan dan stres dengan self-efficacy mahasiswa tingkat akhir pasca pandemik COVID-19. Metode yang digunakan yaitu cross-sectional dengan pengambilan seluruh sampel sebanyak 100 mahasiswa sarjana FIK UI tingkat akhir dengan menggunakan kuesioner GSES dan DASS 42. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara kecemasan dan stress dengan efikasi diri (r = -0,323 dan -0,277). Stres dan kecemasan mahasiswa keperawatan tingkat akhir termasuk kategori yang memprihatinkan dan perlu diperhatikan institusi pendidikan. Stres dan kecemasan ini juga membuat efikasi diri yang kurang pada mahasiswa keperawatan tingkat akhir.

Academic activities carried out by universities have changed as a form of adaptation to the COVID-19 pandemic. One of the learning methods is hybrid learning. This change affects final year students who are completing their thesis, furthermore it can trigger anxiety and stress. The purpose of this study was to determine the relationship between anxiety and stress with the self-efficacy of final year students after the COVID-19 pandemic. The method used is cross-sectional with a total sample of 100 undergraduate students at the final level of FIK UI, using the GSES and DASS 42 questionnaires. The result of the Spearman correlation has indicated a significant relationship (p < 0.05) between anxiety and stress and self-efficacy (r values = -0.323 and –0.277), respectively. It can be concluded that the level of stress and anxiety among final year nursing students can be categorized on a concerning level, this issue needs to be noticed by educational institutions. Furthermore, stress and anxiety have also resulted in low self-efficacy among final year nursing students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianka Adya Aurelia
"Seperti atlet olahraga tradisional, atlet Esports mampu mengalami kecemasan kompetitif yang dapat menganggu performa mereka dalam bermain saat menjalani pertandingan. Kecemasan tersebut merupakan hasil interpretasi terhadap situasi kompetitif yang dianggap sebagai ancaman. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kontrol seperti self-efficacy untuk mencegah meningkatnya tingkat kecemasan kompetitif pada seorang atlet Esports. Namun terdapat dugaan bahwa terdapat peran kepribadian neuroticism yang mengakibatkan atlet memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan kompetitif. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran neuroticism sebagai moderator dari hubungan self-efficacy dan kecemasan kompetitif pada atlet Esports Valorant. Kecemasan kompetitif diukur menggunakan Competitive State Anxiety Inventory-2R ID (CSAI-2RID), self-efficacy diukur menggunakan Athlete Self-Efficacy Scale (ASES), dan neuroticism diukur menggunakan International Personality Item Pool-Big FiveMarkers-25 (IPIP-BFM-25). Penelitian ini memperoleh 150 partisipan yang merupakan pemain gim Valorant (usia 18-25 tahun, 64.7% laki-laki). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat efek moderasi neuroticism yang signifikan pada hubungan self-efficacy dan kecemasan kompetitif. Dalam arti lain, baik tinggi atau rendah skor neuroticism tidak dapat memperkuat atau memperlemah self-efficacy terhadap kecemasan kompetitif secara signifikan.

Like traditional sports athletes, Esports athletes can experience competitive anxiety that can interfere with their performance in a competition. This anxiety is the result of interpreting competitive situations as threatening. Therefore, a type of control such as self-efficacy is needed to prevent competitive anxiety levels from rising in an Esports athlete. However, it is suspected that there is a role of neuroticism that results in athletes tending to experience competitive anxiety. This study aims to examine the role of neuroticism as a moderator of the relationship between self-efficacy and competitive anxiety in Esports athletes. Competitive anxiety was measured using the Competitive State Anxiety Inventory-2R ID (CSAI-2Rid), self-efficacy was measured using the Athlete Self-Efficacy Scale (ASES), and neuroticism was measured using the International Personality Item Pool-Big FiveMarkers-25 (IPIP-BFM-25). This study obtained 150 participants who were Valorant players (18-25 years old, 64.7% male). The results showed that there was no significant moderating effect of neuroticism on the relationship between self-efficacy and competitive anxiety. In other words, either high or low neuroticism scores could not significantly strengthen or weaken self-efficacy against competitive anxiety."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Naila
"Gejala kecemasan umum dialami oleh remaja, dan data di Indonesia juga menunjukkan tingginya angka kecemasan pada remaja. Penting bagi remaja untuk mencari bantuan profesional jika terkait gejala kecemasan yang dialami. Penelitian menunjukkan bahwa perceived social stigma adalah salah satu penghambat utama bagi remaja yang mengalami kecemasan dalam mencari bantuan psikologis. Banyaknya bermunculan layanan psikologis daring sejak pandemi COVID-19 berlangsung, diindikasikan oleh penelitian sebelumnya dapat menjadi alternatif jenis layanan yang diakses oleh remaja. Diduga pada konteks layanan daring, hambatan utama yaitu perceived social stigma dapat teratasi. Meski demikian, belum ada penelitian yang menguji apakah perceived social stigma tetap memperlemah hubungan antara gejala kecemasan dan intensi mencari bantuan pada remaja. Pada penelitian ini, akan diuji hubungan ketiga variabel tersebut. Partisipan penelitian berjumlah 751 remaja berusia 13-19 tahun. Analisis moderasi menggunakan PROCESS Hayes menunjukkan tidak adanya peran moderasi yang signifikan dari perceived social stigma. Ditemukan juga bahwa semakin tinggi gejala kecemasan, berhubungan dengan semakin tingginya intensi mencari bantuan profesional daring. Hasil ini menunjukkan potensi layanan daring untuk diakses oleh remaja dalam mengatasi gejala kecemasan.

