Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195442 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Solichin Salam
Jakarta: Gema Salam, 1993
231.3 SOL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Miniwaty Halim
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep kematian
pada anak Katolik usia 5 sampai 8 tahun. Konsep kematian merupakan salah satu
konsep abstrak yang sukar dipahami karena orang dewasa cenderung menghindari
informasi tentang kematian bagi anak. Konsep kematian sendiri terdiri dari 4
subkonsep, yaitu Irreversibility (kematian merupakan proses yang tidak bisa
dibalik), Inevitability (kematian dapat terjadi pada semua makhluk hidup),
Cessation (semua proses kehidupan berakhir pada saat kematian), dan Causality
(penyebab-penyebab obyektif dari kematian). Dalam pemahaman konsep
kematian, manusia mengidentifikasikan diri dengan sistem religius dan filosofis
yang dianutnya (Feifel, 1959).
Penelitian-penelitian sebelumnya (Nagy dalam Feifel, 1959; Gartley &
Bernasconi dalam Binter & Frey, 1973) menggambarkan keseluruhan ide anak
tentang kematian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah perbedaan yang ditunjukkan oleh anak dengan rentang usia yang berbeda merupakan perbedaan
yang bermakna.
Kemampuan pemahaman berkaitan dengan perkembangan kognisi.
Semakin kompleks struktur kognisi seorang anak, semakin tinggi pula tingkatan
pemahamannya. Tingkatan pemahaman bersifat hierarkis, terdiri dari translation,
interpretation, dan yang paling tinggi extrapolcition (Gronlund, 1968).
Berdasarkan karakteristik berpikirnya, diperkirakan anak usia 5 tahun berada pada
tingkat pemahaman translation, dan anak usia 8 tahun pada tingkat interprelation.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif tampak dalam metode
pengumpulan data yang menggunakan teknik wawancara. Sedangkan pendekatan
kuantitatif tampak dalam teknik analisis skor hasil wawancara dengan
menggunakan uji signifikansi.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa anak usia 5 tahun telah mencapai
tingkat extrapolation untuk subkonsep lrreversibility, tingkat interprelation untuk
subkonsep Inevitabilily dan Causality, serta tingkat translation untuk subkonsep
Cessation. Sedangkan anak usia 8 tahun telah mencapai tingkat extrupolation
untuk subkonsep lrreversibility, lnevitability, dan Causality, serta masih dalam
tingkat translation untuk subkonsep Cessation. Pemahaman anak Katolik akan
konsep kematian merefleksikan ajaran agama Katolik, antara lain adanya
kehidupan setelah mati. Untuk penelitian berikut, peneliti menyarankan
penggunaan jumlah subyek yang lebih besar, instrumen yang lebih komprehensif
serta situasi pengumpulan data yang lebih konstan."
2001
S3027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Naelufara
"ABSTRAK
Pada setiap tapan perkembangan selalu ada tugas-tugas atau sejumlah
perilaku yang harus dipenuhi, yang merupakan harapan atau tuntutan dari
masyarakat. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah adanya
perubahan dari homosocial interest menjadi heterosocial concern, dimana
remaja mulai tertarik dan menaruh perhatian pada lawan jenis (Rice,1990).
Pada masa remaja akhir menjelang dewasa, umumnya remaja telah memiliki
pacar. Bila keadaan dirinya tidak sesuai dengan peran untuk usianya maka
hal ini diartikan sebagai suatu kegagalan baginya yang akhirnyaberpengaruh
terhadap pandangan orang tersebut mengenai dirinya.
Penelitian ini ingin menguji apakah benar bahwa ada perbedaan yang
bermakna pada konsep diri remaja yang sudah berpacaran dengan yang
belum berpacaran.
Subyek penelitian ini adalah remaja akhir usia 18-22 tahun baik yang sudah
berpacaran ataupun belum berpacaran. Subyek dipilih pada usia 18-22 tahun
karena pada umumnya remaja dengan usia tersebut sudah pernah
berpacaran.
Penilaian konsep diri ini diukur dengan menggunakan Tennessee Self-
Concept Scale (TSCS) yang terdiri atas tiga dimensi eksternal yaitu dimensi
diri identitas, kepuasan diri, dan diri tingkah laku serta lima dimensi internal
yaitu, dimensi diri fisik, diri moral-etik, diri personal, diri keluarga dan diri
sosial, penelitian ini dilakukan pada 66 remaja yang sudah berpacaran dan
65 remaja yang belum berpacaran. Setelah data terkumpul dan dilakukan analisa diperoleh hasil yang
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara konsep diri remaja
yang sudah berpacaran dengan remaja yang belum berpacaran. Remaja
yang sudah berpacaran memiliki konsep diri yang lebih tinggi atau positif
dibandingkan remaja yang belum berpacaran.
Kami berharap penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
dan dapat memberi masukan bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja,
sehingga mereka dapat lebih memahami tahap perkembangan remaja
beserta kebutuhan-kebutuhannya."
