Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Ayu Indriyani
"Makna hidup merupakan motivasi utama manusia dalam hidup. Kegagalan menemukan makna hidup mengarah pada tindakan merusak diri sendiri seperti mencandu narkoba. Karena itu, pemulihan diarahkan pada menemukan kembali makna dalam hidup pecandu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gorski (2001) bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk long-term sobriety diarahkan pada menemukan makna dan tujuan hidup.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan wawancara sebagai teknik pengumpulan data utama. Sedangkan, observasi dilakukan untuk melengkapi data yang dikumpulkan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya komponen-komponen yang sangat berperan dalam pemulihan dan membantu responden menemukan makna hidup. Selain itu, pemulihan dan menemukan makna hidup melalui suatu proses yang umumnya sama untuk tiap responden meskipun urutannya berbeda.
Penelitian ini juga mengungkapkan ketidakbermaknaan yang dialami para responden ketika mencandu. Penelitian ini membenarkan adanya kaitan antara tingkat keparahan kecanduan dengan tingkat ketidakbermaknaan. Melalui penelitian ini juga diketahui sumber-sumber makna hidup responden yang pernah mencandu narkoba.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melengkapi data yang dikumpulkan dengan hasil Purpose In Life Test untuk mengukur kehendak akan makna dan kehampaan eksistensial atau Meaning In Suffering Test untuk memastikan apakah seseorang telah menemukan makna dalam penderitaannya. Selain itu, sebaiknya juga menggunakan responden yang belum berhasil menemukan makna hidup untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat penemuan makna hidup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sicilya Yuanita L
"Adversity Quolient adalah konsep yang diperkenalkan Stoltz (1997), yaitu suatu variabel yang menentukan apakah suatu individu tetap berharap dan terkendali dalam menghadapi situasi/keadaan yang sulit. Skor dari Tes AQ ini dapat memberikan gambaran tentang seberapa baik seseorang bertahan dalam menghadapi hambatan dan kemampuan dalam menghadapinya;Siapa yang dapat mengatasi hambatan dan siapa yang tidak;Perkiraan performa , potensi dan kegagalan seseorang. Pemilihan subyek yang ditujukan khusus ibu karena seperti hasil penelitian Rosaldo, Chodrow dan Ortner terdapat asumsi yang berlaku dalam masyarakat bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab ibu.Bagi wanita sendiri begitu ia memasuki tahap menjadi ibu pada saat itulah ia mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang ibu atau istri daripada identifikasi terhadap karimya.(Basow,Gergen dkk, dalam Tumer & Helms, 1995).Selain itu wanita lebih mudah terkena stres bila menyangkut pada kejadian besar yang terjadi pada significant others-nya (Kessler & McLeod dalam Kessler & Almeida, 1998)atau kejadian dalam keluarganya .Sedangkan Tahapan usia dewasa tengah dipilih karena tahap ini menurut Vaillant dapat mendatangkan stres dengan adanya tuntutan perubahan peran sebagai orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak remajanya (dalam Papalia & Olds, 1998) Sedangkan menurut Erikson usia ini timbul dorongan untuk memberi perhatian (care ) yang berarti bertambahnya komitmen untuk mengasuh/menjaga {take care) orang, hasil/produknya , dan ide-ide dengan demikian dapat memenuhi dorongan sebagai orang tua {parental drive).Cara dalam menangani situasi yang menimbulkan stress secara garis besar terdiri dari dua cara: konstruktif/adaptif, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping (Folkman&Lazarus, 1988) dan destruktif/maladaptif (Carver,dkk., 1989). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan coping adalah hardiness dan optimisme - dimana faktor ini secara teoritis berhubungan dengan AQ - serta juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan status ekonomi - yang dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai data kontrol - Permasalahan yang diajukan adalah: Bagaimana kaitan/hubungan antara AQ dengan coping yang ditampilkan oleh para ibu dari anak yang mengalami ketergantungan narkoba? Bagaimana gambaran umum skor total AQ yang terdapat pada para ibu tersebut ? Bagaimana gambaran perilaku coping yang ditampilkan para ibu tersebut? Dan sebagai data tambahan yaitu bagaimana perilaku coping ibu dari tiap masing-masing kelompok dengan tingkat pendidikan