Anxiety symptoms is common in adolescent, and data in Indonesia shows anxiety prevalence in adolescent which is quite high. It is important for adolescent to seek professional help when in need. Research shows that perceived social stigma is a big barrier for adolescent to seek professional help. COVID-19 pandemic situation shows the increase in online professional help, and research indicates that online professional help can be an alternative for adolescent. It is assumed that in online context, barrier to seek help will diminish. However, there is no research yet in Indonesia that examine about the role of perceived social stigma in moderating anxiety symptom and intention to seek online professional help in adolescent. In this study, participants were 774 adolescents between the ages of 13-19 years. Moderation analysis using PROCESS Hayes showed that perceived social stigma did not moderate the relationship between anxiety symptoms and online help-seeking intention. In this study, it is also found that the increase in anxiety symptom is followed by an increase in intention to seek online professional help. This result shows that online professional help can be a great alternative for adolescent experiencing anxiety symptom.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvieni M. Angelica
"Self esteem remaja yang rendah dapat menghasilkan kondisi stress anxiety serta depresi Kondisi ini memicu tingkah laku berisiko salah satunya adalah seks pra nikah yang berujung pada kehamilan yang tidak dikehendaki Self esteem rendah ditambah dengan peristiwa kehamilan yang tidak dikehendaki semakin memperburuk kondisi self esteem seseorang Salah satu teknik intervensi yang dapat membantu meningkatkan self esteem seseorang ialah teknik acceptance and commitment therapy ACT Desain penelitian yang digunakan ialah pretest posttest one group design Alat ukur yang digunakan ialah Coopersmith Self Esteem Inventory CSEI serta Depression Anxiety Stress Scale 21 DASS 21 Selain itu juga dilakukan pengukuran kualitatif berupa observasi dan wawancara Partisipan ialah remaja 11 tahun di bawah 20 tahun hamil luar nikah dengan penyebab kehamilan ialah hubungan seksual tanpa paksaan dengan pacar serta memiliki self esteem rendah Intervensi dilakukan dalam setting kelompok di dua shelter yaitu Bantul dan Jatinegara dengan 4 orang partisipan yang diambil untuk menjadi fokus dalam penelitian Intervensi terdiri dari 5 sesi dengan waktu pelaksanaan berkisar antara 1 5 ndash 3 5 jam Berdasarkan pengukuran kuantitatif dan kualitatif di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan self esteem pada seluruh partisipan namun bervariasi pada kondisi stress anxiety dan depresi

Teenagers low self esteem are able to produce stress anxiety also depression It also prompts some risk behaviors such as premarital sex which can cause unintended pregnancy Low self esteem teenagers who have unintended pregnancy may exacerbate their self esteem condition One of many intervention techniques to help increasing self esteem is acceptance and commitment therapy ACT Research design applied was pretest posttest one group design Inventories used were Coopersmith Self Esteem Inventory CSEI and Depression Anxiety Stress Scale 21 DASS 21 Observation and interview held as part of qualitative research method Research participants were teenagers 11 years to below 20 years with unintended pregnancy caused by premarital sex with their own partner without any coercion and having low self esteem Intervention held in group setting in 2 shelters Bantul and Jatinegara with 4 participants taken as part of the research focus This intervention consists of 5 sessions each held within 1 5 to 3 5 hours Quantitative and qualitative measurement showed increase on all participants rsquo self esteem but varied results found in stress anxiety and depression
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latumeten, Belinda Jacqueline
"ABSTRAK
Latar belakang : Cukup tingginya prosedur tindakan jantung yang dilaksanakan di
rumah sakit serta terdapatnya kecemasan pasca tindakan jantung akan mempengaruhi
kualitas hidup pasien. Latihan relaksasi otot progresif merupakan suatu bentuk latihan
relaksasi yang dapat mengatasi kecemasan pada subjek pasca tindakan jantung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat gejala kecemasan serta kualitas
hidup subjek pasca tindakan jantung sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot
progresif.