2004
S3463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kornelia Larasati Suhardi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3594
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irina Pendjol
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S2329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kolopaking, Risatianti
"Tujuan penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi sosial yang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan permisifitas dalam pergaulan seksual di kalangan remaja di Indonesia. Dalam pandangan psikologi perkembangan, masa remaja dinilai sebagai masa transisi perkembangan seksualitas, mengingat pada masa ini terjadi proses kematangan seksual. Kondisi ini berkaitan dengan mulai munculnya perilaku seksual seperti minat terhadap lawan jenis. Nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat kita menempatkan pernikahan sebagai bentuk legalisasi perilaku seksual yang sehat. Namun, kondisi budaya saat ini, memandang pernikahan harus ditunda hingga masa awal dewasa.. Sehingga, pada periode ini, remaja memiliki kesempatan melakukan ekplorasi dengan seksualitasnya. Dalam pergaulan seksual yang lebih permisif, remaja putri dinilai merupakan pihak yang rentan dan lemah menjadi korban secara fisik dan mental.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah banyak membaha-s permasalah psikologis terutama pada remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual pranikah.. Namun, dalam pendekatan penelitian ini aspek seksualitas pada remaja putri dipandang sebagai salah satu aspek perkembangan yang secara normatif terjadi dalam proses perkembangan dirinya. Perkembangan seksualitas dinilai sebagai proses kompleks yang melibatkan interaksi atas kondisi psikologis, kematangan biologis dan kondisi sosial yang meliputi batasan nilai-nilai sosial-budaya ataupun agama.
Pada remaja putri kematangan seksual ditandai dengan diperolehnya menstruasi. Proses menstruasi menyebabkan aktifitas hormon seksual meningkat mempengaruhi hasrat dan perilaku seksualnya, sedangkan ajaran dan nilai-nilai agama mengatur tata cara perilaku seksual yang dilarang dan dianjurkan pada masa remaja. Dalam kondisi sosial saat ini, para remaja putri harus menghadapi dilema antara nilai ideal dari ajaran agama tentang seksualitas dengan situasi pergaulan sehari-hari yang terkadang saling bertentangan. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengetahui perkembangan evaluasi remaja pada aspek seksualitasnya dengan melihat profit konsep seksualitas dirinya sebagai pengaruh dari: (i) status menarche , yaitu kondisi dialaminya menstruasi pertama kali, sebagai aspek kematangan biologis; dan (ii) penghayatan religiusitas, yaitu tingkat penghayatan terhadap ajaran-ajaran agamanya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Untuk mengukur konsep seksualitas diri digunakan kuestioner yang mengukur 20 dimensi konsep seksualitas diri dari William E. Snell (2001). Pengukuran status menarche digunakan kuestioner dari Cauffinan & Steinberg (1996) yang membagi status dalam 3 periode yaitu premenarche (remaja yang belum mengalami menstruasi), menarche (remaja yang telah mengalami menstruasi kurang dari setahun) dan postmenarche (remaja yang telah mengalami menstruasi selama lebih dari satu tahun). Pengukuran religiusitas digunakan skala orientasi nilai religius ekstrinsik intrinsik dari Allport & Ross (1968); religiusitas intrinsik menunjukkan pada kualitas penghayatan seseorang dalam melaksanakan ajaran agama karena kesadaran diri dalam hubungannya dengan Allah dan religiusitas ekstrinsik menunjukkan pada penghayatan ajaran agama karena dorongan dari luar diri seperti tuntuan atau harapan sosial.
Penelitian ini difokuskan pada remaja putri muslim pada tahapan remaja awal yaitu mereka yang berusia usia 12 -15 tahun. Subyek penelitian terdiri dari 229 remaja putri dari 5 SLTP di 5 wilayah kotamadya Jakarta.