dan status ekonomi yang berbeda? Alat yang digunakan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stress pada ibu dibuat berdasarkan hasil elisitasi dan Social- Readjustment Rating Scale dari Holme dan Rahe Pilihan jawaban yang tersedia adalah skala 1- 5 untuk masing-masing dimensi AQ. Alat ini terdiri dari 30 item yang terdiri dari 5 dimensi AQ yaitu Control (C) - menggambarkan seberapa besar kendali yang ditangkap (perceived) suatu individu atas kegagalan yang mereka hadapi. Origin dan Ownership (02) - Origin adalah sumber asal suatu kegagalan dipersepsikan, sedangkan kepemilikan (ownership) berkaitan dengan rasa memiliki hasil atau akibat dari perilakunya (accountability).Reach (R) - menggambarkan seberapa jauh kegagalan/hambatan mempengaruhi area lain dalam hidup suatu individu.Endurance (E) - menggambarkan berapa lama suatu individu menangkap kegagalan/hambatan atau akibat dari kegagalan tersebut berlangsung.Subjek dalam penelitian ini adalah yang anaknya sedang atau pernah mengalami ketergantungan narkoba. Jumlah subjek yang diperoleh sebanyak 30 orang. Untuk melihat gambaran skor tiap dimensi dan gambaran skor total AQ digunakan teknik statistik untuk mendapatkan rata-rata (mean) dan presentase subyek dalam rentang skor total AQ. Uji reliabilitas dan analisis item dari alat coping menggunakan koefisien Cronbach alpha dan metode konsistensi internal dan. Dengan Koefisien Cronbach Alpha yang dihasilkan, maka dapat dikatakan reliabilitas ARP ini sedang cenderung tinggi. Sedangkan untuk mengukur perilaku coping digunakan alat ukur yang sudah terstandarisasi dan baku dari Carver dan Scheier (1989) yaitu COPE Inventory. Alat ini terdiri dari 53 item yang terbagi atas tiga kategori yaitu problem focused coping emotion focused coping dan maladaplive coping. Perhitungan skor masing-masing menggunakan teknik statistik yang mengukur rata-rata {mean). Adaptasi alat ukur dilakukan dengan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia kenudian untuk mendapatkan umpan balik alat tersebut diberikan kepada dosen pembimbing dan sejumlah ibu-ibu dari rentang usia midd/e-adullhood Dari hasil perhitungan didapati bahwa tidak terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara AQ dengan problem focused coping emotion focused coping dan maladaplive coping; rata-rata coping yang dilakukan dari kelompok sampel adalah emotion focused coping. Dari data tambahan yang diperoleh penelitian ini juga memberikan hasil penelitian yang memiliki kesesuaian dengan hasil penelitian Haan (1977) yang menyatakan semakin tinggi status ekonomi seseorang maka semakin jarang ia menggunakan strategi coping yang mencakup kekakuan dan irasionalitas {coping tidak adaptif)dan hasil penelitian Billing dan Moos (1981) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia semakin menggunakan coping yang berorientasi dengan pemecahan masalah."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S3128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harvina Sawitri
"Narkotika dan obat-obatan terlarang merupakan permasalahan global saat ini. 3,3-6,1% penduduk dunia menggunakan obat-obatan terlarang. Di Indonesia 1,99 % penduduknya menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang dan 7% dari jumlah tersebut merupakan pengguna narkoba suntik. Pemakaian narkoba dapat mengakibatkan bermacam-macam gangguan mental dan perilaku dan mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit. Sedangkan pemakaian jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba suntik dapat meningkatkan angka infeksi HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C. Karena penggunaan narkoba suntik mengakibatkan banyak dampak buruk, oleh karena itu perlu adanya upaya untuk menanggulangi hal ini. Harm reduction (pengurangan dampak buruk) merupakan salah satu upaya penanggulangan narkoba. Program ini telah terbukti dapat menurunkan angka pemakaian narkoba dengan menyuntik.
Desain penelitian ini adalah menggunakan desain potong lintang dengan mempertimbangkan variabel waktu. Analisis yang digunakan adalah analisis survival menggunakan metode Kaplan Meier untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen dan untuk pemodelan multivariatnya dilakukan dengan Regresi Cox. Sampel penelitian ini adalah 268 pengguna narkoba suntik pada Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia tahun 2008 yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional.