Metode : Penelitian ini adalah studi intervensi dengan desain pre dan post satu
kelompok pada 7 orang subjek pasca tindakan jantung yang mengikuti program
rehabilitasi jantung fase II. Subjek dinilai tingkat gejala kecemasan dan kualitas hidup
nya dengan menggunakan Hamilton Anxiety Scale dan SF 36. Subjek dengan gejala
kecemasan diberikan latihan relaksasi otot progresif selama 6 minggu, 2 kali perhari.
Setelah 6 minggu kembali dinilai tingkat gejala kecemasan dan kualitas hidup nya .
Hasil : Didapatkan penurunan tingkat gejala kecemasan yang bermakna (p<0,028)
(IK7,8-17,3) , dengan rerata tingkat gejala kecemasan sebelum diberikan latihan 19,2
(SB 6) dan setelah diberikan latihan 6,2 (SB 4) . Kualitas hidup subjek setelah
diberikan latihan relaksasi menunjukan perbaikan terutama pada ranah fungsi fisik,
keterbatasan peran akibat keterbatasan fisik, keterbatasan peran akibat keadaan
emosional, energi / kelelahan, keadaan emosional yang memberikan nilai yang
bermakna.
Kesimpulan : Pada penelitian ini latihan otot progresif dapat memperbaiki gangguan
gejala kecemasan dan kualitas hidup pasien pasca tindakan jantung.

ABSTRACT
Background : Quite high of cardiac intervention procedures performed in hospitals as
well as the presence of anxiety after cardiac intervention will affect patient's quality
of life. Progressive muscle relaxation training is a form of relaxation training that can
overcome anxiety on subject of post cardiac intervention procedures . This research
aimed to determine subject level of anxiety symptom and quality of life after cardiac
intervention before and after progressive muscular relaxation training .
Methods : This research is an interventional study with one group pre and post
design on 7 subjects after cardiac intervention that followed phase II cardiac
rehabilitation program. Subject level of anxiety symptom and quality of life being
assessed by using Hamilton Anxiety Scale and SF 36. Subject with anxiety symptom
provided with progressive muscular relaxation training for 6 weeks, twice a day. After
6 weeks subject level of anxiety symptom and quality of life revaluated .
Result : There were significant improvement in level of anxiety symptom (p <0,028)
(IK 7,8-17,3), mean level of anxiety symptom before intervention was 19,2 (SB6) and
mean after intervention 6,2 (SB 4). Subject quality of life was also improved
particularly at physical functioning, role limitations due to physical health, role
limitation due to emotional problem, energy/fatigue, emotional wellbeing.
Conclusion : In this research progressive muscular relaxation can improve anxiety
symptom and quality of life of patients after cardiac intervention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Anisa Syahriel
"Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagian otak. Stroke merupakan penyakit kronis yang tidak hanya berdampak pada fisik tapi juga psikososial seperti ansietas. Ansietas yang dialami oleh pasien stroke membuat pasien stroke membutuhkan sistem pendukung yang baik untuk beradaptasi dengan realitas dan keadaannya, baik secara psikososial maupun fisiologis. Sistem pendukung tersebut dapat berasal dari efikasi diri dan dukungan keluarga, sehingga proses rehabilitasi dapat efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan dukungan keluarga dengan ansietas pada pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Metode yang digunakan yaitu desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 69 orang. pengumpulan data menggunakan kuesioner Stroke Self-efficacy Questionnare (SSEQ), Perceived Social Support From Family (PSS-Fa), dan GAD-7. Analisis data bivariat menggunakan uji Spearman Rank. Hasil penelitian menujukkan ada hubungan antara efikasi diri dengan ansietas (p-value 0.000 < 0.05). Sementara hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan ansiets pada pasien stroke (p-value 0.206 > 0.05). Kesimpulan dari hasil penelitian adalah efikasi diri yang tinggi dapat menurunkan ansietas pada pasien stroke. Meskipun dukungan keluarga tidak menunjukkan adanya hubungan dengan ansietas, namun keluarga memiliki peran yang penting dalam merawat pasien stroke yang mengalami ansietas. Saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke yang mengalami ansietas serta mengoptimalkan sumber koping yang dimiliki oleh pasien stroke.