Data dianalisa dengan menggunakan teknik analisa regresi berganda. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa status menarche, religiusitas dan pengaruh bersama kedua variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap profil konsep seksualitas diri remaja putri muslim. Status menarche sebagai aspek biologis dalam perkembangan seksualitas pada remaja putri, mempengaruhi profit konsep seksualitas diri yang meliputi evaluasi diri pada aspek kognitif aspek afektif, aspek motivasi seksual. Sedangkan, religiusitas tampaknya hanya mempengaruhi profit konsep seksualitas diri pada dimensi yang berkaitan dengan aspek kognitif dan aspek afektif saja, tidak ditemukan pengaruh berarti pada aspek motivasi seksual. Pengaruh bersama antara kondisi status menarche dan religiusitas, menunjukkan bahwa interaksi hanya signifikan pada status premenarche dan postmenarche, dan pada penghayatan religius hanya signifikan pada penghayatan religius intrinsik saja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T10705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shakira Tamayanti
1986
S2084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mestika Dewi
"ABSTRAK
Pelecehan seksual biasanya terjadi dengan perempuan sebagai korban dan lakilaki
sebagai pelakunya, terjadi di berbagai kalangan, tidak memandang suku,
agama, maupun ras dan usia. Hal ini, mungkin pula rentan terjadi pada remaja,
kliususnya remaja perempuan, mengingat remaja perempuan juga sedang
mengalami perubahan dan perkembangan yang bersifat seksual. Penelitian ini
berusaha menggali sejauh mana pelecehan seksual yang dialami oleh remaja
perempuan, terutama implikasinya terhadap konsep diri. Karena pada masa
remaja, konsep diri juga merupakan tuntutan perkembangan yang hams
dipenuhi. Pembentukan konsep diri seseorang sangat dipengaruhi pengalaman
yang berkaitan dengan dirinya, dan pengalaman pelecehan seksual sebagai
salah satunya. Pendekatan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan
kualitatif, dengan metode pengambilan data yang dilakukan, yaitu melalui
FGD (focus group discussion) untuk menggali berbagai pengalaman pelecehan
seksual yang dilakukan pada tiga sekolah (10 orang per kelompoknya), dan
wawancara untuk menggali pengalaman pelecehan seksual yang berimplikasi
terhadap konsep diri (6 orang). Ditemukan bahwa pengalaman pelecehan
seksual berimplikasi bagi konsep diri yang bersifat sementara {tramcitoryf
yaitu memberikan pengamh terhadap penilaian yang negatif, seperti kurang
percaya diri, rendah diri. Lebih lanjut penelitian ini menjawab berbagai hal
yang mengenai pelecehan seksual di kalangan remaja perempuan."
2001
S2852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatmiwati D. P
"ABSTRAK
Krisis moneter yang telah berlangsung kurang lebih empat tahun
belakangan ini menghancurkan sektor ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia.
Akibatnya, banyak remaja dari keluarga miskin, terutama remaja perempuan
terpaksa harus putus sekolah dan berusaha mencari pekerjaan guna membantu
ekonomi keluarga. Sistem patriarkal dalam budaya Indonesia membuat orang tua
cenderung mengorbankan remaja perempuannya untuk ikut membantu
menambah penghasilan keluarga.
Latar belakang pendidikan yang minim, pengalaman yang kurang serta
keterampilan yang terbatas, menyebabkan kesempatan remaja perempuan untuk
memperoleh pekerjaan sangat kecil dan umumnya terkonsentrasi pada pekerjaan
rendah dengan penghasilan yang relatif kecil, sehingga akhirnya bekerja sebagai
pelacur dipilih sebagai alternatif karena penghasilan yang diperoleh dapat
beberapa kali lipat besarnya.
Melacur bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang tanpa resiko.
Karakteristik pekerjaan yang dilakukan membuatnya menjadi suatu pekerjaan
yang beresiko tinggi, antara lain menghadapi perlakuan yang tidak manusiawi
baik dari aparat keamanan maupun pelanggannya, kemungkinan terjangkit
penyakit menular seksual bahkan sampai menderita HIV/AIDS, ataupun
perlakuan-perlakuan lain yang dapat mengancam nyawanya. Selain itu, pelacur
juga harus menghadapi sikap sebagian masyarakat yang menganggap mereka
sebagai bukan perempuan baik-baik, tidak bermoral, sampah masyarakat, sumber
penyakit kotor, manusia penuh dosa dan lain-lain.
Remaja sebagai individu yang sedang menjalani peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik
maupun secara psikis yang sangat penting dalam kehidupannya (Papalia & Olds,
1995). Peristiwa-peristiwa yang dialami sebagai pelacur ini tentu akan
berpengaruh pada perkembangan mereka dan dapat mempengaruhi konsep
dirinya.
Konsep diri merupakan konstruk sentral untuk dapat memahami manusia
dan perilakunya dan merupakan kerangka acuan yang digunakan individu dalam
berinteraksi dengan dunianya (Fitts, 1971). Konsep diri tidak terbentuk begitu
saja, tetapi merupakan hasil pengaruh terus menerus dan timbal balik antara
individu dengan lingkungannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode
pengumpulan data wawancara kualitatif Subyek penelitian sebanyak empat
orang remaja perempuan, terdiri dari dua subyek pelacur dan dua subyek bukan
pelacur berusia 17-20 tahun, pendidikan maksimal kelas 3 SMP dan berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi menengah kebawah.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa remaja pelacur memiliki
konsep buruk hampir pada seluruh dimensi kosep dirinya, sedangkan pada bukan
pelacur tidak diperoleh suatu gambaran umum karena konsep diri masing-masing
subyek penelitian sangat berbeda. Antara remaja pelacur dan bukan pelacur
terdapat perbedaan konsep diri pada dimensi diri etik-moral dan diri sosial.
Remaja pelacur memiliki konsep buruk pada kedua dimensi ini dibandingkan
bukan pelacur.
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, akan lebih baik hasilnya jika
wawancara dilakukan lebih mendalam dan disertakan juga data yang bersifat
kuantitatif, seperti kuesioner, tes mengenai konsep diri ataupun tes proyeksi
lainnya."
2003
S3186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>