Pada lama pemakaian narkoba suntik pada responden, waktu paling sedikit adalah 3 bulan dan waktu paling lama adalah 348 bulan (29 tahun). Umur paling muda pengguna narkoba suntik adalah 15 tahun dan paling tua 44 tahun. Faktor yang berhubungan dengan berhenti pakai narkoba suntik adalah umur, jenis kelamin, mengikuti rehabilitasi, tidak pernah mengikuti detoksifikasi, tidak pernah melakukan pengobatan sendiri, dan anggota keluarga tidak ada yang pakai narkoba. Tinggal bersama keluarga mempunyai peluang 1,50 kali lebih cepat untuk berhenti pakai narkoba suntik, pengguna narkoba suntik yang bekerja mempunyai peluang 1,24 kali lebih cepat untuk berhenti pakai narkoba suntik, pengguna narkoba suntik yang hanya menggunakan 2 zat atau kurang mempunyai peluang 1,68 kali lebih cepat untuk berhenti pakai narkoba suntik, dan pada pengguna narkoba suntik yang tidak tahu frekuensi menyuntik peluangnya 2,07 kali lebih cepat untuk berhenti pakai narkoba suntik. Mengikuti program harm reduction atau tidak mempunyai peluang yang sama untuk berhenti pakai narkoba suntik. Hal ini disebabkan karena belum optimalnya pelaksanaan program harm reduction dan keterampilan petugas penjangkauan yang belum adekuat.
Oleh karena itu sasaran program sebaiknya dilakukan pada umur sedini mungkin dan laki-laki juga menjadi fokus utama. Harm reduction perlu dioptimalkan lagi programnya secara menyeluruh dengan tidak hanya berfokus pada beberapa program tertentu. Karena kalau secara jangkauan, sebagian besar pengguna narkoba telah dapat menjangkau program, tetapi hasil yang didapatkan belum memenuhi target program. Perlu adanya peningkatan konseling secara individu antara petugas penjangkauan dengan pengguna narkoba untuk lebih memotivasi pengguna narkoba supaya dapat merubah perilakunya dari berisiko menjadi tidak berisiko.

Narcotics and illegal drugs is a global problem. About 3.3 to 6.1% of world population uses illegal drugs. In Indonesia, 1.99% of the population using drugs and illicit drugs and 7% of them are injecting drug users. Drug uses can lead to many mental and behavioral disorders and caused various diseases. And using drugs with needles in intravenous can increase the rate of HIV infection, Hepatitis B and Hepatitis C. Because of injection drug use caused many adverse effects, therefore there is a need for efforts to tackle this. Harm reduction is one of drugs prevention. This program has been shown can reduce the number of injecting drug use.
The design of this study is use a cross-sectional design with time variable into the consideration. This analysis used survival analysis which Kaplan-Meier is used to see the relationship between the dependent and independent variables for modeling and multivariat performed with Cox regression. The research sample is 268 injecting drug users in Indonesian Survey on Drug Abuse conducted in 2008 by BNN.
At the time of injecting drug use among respondents, the time is at least 3 months and a maximum was 348 months (29 years). The youngest age of injecting drug users is 15 years old and the oldest is 44 years. Factors associated with cessation of injecting drug use is age, sex, join rehabilitation, never join detoxification, didn?t have self eficacy, and no family member who used drugs. Living with family has chances 1.50 times faster to stop injecting drug use, injecting drug users who have a job 1.24 times faster to stop injecting drug use, injecting drug users who only use two substances have a chance of 1.68 times faster to stop injecting drug use and injecting drug users who do not know the frequency of injecting has chances 2.07 times faster to stop injecting drug use. Register to harm reduction program or not have the same opportunities to stop injecting drug use. This is due to non optimal implementation of harm reduction programs and the skills of outreach workers who have not been adequate.
Therefore, the target of program should be done at the earliest possible age and men are also a major focus. Harm reduction programs need to be optimized more thoroughly by not only focusing on a particular program. Because in range, the majority of drug addicts have been able to reach the program, but the results obtained do not meet program targets. Need for increased counseling to individuals between the outreach workers to better motivate drug addicts in order to change the behavior of the risk to no risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novian Pranata
"Fenomena penyalahgunaan narkoba saat ini menjadi pembicaraan semua pihak dan semua orang. Peredaran dan pemakaian narkoba yang semakin meluas ini tentunya mengancam kelangsungan hidup bangsa. Kenyataannya, penyalahgunaan narkoba saat ini tidak terbatas dilakukan oleh remaja melainkan telah menyebar ke seluruh lapisan usia, profesi dan pekerjaan. Dari anggota DPRD sampai dengan oknum aparat lainnya termasuk personel Polri.