Stroke is a term used to describe neurological changes caused by disruptions in blood supply to the brain. It is a chronic condition that impacts not only physical but also psychosocial aspects such as anxiety. The anxiety experienced by stroke patients necessitates a strong support system for them to adapt to their reality, both psychosocially and physiologically. This support system can come from self-efficacy and family support, enabling an effective rehabilitation process. The goal of this research is to explore the relationship between self-efficacy, family support, and anxiety in stroke patients at the National Brain Center Hospital. The method employed is a correlational descriptive design with a cross-sectional approach. The sample consists of 69 stroke patients from the National Brain Center Hospital selected through purposive sampling. Data collection involves the Stroke Self-efficacy Questionnaire (SSEQ), Perceived Social Support From Family (PSS-Fa), and GAD-7 questionnaire. Bivariate data analysis is conducted using the Spearman Rank test. The research results indicate a significant relationship between self-efficacy and anxiety (p-value 0.000 < 0.05). However, there is no significant relationship between family support and anxiety in stroke patients (p-value 0.206 > 0.05). The conclusion drawn from the research is that high self-efficacy can reduce anxiety in stroke patients. Although family support does not show a direct correlation with anxiety, families play a crucial role in caring for anxious stroke patients. Suggestions related to this research include conducting studies on family knowledge regarding caring for stroke patients experiencing anxiety and optimizing coping resources available to stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Rahmah Suri
"Stigma mengenai pasien dengan gangguan jiwa mampu menimbulkan terjadinya ansietas dan dapat mempengaruhi kinerja mahasiswa keperawatan saat melakukan praktik klinik. Ansietas dapat ditangani dengan cara memiliki efikasi diri yang tinggi agar dapat melakukan kegiatan yang akan dijalani dengan baik. Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional dan bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan tingkat ansietas mahasiswa keperawatan yang sedang praktik klinik dalam menghadapi pasien di rumah sakit jiwa. Jumlah responden adalah 107 mahasiswa yang dipilih dengan teknik non probability sampling yaitu purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi yaitu mahasiswa D3 dan S1 Profesi atau Ners, mahasiswa keperawatan yang melakukan praktik klinik dalam menghadapi pasien di rumah sakit jiwa, dan mahasiswa yang bersedia menjadi responden. Instrumen yang digunakan adalah General Self Efficacy dan Hamilton Anxiety Rating Scale. Penelitian ini telah dinyatakan lolos uji etik dengan nomor surat S-197/UN2.F12.D1/PDP.04.04/2022. Adapun analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat berupa Uji One Way Anova. Berdasarkan analisis data univariat didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa berusia dewasa awal, berjenis kelamin perempuan, dan memiliki tingkat pendidikan D3. Efikasi diri yang terjadi pada responden dalam penelitian ini yaitu cenderung tinggi tanpa memiliki ansietas atau normal. Berdasarkan uji One Way Anova didapatkan bahwa nilai p value adalah 0,000. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri dengan tingkat ansietas mahasiswa keperawatan yang sedang praktik klinik dalam menghadapi pasien di rumah sakit jiwa. Penelitian ini merekomendasikan agar mahasiswa dapat meningkatkan efikasi diri atau keyakinan diri sehingga dapat meminimalkan perasaan cemas ketika dihadapkan langsung dengan pasien untuk memberikan asuhan keperawatan saat praktik klinik. Penelitian lebih lanjut yang menghubungkan kondisi lingkungan dengan tingkat ansietas saat praktik klinik pada mahasiswa keperawatan disarankan.

Stigma regarding patients with mental disorders can cause anxiety and can affect student sleep performance when doing clinical practice. Anxiety can be handled by having high self-efficacy in order to carry out the activities that will be carried out well. The study was conducted with a cross sectional method and aimed to determine the relationship between self-efficacy and anxiety levels of nursing students who are practicing clinically in dealing with patients in psychiatric hospitals. The number of respondents was 107 students who were selected using a non-probability sampling technique, namely purposive sampling based on inclusion criteria, namely D3 and S1 Professional or Nurse students, nursing students who did clinical practice in dealing with people with mental disorders in mental hospitals, and students who were willing to become respondents. The instruments used are General Self Efficacy and Hamilton Anxiety Rating Scale. This research has been declared to have passed the ethical test with letter number S-197/UN2.F12.D1/PDP.04.04/2022. The data analysis carried out is univariate analysis and bivariate analysis in the form of One Way Anova Test. Based on univariate data analysis, it was found that most of the students were in early adulthood, female, and had a D3 level of education. The self-efficacy that occurred in the respondents in this study tended to be high without having anxiety or being normal. Based on the One Way Anova test, it was found that the p value was 0.000. The results of this study indicate that there is a relationship between self-efficacy and anxiety levels of nursing students who are practicing clinically in dealing with patients in psychiatric hospitals. This study recommends that students can increase self-efficacy or self-confidence so as to minimize feelings of anxiety when confronted directly with patients to provide nursing care during clinical practice. Further research that relates environmental conditions to the level of anxiety during clinical practice in nursing students is recommended."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mari Magdalena S
"Keterampilan berbicara di muka umum adalah suatu hal yang penting, baik dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan di perguruan tinggi, maupun dunia pekerjaan. Dalam dunia pendidikan, keterampilan tersebut memungkinkan mahasiswa untuk aktif berpartisipasi di dalam kelas. Dalam dunia pekerjaan, keterampilan tersebut memungkinkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan membangun karir yang sukses. Sungguh pun demikian, menjadi seorang pembicara yang efektif bukanlah hal yang mudah, antara lain individu harus memiliki kepercayaan dan kontrol diri yang adekuat. Pembicara yang efektif mampu mengatasi kecemasan yang timbul karena harus tampil dan disorot di muka banyak orang.
Melalui pengamatan sepintas peneliti terhadap mahasiswa-mahasiswa S-l di UI, diperoleh kesan bahwa tugas berbicara di muka umum hanya dilakukan oleh segelintir mahasiswa yang telah terampil berbicara di muka umum organisasi di sekolah/ kampus. Mahasiswa-mahasiswa lain, yang belum terbiasa tampil di muka umum, cenderung enggan melakukan tugas berbicara di muka umum dan lebih suka karena keterlibatannya dalam untuk mendelegasikan tugas tersebut pada rekan-rekannya yang dianggap lebih kompeten. Hal ini merupakan suatu kesenjangan karena sebagai seorang calon Saijana, tiap mahasiswa diharapkan mampu mengemukakan pendapatnya di muka forum ilmiah.
Berbicara di muka umum menuntut individu untuk memfokuskan atensinya ke luar diri, pada kebutuhan hadirin serta konteks fisik dan sosial di mana komunikasi berlangsung. Oleh karena itu, individu dengan kecenderungan yang besar untuk memfokuskan atensi pada diri, pada pikiran, perasaan, tingkah laku, atau penampilannya, diasumsikan akan mengalami hambatan dalam berbicara di muka umum karena manusia memiliki kapasitas atensi yang terbatas. Ditinjau dari usianya, sebagian besar mahasiswa masih dapat digolongkan sebagai remaja, yaitu remaja akhir. Salah satu ciri kepribadian yang khas pada masa remaja adalah kecenderungan memfokuskan atensi pada diri (disebut juga kesadaran-diri) yang ekstrim. Melalui penelitian ini, peneliti ingin membuktikan bahwa kecenderungan memfokuskan atensi pada diri pada mahasiswa berhubungan dengan kecemasannya dalam berbicara di muka umum.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kesadaran-diri dan kecemasan berbicara di muka umum. Di samping itu, penelitian ini diharapkan juga memiliki manfaat praktis bagi mahasiswa yang mengalami kecemasan berbicara di muka umum. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 191 orang, yang terdiri dari mahasiswa S-1 dari berbagai fakultas di UI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Untuk pengumpulan data, digunakan alat ukur berupa kuesioner, yang terdiri dari pengantar mengenai berbicara di muka umum, skala yang mengukur kesadaran-diri, skala yang mengukur kecemasan berbicara di muka umum, dan data kontrol.