Penyalahgunaan narkoba di lingkungan personel Polri merupakan suatu bentuk pelanggaran berat. Personel Polri sama seperti anggota masyarakat lainnya yang tidak luput untuk menerima perubahan yang terjadi di lingkungannya. Perubahan tersebut juga terjadi dalam aktivitas ekonomi, hubungan interpersonal sebagai akibat dari mudahnya budaya asing masuk ke Indonesia.
Penelitian ini berupaya untuk menemukan profil dan faktor-faktor penyalahgunaan narkoba di kalangan personal Polri. Metode penelitiannya bersifat desikriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran penyebaran dari data kuantitatif yang diperoleh dan didistribusikan berdasarkan golongan kepangkatan, klasifikasi keterlibatan, proses penyelesaian kasus dan daerah tugas. Data kuantitatif ini menggunakan data yang ada di Dinas Provoost Polri. Data kualitatif berupa wawancara hanya dilakukan terhadap satu subyek dan subyek lain hanya menggunakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Oleh sebab itu penelitian ini mempunyai kelemahan yaitu tidak melakukan trianggulasi (pemeriksaan ulang) terhadap subyek yang lain tersebut Selain itu masih adanya pengaruh subyektif dal peneliti yang notabene adalah personal Polri juga.
Kesimpulan penelitian ini menggambarkan bahwa keterlibatan personel polri dalam penyalahgunaan narkoba nyata adanya. Keterlibatan ini dapat dikatakan mencakup semua golongan kepangkatan, semua satuan kerja dan hampir di semua Polda dengan bentuk penyalahgunaan dominan sebagai pengguna. Golongan pangkat Bintara merupakan golongan pangkat yang paling dominan dan rentan dalam penyalahgunaan narkoba. Proses penyelesaian kasusnya lebih banyak diselesaikan oleh Atasan yang berhak menghukum (ankum).
Kesimpulan lain menggambarkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba di kalangan personel Polri. Dari beberapa faktor tersebut digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa kuatnya rasa setia kawan dan lemahnya inner containment serta keinginan yang besar untuk memperoleh hiburan. Faktor eksternal berupa faktor teman sebaya, terjadinya belajar sosial, sosiokultural dari narkoba, lemahnya outer containment dan faktor abuse of power.
Penelitian lanjutan diharapkan dilakukan dengan subyek yang lebih spesifik dari golongan kepangkatan dan satuan kerjanya. Perlu juga dilakukan penelitian perilaku menyimpang lainnya yang ada di Polri sehingga penyelesaian masalahnya dapat lebih terpadu dan terencana. Pola pengadministrasian terhadap kasus-kasus perilaku penyimpangan personal Polri perlu diperbaiki agar dari data tersebut dapat dengan mudah dikaji dan dievaiuasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T5656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jazuli
"The drug abuse which done by adolescence in the progress of the drugs it self has been increase and brings more anxiety for the family, society, nation and country. The adolescence abuser of drugs are constitute of the next generation who will continue the nation and the country development. They don't just come out of the high-class economical society, but they also come from the middle class to the lower economical society. In addition of the drugs abuse by adolescence doesn't go around among the city civilian only, but it is also there in the village civilian. That's way, it is so important to do some prevention and rescuing effort to the adolescence to keep them a way from the danger of drugs abuse, so there will be no lost generation because of the drugs abuse. Till the time for the adolescence are ready to be the next generation of the nation and the country development of theirs. Because the nation and the country need to have the adolescence with quality, creativity, sound of body and their sound of mind.
The examination about drugs abuse by adolescence use the qualitative examination method, which is an examination procedure that is produce descriptive data, words, writer, and behavior which can be observed from the subject. Meanwhile the kind of examination which use is the descriptive examination, it's and examination that has purpose to give a picture about a society or a particular group or a picture of a syndrome or the bonds between two symptoms or ever more. The method and the type of examination that is use to examine and to reveal the case of drugs that is marijuana and was done by a male young adolescence who was charged in guilty by the judge because of broke the law regulation number 22 of 1997 about narcotic and doing is time in the prison class II A at East Jakarta.