Kedua skala yang telah disebutkan merupakan skala Likert berbahasa Inggris yang telah dibakukan. Sebelum digunakan dalam penelitian yang sebenarnya, peneliti terlebih dahulu melakukan adaptasi atas kedua skala tersebut. Hasil uji hipotesa menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kesadaran-diri dengan kecemasan berbicara di muka umum. Namun, setelah ditelaah lebih lanjut, ditemukan hubungan yang bervariasi antara tiap dimensi kesadaran-diri dengan kecemasan berbicara di muka umum. Di samping hasil uji hipotesa, diperoleh pula beberapa hasil sampingan yang membuat hasil penelitian ini menjadi lebih lengkap."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Niman
"Banjir musiman menjadi stressor yang dialami oleh remaja yang tinggal di daerah rawan bencana banjir. Remaja merasakan ansietas sebagai dampak psikologis akibat banjir. Self efficacy dibutuhkan oleh remaja dalam menghadapi banjir musiman. Disertasi ini membahas pengembangan model koping untuk meningkatkan self efficacy dan mengatasi ansietas yang selanjutnya diimplementasikan pada remaja usia 13 – 18 tahun di daerah rawan bencana banjir Kabupaten Bandung Jawa Barat. Tujuan penelitian menganalisis model koping untuk meningkatkan Self efficacy dan mengatasi ansietas pada remaja di daerah rawan bencana banjir. Metode penelitian exploratory sequential mixed methods dengan dua tahap. Tahap 1 penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi dan pengembangan model. Partisipan pada penelitian kualitatif berjumlah 15 remaja usia 13-18 tahun. Kriteria sampel tinggal di daerah rawan banjir dengan kriteria sedang-tinggi dan pernah mengalami banjir. Tahap 2 penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pre and post test control group design. Sampel penelitian masing – masing kelompok 104 responden yang dipilih secara purposive sampling. Kriteria inklusi usia 13-18 tahun, tinggal di daerah rawan banjir dengan kriteria sedang-tinggi, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR/Pramuka, bersedia mengikuti kegiatan secara lengkap. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dan alat ukur yang digunakan menggunakan instrumen coping self efficacy dan Screen for Children Anxiety Related Emotion Disorder. Analisa data dilakukan menggunakan uji bivariat dan multivariat. Hasil penelitian tahap 1 didapatkan 5 tema utama dan hasil tahap 2 terdapat perubahan self efficacy dan ansietas pada kelompok yang mendapatkan intervensi model koping dukungan remaja.Penelitian menyarankan bahwa model koping dukungan remaja dapat diaplikasikan oleh dinas kesehatan, badan penanggulangan bencana daerah, perawat puskesmas, guru bimbingan konseling, orang tua dan remaja; Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menguji model dukungan remaja pada kondisi bencana alam yang lain.

Seasonal floods are a stressor experienced by adolescents who live in flood-prone areas. Adolescents feel anxiety as a psychological impact due to flooding. Adolescents need self-efficacy in dealing with seasonal floods. This dissertation discusses the development of coping models to increase self-efficacy and overcome anxiety which will then be implemented in adolescents aged 13-18 years in flood-prone areas, Bandung Regency, West Java. The research objective is to analyze coping models to increase self-efficacy and overcome anxiety in adolescents in flood-prone areas. The exploratory sequential mixed methods research method with two stages. Phase 1 qualitative research with phenomenological design and model development. The participants in the qualitative study were 15 adolescents aged 13-18 years. The criteria for the sample live in flood-prone areas with medium-high criteria and have experienced flooding. Phase 2 is a quantitative study with a quasi-experimental design with pre and post-test control group design. The research sample for each group is 104 respondents selected by purposive sampling. Inclusion criteria are 13-18 years old, living in a flood-prone area with medium-high criteria, participating in PMR/Scout extracurricular activities, and being willing to participate in the full activity. The research activity was carried out for one month, and the measurement tools used were coping self-efficacy instruments and the Screen for Children Anxiety Related Emotion Disorder. Data analysis was performed using bivariate and multivariate tests. The results of the first phase of the research found five main themes. The results of the second stage showed changes in self-efficacy and anxiety in the group that received the intervention of the adolescent support coping model. Research suggests that health offices can apply the coping model for youth support, regional disaster management agencies, primary health nurses, guidance and counselling teachers, parents and adolescents; Further research is needed to test the model of youth support in other natural disaster conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>