One of the social control theories that were spoken by Travis Hirschi that is social bonds theory, which based of four elements. Those attachment, commitment, involvement and belief are the form of tool or analysis knife which is use to analyze the case of drugs abuse by adolescence. Social bonds theories explain the stronger social bonds of some body with their social norms of society; can be avoided from the behavior deviation or delinquency. And the opposite, if the bond of society of some body is weak, than it can cause the delinquency."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Satriani Sakti
"Pelajar merupakan kelompok berisiko tinggi untuk menyalahgunakan narkoba. Pemakaian narkoba sejak dini akan meningkatkan risiko terjadinya ketergantungan pada usia dewasa. Penyalahgunaan narkoba pada pelajar dipengaruhi oleh berbagai sistem yang melingkupi dirinya baik sistem keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan keluarga dan sosial terhadap penyalahgunaan narkoba pada pelajar. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Data bersumber dari Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa tahun 2016 dengan jumlah sampel 30.004 responden. Prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi adalah pada pelajar SMA (2,4%) dan pelajar laki-laki (3,5%). Berdasarkan faktor perilaku, variabel yang berhubungan signifikan adalah merokok, konsumsi alkohol, dan seks pranikah. Berdasarkan faktor lingkungan sosial, variabel yang berhubungan signifikan adalah status pernikahan orangtua, kekerasan keluarga, dan kondisi lingkungan sosial. Berdasarkan faktor lingkungan yang dirasakan, variabel yang berhubungan signifikan adalah perilaku berisiko keluarga dan kehangatan keluarga. Berdasarkan karakteristik individu, variabel yang berhubungan signifikan adalah jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Determinan yang paling dominan adalah perilaku konsumsi alkohol dengan AOR 7,5 (95% CI: 6,0 – 9,4) setelah dikontrol dengan variabel lainnya. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendorong untuk mengoptimalkan program P4GN di Indonesia dan melakukan intervensi perilaku merokok, konsumsi alkohol, dan seks pranikah di lingkungan pendidikan. Bagi sekolah diharapkan dapat berinovasi dalam mengedukasi dan mensosialisasikan materi kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko kesehatan. Bagi orangtua diharapkan mampu membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak dan menciptakan keluarga yang harmonis dan kondusif dari perilaku berisiko.

Students are a high-risk group for drug abuse. Early drug use will increase the risk of dependence in adulthood. Drug abuse in students is influenced by various systems that surround them such as family system, peers, and social environment. The purpose of this study was to determine family and social determinants of drug abuse in students. Research using cross sectional study design. The data source was 2016 Survey on Drug Abuse and Trafficking in Student and Student Groups with a total sample of 30,004 respondents. The highest prevalence of drug abuse is among high school students (2.4%) and male students (3.5%). Based on behavioral factors, the variables that are significantly related are smoking, alcohol consumption, and premarital sex. Based on social environmental factors, variables that are significantly related are parents' marital status, family violence, and social environmental conditions. Based on perceived environmental factors, variables that are significantly related are family risky behavior and family warmth. Based on individual characteristics, variables that are significantly related are gender, age, and level of education. The most dominant determinant is alcohol consumption behavior with an AOR of 7.5 (95% CI: 6.0 – 9.4) after controlled by other variables. For the government, it is hoped that the results of this research can encourage optimizing the P4GN program in Indonesia and conducting interventions on smoking behavior, alcohol consumption, and premarital sex. Schools are expected to be able to innovate in educating and socializing reproductive health and health risk behavior. Parents are expected to be able to build better communication with their children and create a harmonious and conducive family from risky behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: BNN, 2020
362.29 BAD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: BNN, 2020
362.29 BAD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Agustina Fitrahayati
"Tulisan ini membahas tentang Strategi SWOT Dalam Pencegahan Relapse Melalui Analisis Peran Keluarga Pada Penyalah Guna Narkoba Di UPT Terapi Dan Rehabilitasi BNN. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fakta bahwa tingkat peran keluarga dalam pencegahan relapse pada penyalah guna narkoba di UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN tergolong rendah hal ini hal ini dikarenakan peran keluarga dalam memberikan dukungan kepada residen belum optimal.
Berdasarkan dari Analasisi SWOT Strategi yang dapat dilakukan oleh BNN adalah Optimalisasi pemberdayaan edukasi keluarga mengenai akan pentingnya peran keluarga untuk menjaga sistem keluarga dalam mendukung pemulihan residen yang berkesinambungan dan peningkatan fasilitas pendukung system pelayanan dan program sebagai strategi dalam mencegah terjadinya relapse pada penyalah guna narkoba.
Kendala-kendala pada peran keluarga dalam pencegahan relapse adalah : 1. Persepsi dan pola pikir keluarga terhadap penyalah guna narkoba masih negative; 2. Masih rendahnya nilai-nilai keagaman dalam keluarga; 3. Keluarga sebagai kelompok dukungan masih memiliki jarak terhadap residen; 4. Keluarga sebagai kelompok dukungan belum memberikan perhatian secara maksimal; 5. Interaksi keluarga dimana struktur didalam keluarga tidak memainkan peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga; 6. Keseimbangan didalam keluarga tidak normal; 7. Batas-batas didalam keluarga tidak lagi dijalankan; 8. Ketidakjelasan Keluarga menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan perannya; 9. Adanya ketidakjelasan visi dan misi didalam keluarga; 10. Peran aktif keluarga dalam mengikuti FSG masih rendah; 11. Fasilitas ruang kunjung keluarga yang dapat menjaga privasi antara keluarga dengan residen belum optimal; 12. Waktu visit yang ditetapkan oleh lembaga tidak berdasarkan kebutuhan keluarga, sehingga kelompok dukungan kurang maksimal.

This thesis discusses about Strategic SWOT Analysis Through in Relapse Prevention Family Role of Drug Abusers of UPT Therapy and Rehabilitation of National Narcotics Agency. The method used in this research is a quantitative approach. Based on the results of the study found that the level of the role of families in preventing relapse in drug abusers at UPT Therapy and Rehabilitation of National Narcotics Agency is low. Caused the role of the family in providing support to resident is not optimal.
Based on the analysis of SWOT strategies that can be done by National Narcotics Agency (BNN) is the family education regarding optimization of empowerment of the important role of family to keep the family system in support of a sustainable recovery and improvement resident facilities and program support services system as a strategy to prevent relapse in drug abusers.
There are some impacts on the role of families in preventing relapse, they are: 1. Family perception and mindset of the drug abusers still negative; 2. Religious value in the family is still low; 3. Family as a support group still have a distance to the resident; 4. Support the family as a group have not been paying attention to the maximum; 5. Family interaction in families where the structure does not play a role and function of each member of the family; 6. Balance within the family is not optimal; 7. Boundaries no longer run in the family; 8. Family vagueness in carrying out his duties in accordance with the role; 9. Any lack of clarity in the vision and mission of the family; 10. Active role in following Family Support Group activity is still low; 11. Facility of visit’s family that can maintain privacy between families with resident is not optimal;12. Visit’s time defined by the institution is not based on the needs of the family, so the support group less than the maximum.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murni Rahayu
"Penelitian ini membahas mengenai assessment terhadap penyalahgunaan narkoba pada pemuda di komunitas. Penelitian ini dilakukan di RW 011 Kelurahan Cawang Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa permasalahan narkoba pada pemuda dikomunitas disebabkan oleh banyak faktor, faktor yang lebih dominan adalah faktor manusia dan sosial. Faktor manusia dan sosial tersebut antara lain adalah faktor teman kelompok, keluarga, warga masyarakat dan bandar narkoba. Ditambah dengan faktor non manusia yaitu lokasi RW 011 yang membuatnya menjadi rentan terhadap peredaran narkoba. Dijelaskan juga mengenai kebutuhan dan potensi terkait penyalahgunaan narkoba  di RW 011 Kelurahan Cawang.

This research discusses the assessment of youth drugs abuse in the community at RW 011 Kelurahan Cawang Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. The result of this research shows that the youth drugs problem in the community caused by many factors, the dominant factor is a human and social factorrather than the non human factor. The human and social factor that caused the problem are peer, family, society, and the drug dealer itself. In addition, the non human factor that is the RW 011 location which makes an individual becomes susceptible to drug circulation. This research also explains about the needs and the potentials related to the drugs problem at RW 011 Kelurahan Cawang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>